Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 6

BIROKRASI dan GOVERNANSI PUBLIK

Nama : Yasinta Devi


Nim : 20042169
D.P : Adil Mubarak, S.IP, M.Si

*Contoh Kasus

KPK Tetapkan Wakil Ketua DPR Tersangka Dugaan Korupsi

Foto: Azis Syamsuddin (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


menetapkan Wakil Ketua DPR Azis Syamsudin sebagai tersangka dalam
kasus dugaan korupsi pemberian hadiah atau janji terkait penanganan
perkara di Kabutapen Lampung Tengah.

Azis ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menyuap penyidik KPK,


AKP Stepanus Robin Pattuju sekitar Rp 3,1 miliar dari komitmen awal Rp 4
miliar. KPK menahan Azis untuk 20 hari pertama terhitung sejak tanggal 24
September di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Polres Jakarta Selatan.

Azis disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1)
huruf b atau Pasal 13 Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor). Pasal 5 UU Tipikor berbunyi Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan atau pidana denda paling sedikit
Rp 50 juta dan paling banyak Rp 250 juta.
Sedangkan Pasal 13 UU Tipikor berbunyi, Setiap orang yang memberi hadiah
atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan atau denda paling
banyak Rp 150 juta.

Ketua KPK, Firli Bahuri mengatakan awalnya Azis menghubungi Stepanus


dan meminta tolong mengurus kasus yang melibatkan dirinya dan mantan
Ketua PP Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Aliza Gunado yang sedang
diselidiki oleh KPKpada Agustus 2020.

Stepanus kemudian menghubungi rekannya yang merupakan seorang


pengacara bernama Maskur Husain untuk ikut mengawal dan mengurus
perkara tersebut. Maskur menyampaikan pada Azis dan Aliza untuk masing-
masing menyiapkan uang sejumlah Rp2 miliar.

"SRP [Stepanus] juga menyampaikan langsung kepada AZ [Azis] terkait


permintaan sejumlah uang dimaksud dan kemudian disetujui oleh AZ," kata
Firli dalam jumpa pers di Gedung KPK, seperti dikutip dari CNN Indonesia,
Sabtu (25/9/2021).

Maskur diduga meminta uang muka terlebih dahulu sejumlah Rp300 juta
kepada Azis. Untuk teknis pemberian uang dari Azis, tutur Firli, dilakukan
melalui transfer ke rekening bank milik Maskur. Stepanus kemudian
menyerahkan nomor rekening bank dimaksud kepada Azis. Sebagai bentuk
komitmen dan tanda jadi, Azis mengirimkan uang sejumlah R p200 juta ke
rekening bank Maskur secara bertahap.

Stepanus kemudian datang menemui AZ di rumah dinasnya di Jakarta


Selatan pada bulan yang sama. Ia kembali menerima uang secara bertahap
dari Azis, yaitu US$100 ribu, Sin$17.600, dan Sin$140.500.
Firli mengatakan uang-uang tersebut ditukarkan oleh Stepanus dan Maskur
ke money changer untuk menjadi rupiah dengan menggunakan identitas pihak
lain.

"Sebagaimana komitmen awal pemberian uang dari AZ kepada SRP dan MH


sebesar Rp4 miliar, yang telah direalisasikan baru sejumlah Rp3,1 miliar,"
ujarnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210925064421-4-279051/kpk-
tetapkan-wakil-ketua-dpr-tersangka-dugaan-korupsi

==================

*Alasan kasus ini termasuk patoligi birokrasi


Patologi birokrasi di sebut juga dengan penyakit birokrasi. Birokrasi adalah sebuah
bentuk realisasi kinerja pemerintah. birokrasi berhubungan dengan pelayanan masyarakat dan
aparatur negara yang bertujuan untuk menciptakan kemakmuran serta memudahkan
pelayanan administrasi.
Namun, pada kenyataanya dan realisasi di lapangan berusan dengan pelayanan dan
birokrat. Birokrasi mengalami persoalan pelayanan, korupsi, kolusi, dan nepotisme,
penyalahgunakan wewenang kekuasaan, mempersulit urusan, berbelit-berbelit dan lain
sebagainya yang dikenal dengan penyakit birokrasi (patologi birokrasi). 
Jadi, kasus diatas termasuk salah satu penyakit (patologi) birokrasi yaitu karena kasus
ini termasuk penyalahgunaan wewenang, KKN, dan kasus suap. Kasus KKN di Indonesia
bukanlah suatu hal yang baru, hal ini sudah sering terjadi sejak dahulu yang terus terulang
dan tak sembuh-sembuh hingga saat ini dan menjadi penyakit yang sering muncul di
kalangan para birokra. Kasus korupsi yang merugikan negara dan masyarakat dengan jumlah
yang besar sebuah penyakit yang sangat parah sehingga korupsi pun di plesetkan dengan
sebutan “Maling”

* Rekomendasi cara mengatasi/Solusi


Penyakit birokrasi ini bukanlah hal yang baru tapi hal ini sudah berlangsung lama
sejak zaman dahulu zaman kerajaan, zaman kolonial hingga zaman sekarang. penyakit
birookrasi juga berkaitan dengan kekuasaan dan penelewengan kekuasaan dan wewenang,
dampak yang dirasakan masyarakat adalah burukna pelayanan publik, dan lambatnya
pembangunan Hal ini disebabkan karena lemahnya sistem dan organisasi birojrasi,
kelemahan dan kegagalan organisasi dalam membentuk sistem yang mencegah terjadinya
penyakit-penyakit bikokrasi. Maka salah satu upaya untuk memberantas penyakit birokrasi
adalah adanya sistem kontrol yang kuat serta akuntabilitas publik. dan mengadakan reformasi
birokrasi dengan melakukan pengawasan ketat dan konsisten terhadap pejabat birokrat,
penegak hukum, dan politisi salah satunya pelaporan kekayaan LHKPN dan perbaikan sistem
birokrat dan hukuman yang berat bagi para penyeleweng birokrasi sehingga memliki efek
jera sekaligus pemberantasan. dapat juga perunabahan sistem berorientasi pengembangan
teknologi sehingga dapat dilakukan dengan praktis dan lebih efisien.

====

Anda mungkin juga menyukai