Anda di halaman 1dari 6

Identifikasi dan deskripsikanlah isu-isu global aktual yang berpotensi menimbulkan AGHT

1. Korupsi Dana Bansos


Sumber data: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58301733
Korupsi bansos Covid-19: Eks Mensos Juliari Peter Batubara di Vonis 12 Tahun penjara dan
denda Rp500 juta karena terbukti bersalah dalam korupsi terjadi ditengah pandemi covid-19 yang
terungkap Desember 2020 menerima suap lebih dari Rp32 miliar dari rekanan penyedia bansos
di Kemensos, menyepakati adanya fee untuk paket bansos yaitu fee tiap paket bansos disepakati
sebesar Rp10.000 paket sembako dari nilai Rp300.000 per paket bansos yang diterangkan oleh.
2. Hoaks Covid-19
Sumber data: https://www.youtube.com/watch?v=8NF5MCrv0Ws
Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi
menyebut, tantangan terbesar bagi sosialisasi, edukasi, dan percepatan vaksinasi adalah hoaks dan
misinformasi (https://www.liputan6.com). Hoaks seputar Covid-19 yang menimbukan AGHT
(Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan) menurut kami dalam menyelesaikan pandemi
ini adalah sebagai berikut: setelah vaksin malah menjadi lumpuh, meninggal dunia, sampai tubuh
tertanam chip, dan lainnya. Selain itu anggapan Covid-19 adalah penyakit seperti flu dan tidak
perlu masker. Bagaimanapun saat ini Indonesia juga sedang berperang dengan Covid-19 sebagai
pandemi. Perlu diketahui vaksin adalah usaha bangsa kita dalam menangani Covid-19, jika
masyarakat tidak bersatu dan memahami pentingnya vaksin, maka Covid-19 tidak bisa segera
menghilang. Sebagai masyarakat Indonesia yang memahami hakikat bernegara seharusnya
menyadari bahwa vaksin itu penting dalam perang melawan Covid-19.
3. Separatis OPM
Sumber data: http://www.pskp.or.id/2020/09/17/separatisme-penyebab-munculnya-konflik-di-
papua/
Gerakan separatisme di Papua terbilang cukup banyak, dan tidak semua disebut dengan istilah
umum Organisasi Papua Merdeka (OPM), seperti yang banyak dikenal. Mereka ada dibawah
beberapa bendera, seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB), United Liberation Movement
for West Papua (ULMWP), dll. Fakta: perlawanan bersenjata OPM pecah untuk pertama kalinya
pada 26 Juli 1965 di Manokwari. Kemudian, menurut laporan Institute for Policy Analysis of
Conflict (IPAC) berjudul “The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement”,
kegiatan penambangan Freeport pada 1973 memicu aktivitas militer OPM di wilayah Timika;
pada Mei 1977, sekitar 200 gerilyawan OPM menyerang Freeport dan direspons dengan operasi
militer, terutama di Desa Amungme; kasus-kasus lain juga kerap bermunculan.
1 Isu yang paling mengancam/ berbahaya dengan menggunakan analisis tapisan APKL dan USG
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan proses pemilihan isu
Perangkat evaluasi APKL memvalidasi isu berdasarkan empat item, yaitu:
- Analisis APKL

Faktor
No. Isu Keterangan
A P K L

1 Hoaks Vaksinasi Covid-19 V V V V Memenuhi Syarat

2 Korupsi Dana Bansos Covid 19 V V V V Memenuhi Syarat

Kelompok Separatis OPM V V - - Tidak Memenuhi


3
Syarat
Keterangan:
A: Aktual; P: Problematik; K: Kekhayalakan; dan L: Layak
- Analisis USG
Berdasarkan hasil analisis di atas, isu yang memenuhi syarat adalah “Korupsi dana Bansos”, dan
“Hoax Vaksinasi”. Kedua isu tersebut memenuhi syarat karena kelayakan untuk di angkat sebagai
isu kontemporer yang berpotensi menimbulkan AGHT (Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan
Tantangan) terhadap kehidupan bermasyarakat. Hasil validasi isu ditunjukkan oleh table Kriteria
APKL tersebut, terdapat dua isu valid yang kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan perangkat
USG. Analisis USG sebagai alat untuk mengetahui isu mana yang menjadi paling prioritas dengan
menggunakan kriteria Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut identifikasi
USG. Lebih jelasnya, kriteria USG dijelaskan sebagai berikut:

Kriteria
No. Isu Prioritas
U S G

1 Hoaks Vaksinasi Covid-19 5 5 5 15

2 Korupsi Dana Bansos Covid 19 4 4 4 12


Keterangan: (1) sangat tidak mendesak, (2) tidak mendesak,(3) cukup mendesak, (4) mendesak, (5)
sangat mendesak.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik USG, isu paling prioritas adalah “Hoax Vaksinasi
Covid 19”.
Penyebab-Penyebab Terjadinya Isu Tersebut Dengan Menggunakan Fishbone
1. Measurement
a. Efektivitas vaksin kurang jelas
b. Efektivitas vaksin berbeda beda
Setelah dilakukan uji klinis terhadap vaksin Sinovac di Indonesia, hasilnya adalah vaksin
tersebut hanya memiliki tingkat efektivitas 65,3% saja (CNN Indonesia, 2021). Ini
menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap proses vaksinasi Covid-19 menjadi
rendah.
c. Dampak vaksin berbeda beda tiap orang
2. Machine
a. Mudahnya menulis di media sosial
b. Peran media sosial yang mudah diakses
Hal di atas didukung oleh banyaknya aplikasi media sosial yang dapat diakses hanya dengan
bermodalkan email saja.
c. Terbatasnya alat dan bahan pembuat vaksin
3. Man
a. Kurang Tegasnya Pemerintah
Pemerintah masih dianggap kurang tegas terhadap isu hoaks vaksin Covid-19, apalagi yang
beredar melalu forum chatting instan seperti WA dan Telegram.
b. Pendapat Ahli/Tenaga Medis yang berbeda
c. Munculnya Buzzer penyebar info Hoax
Munculnya buzzer dadakan yang umumnya terjadi di forum chatting dan biasanya hanya
asal forward informasi ke forum lainnya tanpa memverifikasi kebenaran informasinya juga
menyumbang tumbuhnya hoaks tersebut.
d. Pengetahuan masyarakat masih kurang
e. Masyarakat yang terlalu parno terhadap vaksin
f. Banyak dimanfaatkan oknum
g. Kurangnya tenaga yang melakukan vaksin
h. Kurang percaya SDM bangsa Sendiri
4. Material
a. Vaksin berasal dari luar negeri
Karena vaksin berasal dari luar negeri banyak penyebar hoax yang menginformasikan bahwa
vaksin ini dimanfaatkan oleh pihak luar untuk mengambil banyak keuntungan di Indonesia.
b. Kandungan vaksin yang tidak dipahami oleh banyak orang
c. Vaksin berbagai macam sehingga menimbulkan kebingungan
d. Terbatasnya jumlah vaksin
5. Method
a. Uji klinis vaksin kurang meyakinkan
b. Pembuatan vaksin tidak dilakukan di Indonesia
c. Vaksin yang muncul di Indonesia pada saat ini masih diimpor dari luar negeri, hal ini
membuat metode pembuatannya juga tidak nampak, dengan demikian menjadi bahan
penyebar hoax bahwa vaksin dibuat dari bahan yang tidak halal, berbahaya, bahkan sampa
disusupi oleh chip.
Dampak yang Terjadi Jika Tidak Dicegah
Disini diuraikan dampak yang akan terjadi jika isu hoax tentang covid-19 tidak dicegah:
1. Hoax tentang kebenaran dari Covid 19, dampak yang akan muncul:
a. Berdasarkan survei BPS, Kurang lebih 17% atau sekitar 45 juta orang tidak percaya bahwa
Covid 19 itu ada. Ini menjadi berbahaya karena orang-orang tersebut dapat secara tidak sadar
menjadi perantara atau carrier tersebarnya virus ke orang lain sehingga ledakan jumlah kasus
yang terpapar menjadi tidak terkendali.
b. Orang-orang yang tidak percaya terhadap covid 19 ini akan menjadi penyebar informasi ke
orang-orang lain, sehingga tidak menutup kemungkinan, kelompok ini akan menjadi lebih
banyak dan akan berdampak pada mental yang yang sulit diatur dan provokatif.
2. Hoax mengenai penanganan Covid 19 menguntungkan pihak tertentu, dampak yang akan
muncul:
a. Krisis kepercayaan dari masyarakat kepada pemerintah. Hal ini terjadi karena masyarakat
berasusmsi bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dalam penanganan covid
19 ini dianggap semata-mata hanya kepentingan politis dan ekonomi.
b. Munculnya stigma negatif masyarakat. Parahnya, sebijak apapun langkah pemerintah atau
sebaik apapun kebijakan yang diambil, tetap saja dinilai negatif oleh rakyat.
3. Hoax mengenai vaksinisasi covid 19 disinyalir sebagai bisnis dan tidak perlu untuk dilakukan.
Dampaknya antara lain:
a. Herd Immunity akan semakin sulit terbentuk dan target vaksinasi sulit tercapai, mengingat
masyarakat enggan untuk mengikuti program vaksin dikarenakan banyaknya berita hoax
mengenai vaksin itu sendiri, seperti vaksin mengandung magnet, cukup konsumsi obat atau
susu tertentu untuk sembuh dari covid 19, vaksinasi sebabkan varian baru, dan lain
sebagainya.
b. Ledakkan kasus Covid 19 tidak dapat dikendalikan, hingga sejauh ini selain prokes sebagai
langkah preventif, vaksinisasi menjadi cara untuk mengatasi covid 19. Jika vaksinisasi tidak
terpenuhi dan masyarakat masih percaya terhadap hoax tentang vaksin maka ledakan kasus
akan terus terjadi tanpa dapat dibendung. Dan ini kan menjadi bahaya besar bagi peradaban
Upaya pencegahan atau antisipasi atau penyelesaian (kebijakan maupun teknis)
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun mengantisipasi beredarnya berita
hoaks terkait covid-19 adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah perlu membuat kebijakan (regulasi) bagi para penyelenggara platform media
sosial (misalnya dengan memberi sanksi),
b. Pemerintah perlu bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk mengedukasi masyarakat
tentang Covid-19 dalam bentuk onten yang diunggah di dunia maya terkait apa itu covid-
19, bagaimana gejalanya, dan upaya apa yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah
terjadinya penularan,
c. Pemerintah bekerja sama dengan akun-akun yang berpengaruh atau public figure untuk
menyebarluaskan berita yang benar,
d. Pemerintah bekerja sama dengan Google untuk menghapus konten yang mengandung
berita palsu,
e. Pemerintah membangun aplikasi berbasis android maupun situs berbasis web yang bisa
menjelaskan pada masyarakat mana saja situs yang berbahaya untuk dibuka, karena
kontennya yang hoax, atau berita-berita apa saja yang ternyata tidak benar,
2. Peran Anda sebagai ASN
Beberapa peran atau fungsi ASN dalam memerangi berita palsu (Indra, 2018) sebagai berikut:
a. Fungsi Edukasi. ASN diharapkan menjadi garda terdepan dalam mengedukasi
masyarakat tentang berita covid-19, misalnya dengan menghimbau sadar terhadap
kerugian menerima berita palasu (hoaks).
b. Fungsi Fasilitator. ASN dapat memberikan tips dan trik bagaimana cara memastikan
kebenaran sebuah berita. ASN juga dapat berperan sebagai influencer positif dalam
memerangi beredarnya berita palsu dalam rangka mencegah terjadinya perpecahan
lapisan masyarakat.
c. Fungsi Advokasi. ASN juga memiliki tugas dalam menghimpun laporan dari masyarakat
dan menindaklanjuti laporan-laporan mengenai maraknya berita palsu dengan Pihak
Kepolisian setempat sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
Daftar Pustaka
Bridgman, A., Merkley, E., Loewen, P. J., Owen, T., Ruths, D., Teichmann, L., & Zhilin, O.
(2020). The causes and consequences of COVID-19 misperceptions: Understanding the
role of news and social media. Harvard Kennedy School Misinformation Review, 1(3).
Indra, H. P. (2018). Tiga Fungsi PNS dalam Memberantas Hoaks di Masyarakat -
Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/tyobarsei/5abb6bf5cf01b409504c2483/3-fungsi-pns-
dalam-memberantas-hoax-di-masyarakat
Limaye, R. J., Sauer, M., Ali, J., Bernstein, J., Wahl, B., Barnhill, A., & Labrique, A. (2020).
Building trust while influencing online COVID-19 content in the social media world. The
Lancet Digital Health, 2(6), e277–e278.
Rahayu, R. N. (2020). Analisis Berita Hoax Covid-19 di Media Sosial di Indonesia. Jurnal
Ekonomi, Sosial & Humaniora, 1(09), 60–73.
Wicaksono, P. E. (2021). Kumpulan Hoaks Seputar Covid-19 Terbaru yang Beredar Lewat
WhatsApp - Cek Fakta Liputan6.com. https://www.liputan6.com/cek-
fakta/read/4623514/kumpulan-hoaks-seputar-covid-19-terbaru-yang-beredar-lewat-
whatsapp

Identitas Kelompok
Program Pelatihan Pelatihan Dasar CPNS Angkatan XLVI Tahun 2021
Gelombang 15
Kelompok 3 (Tiga)
Mata Pelatihan Analisis Isu Kontemporer
Widyaiswara Dr. Ganefo Ginting, S.T., M.M.
1. Baso Riadi Husda, S.Pd., M.Pd.
2. Ahmad Wahidiyat Haedar, S.Pd., M.Pd.
3. Yulingga Nanda Hanief, M.Or.
4. Wahyu Djoko Sulistyo, M.Pd.
5. Tomy Rizky Izzalqurny, S.E., M.S.A.
Anggota
6. Puteri Ardista Nursisda Mawangi, M.Pd.
7. Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.
8. Bobby Poerwanto, S.Pd., M.Si.
9. Asmayanti, S.E., M.M.
10. Yurina Gusanti, S.Sn., M.Sn.

Anda mungkin juga menyukai