Oleh :
1. Alfi Zahronia Firdaus { D77219036 }
2. Arisa Savinatun Najah { D77219039 }
3. Gres Jesy Faiha Islami { D77219044 }
4. M.Mas’ud Yunus { D77219045 }
5. Muhimmatul Mujtahidah { D77219048 }
6. Nurus Shobach Izakiyah { D77219052 }
7. Qonita Salsa Bella { D77319054 }
Dosen Pengampu :
Prof, Dr. Hj. Zumrotul Mukaffa, M.Ag
1Achjar Chalil, Pembelajaran Berbasis Fitrah (Jakarta: Balai Pustaka, 2009)hlm 30.
2Program Studi, Pendidikan Guru, and Madrasah Ibtidaiyah, “Inovasi Kurikulum Dan
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Uswatun Hasanah,” n.d., 1–5.
Tanpa adanya sebuah kurikulum darurat maka pendidikan bisa berantakan atau
tidak terarah tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu, dengan adanya
kurikulum darurat akan mempermudah dalam mengimplementasikan dan
melaksanakan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran selama masa pandemi
ini. Karena kurikulum adalah sebuah sistem yang memiliki beberapa
komponen yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik pada
pengembangan kurikulum darurat pendidikan inklusif di MIT Ar-Roihan
Lawang.
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan
kurikulum darurat pendidikan inklusi di MIT Ar-Roihan Lawang.
D. Landasan Teori
1. Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa “Kurikulum adalah sebuah seperangkat rencana dan
pengaturan yang berisi tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara atau
metode yang digunakan sebagai pendoman pelaksanaan suatu kegiatan
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran 3 . Menurut Oemar
Hamalik bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan
yang diinginkan dan menilai sampai dimana perubahan dimaksud telah
terjadi pada diri peserta didik. Adapun tujuan pengembangan kurikulum
yang substansial, yaitu :
a. Merekonstruksi kurikulum sebelumnya
4 Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 11,
no. 1 (2017): 15, https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.61.
5 saifullah, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Banda Aceh, 2016).
yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. UU 20/ 2003 dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 (PP 19/2005)
tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, penyusunan
KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum
dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.6
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan proses
pengembangan kurikulum dengan menggunakan komponen-komponen,
yaitu : tujuan, isi atau materi, metode atau strategi, dan evaluasi. Adapun
juga proses pelaksanaan yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu :
1. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dilakukan oleh kepala
madrasah selaku administrator dan supervisor madrasah yang bertugas
untuk memberi arahan kepada seluruh pegawai madrasah, terutama guru
untuk bisa melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat
mengembangkan kurikulum madrasah menjadi lebih baik lagi.
2. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat kelas
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dilakukan oleh guru. Dalam
pelaksanaan pembelajaran seorang guru ketika masuk kelas
mengucapkan salam terlebih dahulu, kemudian berdoa bersama,
mengecek daftar hadir peserta didik, kemudian memberikan penjelasan
materi pembelajaran. Guru harus melakukan proses pembelajaran yang
6 Abdul Salim, “Pengembangan Model Modifikasi Kurikulum Sekolah Inklusif Berbasis Kebutuhan
Individu Peserta Didik,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 16, no. 7 (2010): 21,
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i7.504.
sekreatif mungkin agar peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan pada
saat pembelajaran berlangsung.7
Pengembangan kurikulum memiliki empat tahapan adalah sebagai
berikut 8:
1. Pengembangan kurikulum tingkat nasional, yakni pengembangan yang
hanya membahas pendidikan dakam tingkat nasional yaitu pendidikan
informal, formal dan non formal.
2. Pengembangan kurikulum tingkat intitusi, yakni pengembangan yang
dilakukan dengan cara merumuskan tujuan yang hendak dicapai,
menyusun standar kompetensi lulusan, dan menetapkan isi keseluruhan
sebuah kurikulum.
3. Pengembangan kurikulum tingkat mata pelajaran yakni pengembangan
kurikulum dalam penyusunan RPP yang sudah di rancang oleh setiap
pendidik. Perencanaan tersebut mencakup alokasi waktu, metode
pembelajaran, materi pelajaran, KD, indikator, cara penilaian, sumber
belajar dsb yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran.
Pada sekolah/madrasah inklusi menerapkan beberapa model
pembelajaran inklusif yang diterapkan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus (ABK) yakni sebagai berikut :
1. Model substitusi, asrtinya mengganti salah satu bagian kurikulum dengan
sesuatu yang lain, yakni dengan cara memberikan meteri yang sebebot.
2. Model modifikasi, artinya peserta didik ABK menggunakan kurikulum
yang menyesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka.
3. Model omisi, artinya menghilangkan atau menghapus beberapa bagian
kurikulum umum supaya peserta didik ABK tidak kesulitan dalam
belajar dan tidak ada materi pengganti yang sebobot seperti model
substitusi.
7 Gita Tri Andini, “MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM Gita Tri Andini Madrasah
Tsanawiyah Al-Falah Cicalengka,” Jurnal Islamic Education Manajemen 3, no. 2 (2018): 159–69.
8 Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum.
4. Model duplikasi, artinya peserta didik ABK menerapkan kurikulum
umum, sehingga tidak ada perbedaan kurikulum untuk anak ABK dengan
siswa reguler.
3. Kurikulum Darurat
Kurikulum darurat adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud sebagai upaya agar para peserta didik dapat tetap
melaksanakan pembelajaran selama masa pendemi. Sehingga peserta didik
dapat tetap menerima pengetahuan dari guru maupun secara belajar mandiri.
Kurikulum darurat juga dapat diterapkan untuk segala jenjang pendidikan
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi.
Ada beberapa sekolah yang menerapkan PJJ yakni proses Pembelajaran
Jarak Jauh, face to face, tatap muka terbatas, luring dan daring9.
Kemang juga ikut berpartisipasi dengan mengeluarkan Pendoman
Kurikulum Darurat Madrasah. Kemendikbud mengeluarkan kebijakan
kurikulum darurat dengan tujuan untuk memperudah proses kegiatan belajar
mengajar selama masa pandemi berlangsung. Dan bertujuan meringankan
beban para guru, orangtua dan siswa dalam proses pembelajaran di masa ini.
Kemendikbud mengeluarkan tiga opsi pilihan yang dapat diterapkan oleh
sekolah maupun madrasah yakni yang pertama tetap menerapkan kurikulum
13, kedua menerapkan kurikulum darurat, dan yang ketiga
menyederhanakan diri. Keberadaan kurikulum dalam pendidikan sangat
mempengaruhi putih dan hitamnya pendidikan.
4. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif pada dasarnya adalah pend idikan yang
mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
(ABK/penyandang cacat) untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak
lain sebayanya di sekolah umum. Menurut Konferensi Dunia tentang
E. Metode Penelitian