Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA ORGANISASI DAN QUALITY OF NURSING WORK LIFE TERHADAP KINERJA

DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA


(Cultural Organization and Quality of Nursing Work Life on Nurses Performance
and Job Satisfaction in Dr. Soetomo Hospital, Surabaya)

Rini Winasih*, Nursalam**, Ninuk Dian K**


*RS Dr. Soetomo, Jl. Prof. Dr. Moestopo
**Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Jl. Mulyorejo
Email: rini_winasih@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit seharusnya sejalan dengan upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan dipengaruhi oleh budaya organisasi. Tujuan utama
dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh budaya organisasi dan quality of nurses work life (QNWL)
terhadap kinerja dan kepuasan kerja perawat di RS Dr. Soetomo Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain
eksplanatori dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat pegawai negeri sipil di ruang bedah RS.
Dr. Soetomo Surabaya. Sampel sebanyak 95 perawat didapatkan dengan cluster sampling. Data dianalisis menggunakan
partial least square. Hasil: Budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor objektif. Faktor individu tidak mempengaruhi
QNWL. Faktor yang mempengaruhi QNWL adalah faktor sosial dan lingkungan, faktor operasional, faktor administrasi,
dan budaya kerja. QNWL mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja mempengaruhi kinerja
perawat. Diskusi: budaya organisasi yang kuat, yang dapat menciptakan QNWL yang baik, dapat meningkatkan kinerja
dan kepuasan kerja perawat, serta keterlibatan kerja dalam QNWL.

Kata kunci: budaya organisasi, quality of nursing work life, kinerja dan kepuasan kerja, perawat.

ABSTRACT
Introduction: Efforts to improve the quality of hospital services should be along with the efforts to improve the quality
of nursing services. Quality of service is influenced by the organizational culture. The main objective of this study was
to explain the effect of organizational culture and quality of nurses work life (QNWL) on nurses performance and job
satisfaction in Dr. Soetomo Hospital, Surabaya. Methods: This study used explanatory survey research design with cross
sectional approach. The study population was all Civil Servants nurses working at Surgical Wards, Dr. Soetomo Hospital.
The study sample comprised 95 nurses selected with cluster sampling. Data were analyzed using partial least square.
Results: The results showed that there was influence of objective factors on organizational culture. Individual factors
had no influence on QNWL. Social and environmental factors affected QNWL. Operational factors influenced QNWL.
Administrative factors affected QNWL. Organizational culture influenced QNWL. QNWL affected nurses performance.
QNWL significantly affected nurses job satisfaction. Nurses job satisfaction affected nurses performance. Discussions:
Strong organizational culture, which can create good quality of work life for nurses, can improve the performance and
job satisfaction of nurses in Dr. Soetomo Hospital. Further studies needs to be done to analyze the effect of empowerment
and job involvement on the quality of nurses work life.

Keywords: cultural organization, quality of nursing work life, performance and job satisfaction, nurse

PENDAHULUAN keperawatan sebagai bagian integral dari


pelayanan kesehatan mempunyai kontribusi
Rumah sakit merupakan salah satu
yang sangat besar dalam menentukan kualitas
organisasi pelayanan di bidang kesehatan yang
pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap
memiliki budaya organisasi yang tercermin
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dalam visi, misi serta tujuan yang ingin dicapai.
rumah sakit harus juga disertai upaya untuk
Kualitas pelayanan sangat ditunjang oleh
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
perilaku atau kinerja pemberi pelayanan, salah
Mutu kualitas pelayanan dipengaruhi faktor
satunya adalah perawat. Perawat merupakan
budaya organisasi.
tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit
Penilaian kualitas pelayanan di salah
dan memegang peranan penting dalam
satu Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan
Dr. Soetomo Surabaya yaitu IRNA Bedah

332
Budaya Organisasi dan Quality of Nursing Work Life (Rini Winarsih, dkk.)

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kepedulian rumah sakit khususnya


RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun pemimpin organisasi untuk menciptakan
2014 didapatkan tingkat kepuasan pelanggan lingkungan kerja yang dapat mendukung
menurut KEPMENPAN ada pada level “B” tujuan tersebut melalui kinerja sumber daya
atau Baik dengan indeks 79,83, sedangkan yang dimiliki. Organisasi harus memiliki
menurut pengukuran GAP analisis, pelanggan strategi dan inisiatif yang dapat meningkatkan
merasa “Puas” dengan CS Index 90,60. kepuasan kerja kar yawannya melalui
Tingginya kepuasan pelanggan ini sangat peningkatan kualitas kehidupan kerjanya,
kontras dengan indeks kepuasan karyawan khususnya perawat.
yang masih pada rentang cukup dengan nilai Penelitian ini mengidentifikasi dan
62,82. Hasil penelitian oleh Badan Penelitian menganalisis faktor objektif dari dimensi
dan Pengembangan RSUD Dr. Soetomo budaya organisasi terhadap budaya organisasi
Surabaya tahun 2014 di Instalasi Rawat Inap yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, di
Bedah didapatkan data indeks kepuasan samping ingin menganalisis faktor internal
karyawan (IKK) seperti tabel di bawah ini. QNWL yang dapat mempengaruhi kualitas
Kinerja dan kepuasan kerja karyawan kehidupan kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo
dipengaruhi oleh budaya tempat karyawan Surabaya, serta menganalisis hubungan budaya
tersebut bekerja. Budaya mempunyai peranan organisasi dengan kualitas kehidupan kerja
penting bagi kehidupan suatu organisasi. perawat yang dapat berpengaruh terhadap
Budaya yang positif menciptakan tumbuhnya kinerja dan kepuasan kerja perawat. Hasil
komitmen karyawan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini dapat menjadi tolak ukur
organisasi, demikian sebaliknya. Karyawan untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas
akan malas bekerja karena tidak ada nilai-nilai kehidupan kerja perawat yang seharusnya, dan
positif yang dapat mendorong agar bekerja semakin meningkatkan kinerja dan kepuasan
lebih baik lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka kerja perawat dalam meningkatkan kualitas
organisasi hendaknya berusaha menciptakan layanan kepada pasien di RSUD Dr. Soetomo
lingkungan internal yang lebih nyaman, baik Surabaya.
fisik maupun psikis.

Tabel 1. Data Indeks Kepuasan Karyawan Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr.Soetomo Surabaya,
Tahun 2014

No Unsur Kepuasan Nilai IKK Mutu


1. Kompetensi karyawan 66, 44 C
2. Lingkungan kerja 63,28 C
3. Remunerasi 49,54 D
4. Hubungan antar kerja 74,77 B
5. Beban kerja 58,96 C
6. Karir 61,46 C
7. Komunikasi 65,17 C
8. Penilaian kinerja berdasarkan SKP 62,47 C
9. Manajerial 56,06 C
10. Kepemimpinan 69,58 B
Nilai IKK (Indeks Kepuasan Karyawan) 62,82
Mutu Kepuasan Cukup
Kepuasan Karyawan Cukup

333
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 332–342

BAHAN DAN METODE (usia, jenis kelamin, status perkawinan,


pendidikan, pangkat, dan masa kerja),
Penelitian ini menggunakan desain
faktor sosial dan lingkungan (komunikasi,
penelitian sur vei eksplanatif dengan
kepemimpinan, hubungan antar perawat,
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
hubungan antar departemen, dan hubungan
ini adalah semua perawat Pegawai Negeri
antar profesi), faktor operasional (jumlah
Sipil yang berdinas di Instalasi Rawat Inap
perawat, jadwal dinas, dan pengawasan
Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sampel
supervisor), faktor administrasi (kebijakan
penelitian ini sebanyak 95 perawat yang dipilih
organisasi, keselamatan dan kesehatan,
dengan cluster sampling sesuai dengan kriteria
pengembangan karir, gaji dan remunerasi).
inklusi.
Variabel intervening adalah budaya organisasi
Data diperoleh melalui kuesioner
dan kualitas kehidupan kerja perawat. Variabel
dan analisis data menggunakan partial
dependen dalam penelitian ini adalah kinerja
least square. Variabel independen dalam
perawat dan kepuasan kerja perawat. Lokasi
penelitian ini adalah faktor objektif (inovasi
penelitian di IRNA Bedah RSUD Dr. Soetomo
dan pengambilan risiko, perhatian pada hal
Surabaya. Waktu penelitian bulan April-Mei
rinci, orientasi hasil, orientasi SDM, orientasi
2015.
tim, keagresifan dan stabilitas), faktor individu

Gambar 1. Hasil Awal Uji Hipotesis Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kualitas Kehidupan
Kerja Perawat terhadap Kinerja Perawat dan Kepuasan Kerja Perawat di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.

Gambar 2. Hasil Akhir Uji Hipotesis Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kualitas Kehidupan
Kerja Perawat terhadap Kinerja Perawat dan Kepuasan Kerja Perawat di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.

