Abstrak.
Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) merupakan salah satu bentuk budaya manusia yang terus
berlangsung hingga saat ini, meski ditampilkan secara beragam karena berbagai modifikasi. Kesan-kesan buruk yang
dikaitkan pada penyelenggaraan OSPEK menjadi menarik untuk diteliti mengingat tradisi ini nyatanya tetap
dipertahankan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif secara pragmatis melalui teknik pengumpulan data
wawancara mendalam dan observasi partisipan agar dapat menggali data dan memahami fenomena secara mendalam,
peneliti mewawancarai empat informan dari tiga jurusan berbeda yang distereotip keras dalam pelaksanaan OSPEK
jurusan (Osjur) serta berpartisipasi dalam peran tertentu pada salah satu Osjur. Hasil yang didapatkan yaitu setiap
Osjur membawa makna dan esensi tertentu melalui rangkaian kegiatan di luar pemahaman umum sebagai simbol,
serta mekanisme Osjur sebagai drama sosial memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan. Peran setiap agen agar
terwujudnya drama sosial yang tepat sasaran perlu jadi perhatian penting, agar Osjur tidak hanya langgeng sebagai
kebiasaan tanpa makna dan fungsi, apalagi sekadar formalitas tradisi.
I. LATAR BELAKANG
sebagai alat legitimasi bagi para senior untuk
Program adaptasi kehidupan kampus baik menindas juniornya. Berbagai pihak
akademik maupun nonakademik, yang kita mengkritisi eksistensi dan esensi dari OSPEK,
kenal sebagai Orientasi Studi dan Pengenalan terlebih setelah muncul kasus-kasus OSPEK
Kampus (OSPEK) seringkali menjadi momok yang menimbulkan korban.
bagi mahasiswa baru. Bukan tanpa alasan, Terlepas dari semua kritik tajam terhadap
OSPEK identik dengan kegiatan yang eksistensi dan esensi OSPEK, perlu adanya
menguras waktu, tenaga dan mental dengan usaha untuk memahami kegiatan ini secara
tujuan utamanya, yaitu mempersiapkan komprehensif dari berbagai sudut pandang
mahasiswa baru terhadap dunia dan lingkungan sebelum kita memberikan nilai terhadapnya.
yang baru pula. Tak sedikit pihak yang Penelitian ini berusaha menggali makna dari
mempertanyakan esensi dan tujuan kegiatan kegiatan OSPEK dan manfaatnya bagi pihak-
tersebut, sebab dinilai berbenturan dengan pihak terkait dari berbagai sudut pandang.
logika bahkan realitas yang ada, terlebih Dalam perspektif antropologi misalnya,
OSPEK sudah terstreotip sebagai kegiatan kegiatan OSPEK diadaptasi dari proses inisiasi
yang berkaitan erat dengan tindak kekerasan, untuk mengisi keadaan liminal, yaitu keadaan
perundungan dan penindasan. Alih-alih yang harus dilalui ketika seseorang
mewujudkan esensinya, OSPEK lebih nampak meninggalkan status, identitas dan kategori
Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019 Volume 1, Number 2
yang lama tetapi belum mencapai yang baru. II. TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan liminal ini terjadi dalam salah satu
tahapan ritual yang disebut oleh Van Genepp Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus
sebagai rites de passage, yaitu ritual yang Mengisi Kondisi Liminal
mengiringi setiap perubahan pada individu Van Gennep menyebutkan bahwa manusia
maupun kelompok baik secara personal akan mengalami rites de passages, yaitu ritus
ataupun kolektif. Salah satu proses yang terjadi yang mengiringi setiap perubahan tempat,
dalam keadaan liminal adalah prosesi inisiasi. status, posisi sosial dan usia. Rites de passages
Proses inisiasi dilakukan melalui ritual yang terdiri dari tiga tahap ritual yaitu separation,
menggunakan simbol-simbol. Ritual ini transition, dan reincorporation. 2 Mari fokus
dipimpin oleh authority figures atau tokoh- pada masa transisi (transition). Masa ini
tokoh yang memiliki otoritas. Melalui konsep ditandai dengan keadaan liminal, yaitu ketika
ini, peneliti akan berusaha memaknai kegiatan seseorang sudah tidak berada dalam kategori
