Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

KONSTRUKSI KAYU
Critical Book Report (CBR) Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Konstruksi Kayu.

DISUSUN OLEH :
NAMA MAHASISWA : YOHANA OCTAVIANI .D
NIM : 5193111007
KELAS : PTB REGULER A’19
MATA KULIAH : KONSTRUKSI KAYU

DOSEN PENGAMPU:
1.Drs. Mintoro Priyadi, M.Pd.
2.Liana Atika, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan tugas ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
KONSTRUKSI KAYU, yang menjadi salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan
pegangan dalam proses belajar mengajar matakuliah yang diampu oleh Bapak Drs. Mintoro
Priyadi,M.Pd. dan Ibu Liana Atika, S.Pd., M.Pd., serta dengan harapan untuk memotivasi
penulis dan para pembaca, sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi yang
berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Saya menyadarai bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas ini tidak akan selesai
dengan baik dan lancar.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas yang akan datang. Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
memenuhi harapan berbagai pihak.

Medan, 15 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4

B. Tujuan CBR ...................................................................................................... 4

C. Manfaat CBR .................................................................................................... 4

BAB II ISI RINGKASAN MATERI


A. Keawetan Kayu................................................................................................. 5

B. Perbedaan Mutu Kayu A dan Mutu Kayu B ....................................................... 9

C. Kadar Lengas Kayu ......................................................................................... 10

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 11

B. Saran............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Meringkas materi merupakan sebuah hal untuk menemukan ide ataupun memberikan
penilaian terhadap isi sebuah bacaan untuk menguji ataupun menilai kebenaran isi,
kemuktahiran sebuah isi bacaan , dan melatih sebuah penulis untuk menjadi hal yang lebih baik
lagi kedepannya apabila penulis ingin menjadi seseorang yang ahli dalam menyusun sebuah
materi konstruksi kayu.

B. Tujuan Critical Book Report

 Menemukan intisari ataupun ide gagasan dari dalam sebuah informasi.

 Meringkas materi tersebut untuk mempermudah pembaca untuk memahami intisari


ilmu yang disampaikan oleh penulis.
 Menemukan kekurangan dan kelebihan dalam isi sebuah materi

 Mengetahui lebih dekat mengenai identitas yang di kritik tersebut.

 Mengetahui kemuktahiran isi materi yangdisampaikan tersebut.

 Menyimpulkan isi pembahasan dalam sebuah materi tersebut.

C. Manfaat Critical Book Report

 Mahasiswa dapat melatih diri secara mandiri untuk memahami ringkasan ilmu isi
tersebut.
 Mahasiswa secara mandiri dapat menyimpulkan dan memberikan saran mengenai
kekurangan isi materi tersebut.
 Mahasiswa secara langsung dapat memehami cara menjadi penulis informasi dari
sebuah materi yang disampaikan dengan baik.

4
BAB II

ISI RINGKASAN MATERI


A.KEAWETAN KAYU

Kayu sebagai bahan konstruksi memiliki kelemahan, yaitu tentang keawetan, untuk
mencegah kerusakan kayu, perlu adanya pengawetan. Keawetan kayu serta klasifikasinya
berdasarkan percobaan-percobaan, tanpa diadakan pengawetan kayu terlebih dahulu. Kayu
dibiarkan rusak oleh pengaruh beberapa hal seperti pengaruh dari tanah, panas, hujan, dan
oleh serangga maupu cendawan.
Hal-hal yang menentukan klas-awet kayu tercantum, seperti:

a.Lamanya kayu bertahan sebagai penopang yang ditanam di tanah dan dibiarkan terkena
hujan dan pans.
b.Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas, tetapi tidak berhubungan
dengan tanah basah.
c.Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tutup atap.
d.Diserang rayap.
e.Diserang bubuh dan serangga lainnya.

Dalam dunia konstruksi dikenal istilah keawetan dan kekuatan, hal ini berhubungan
dengan kelas kayu. Oleh para ahli sesuai dengan hasil penelitian, berbagai macam kekuatan
dan keawetan biasanya berhubungan, dimana biasanya kayu keras dan kuat terhadap
konstruksi lebih awet dari kayu yang kurang kuat. Berikut beberapa klasifikasi keawetan
kayu.

Kelas Awet Kayu, dikategorikan ke dalam beberapa kelas;

1. Kelas awet I (sangat awet), misal: kayu Jati, Sonokeling

2. Kelas awet II (awet), misal: kayu Merbau, Mahoni

3. Kelas awet III (kurang awet), misal: kayu Karet, Pinus

4. Kelas awet IV (tidak awet), misal: kayu Albasia

5. Kelas awet V (sangat tidak awet).

5
Tabel 1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya.

KELAS AWET I II III IV V


Selalu berhungan 8 5 3 Sangat Sangat
dengan tanah lembab. tahun tahun tahun pendek pendek
Kayu tidak terlindung
terhadap angin dan iklim, 20 15 10 beberapa sangat
tetapi dilindungi terhadap tahun tahun tahun tahun pendek
air.
Kayu ditempatkan di tidak tidak sangat beberapa pendek
tempat terlindung. terbatas terbatas lama tahun
Kayu ditempatkan di tidak tidak tidak 20
tempat terlindung tapi terbatas terbatas terbatas tahun tahun
dirawat, di cat, dsb.
Kayu termakan / tidak jarang agak sangat sangat
terserang rayap cepat cepat cepat
Kayu termakan oleh
bubuk kayu, rayap dan tidak tidak hampir tidak sangat
serangga lain tidak seberapa cepat

