Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM INKLUSIF

MADRASAH IBTIDAIYYAH TERPADU AR-ROIHAN

Oleh :
1. Alfi Zahronia Firdaus { D77219036 }
2. Arisa Savinatun Najah { D77219039 }
3. Gres Jesy Faiha Islami { D77219044 }
4. M.Mas’ud Yunus { D77219045 }
5. Muhimmatul Mujtahidah { D77219048 }
6. Nurus Shobach Izakiyah { D77219052 }
7. Qonita Salsa Bella { D77319054 }

Dosen Pengampu :
Prof, Dr. Hj. Zumrotul Mukaffa, M.Ag

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
A. Latar Belakang
Dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 menyatakan “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman
dan bertawwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) berakhlak mulia, (c) sehat,
(d) berilmu, (e) cakap, (f) kreatif, (g) mandiri, dan (h) menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab. Dari undang-undang tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendidikan perlu memiliki kurikulum. Apabila tidak
memiliki sebuah kurikulum, maka pendidikan tidak akan bisa berjalan jika
tidak menggunakan sebuah kurikulum1 .

Kehadiran Covid-19 pada tahun 2019 tatanan hidup seluruh umat


manusia, termasuk dunia pendidikan. Untuk mengakomondasi perubahan
yang terjadi, Kementrian Agama mengeluarkan beberapa kebijakan, salah
satunya yakni keputusan Direktur Pendidikan Islam No. 2971 Tahun 2020 yang
berisi panduan Kurikulum Darurat pada Madrasah. Keputusan tersebut
menyatakan bahwa pembelajaran pada masa pandemi harus tetap dilaksanakan,
akan tetapi berbeda cara pelaksanaanya dengan pembelajaran normal pada
umumnya. Berdasarkan keputusan tersebut, proses pembelajaran dapat
dilaksanakan di madrasah dan dirumah, dan bisa dengan cara face to face, tatap
muka terbatas, daring, maupun luring2 .

Pendoman dalam penyusunan kurikulum darurat tidak hanya untuk


kurikulum tertulis atau orang yang menyusun kurikulum atau yang biasanya
disebut dengan kurikulum ideal. Akan tetapi landasan dalam mengembangkan
kurikukulum darurat juga harus diketahui oleh pihak pengawas pendidikan dan
para pendidik serta pihak-pihak yang ikut mengelola pendidikan tersebut.

1Achjar Chalil, Pembelajaran Berbasis Fitrah (Jakarta: Balai Pustaka, 2009)hlm 30.
2Program Studi, Pendidikan Guru, and Madrasah Ibtidaiyah, “Inovasi Kurikulum Dan
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Uswatun Hasanah,” n.d., 1–5.
Tanpa adanya sebuah kurikulum darurat maka pendidikan bisa berantakan atau
tidak terarah tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu, dengan adanya
kurikulum darurat akan mempermudah dalam mengimplementasikan dan
melaksanakan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran selama masa pandemi
ini. Karena kurikulum adalah sebuah sistem yang memiliki beberapa
komponen yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik pada
pengembangan kurikulum darurat pendidikan inklusif di MIT Ar-Roihan
Lawang.

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan
kurikulum darurat pendidikan inklusi di MIT Ar-Roihan Lawang.

D. Landasan Teori
1. Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa “Kurikulum adalah sebuah seperangkat rencana dan
pengaturan yang berisi tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara atau
metode yang digunakan sebagai pendoman pelaksanaan suatu kegiatan
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran 3 . Menurut Oemar
Hamalik bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan
yang diinginkan dan menilai sampai dimana perubahan dimaksud telah
terjadi pada diri peserta didik. Adapun tujuan pengembangan kurikulum
yang substansial, yaitu :
a. Merekonstruksi kurikulum sebelumnya