OSPEK dan nilai gunanya. yang ditinggalkan tetapi belum diterima dalam
Untuk melakukan perbandingan, peneliti kategori berikutnya. Liminal juga berarti masa
mencoba mencari penelitian atau kajian yang inkubasi bagi sikap dan perilaku baru dimana
telah ada. Tulisan serupa mengenai rites de individu diharuskan memahami ajaran-ajaran
passage dan hubungannya dengan dunia tentang hak dan kewajibanya dalam
pendidikan pernah dibuat oleh Stephen Bigger masyarakat. 3 Selama keadaan liminal,
dalam Thresholds, Liminality and Fruitful karakteristik dari subjek ritual (passanger)
Chaos: Revolutionary Change in Education?. bersifat ambigu; dia melewati alam budaya
Dalam tulisannya, Bigger menyatakan bahwa yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya
kita dapat menerapkan konsep liminalitas agar atau yang akan datang. 4
communitas dapat ‘diperbaiki’ dalam sikap Menurut Turner, orang yang sedang berada
sosial dan konsep diri. Bigger juga menyatakan dalam fase liminal (liminal beings) dapat
bahwa liminalitas, dalam pengertian Turner, dikatakan tidak memiliki apa-apa. Sebagai
menuntut lepasnya pandangan yang liminal beings, mereka tidak memiliki status,
sebelumnya dipegang, sikap, dan status, serta posisi dan peran. 5 Hal ini membuat tidak
mempersiapkan individu-individu untuk adanya perbedaan di antara mereka. Keadaan
mengkalibrasikannya kembali. Turner liminal juga disebut sebagai anti-struktur
menggambarkannya sebagai sebuah proses karena saat itu manusia mampu lepas dari
yang kreatif dan membebaskan. 1 Perihal status-status dalam struktur sosial. Di sinilah
inilah yang akan peneliti lihat dalam OSPEK kreativitas biasanya muncul. Selain itu, pada
sebagai sebuah drama sosial. keadaan liminal pula terjadi peningkatan
Subjek dalam penelitian ini merupakan kesadaran mengenai keanggotaan (sentimen)
mahasiswa Universitas Indonesia yang telah dalam masyarakat yang kohesif.
menjalani serangkaian kegiatan OSPEK, dari Keadaan liminal dialami oleh mahasiswa
tingkat Universitas, Fakultas sampai Jurusan. baru, yaitu ketika mereka baru saja akan
Tetapi, penelitian ini memfokuskan diri pada melepas status yang melekat dalam dirinya,
kegiatan OSPEK di tingkat jurusan atau Osjur tetapi secara kultural belum sepenuhnya
karena pada tingkat jurusan dinamikanya lebih
nampak sehingga menjadi tantangan tersendiri 2 Van Gennep, A. 1960. The Rites of Passage. Chicago:
untuk menemukan pola makna di masing- University of Chicago Press.
masing Osjur. 3 Zainal, Aisah. 2004. Sakral dan Profan dalam Ritual
Life Cycle : Memperbincangkan Fungsionalisme Emile
Durkheim. Al-Izzah Vol. 9 No. 1 h. 7
4 Turner, V. W. 1969. The Ritual Process: Structure
1 Bigger, Stephen. 2010. Thresholds, liminality and and Anti-Structure. Chicago: Aldine Pub. Co.
fruitful chaos: revolutionary change in education?. 5 Turner, V.W. 1987. The Anthropology of Perfomance.
Massachussets : Worcester Research and Publications. New York : PAJ Publications.
Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019 Volume 1, Number 2
mendapatkan status yang baru. Turner epistemologis, aliran ini terkait erat dengan
menggambarkan kondisi ini seperti di ambang filsafat bertindak atau praktis. Pragmatisme
pintu ketika memasuki sebuah ruangan cenderung mempertanyakan konsekuensi
(threshold). praktis dari suatu persoalan. Maka, sejalan
Bagi mahasiswa baru, keadaan liminal ini dengan pragmatisme dan Peursen (1980),
kemudian diisi dengan kegiatan OSPEK (meski penelitian ini sebagai pengetahuan berusaha
sekarang-sekarang ini namanya cenderung membuktikan manfaat dan kegunaan Osjur
berbeda-beda dan beragam di tiap tempat, mengingat krisis esensi yang banyak
tetapi pada hakikatnya tetap sama) dengan dipertanyakan.
tujuan mengantarkan mahasiswa baru
(passanger) melewati tahap transisinya.
OSPEK dipandang sebagai ritual yang penuh III. METODE PENELITIAN
dengan simbol-simbol makna.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Kebudayaan sebagai Sebuah Drama dan metode kualitatif, yang menurut Bryman
Menurut Turner, keadaan normal (2012) lebih menekankan kata-kata untuk
masyarakat adalah penuh konflik dan mengungkap fenomena daripada kuantifikasi.
kontradiksi. Dasar pemikirannya yang Penelitian kualitatif memperhatikan sudut
dipengaruhi oleh Emile Durkheim yaitu kohesi pandang peserta penelitian, deskripsi dan
sosial begitu problematik. Kohesi bukan sifat konteks, proses, dan fleksibilitas. Meski tidak
mendasar atau alami masyarakat sehingga lepas dari kekurangannya, tetapi sebagai
ketika terjadi konflik maka harus diatasi pendekatan dan metode, kualitatif peneliti rasa
melalui penggunaan simbol-simbol yang tepat untuk memahami peristiwa dan
berlaku di masyarakat tersebut. Simbol menjadi mengungkap makna di balik fenomena OSPEK
alat dalam penyelesaian konflik. yang begitu kontroversial khususnya di tingkat
Turner melihat pertentangan dalam jurusan (Osjur).
masyarakat sebagai drama sosial, yaitu unit Penelitian ini mengeksplor data melalui
proses sosial yang harmonis atau tidak empat informan yang berasal dari tiga jurusan
harmonis, yang timbul dalam situasi konflik. 6 berbeda di tiga fakultas di Universitas
Pertentangan ini menimbulkan perubahan dan Indonesia. Latar belakang informan beragam,
menciptakan status quo baru. Turner mulai dari informan 1 yang memegang peran
membaginya ke dalam 4 (empat) tahap, yaitu: sentral pada pelaksanaan OSPEK jurusannya.
1) Breach atau pelanggaran Ia memiliki akses cukup besar untuk
2) Crisis melanggengkan atau bahkan mengubah konsep
3) Redressive action, yaitu upaya untuk pengenalan kampus di jurusannya. Tentu,
mengatasi krisis informan 1 telah melewati sedemikian rupa
4) Reintegration atau kembali pada struktur dinamika OSPEK jurusan (osjur) sejak ia
semula (tak jarang dengan modifikasi) sendiri yang diosjur hingga beberapa angkatan
Keadaaan liminal bermula saat krisis dan setelahnya (sebagai panitia pelaksana).
memuncak pada tahap redressive action. Di Informan 2 diwawancarai tiga kali, dua
saat seperti inilah simbol-simbol keluar kali wawancara tatap muka dan sekali melalui
(digunakan). telepon. Informan 3 merupakan peserta Osjur
(sedang mengikuti rangkaian Osjur). Awalnya
Analisis Pragmatis ia ragu untuk diwawancarai, tetapi peneliti
Pragmatisme merupakan pemikiran yang berhasil meyakinkan informan 3 dengan
awalnya berkembang di Amerika. Dari segi seperangkat etika penelitian yang kami
terapkan terutama terkait perlindungan dan
keamanan informan. Sebelumnya peneliti
6Turner, V.W. 1987. The Anthropology of Perfomance. ditolak oleh 4 (empat) calon informan dari
New York : PAJ Publications.
Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019 Volume 1, Number 2
jurusan yang sama dengan informan 3. Kami Keterangan Kutipan Langsung Kategori Konsep
menangkap gelagat ketakutan akan
“investigasi” dan penyebaran isu tentang
OSPEK jurusannya untuk dipublikasikan. Informan 4 Kekerasan-kekerasan Kesadaran Tetap
udah nggak relevan akan hak kembali
Karena itu kami menjadi semakin tertarik
lagi, kita lebih kek asasi yang pada
dengan OSPEK di jurusan ini, agar dapat udah nggak jaman kita menyebabka struktur
memahami kenyataan yang sebenarnya terjadi. maki-maki orang gitu, n modifikasi semula
Sementara itu, informan 4 bersedia yang penting apresiasi (Turner)
direkam saat diwawancarai sehingga hasil gitu. jadi memang
kalau dibanding ama
wawancaranya berupa transkrip verbatim. Tiga mungkin untuk *nama
hasil wawancara informan sebelumnya yaitu jurusan*-*nama
dalam bentuk catatan lapangan. jurusan* yang lain,
Pemilihan jurusan didasarkan pada nggak tau ya di
stereotip yang berkembang, misalnya dalam jabodetabek gimana
tapi kalau mungkin dari
perbincangan sehari-hari yang dikaitkan
daerah *nama jurusan*
dengan topik osjur, jurusan-jurusan latar ****, *nama jurusan*
belakang informan selalu muncul disebutkan, ***** itu tuh sangat
baik karena "unik" maupun dianggap "keras". gak
Selain menggunakan teknik pengumpulan berperikemanusiaan
gituloh, sampe orang-
data berupa wawancara mendalam, penelitian orangnya bisa punya
ini juga memakai teknik observasi partisipan mental yang kayak
dan studi literatur. Menurut Bryman (2012), gapapalah gue
wawancara mendalam dimaksudkan agar lebih ditonjok-tonjokkin
fleksibel melihat fenomena dari sudut pandang yang penting gue deket
sama senior.
informan. Observasi partisipan yaitu pengamat
terlibat langsung dalam peristiwa yang terjadi,
dalam hal ini adalah pada salah satu Osjur. Keterangan Kutipan Langsung Kategori Konsep
Teknik analisis data yang digunakan yaitu
coding dan narrative analysis. Lofland dan
Informan 4 Em, dan itu menurut lo Manfaat Proses
Lofland (1995) menyebutkan bahwa coding asik-asik aja gitu? interaksi interaksi sosial
merupakan kategorisasi atau klasifikasi data Asik-asik aja OSPEK dalam menciptakan
dengan kategori umum. yang kayak gitu? membang makna yang
Instrumen penelitian ini adalah alat tulis, Buat gua sih OSPEK di un relasi ajeg tentang
perekam suara, transkrip verbatim, catatan *nama jurusan* di UI apa itu status,
sangat berguna. sangat bagaimana
lapangan, dan pedoman wawancara.
berguna, karena harus
memang du dulu gua bertindak, dan
IV. HASIL DAN DISKUSI merasa bullshit, tapi sebagainya
ketika gua jadi senior yang
Dari penggalan hasil coding pada tabel di sekarang gua tau betul merupakan
emang lu kuliah di produk
bawah ini, dapat diketahui bahwa rangkaian *nama jurusan* lu gak konstruksi
kegiatan Osjur yang turun temurun tak lepas bisa sendiri . . . buat sosial (Weber)
dari adanya modifikasi karena pertimbangan gua sangat ee benefit
relevansi dari pihak terkait yang menjadi gitu loh ngasih benefit
agensi perubahan. Tetapi nilai-nilai tertentu ke gua karena gua tau
kalo dengan dosen-
tetap dipertahankan karena dirasa masih sesuai
dosen gua yang kadang
dengan kondisi saat ini, untuk mempertahankan ketika gua masuk kelas
manfaat yang didapat meski banyak yang harus trus tiba-tiba mereka
dipahami secara implisit. langsung ngajarnya kek
seakan-akan kita udah
Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019 Volume 1, Number 2
bahwa cara menanamkan nilai-nilai tersebut gitu, masih bang. tapi ketika gue bener-bener
dilakukan dengan benar. Menurut informan 2, jadi anak *nama jurusan* ya ada beberapa
masih ada cara-cara lain yang rasional dan yang terbuka, tapi gue merasa emang akhirnya
mudah dimengerti untuk membuat solidaritas gue diterima jadi keluarga gitu loh… gue
angkatan baru dan menanamkan nilai pada termasuk orang yang menangis gue diangkat
mereka. Informan 4 lebih jelas dan detail apalagi kaya.. kaya uh... bangga gue jadi anak
mengenai kegiatan Osjurnya. Ia menjelaskan *nama jurusan*.”
rangkaian kegiatan dimulai dengan berbagai
penanaman nilai bahwa peserta Osjur sudah Pengalaman batin yang dirasakan informan di
akan meninggalkan statusnya yang lama atas memberikan gambaran yang jelas terhadap
melalui berbagai macam penugasan. Tahap fase reintegration. Turner melihat bahwa
kedua adalah dimunculkannya berbagai macam setelah masa refleksi formatif dan penyadaran
kegiatan selama rangkaian Osjur. Tahap ketiga diri dalam fase sebelumnya, individu akan
merupakan proses pengangkatan peserta merasakan kesesuaian dan diterima penuh
sebagai bagian dari jurusan tersebut. Jika kita untuk menduduki status dan kedudukannya
meminjam istilah Turner, rangkaian ini disebut sebagai anggota dari suatu kelompok.
dengan tahap separation, liminal dan Lebih jauh lagi, kegiatan-kegiatan yang
reintegration. dianggap tidak masuk akal sebenarnya
merupakan latihan bagi peserta Osjur tentang
“gua gimana ya kayak lu ngejalanin aja dalam kenyataan dunia, bahwa segala sesuatu dalam
masa tertentu gitu, sebenernya mereka ini hidup ini tidak selalu berjalan sesuai dengan
*angkatan* lagi dalam masa *nama ospek*, keinginan dan harapan. Bahkan untuk beberapa
dari mereka kelar *nama ospek* sampe jurusan tertentu, ini sangat diperlukan
mereka diangkat jadi anak *nama jurusan* mengingat bukan hanya kehidupan sehari-hari
namanya *nama ospek*” yang dihadapi, tapi pekerjaan menuntut
jurusan-jurusan terkait untuk menghadapi
Turner melihat rangkaian ini sebagai suatu lingkungan baru yang dianggap asing bahkan
mekanisme sosial untuk menyeimbangkan memiliki mekanisme-mekanisme hidup yang
keadaan, menyelesaikan konflik dan bisa jadi berbeda dan tidak masuk akal seperti
meningkatkan solidaritas kelompok. yang umumnya dihadapi. Jelas bahwa
rangkaian kegiatan OSPEK khususnya Osjur
“iya, lu nggak bisa gak *nama jurusan* semua yang sering dianggap tidak rasional dan tidak
all or nothing, semua atau gk sama sekali. bermakna, nyatanya memiliki fungsi dan esensi
kalau di *nama jurusan* … dia gak dateng dia tersendiri yang justru tidak dapat dijelaskan
matil apa segala macem, tapi akhirnya karna jika bukan melalui kegiatan-kegiatan "aneh"
perjuangan teman-temannya akhirnya dia ikut sebagai mekanisme simbol yang sangat erat
diangkat juga.” dalam kehidupan manusia. Simbol-simbol tetap
melekat dalam kehidupan manusia, menerobos
Ungkapan informan 4 di atas menunjukan batas-batas rasionalitas yang digaungkan era
kesesuaian dengan pernyataan Turner teknologi saat ini.
mengenai pembentukan solidaritas kelompok. Dalam praktiknya, melalui observasi
Selain dampak kolektifnya, Turner juga partisipan peneliti juga menemukan salah satu
menekankan perubahan moral, batin dan kegiatan OSPEK tidak tepat sasaran.
kognitif. Rangkaian kegiatan sebagai simbol dari nilai
yang ingin disampaikan nyatanya tidak
“gue merasa gue dulu punya barrier gitu dipahami bahkan oleh panitia yang
antara gue dan senior gue. mungkin ada hal- menyelenggarakan OSPEK, padahal panitia
hal gue di tutup-tutupi, atau ada kaya gue merupakan agen paling penting dalam proses
masih sungkan gitu ama mereka manggil bang internalisasi nilai-nilai. Kegiatan hanya
Jurnal KSM Eka Prasetya UI, April 2019 Volume 1, Number 2