334
Budaya Organisasi dan Quality of Nursing Work Life (Rini Winarsih, dkk.)

HASIL daripada orientasi individu, (6) Keagresifan


yaitu karyawan agresif dan lebih berorientasi
Berdasarkan gambar 2 didapatkan hasil
kompetitif daripada orientasi kooperatif, (7)
akhir uji hipotesis dapat diuraikan sebagai
Stabilitas di mana keputusan dan tindakan
berikut: (1) Faktor obyektif: inovasi dan
organisasi lebih menekankan pemeliharaan
pengambilan risiko, perhatian pada hal rinci,
atau berada pada status quo.
orientasi hasil, orientasi SDM, orientasi tim,
Faktor individu terdiri dari usia, jenis
keagresifan dan stabilitas mempengaruhi
kelamin, status perkawinan, pendidikan,
budaya organisasi di RSUD Dr. Soetomo
pangkat/jabatan keperawatan, dan masa kerja
Surabaya. (2) Faktor sosial dan lingkungan:
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
komunikasi, kepemimpinan, hubungan antar
terhadap kualitas kehidupan kerja perawat
perawat, hubungan antar departemen, dan
di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Perawat
hubungan antar profesi berpengaruh terhadap
di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagian
kualitas kehidupan kerja perawat di RSUD
besar berusia diatas 50 tahun. Hal tersebut
Dr. Soetomo Surabaya. (3) Faktor operasional:
bisa berdampak positif dalam pekerjaan
jumlah perawat, jadwal dinas, dan pengawasan
k hususnya lebih ber pengalaman dan
supervisor mempengaruhi kualitas kehidupan
pertimbangan, memiliki etika yang kuat, dan
kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
berkomitmen terhadap mutu. Sisi negatifnya
(4) Faktor administrasi: kebijakan organisasi,
dianggap kurang luwes dan menolak teknologi
keselamatan dan kesehatan, pengembangan
baru, serta kurang dapat menyesuaikan diri
karir, gaji dan remunerasi mempengaruhi
dan terbuka terhadap perubahan. Menurut
kualitas kehidupan kerja perawat di RSUD
Grossmann (1999) pendidikan merupakan
Dr. Soetomo Surabaya. (5) Budaya organisasi
salah satu kebutuhan dasar manusia yang
berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin
kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah
(6) Kualitas kehidupan kerja perawat
menerima dan mengembangkan pengetahuan
mempengaruhi kinerja perawat di RSUD
dan teknologi sehingga dapat meningkatkan
Dr. Soetomo Surabaya. (7) Kualitas kehidupan
produktivitas.
kerja perawat berpengaruh terhadap kepuasan
Faktor sosial dan lingkungan yang
kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
terdiri dari komunikasi, kepemimpinan,
(8) Kepuasan kerja perawat mempengaruhi
hubungan antar perawat, hubungan antar
kinerja perawat di RSUD Dr. Soetomo
departemen, dan hubungan antar profesi
Surabaya.
berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
kerja perawat. Faktor sosial dan lingkungan
PEMBAHASAN di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada kategori
Budaya organisasi merupakan hal yang sedang dan pada indikator hubungan antar
kompleks. Karakteristik budaya organisasi perawat pada kategori baik.
menurut Robbins (2005) terdiri dari: (1) Komunikasi di lingkungan IRNA Bedah
Inovasi dan pengambilan risiko, kondisi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dinilai sebagian
mana karyawan didorong untuk melakukan perawat pada kategori cukup. Komunikasi
inovasi dan pengambilan risiko pekerjaannya, yang efektif merupakan elemen penting untuk
(2) Perhatian pada hal rinci di mana karyawan keberhasilan suatu organisasi. Komunikasi
diharapkan dapat melakukan prediksi dan dapat dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan
melakukan analisis serta perhatian pada hal lainnya dilakukan baik lisan maupun tertulis
rinci, (3) Orientasi hasil di mana pimpinan lebih dengan memenuhi unsur lengkap, adekuat,
berorientasi pada hasil kerja daripada proses dan cepat dengan didukung suatu fakta
kerja, (4) Orientasi sumber daya manusia yaitu yang memadai. Prinsip komunikasi seorang
keputusan manajemen mempertimbangkan perawat profesional adalah complete, acurate,
pengaruhnya pada karyawan, (5) Orientasi tim rapid, dan english (Nursalam, 2015). Jaringan
yaitu pekerjaan perawat lebih berorientasi tim komunikasi baik formal dan informal perlu

335
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 332–342

dibangun antara manajer dan staf. Arah Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga
komunikasi antara manajemen dan perawat di perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
RSUD Dr. Soetomo Surabaya kecenderungan belum terdistribusi dengan baik, sehingga
komunikasi ke bawah (top down). Sedangkan beban kerja di tiap unit Instalasi Rawat Inap
komunikasi antar perawat lebih banyak pada Bedah tidak merata. Beberapa hal yang perlu
saat serah terima tugas (overan/timbang dipertimbangkan dalam menentukan beban
terima), di mana diperlukan komunikasi yang kerja perawat menurut Nursalam (2014), yaitu
jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/
yang sudah dan yang belum dilaksanakan. tahun di unit tersebut, tingkat ketergantungan
Kepemimpinan di unit keperawatan pasien, rata-rata hari perawatan, pengukuran
di Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD perawatan langsung, perawatan tidak langsung
Dr. Soetomo dinilai sebagian besar perawat dan pendidikan kesehatan, frekuensi tindakan
pada kategori sedang. Kepemimpinan perawatan yang dibutuhkan pasien, rata-
yang dapat menjalankan lima fungsi pokok rata waktu perawatan langsung, perawatan
kepemimpinan akan dapat menciptakan tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
kualitas kerja yang baik. Seorang pemimpin Ketidaksesuaian antara rasio perawat dengan
harus menjalankan lima fungsi pokok pasien maupun komposisi perawat dalam
kepemimpinan yaitu fungsi instruksi, fungsi setiap jaga akan memberikan kualitas dari
konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi, pelayanan yang diberikan.
dan fungsi pengendalian (Rivai, 2006). Jadwal dinas perawat dalam teori
Hubungan antar perawat di RSUD manajemen keperawatan merupakan kegiatan
Dr. Soetomo tidak terlepas dari tiga pilar yang pengaturan staf. Menurut Swansburg (2000)
berperan dalam menciptakan lingkungan kerja metodologi pengaturan staf keperawatan
perawat yang kondusif antara lain organisasi harus merupakan proses yang teratur,
profesi yaitu PPNI Komisariat RSUD sistematis, berdasarkan rasional, diterapkan
Dr. Soetomo, Bidang Keperawatan, serta untuk menentukan jumlah dan jenis personel
Komite Keperawatan. tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk
Hubungan antar departemen dan memberikan asuhan keperawatan pada standar
hubungan antar profesi di RSUD Dr. Soetomo yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok
pada kategori sedang. Kualitas kehidupan kerja pasien dalam situasi tertentu.
perawat mempengaruhi hubungan perawat Supervisi atau pengawasan dilakukan
dengan semua elemen pendukung di rumah untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan
sakit secara menyeluruh, hubungan dengan sesuai standar yang berlaku dan sesuai
profesi lain termasuk dari organisasi adanya harapan konsumen. Supervisi di RSUD
pemahaman keinginan dan kebutuhan perawat Dr. Soetomo belum berjalan sesuai program.
akan keamanan lingkungan dan keselamatan Supervisi sudah berjalan tapi hanya dilakukan
kerja serta suasana kerja yang nyaman, secara informal, dan belum terdokumentasi
sehingga perawat termotivasi. Hubungan dengan baik. Pelaksanaan supervisi tanpa
antar departemen di RSUD Dr. Soetomo ada standar operasional prosedur yang baku
sebatas koordinasi antar unit ruangan melalui menyebabkan pengawasan menjadi beban
instalasi rawat inap dengan departemen sehingga ada ketidaknyamanan dalam bekerja
lainnya. Hubungan antar profesi terutama ketika dilakukan hal tersebut dilakukan oleh
dengan profesi dokter lebih banyak mengarah atasan. Kunci keberhasilan supervisi yaitu
pada delegasi dan pemberian advis terapi Fair, Feedback, dan Follow Up. Supervisi
bagi pasien. Arah komunikasinya cenderung sebaiknya dilakukan secara terorganisir dan
komunikasi ke bawah (top down). Peran rutin dalam kurun waktu tertentu, melalui
kolaborasi antara perawat dengan dokter masih petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
dipertanyakan karena kewenangan perawat Supervisi harus terdokumentasi dengan baik
yang masih kurang. dan benar sehingga penilaian perkembangan

336
Budaya Organisasi dan Quality of Nursing Work Life (Rini Winarsih, dkk.)

kualitas perawat dapat terpantau dengan masih belum sesuai dengan beban kerja
baik. dan kinerja perawat. Keterlibatan perawat
Kebijakan dasar RSUD Dr. Soetomo dalam pengambilan keputusan khususnya
Surabaya, meliputi perbaikan mutu pelayanan, mengenai remunerasi masih kurang, karena
perbaikan manajemen (SDM) internal rumah peran perawat dalam tim remunerasi rumah
sakit, penataan kelembagaan (struktur dan sakit masih minim. Ruangan yang merawat
sistem), pemantapan nilai dasar menjadi pasien dengan BOR lebih dari 90% dengan
budaya organisasi, penataan sistem akuntansi ketergantungan pasien yang tinggi tidak serta
keuangan, pengendalian biaya dan struktur merta mendapat remunerasi yang lebih besar
anggaran, perbaikan manajemen logistik demikian sebaliknya. Pembenahan terhadap
medik dan non medik, penataan manajemen poin dalam remunerasi yang mengakomodir
pendidikan klinik dan penelitian rumah sakit, masa kerja, pendidikan, jadwal dinas dan
pengembangan aliansi strategis. beban kerja, serta kontribusi perawat dalam
Kesehatan dan keselamatan kerja pengambilan keputusan sangatlah diperlukan
di rumah sakit diperlukan dalam upaya dan diupayakan agar kepuasan kerja perawat
melindungi kemungkinan dampak negatif yang meningkat.
ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, Budaya organisasi berpengaruh positif
maupun keberadaan sarana dan prasarana, terhadap kualitas kehidupan kerja perawat
obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Diagnosis
RS sehingga tidak menimbulkan kecelakaan budaya organisasi dilakukan berdasarkan
kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran tabulasi dari skor Organization Culture
dan bencana yang berdampak pada pekerja Assessment Instrument (OCAI). Analisis
RS, pasien, pengunjung dan masyarakat budaya organisasi berdasarkan kerangka
sekitarnya. persaingan nilai (Competing Value Framework)
Penjenjangan karir perawat mempunyai di mana budaya terbagi menjadi 4 kuadran
ma k na t i ng kat a n kompetensi u nt u k tipe budaya yang dominan yaitu budaya klan
melaksanakan asuhan keperawatan yang (clan culture), budaya pasar (market culture),
akuntabel dan etis sesuai batas kewenangan. budaya hierarki (hierarchy culture) dan budaya
Program jenjang karir bagi perawat di RSUD adhokrasi (adhocracy culture).
Dr. Soetomo Surabaya sudah ada, tetapi Hasil kuesioner OCAI tipe budaya
pelaksanaannya belum sesuai harapan. organisasi saat ini di Instalasi Rawat Inap
Hal tersebut karena program yang dibuat Bedah RSUD Dr. Soetomo ada 3 tipe budaya,
tanpa diimbangi pelaksanaan yang sesuai, yaitu clan, hierarchy, dan didominasi budaya
akibatnya jenjang karir masih belum dirasakan adhocracy. Budaya adhocracy bercirikan
manfaatnya oleh perawat. Tidak ada perbedaan tempat kerja yang dinamis, kewiraswastaan
kompetensi dalam memberikan asuhan dan kreatif. Orang-orang didalamnya berani
keperawatan kepada pasien sesuai jenjang bertanggung jawab dan mengambil risiko.
pendidikan ataupun perawat klinis. Hal Perekat organisasi adalah komitmen bersama
tersebut menjadi salah satu kurangnya motivasi untuk selalu mencoba hal baru/inovasi dan
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke bereksperimen. Organisasi mendorong
jenjang yang lebih tinggi, sehingga apabila individu dalam organisasi untuk mengambil
dilakukan penilaian sebagian besar perawat di inisiatif. Ruangan Bedah A menganut tipe
IRNA Bedah belum pada jenjang pendidikan budaya hierarki, di mana budaya ini bercirikan
profesional yaitu minimal sarjana dan profesi pada tempat kerja yang formal dan terstruktur.
Ners. Pendidikan berkelanjutan diharapkan Standar prosedur menentukan apa yang
dapat mengubah pola pikir dalam memberikan dikerjakan. Pimpinan organisasi bangga
keperawatan kepada pasien. sebagai koordinator dan ahli organisasi yang
Remu ner a si d i r a sa k a n per awat mementingkan efektivitas. Menjaga organisasi
masih belum sesuai dengan harapan karena yang lancar kerjanya adalah prioritas utama.

337
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 332–342

Aturan formal, disiplin, efisiensi dan kebijakan Peng u k u r a n bud aya orga n isa si
formal dibutuhkan untuk menjaga kesatuan memberikan manfaat utama antara lain
organisasi. anggota organisasi menjadi sadar akan budaya
Tipe budaya organisasi yang diharapkan organisasi saat ini dan budaya organisasi yang
dalam lima tahun mendatang di IRNA Bedah diinginkan sehingga dapat menjadi momentum
RSUD Dr. Soetomo yaitu didominasi budaya untuk melakukan perubahan, resistensi
organisasi clan dan satu unit mengharapkan terhadap perubahan dapat diantisipasi,
budaya market. Budaya market merupakan menjadi dasar untuk rencana perubahan yang
tipe budaya yang diinginkan di ruangan Bedah sistematis dan bertahap. Penilaian OCAI
B. Tipe budaya ini bercirikan budaya pasar akan menjadi langkah intervensi awal untuk
yang tidak ramah, kompetitif serta perilaku memungkinkan perubahan. Mendiskusikan
konsumen yang cenderung memilih dan hasil OCA I, mela k u kan dialog d an
tertarik pada nilai-nilai sehingga menempatkan peningkatan kesadaran adalah hal yang sangat
organisasi pada bisnis yang selalu berusaha penting. Ini akan mengawali proses mental
meningkatkan persaingan. Tugas utama yang dibutuhkan untuk membawa perubahan
manajemen adalah mengendalikan organisasi yang berkesinambungan. Keinginan baik akan
untuk mencapai produktivitas, hasil, tujuan, diwujudkan menjadi perilaku dan perubahan
ser ta keuntungan. Ruangan Bedah B yang nyata.
merupakan tempat rawat inap dengan pasien Budaya organisasi adalah sistem
klas 3, hal ini perlu ditelaah lebih lanjut apakah makna, nilai-nilai dan kepercayaan yang
budaya harapan ini dapat menjadikan kinerja dianut bersama dalam suatu organisasi
dan kepuasan kerja perawat lebih meningkat yang menjadi rujukan untuk bertindak
dibandingkan budaya adhocracy yaitu budaya dan membedakan organisasi satu dengan
saat ini apabila diterapkan. organisasi lain (Robbins, 2005). Budaya
Budaya organisasi saat ini di ruangan organisasi selanjutnya menjadi identitas atau
Bedah D adalah clan yaitu budaya yang karakter utama organisasi yang dipelihara
memiliki karakter kekeluargaan, di mana dan dipertahankan. Budaya organisasi yang
terdapat lingkungan yang mengatur dengan baik dan kuat dapat menciptakan kualitas
baik melalui teamwork, pengembangan SDM, kehidupan kerja yang baik bagi perawat.
serta memperlakukan konsumen sebagai RSUD Dr. Soetomo di Surabaya dengan
rekanan. Tugas utama dari manajemen klasifikasi A, Rumah Sakit Pendidikan
adalah mengendalikan dan membina (Teaching Hospital), Rumah Sakit Pusat
karyawan sehingga memudahkan mereka Rujukan Wilayah Indonesia Bagian Timur
untuk berpartisipasi. Kondisi demikian (Top Referal), serta Rumah Sakit terbesar
menunjukkan pada unit pelayanan keperawatan di Wilayah Indonesia Bagian Timur berdiri
mengharapkan budaya organisasi yang sama sejak tahun 1938 sehingga memiliki budaya
dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam organisasi yang sudah berakar kuat. Menurut
berperilaku. Robbins (2005) budaya asli diturunkan dari
Hasil skor budaya saat ini dengan skor falsafah pendirinya, selanjutnya budaya ini
budaya yang diharapkan dapat dilakukan akan sangat mempengaruhi kriteria yang
pembandingan. Hasil skor budaya organisasi digunakan dalam mempekerjakan karyawan.
saat ini dan harapan memiliki kesenjangan. Budaya organisasi tidak terbentuk dengan
Pada tipe budaya organisasi clan dan market sendirinya, melainkan dipengaruhi beberapa
memiliki kesenjangan positif, ini berarti faktor. Faktor yang membentuk budaya
responden mengharapkan tipe budaya tersebut organisasi menurut George (2005) adalah
ditingkatkan. Sedangkan pada tipe budaya karakteristik dari orang-orang di dalam
adhocracy dan hierarchy memiliki kesenjangan organisasi, etika organisasi, hubungan antar
negatif, yang berarti responden mengharapkan karyawan, dan desain dari budaya organisasi.
tipe budaya tersebut berkurang. Karakteristik dari orang-orang di dalam

338
Budaya Organisasi dan Quality of Nursing Work Life (Rini Winarsih, dkk.)

organisasi, implikasi penting dari hal ini adalah motivasi yang besar untuk memberikan
anggota organisasi mempunyai kemiripan. kemampuan terbaiknya. Nilai-nilai yang
Hubungan antar karyawan dibentuk melalui dianut membuat anggotanya merasa nyaman
kebijakan SDM dan praktiknya, seperti bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan
perekrutan, promosi, gaji. Ditinjau dari desain, serta berusaha lebih keras dan mampu
nilai budaya memperkuat proses integrasi dan meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja
koordinasi. anggotanya. Semakin kuat budaya organisasi,
Hasil penelitian untuk mengetahui tipe semakin besar dorongan anggotanya untuk
budaya organisasi yang diharapkan dalam maju bersama dengan organisasi. Berdasarkan
lima tahun mendatang di RSUD Dr. Soetomo hal tersebut, pengenalan, penciptaan, dan
didominasi budaya organisasi clan. Hal ini pengembangannya dalam suatu organisasi
sejalan dengan penelitian Goodman (2001) mutlak diperlukan dalam rangka membangun
bahwa budaya organisasi (nilai budaya organisasi yang efektif dan efisien sesuai
kelompok) berpengaruh positif terhadap dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak
kualitas kehidupan kerja yang terdiri dari dicapai.
komitmen organisasi, keterlibatan kerja, Organisasi yang memiliki budaya
pemberdayaan dan kepuasan kerja. Budaya yang kuat akan menghasilkan kinerja yang
yang menekankan nilai budaya kelompok baik dalam jangka panjang. Budaya yang
cenderung memiliki kualitas kehidupan kerja kuat artinya seluruh karyawan memiliki satu
yang besar, tapi bukan berarti budaya yang persepsi yang sama dalam mencapai tujuan
ideal adalah yang menekankan pada nilai perusahaan. Kesatuan persepsi didasarkan
kelompok karena penekanan yang terlalu pada kesamaan nilai yang diyakini, norma
berlebihan pada budaya bisa menyebabkan yang dijunjung tinggi, dan pola perilaku yang
difungsional organisasi. Oleh karena itu ditaati (Darsono, 2010).
competing values framework menekankan Budaya yang kuat merupakan kunci
pentingnya bagi organisasi untuk menyatukan kesuksesan sebuah organisasi. Menurut Ndraha
elemen dari 4 tipe budaya tersebut. Penelitian (2004) budaya yang kuat mempunyai tiga
oleh Gifford (2002) menunjukkan budaya ciri, yaitu kejelasan nilai-nilai dan keyakinan
organisasi memiliki pengaruh terhadap kualitas (clarity of ordering), penyebaran nilai-nilai
kehidupan kerja perawat. Budaya organisasi dan keyakinan (extent of ordering), dan
dan kualitas kehidupan kerja perawat dapat kekokohan nilai-nilai inti dan keyakinan (core
meningkatkan efektivitas organisasi (An, Ji- values being intensely held). Menurut Robbins
Young, et al., 2011). (2005) budaya yang kuat ditandai oleh nilai-
Keberhasilan suatu organisasi sangat nilai inti yang dipegang teguh dan disepakati
erat kaitannya dengan kualitas kinerja secara luas dalam sebuah organisasi. Semakin
anggotanya. Kinerja adalah hasil kerja yang banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti
dapat ditampilkan karyawan. Kinerja dapat semakin besar komitmen mereka terhadap
diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau nilai-nilai tersebut.
hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu Kualitas kehidupan kerja mempunyai
(Notoatmodjo, 2009). Kinerja pegawai pengaruh terhadap kinerja karena mampu
yang tinggi akan mendukung produktivitas untuk meningkatkan peran ser ta dan
organisasi, sehingga sudah seharusnya su mba ngsi h pa r a a nggot a t e rha d ap
pimpinan organisasi senantiasa memperhatikan organisasi dan menumbuhkan keinginan
peningkatan kinerja anggotanya demi para karyawan untuk tetap tinggal dalam
kemajuan organisasi. Peningkatan kinerja organisasi. Kehidupan kerja perawat yang
anggotanya juga erat kaitannya dengan cara dipengaruhi faktor lingkungan kerja yang
bagaimana organisasi mengembangkan budaya saling berpengaruh terhadap kepuasan perawat
organisasi yang ada. dalam mencapai keinginan dan mempunyai
Budaya organisasi dapat meningkatkan harapan tinggi dalam kehidupan melalui upaya
kinerja anggotanya karena menciptakan bekerja secara professional dalam suasana

339
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 332–342

dan lingkungan kerja yang mendukung untuk mendukung dilakukan oleh Gayathiri &
menciptakan perawat berprestasi, bernilai Ramakrishnan (2013) yang menyatakan bahwa
tinggi, bermanfaat bagi diri sendiri dan rumah ada pengaruh antara kualitas kehidupan kerja
sakit, sehingga produktivitas meningkat perawat terhadap kepuasan kerja.
sesuai tujuan rumah sakit (Lee, Dai, Park, Kepuasan kerja perawat berpengaruh
dan McCreary, 2013). terhadap kinerja perawat di RSUD Dr. Soetomo
Budaya organisasi mengacu kepada Surabaya. Kepuasan kerja mempunyai peranan
sistem makna bersama yang dianut oleh penting terhadap prestasi kerja karyawan,
anggota-anggota organisasi yang membedakan ketika seorang karyawan merasakan kepuasan
organisasi itu dari organisasi lain. Suatu dalam bekerja maka seorang karyawan akan
sistem nilai budaya yang tumbuh menjadi berupaya semaksimal mungkin dengan
kuat mampu memacu organisasi ke arah segenap kemampuan yang dimiliki untuk
perkembangan yang lebih baik. Semakin baik menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan
budaya kerja maka kinerja akan semakin tinggi menghasilkan kinerja dan pencapaian yang
begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti bahwa baik bagi organisasi.
setiap perbaikan budaya kerja ke arah yang K a r yawa n ya ng me r a sa pu a s ,
lebih kondusif akan memberikan sumbangan berkomitmen dan dapat menyesuaikan diri
yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja dengan baik untuk lebih berisiko bekerja guna
pegawai, demikian juga sebaliknya. Hasil memenuhi tujuan organisasi dan memberikan
penelitian Waridin dan Masrukhin (2006) pelayanan sepenuh hati pada organisasi dengan
menunjukkan bahwa budaya organisasi yang meningkatkan kinerja yang akan mendukung
diindikasikan dengan budaya dituntutnya efektivitas organisasi dibandingkan dengan
pegawai mencari cara-cara yang lebih efektif pekerjaan yang tidak puas.
dan berani menanggung risikonya, cermat Faktor-faktor yang ber pengar uh
dalam melaksanakan pekerjaan, perhatian pada terhadap kinerja menurut Ilyas (2005) meliputi
kesejahteraan pegawai, tuntutan konsentrasi karakteristik pribadi yang terdiri dari usia,
yang dicapai, semangat yang tinggi dalam jenis kelamin, pengalaman, orientasi dan
bekerja, serta kewajiban dalam merealisasikan gaya komunikasi, motivasi, pendapatan dan
target dan tugas instansi mempunyai pengaruh gaji, lingkungan, organisasi, supervisi dan
positif terhadap kinerja pegawai. pengembangan karir. Faktor produktivitas
Budaya organisasi dan k ualitas organisasi ada empat determinan utama,
kehidupan kerja perawat memiliki pengaruh yaitu prestasi kerja, lingkungan, karakteristik
yang signifikan terhadap kepuasan kerja organisasi, karakteristik kerja dan karakteristik
perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. individu. Karakteristik kerja dan karakteristik
Sebagian perawat menyatakan kurang puas pada organisasi akan memengaruhi karakteristik
indikator gaji, fasilitas dan promosi. Menurut individu seperti imbalan, penetapan tujuan
Lau (2000) kriteria dari kualitas kehidupan akan meningkatkan motivasi kerja, sedangkan
kerja meliputi gaji dan tunjangan, peluang, prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan dan
keamanan dalam bekerja, bangga terhadap program pengembangan akan meningkatkan
pekerjaan dan institusinya, keterbukaan dan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
keadilan, serta kenyamanan dan keakraban. dari individu.
Variabel untuk mendeskripsikan kualitas
kehidupan kerja menurut Goodman et al,
SIMPULAN DAN SARAN
(2001) meliputi kepuasan kerja, komitmen
organisasi, pemberdayaan, dan keterlibatan Simpulan
kerja. Budaya organisasi yang kuat dapat
Hasil penelitian Manojlovich & menciptakan kualitas kehidupan kerja yang
Laschiger (2007) menyatakan kualitas baik bagi perawat dalam meningkatkan
kehidupan kerja perawat ber pengar uh kinerja dan kepuasan kerja perawat di RSUD
terhadap kepuasan kerja. Penelitian lain yang Dr. Soetomo Surabaya. Peningkatan kualitas