Jenis kayu dari klas-awet I dan II, bila digunakanuntuk konstruksi yang terlindung
dari panas dan hujan, dapat bertahan hingga usia ratusan tahun. tetapi bila digunakan untuk
bagian-bagian konstruksi yang sering terkena hujan dan panas, lambat laun akan cepat rusak
dan lapuk, serta terkena serangan serangga. Sementara untuk jenis-jenis kayu dari klas-awet
III-V, tidak tahan terhadap serangan serangga tertentu, oleh karena itu untuk tidak sering
mengganti konstruksi kayu dalam waktu yang pendek, maka harus diberikan tambahan
pengawetan pada konstruksi kayu sebagai pelindung terhadap serangan serangga da lainnya
dan bisa bertahan sedikit lebih lama. adapun cara pengawetan kayu yang bisa ditepkan yaitu:
1.Meni
Permukaan kayu yang menempel pada tembok, anatara lain bagian belakang kosen, bagian
gelagar kayu yang menumpang pada tembok, dan lainnya, diberi lapisan meni, untuk menahan
masuknya lembab yang berasal dari tembok. Pengolesan meni sebaiknya dilakukan dua kali.

2. Membakar Kayu.

Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan luar kayu
tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap. Cara ini biasanya
dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam tanah. Cara ini tidak baik

6
sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah masuk dalam retak-retak itu dan
akan menyebabkan rusaknya kayu.
3. Mengetir kayu

Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam tir yang
sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer” warnanya coklat muda dan cair.
4. Penggunaan Karbolium.

Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan getahnya masih
bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya untuk tiang
jembatan dalam laut, perahu.
5. Penggunaan Minyak Kreosoot.

Kayu yang akan di-kreosoot dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar
getah kayu keluar. Air panas yang tercampur getah dan angin dipompa keluar. Lewat saluran
pipa lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai 60 0 C dimasukan, lalu diproses sampai
10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti
mengetir.
6. Proses Wolman.

Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na Fe di
tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu yang akan
diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air yang sudah
dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.
7. Cat

Lapisan cat, selain merupakan lapisan penahan lembab atau penahan perusakan kayu
terhadap serangan serangga, juga dapat memberi keindahan pada bangunan keseluruhan.
Perlu diperhatikan, bahwa sebelum melakukan pengecatan, kayu harus telah kering udara.
Kayu yang masih basah, kemudian dicat menyebabkan terjadinya pembusukan kayu atau
pelapukan karena airnya tak dapat lagi menguap keluar.
8. Plitur atau Vernis

Kayu yang uratnya bagus dan yang digunakan untuk mebel atau perabot rumah, diberi lapisan
plitur atau vernis agar kebagusan urat-urat kayu tetap terlihat. Cara ini merupakan penahan
terhadap kotoran-kotoran atau zat-zat lain, yang dapat merusak warna atau kebagusan kayu
tersebut. Selain itu ia bertugas sebagai penahan terhadap serangan serangga dan lain-lain.
9.Ter
Mengoles kayu dengan ter adalah termasuk cara pengawetan yang murah terutama untuk
konstruksi kayu yang tidak terlihat, berupa kuda-kuda. Ter kayu ada yang berasal dari kayu
yang banyak mengandung damar karbolineum yang berasal dari proses destilasi ter kayu, ter
arang batu.

7
10. Proses Kijan.
Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair putih yang
beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian ditumpuk pada tempat
yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan berwarna, setelah kering bisa di
cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada struktur yang berlengas, juga tidak baik
dipadukan (komposit) dengan besi.

Berdasarkan SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk


Bangunan Rumah dan Gedung sebagai berikut :
Pengawetan adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan
tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan
rumah dan gedung adalah kayu yang mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V
dan kayu gubal kelas I dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang
akan diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman, permukaan kayu harus
bersih dan siap pakai.

Peralatan yang digunakan dalam pengawetan dengan proses vakum tekan adalah
tangki pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan, tangki pencampur, pompa vacum,
pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa pemindah larutan, kompresor, manometer,
termometer, hidrometer, gelas ukur 100 mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman
diperlukan peralatan yaitu bak pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah
larutan, geas ukur, hidrometer termometer, timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk
rendaman panas dingin digunakan peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa
timbangan dan ditambah tungku panas.

Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan larutan, dan persiapan kayu
yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan cara vacum tekan, rendaman dingin
atau rendaman panas-dingin.

Setelah kayu diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan
ganjal yang seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan
matahari secara langsung sampai kering udara.