3E Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


2013).
b. Menginovasi
c. Beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi positifnya)
d. Mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi berdasarkan
tujuan pendidikan nasional yang sudah dirumuskan.
Pengembangan kurikulum bukanlah hal yang merumitkan sistem
pembelajaran, melainkan sebuah langkah antisifatif dalam merespon
perubahan sosial yang terus berlangsung tanpa henti4 . Dalam penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan juga penelitian yang mendalam. Ada empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yakni: filosofis,
psikologis, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang bermula pada
kebutuhan, kepentingan dan inisiatif subjek didik.
Menurut Imam Barnadib bahwa kurikulum yang maju ialah
kurikulum yang tidak beku dan bisa direvisi, sehingga yang cocok adalah
kurikulum yang berpusat pada pengalaman. Kurikulum disusun dengan
pengalaman peserta didik baik pengalaman pribadi maupun pengalaman
sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman peserta didik dalam pemecahan masalah. Menurut
Progresivisme ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu :
1. Tidak universal (menyeluruh) melainkan berbeda-beda sesuai dengan
kondisi yang ada.
2. Disesuaikan dengan sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan
setiap peserta didik) atau chil centered.
3. Berbasis pada masyarakat.
4. Bersifat fleksibel dan bisa dirubah (direvisi)5
2. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

4 Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 11,
no. 1 (2017): 15, https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.61.
5 saifullah, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Banda Aceh, 2016).
yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. UU 20/ 2003 dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 (PP 19/2005)
tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, penyusunan
KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum
dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.6
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan proses
pengembangan kurikulum dengan menggunakan komponen-komponen,
yaitu : tujuan, isi atau materi, metode atau strategi, dan evaluasi. Adapun
juga proses pelaksanaan yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu :
1. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dilakukan oleh kepala
madrasah selaku administrator dan supervisor madrasah yang bertugas
untuk memberi arahan kepada seluruh pegawai madrasah, terutama guru
untuk bisa melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat
mengembangkan kurikulum madrasah menjadi lebih baik lagi.
2. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat kelas
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dilakukan oleh guru. Dalam
pelaksanaan pembelajaran seorang guru ketika masuk kelas
mengucapkan salam terlebih dahulu, kemudian berdoa bersama,
mengecek daftar hadir peserta didik, kemudian memberikan penjelasan
materi pembelajaran. Guru harus melakukan proses pembelajaran yang

6 Abdul Salim, “Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum Sekolah Inklusif Berbasis Kebutuhan
Individu Peserta Didik,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 16, no. 7 (2010): 21,
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i7.504.
sekreatif mungkin agar peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan pada
saat pembelajaran berlangsung.7
Pengembangan kurikulum memiliki empat tahapan adalah sebagai
berikut 8:
1. Pengembangan kurikulum tingkat nasional, yakni pengembangan yang
hanya membahas pendidikan dakam tingkat nasional yaitu pendidikan
informal, formal dan non formal.
2. Pengembangan kurikulum tingkat intitusi, yakni pengembangan yang
dilakukan dengan cara merumuskan tujuan yang hendak dicapai,
menyusun standar kompetensi lulusan, dan menetapkan isi keseluruhan
sebuah kurikulum.
3. Pengembangan kurikulum tingkat mata pelajaran yakni pengembangan
kurikulum dalam penyusunan RPP yang sudah di rancang oleh setiap
pendidik. Perencanaan tersebut mencakup alokasi waktu, metode
pembelajaran, materi pelajaran, KD, indikator, cara penilaian, sumber
belajar dsb yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran.
Pada sekolah/madrasah inklusi menerapkan beberapa model
pembelajaran inklusif yang diterapkan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus (ABK) yakni sebagai berikut :
1. Model substitusi, asrtinya mengganti salah satu bagian kurikulum dengan
sesuatu yang lain, yakni dengan cara memberikan meteri yang sebebot.
2. Model modifikasi, artinya peserta didik ABK menggunakan kurikulum
yang menyesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka.
3. Model omisi, artinya menghilangkan atau menghapus beberapa bagian
kurikulum umum supaya peserta didik ABK tidak kesulitan dalam
belajar dan tidak ada materi pengganti yang sebobot seperti model
substitusi.

7 Gita Tri Andini, “MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM Gita Tri Andini Madrasah
Tsanawiyah Al-Falah Cicalengka,” Jurnal Islamic Education Manajemen 3, no. 2 (2018): 159–69.
8 Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum.
4. Model duplikasi, artinya peserta didik ABK menerapkan kurikulum
umum, sehingga tidak ada perbedaan kurikulum untuk anak ABK dengan
siswa reguler.

3. Kurikulum Darurat
Kurikulum darurat adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud sebagai upaya agar para peserta didik dapat tetap
melaksanakan pembelajaran selama masa pendemi. Sehingga peserta didik
dapat tetap menerima pengetahuan dari guru maupun secara belajar mandiri.
Kurikulum darurat juga dapat diterapkan untuk segala jenjang pendidikan
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi.
Ada beberapa sekolah yang menerapkan PJJ yakni proses Pembelajaran
Jarak Jauh, face to face, tatap muka terbatas, luring dan daring9.
Kemang juga ikut berpartisipasi dengan mengeluarkan Pendoman
Kurikulum Darurat Madrasah. Kemendikbud mengeluarkan kebijakan
kurikulum darurat dengan tujuan untuk memperudah proses kegiatan belajar
mengajar selama masa pandemi berlangsung. Dan bertujuan meringankan
beban para guru, orangtua dan siswa dalam proses pembelajaran di masa ini.
Kemendikbud mengeluarkan tiga opsi pilihan yang dapat diterapkan oleh
sekolah maupun madrasah yakni yang pertama tetap menerapkan kurikulum
13, kedua menerapkan kurikulum darurat, dan yang ketiga
menyederhanakan diri. Keberadaan kurikulum dalam pendidikan sangat
mempengaruhi putih dan hitamnya pendidikan.

4. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif pada dasarnya adalah pend idikan yang
mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
(ABK/penyandang cacat) untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak
lain sebayanya di sekolah umum. Menurut Konferensi Dunia tentang

9 P dan K Kementrian, Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran Di Masa Pandemi, 2020.


Pendidikan Luar Biasa pada bulan Juni 1994 di Salamanca bahwa prinsip
mendasar dari pendidikan inklusif adalah selama memungkinkan, semua
anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan
ataupun perbedaan yang ada pada mereka.
Stainback dan Stainback mengemukakan bahwa sekolah inklusif
adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sunardi
(2005) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif menempatkan ABK
tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan
bagi ABK, dari semua jenis dan gradasi kelainan. Sementara itu, Skjorten
(2000) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi f sebagai system layanan
pendidikan yang mempersyaratkan: 1) ada ABK di sekolah umum; 2) ada
dukungan dari komunitas sekolah; 3) kurikulum fleksibel; 4) pembelajaran
bervariasi; 5) ada guru kelas dan guru khusus; 6) terjadi modifikasi tehnik
evaluasi, dan 7) tidak ada anak tinggal kelas.
Pendidikan inklusif di Indonesia sudah dirintis sejak tahun 2003.
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.66/MN/
2003, 20 Januari 2003 perihal Pendidikan Inklusif bahwa di setiap
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia sekurang-kurangnya harus ada 4
sekolah penyelenggara inklusif, yaitu di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK
masing-masing minimal satu sekolah. Sampai akhir tahun 2006 telah
dirintis sebanyak 775 sekolah inklusif di Indonesia dengan perincian
sebanyak 573 sekolah jenjang SD, 101 sekolah jenjang SMP dan 101
sekolah jenjang SMA. Penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia
sekarang telah memiliki landasan yuridis yaitu Pera turan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 , Tahun 2009 . 10
5. Profil MIT Ar-Roihan
Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang Malang berdiri
pada tanggal 11 Januari 2008 dengan akte notaris no. 5/11 Januari 2008.

10Salim, “Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum Sekolah Inklusif Berbasis Kebutuhan


Individu Peserta Didik.”
Izin Operasional Departemen Agama didapat pada tahun 2009, namun
diperbarui pada tahun 2010 dengan nomor Statistik: 111235070120.
Madrasah ini berada dibawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam
Ar-Roihan. Sekolah yang beralamatkan di Jl. Monginsidi no. 2 Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang ini merupakan madrasah swasta yang didirikan
oleh Lailil Qomariyah, M.Pd. yang juga menjabat sebagai kepala madrasah
sejak 2008-sekarang.
Selain menerima siswa normal, Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-
Roihan Lawang Malang juga menerima siswa yang memiliki kebutuhan
khusus sejak tahun 2010, yang membuat madrasah ini menjadi satu-satunya
madrasah swasta inklusif di daerah Malang. Namun, izin madrasah inklusif
baru didapat pada tahun 2016, berupa Surat Keputusan (SK) Direktur
Jendral Pendidikan Islam nomor 3211 tahun 2016 tentang Penetapan 22
(dua puluh dua) Madrasah Inklusif.Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan
Lawang Malang lebih dikenal dengan nama MI Terpadu Ar-Roihan.
Maksud kata “Terpadu” adalah terpadu dalam arti Ketauhidan dan dalam
jenjang pendidikan lanjutan. Secara filosofis adalah ilmu berasal dari Allah
SWT. dan juga merupakan sifat Allah SWT., sehingga mencari ilmu
hakekatnya adalah mencari, mengenal, dan mengagungkan Allah SWT.
Sedangkan secara sistem, MIT memandang bahwa setiap anak dalam
fitrahnya mendapat benih-benih ketauhidan dari tiupan ruh Allah SWT.,
karena itu setiap anak memiliki potensi sebagai hamba Allah SWT. dan
Khalifatullah.11

E. Metode Penelitian

11 Khotimatul Husna, “MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSIF DI MADRASAH


IBTIDAIYAH TERPADU AR-ROIHAN LAWANG MALANG,” Gastrointestinal Endoscopy 10, no. 1
(2018): 279–88,
http://dx.doi.org/10.1053/j.gastro.2014.05.023%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.gie.2018.04.013%0
Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29451164%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articl
erender.fcgi?artid=PMC5838726%250Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.gie.2013.07.022.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif ialah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian. Penelitian ini
dilakukan peneliti dengan cara observasi secara langsung untuk memperoleh
data yang shahih dari lembaga yang diteliti. Sehingga didapatkan keterangan-
keterangan yang bersifat non statistik, Selain itu, untuk memperkuat keterangan
seyogyanya dibutuhkan sumber referensi berupa buku atau hal lain yang
bersifat documenter dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, penelitian ini
bersifat ilmiah – sesuai dengan fakta yang ada dengan mempergunakan
keilmuan empiris; sedangkan keberadaan buku atau hal lain yang bersifat
dokumenter dari pihak-pihak terkait.

F. Sistematika Hasil Penelitian


1. Bagian Awal
a. Halaman judul : berisi judul penelitian
b. Daftar isi : berisi
2. Bagian Inti
Pada bagian ini terdapat mekanisme penelitian yang menjabarkan
secara runtut aktivitas penelitian mulai dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian yang dipakai
peneliti, dan hasil penelitian dan pembahasan.
3. Bagian Penutup
a. Kesimpulan
b. Daftar pustaka

G. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Madrasah
Ibtidaiyyah Terpadu Ar-Roihan menerapkan Suplemen Kurikulum Darurat
yang mulai diberlakukan sejak masa pandemi COVID-19 dimulai. Sebelum
mengembangkan Sumplemen Kurikulum Darurat, Tim Pengembangan
Kurikulum MIT Ar-Roihan melakukan analisis kondisi internal yang ada di
satuan pendidikan, dan analisis kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan
dengan melakukan skrining zona lokasi tempat tinggal guru, tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk memastikan tempat tinggalnya bukan
merupakan episentrum penularan Covid-19.

Sumplemen Kurikulum Darurat disusun berdasarkan dasar-dasar hukum


yakni KMA Nomor 183 Tahun 2019, Surat Keputusan Dirjen Pendis Nomor
6981, Surat Keputusan Menteri Kesehatan, Surat Keputusan Dirjen Pendidikan
Islam Nomor 2791 Tahun 2020, Surat Edaran No 4 Tahun 2021, Surat Edaran
Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 Dan Surat Edaran Dirjen Pendis. Adapun
tujuan khusus dari penyusunan Sumplemen Kurikulum Darurat adalah sebagai
acuan teknis penyelenggaraan pembelajaran selama pandemi COVID-19 di
MIT Ar-Roihan. Sebagai panduan implementasi kurikulum 2013 untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
bermasyarakat yang baik. Menjadi Madrasah Inklusif yang memfasilitasi
tumbuh kembang Anak-anak Berkebutuhan Khusus dengan pelayanan
akademik, layanan kompensatoris, interaksi sosial yang adil dan komunikasi
yang manusiawi. Dan untuk memastikan hak anak untuk tetap mendapatkan
layanan pendidikan.
Sumplemen Kurikulum Darurat dilakukan dengan cara memodifikasi
dan melakukan inovasi pada struktur kurikulum, beban belajar, strategi
pembelajaran, penilaian hasil belajar dan lain sebagainya sesuai dengan kondisi
madrasah. Sehingga mampu melahirkan Kurikulum Darurat dengan
menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, tatap muka terbatas, dan/atau
pembelajaran jarak jauh, baik secara Daring (dalam jaringan) dan Luring (luar
jaringan). Pendidik diberikan kesempatan untuk memilih materi pelajaran
esensi yang akan dijadikan prioritas dalam pembelajaran, dan untuk materi lain
akan di pelajari secara mandiri oleh peserta didik. Pendidik menggunakan
desain pembelajaran yang memperkuat pendekatan berbasis ilmiah/saintif ik
berbentuk model-model pembelajaran, seperti model Pembelajaran Berbasis
Penemuan (Discovery learning) model Pembelajaran Berbasis Penelitian
(Inquiry learning), Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
dan model pembelajaran lainnya yang memungkinkan peserta didik belajar
secara aktif dan kreatif.
Guru menggunakan media yang ada di sekitar lingkungan,dapat berupa
benda- benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sederhana.
Pemilihan media disesuaikan dengan materi/tema yang diajarkan dan tagihan
dengan tetap mempertimbangkan kondisi kedaruratan. Selain itu guru dan
peserta didik dapat menggunakan media dan sumber belajar antara lain: buku
sekolah elektronik (https://bse.kmendikbud.go.id), sumber bahan ajar peserta
didik, Guru berbagi (E-Learning Madrasah), aplikasi e -learning madrasah
(https://elearning.kemenag.go.id/), web Rumah Belajar oleh Pusd atin
Kemend ikbud ( https://belajar.kemd ikbud.go.id ), TVRI, TV edukasi
Kemendikbud (https:tve.kemendikbud.go.id/live/).

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya memiliki pedoman


dalam pelaksanaannya, pedoman tersebut dapat berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Adanya RPP ini diperlukan untuk mempermudah guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Pelaksanaan pembelajaran ini tidak lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan pembelajaran, tujuan
instruksional, maupun tujuan institusional.

Selain itu, Dalam pembelajaran kurikulum reguler yang dilakukan oleh


guru kelas dan guru mata pelajaran. Baik guru kelas maupun guru mata
pelajaran memiliki tugas untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif
sehingga siswa merasa nyaman selama proses pembelajaran.140 Selain itu,
guru kelas dan guru mata pelajaran dituntut untuk memiliki kompetensi yang
dapat membantu dalam melaksanakan tugasnya. Antara lain kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. 141 Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru untuk
melaksanakan pembelajaran. Untuk memenuhi kompetensi tersebut, seorang
guru perlu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas, memiliki
kemampuan untuk menggunakan metode, sumber, dan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan siswa.

Kompetensi profesional menuntut guru untuk bekerja lebih maksimal


dalam menjalankan tugasnya. Istilah profesional mengarah pada tingkat
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruannya dengan baik.

Kompetensi kepribadian diperlukan karena guru juga merupakan teladan


bagi siswa, seorang guru harus dapat memberikan contoh yang baik kepada
siswa, seperti berlaku adil, jujur, dermawan, dan sebagainya. Selain itu guru
juga perlu memperhatikan sikap dan perasaannya, baik didalam maupun diluar
pembelajaran. Kompetensi terakhir yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu
kompetensi sosial, kompetensi ini berkaitan dengan peran guru yang juga
sebagai manusia sosial. Seorang guru hendaknya dapat berkomunikasi dengan
baik dan santun, mampu bergaul dengan sesama manusia, menghargai orang
lain, dan sebagainya, sehingga dapat memberikan contoh yang baik kepada
siswa.
H. Kesimpulan
Kurikulum yang diterapkan oleh MIT Ar-Roihan Lawang adalah
suplemen kurikulum darurat yang diterapkan sejak masa pandemi melanda.
Pengembangan kurikulum darurat madrasah inklusif MIT Ar-Roihan Lawang
menggunakan model modifikasi yakni kurikulum yang menyesuaikan dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuan peserta didik ABK. Yang dilakukan pada
aspek indikator pembelajaran, tujuan, materi pelajaran, proses pembelajaran,
dan evaluasi pembelajaran. Dan menerapkan SKL (Standar Kelulusan Sekolah),
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) yang berdasarkan pada KMA
183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
37 Tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Gita Tri. “Manajemen Pengembangan Kurikulum Gita Tri Andini


Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Cicalengka.” Jurnal Islamic Education
Manajemen 3, No. 2 (2018): 159–69.
Bahri, Syamsul. “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya.” Jurnal Ilmiah
Islam Futura 11, No. 1 (2017): 15. Https://Doi.Org/10.22373/Jiif.V11i1.61.
Chalil, Achjar. Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta: Balai Pustaka, 2009.
Husna, Khotimatul. “Manajemen Kurikulum Pendidikan Inklusif Di Madrasah
Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang Malang.” Gastrointestinal Endoscopy
10, No. 1 (2018): 279–88.
Http://Dx.Doi.Org/10.1053/J.Gastro.2014.05.023%0ahttps://Doi.Org/10.101
6/J.Gie.2018.04.013%0ahttp://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pubmed/29451164
%0ahttp://Www.Pubmedcentral.Nih.Gov/Articlerender.Fcgi?Artid=Pmc5838
726%250ahttp://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Gie.2013.07.022.
Kementrian, P Dan K. Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran Di Masa Pandemi,
2020.
Mulyasa, E. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum. Bandung: Pt Remaja
Rosda Karya, 2013.
Saifullah. Pengembangan Kurikulum. Banda Aceh, 2016.
Salim, Abdul. “Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum Sekolah Inklusif
Berbasis Kebutuhan Individu Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan 16, No. 7 (2010): 21. Https://Doi.Org/10.24832/Jpnk.V16i7.504.
Studi, Program, Pendidikan Guru, And Madrasah Ibtidaiyah. “Inovasi Kurikulum
Dan Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Uswatun Hasanah,” N.D.,
1–5.
Andini, Gita Tri. “Manajemen Pengembangan Kurikulum Gita Tri Andini
Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Cicalengka.” Jurnal Islamic Education
Manajemen 3, No. 2 (2018): 159–69.
Bahri, Syamsul. “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya.” Jurnal Ilmiah
Islam Futura 11, No. 1 (2017): 15. Https://Doi.Org/10.22373/Jiif.V11i1.61.
Chalil, Achjar. Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta: Balai Pustaka, 2009.
Husna, Khotimatul. “Manajemen Kurikulum Pendidikan Inklusif Di Madrasah
Ibtidaiyah Terpadu Ar-Roihan Lawang Malang.” Gastrointestinal Endoscopy
10, No. 1 (2018): 279–88.
Http://Dx.Doi.Org/10.1053/J.Gastro.2014.05.023%0ahttps://Doi.Org/10.101
6/J.Gie.2018.04.013%0ahttp://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pubmed/29451164
%0ahttp://Www.Pubmedcentral.Nih.Gov/Articlerender.Fcgi?Artid=Pmc5838
726%250ahttp://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Gie.2013.07.022.
Kementrian, P Dan K. Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran Di Masa Pandemi,
2020.
Mulyasa, E. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum. Bandung: Pt Remaja
Rosda Karya, 2013.
Saifullah. Pengembangan Kurikulum. Banda Aceh, 2016.
Salim, Abdul. “Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum Sekolah Inklusif
Berbasis Kebutuhan Individu Peserta Didik.” Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan 16, No. 7 (2010): 21. Https://Doi.Org/10.24832/Jpnk.V16i7.504.
Studi, Program, Pendidikan Guru, And Madrasah Ibtidaiyah. “Inovasi Kurikulum
Dan Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Uswatun Hasanah,” N.D.,
1–5.

Anda mungkin juga menyukai