340
Budaya Organisasi dan Quality of Nursing Work Life (Rini Winarsih, dkk.)

kehidupan kerja perawat di RSUD Dr. Soetomo of Healthcare Management, 47 (1),


Surabaya dipengaruhi oleh faktor sosial dan 13–26.
lingkungan, faktor operasional, dan faktor Good man, E.A., Zam muto., Gifford,
administrasi. B.D. 2001. The Competing Values
Framework: Understanding the impact
Saran of Organizational Culture on the Quality
of Work life. Organization Development
Komitmen manajemen rumah sakit Journal, 19 (3). Pg. 58.
dibutuhkan dalam membangun peningkatan Grossmann. 1999. The Human Capital Model
kualitas kehidupan kerja perawat melalui of The Demand for Health. Cambrigde:
komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang Nat ional Bu reau of E conom ic
efektif dan dapat menjadi motor penggerak Research.
organisasi yang berkualitas, serta hubungan Ilyas, Y. 2005. Perencanaan Sumber Daya
kerja sama yang terjalin dengan baik antar Manusia Rumah Sakit. Jakarta: FKM-
perawat, antar departemen dan antar profesi UI.
di lingkungan kerja, pengelolaan sumber daya Lau, R.S.M. 2000. Quality of work life and
manusia yang efektif dan efisien, perlakuan performance: An ad hoc investigation
yang fair, adil, dan suportif dalam pemberian of two key elements in the service profit
remunerasi, serta memberikan kesempatan chain model. International Journal of
bagi tiap perawat untuk mewujudkan diri dan Service Industry Management, 11 (5),
422–434.
berperan aktif dalam pengambilan keputusan
Lee, Y-W., Dai, Y-T, Park, C-G., & McCreary,
yang melibatkan pekerjaannya.
L. L. 2013. Predicting quality of work
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan
life on nurses’ intention to leave.
dengan menganalisis pengaruh empowerment Journal of Nursing Scholarship, 45(2),
dan job involvement terhadap kualitas 160–168.
kehidupan kerja perawat. Manojlovich, M. & Laschinger, H. 2007. The
Nursing Worklife Model: Extending
and Refining a New Theory. Journal of
KEPUSTAKAAN
Nursing Management, 15, 256–263.
An, JY., Yom, YH., Ruggiero, J.S. 2011. Ndraha, Talizuduhu. 2004. Budaya Organisasi.
Organizational Culture, Quality of Work Jakarta: Rineka Cipta.
Life, and Organizational Effectiveness Notoatmojo, S. 2000. Metodologi Penelitian
in Korean University hospitals. Journal Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
of Transcultural Nursing, 22(1), 22–30. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Darsono. 2010. Hubungan Perceived Service Keperawatan Pendekatan Praktis.
Quality dan Loyalitas:Peran Trust dan Jakarta: Salemba Medika.
Satisfaction sebagai Mediator. Jurnal Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan.
Bisnis Perspektif, Vol. 2 No. 1, hal 43– Jakarta: Salemba Medika.
57. Organizational Culture Assessment Instrument
Gayathiri, R. & Ramakrishnan, L. 2013. Public Administration. OCAI Online,
Quality of Work Life-Linkage with 2010.
Job Satisfaction and Performance. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
International Journal of Business and Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
Management Invention, 2(1), 1–8. 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta.
George. 2005. Understanding and Managing Rivai, Veithzal. 2006. Manajemen Sumber
Organizational Behavior. 5nd Edition. Daya Manusia untuk Perusahaan.
Upper Saddle River: Pearson Prentice- Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hall. Robbins, S. & Judge, T. 2008. Perilaku
Gifford, B.D., Zammuto, R.F., Goodman, organisasi. (Terj. D. Angelica, R.
E.A., Hill, K.S. 2002. The Relationship Cahyani, dan A. Rosyid) Edisi 12.
Between Hospital Unit Culture and Jakarta: Salemba Empat. (Buku asli
Nurses Quality of Work Life. Journal tahun 2007)

341
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 332–342

Robbins S. 2005. Prinsip-prinsip Perilaku Waridin & Masrukin. 2006. Pengaruh


Organisasi. Edisi kelima. (Terj. Halida Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,
dan D. Sartika) Jakarta: Erlangga. Budaya Organisasi dan Kepemimpinan
Swansburg, R.C. 2000. Kepemimpinan Dan terhadap Kinerja Pegawai. Ekobis,
Manajemen Keperawatan Untuk Volume 7, No. 2.
Perawat Klinis, Alih Bahasa Suharyati
Samba. Jakarta: EGC.

342

Anda mungkin juga menyukai