8
B.PERBEDAAN MUTU KAYU A DAN MUTU KAYU B
Berdasarkan peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), mutu kayu dibedakan
dalam mutu a dan mutu B. Perbedaan mutu kayu ditentukan oleh kondisinya (banyaknya
dan keadaan cacat - cacat kayu), yaitu mata kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya
kulit kayu), miring arah serat, retak - retak dan keadaan kadar lengas kayu kering udara.
Tabel 1.3. Klasifikasi Mutu Kayu.

KONDISI KAYU MUTU A MUTU B


1. Kadar lengas kering udara 12 - 18 % < 300 %
2. Mata Kayu d1 < 1/6 h, d2 < 1/6 b d1 < 1/4 h, d2 < 1/4 b
d1 < 3,5 cm, d2 < 3,5 cm d1 < 5 cm, d2 < 5 cm
d1,2 = diameter mata kayu d1,2 = diameter mata kayu
h = tinggi kayu h = tinggi kayu
b = lebar kayu b = lebar kayu

3. Wanvlak e1 < 1/10 b, e2 < 1/10 h e1 < 1/10 h, e2 < 1/10 h


e1,2 = lebar/tinggi wanvlak e1,2 = lebar/tinggi wanvlak
h = tinggi kayu h = tinggi kayu
b = lebar kayu b = lebar kayu

4. Miring arah serat tg < 1/10 tg < 1/10


5. Retak -retak hr < 1/4 b, ht < 1/5 b hr < 1/3 b, ht < 1/4 b

9
C.KADAR-LENGAS KAYU
Terdapat tiga macam kadar lengas pada kayu, yaitu : kadar kayu basah (baru ditebang),
kadar lengas kayu kering udara, dan kadar lengas kayu kering mutlak. Kayu basah mempunyai
kadar lengas antara 40 - 200 %, makin lama makin kering hingga mencapai kadar lengas antara
24 - 30 %. Kadar-lengas kayu di Indonesia berkisar anatara 12 - 30% dari kayu kering mutlak.
Kering mutlak dicapai dengan pemanasan dalam tungku pengering.

Proses pengeringan pada kayu mengakibatkan adanya pengerutan, sehingga sel-sel


kayu makin padat, dan menjadikan peningkatan kekuatan kayu. Dengan demikian turunnya
kadar lengas kayu meningkatkan kekuatan kayu.

Kayu sangat peka terhadap lembab udara, perubahan kadar lengas menyebabkan kayu
mengembang dan menyusut dan berpengaruh pada sifat-sifat fisik dan mekaniknya. Hal
tersebut menyebabkan kekuatan kayu yang berbeda.

Untuk mengetahui kadar-lengas kayu, harus dibuat batang uji yang diambil tanpa
memilih dari tempat yang berlainan, sekurangnya lima batang uji. dari kelima btang uji itu,
bagian tengahnya diambil dan dibentuk benda uji, dan setelah jadi segera ditimbang dan
hasilnya dicatat, dan kemudian dianginkan. Esoknya kembali lakukan aktifitas menimbang
dan catat hasilnya sampai tiap hari diadakan sehingga tercapai berat yang tetap yang berarti
bahwa kayunya telah kering udara. Bila seminggu atau lebih beratnya masih menurun, itu
berarti kayu masih basah. Untuk mempercepat pengeringan benda uji dimasukkan ke dalam
tungku pengering sampai tercapai kering mutlak, dan cepat ditimbang. Kemudian tiap hari
kenaikan berat dicatat, sehingga tercapai berat yang tetap. Demikianlah, dari perbandingan
berat dapat ditentukan kadar-lengas kayu.

10
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa materi yang didapatkan yaitu mengenai keawetan kayu dan mutu kayu
dapat disimpulakan bahwa kayu yang telah jadi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bahan
tambahan agar kayu tersebut dapat bertahan lama dari beberapa faktor seperti hujan , panas,
dan berbagai serangan serangga lainnya. Banyak macam cara untuk pengawetan kayu menjadi
salah satu solusi yang sangat baik agar kayu bisa bertahan dan selain itu juga sebagian dari cara
pengawetan kayu juga dapat digunakan dual fungsi yaitu sebagai pengawet dan menambah
nilai estetika dari kayu tersebut.
Untuk mutu kayu yang terbagi atau dua yaitu Mutu Kayu A dan Mutu Kayu B masing-
masing membawa ciri tersendiri dan bisa juga terlihat secara kasat mata.
Pengaruh lengas kayu juga sangat penting sebagai kegiatan percobaan untuk
mengetahui kadar lengas dari sebuah kayu dengan melakukan praktek yang dapat
menghasilkan perbandingan untuk mengetahui seberapa kadar lengas kayu tersebut.

B. Saran

Dalam membuat laporan CBR (Critical Book Review) perlu diperhatikan beberapa
ulasan ataupun teks bacaan agar tidak salah memilih materi mana yang akan dipergunakan
untuk meringkas karya CBR. Kita juga harus memilih mana materi yang benar dan smber
informasi yangjelas agar tidak terjadi kekeliruan data yang akurat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku Diktat Pendidikan Menengah Teknologi. 1997. Ilmu Bahan Bangunan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

https://eprints.uny.ac.id/48428/9/MODUL%20AJAR.pdf
https://eprints.uny.ac.id/62075/6/6.BAB%20II.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai