Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : IMELDA JESICA GEBRYLIA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044973721

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4210 /PENGANTAR ANTROPOLOGI

Kode/Nama UPBJJ : 15/PANGKALPINANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Emik dan Etik adalah dua macam sudut pandang dalam etnografi yang cukup
mengundang perdebatan. Emik (native point of view) misalnya, mencoba menjelaskan
suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.
Sebaliknya, etik merupakan penggunaan sudut pandang orangl uar yang berjarak (dalam
hal ini peneliti) untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat.dalam etnografi,
peneliti memang diharuskan untuk terlibat dalam kehidupan masyarakat yang menjadi
objeknya untuk periode yang cukup lama. Di sana dia akan mengamati apa yang terjadi,
mendengar apa yang dikatakan orang-orang, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan
data apa pun yang tersedia dan menjelaskan masalah yang menjadi perhatiannya. Dari
definisi di atas, wajar bila terjadi kesulitan untuk menentukan point of view mana yang
harus digunakan. Karena memang keduanya tak dapat dipisahkan secara murni satu sama
lainnya. Akan tetapi merujuk pada Boas, bahwa “Sekiranya kita benar-benar bertujuan
untuk memahami pemikiran manusia, maka seluruh analisa pengalaman mestilah
diasaskan pada konsep mereka dan bukannya konsep kita”. Salah satu tanggung jawab
dari peneliti etnografi adalah melakukan semua risetnya dalam setting yang alamiah
(natural), dimana tempat perilaku itu berlangsung. Dari berbagai pertimbangan, itulah
sebagian besar antropolog sangat menyarankan peneliti untuk menggunakan pendekatan
emik ketimbang etik. Artinya, peneliti tetaplah include dalam kehidupan masyarakat
obyeknya, namun dia harus meminimalisir sebanyak mungkin pandangan
etiknya terhadap masyarakat tersebut. Pendekatan emik dalam hal ini memang
menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. Karena tingkah laku kebudayaan memang
sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu sendiri,
berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang mengalami peristiwa itu sendiri,
Bahwa pengkonsepan seperti itu perlu dilakukan dan ditemukan dengan cara
menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan bukan dipaksakan secara
etnosentrik, menurut pandangan peneliti.

Contonya :
- Pada sebuah fenomena masyarakat seperti pengemis. Bila perilaku pengemis disebut
sebagai sebuah fakta sosial, atau sebuah keniscayaan. Maka berlaku sebutan:
pengemis adalah sampah masyarakat, manusia tertindas, manusia yang perlu
dikasihani, manusia kalah, manusia korban kemiskinan struktural, dsb. Anggapan ini
bukan sebuah kesalahan berpikir, melainkan sebuah sudut pandang etik orang di luar
pengemis untuk menunjukkan fakta yang semestinya berlaku seperti itu, bukan
pandangan emik, bagaimana pengemis melihat dirinya sendiri.
Dalam pandangan emik yang bersifat interpretif atau fenomenologis, pengemis
adalah subjek. Mereka adalah aktor kehidupan yang memiliki hasrat dan kehidupan
sendiri yang unik. Pandangan subjektif seperti ini diperlukan untuk mengimbangi
pandangan obyektif yang seringkali justru memojokkan mereka, melihat mereka
sebagai korban kehidupan, kesenjangan ekonomi, atau ketidak adilan sosial, bukan
sebagai entitas masyarakat yang memiliki pemikiran dan pengalaman hidup yang
mereka rasakan dan alami sendiri.

Sumber : www.scribd.com/doc/194504991/Emik-Dan-Etik.

2. Penerapan konsep-konsep dalam etnografi.


a) Perspektif Holistik
Peneliti etnografi menggunakan cara pandang holistic untuk memperoleh gambaran
yang komprehensif tentang kelompok masyarakat yang ditelitinya.
Contohnya, Ketika Bronislaw Malinowski melakukan penelitian tentang kegiatan
perdagangan ‘Kula Ring’ pada masyarakat Trobiand, Melanesia yang disajikan
dalam bukunya yang berjudul “Argonauts of the Western Pasific”, dia tidak hanya
mengkaji tentang aktivitas ekonomi masyarakat Trobiand, melainkan dia juga
mengkaji tentang upacara ritual (aspek religi) yang mengiringi perdagangan tersebut,
sanksiyang dikenakan apabila salah satu pihak menyalahi kesepakatan (aspek
hukum), dan lain-lain.

b) Kontekstualisasi
Kontekstualisasi data adalah penempatan observasi pada perspektif yang luas. Jadi di
sini observasi pada satu masalah menuntut observasi pada beberapa aspek yang
relevan untuk menghindari kesalahan dalam melihat permasalahan.
Contohnya, Seandainya saya sedang melakukan penelitian tentang mengapa
mahasiswa sangat pasif dalam mengikuti tutorial elektronik maka saya tidak hanya
mengobservasi aktivitas tutorial mahasiswa dan melakukan wawancara dengan para
mahasiswa saja, melainkan juga elemen-elemen lainya.

c) Simbol dan ritual


Peneliti etnografi melihat symbol dalam rangka memahami dan mendeskripsikan
kebudayaan. Simbol adalah ekspresi dari arti/makna yang menimbulkan perasaan
dan pemikiran yang kuat. Simbol itu sendiri adalah bagian dari kehidupan
keseharian.
Contohnya, Mobil BMW menyimbolkan kekayaan, gemuk menyimbolkan
kemakmuran, pakaian yang khas menyimbolkan status orang dalam masyarakatnya,
dan lain-lain. Simbol ini memberikan kepada peneliti cara pandang dan alat untuk
meneliti berbagai kepercayaan dan praktek-praktek budaya.

d) Kajian Makro dan Mikro


Kajian Mikro adalah pandangan yang dekat (close up view) atas suatu unit social
yang kecil atau aktivitas yang dapat diidentifikasi di dalam unit social tersebut.
Contohnya, kajian tentang hubungan sosial yang terjalin antara dokter dan pasien di
suatu Rumah sakit.

Kajian Makro berfokus pada gambaran yang besar.


Contonya, dapat meliputi sebuah sekolah dalam hubungannya dengan system yang
lebih luas, misalnya kebijakan pemerintah tentang Pendidikan.

Sumber : Ruddy Agusyanto dkk, Modul Pengantar antropologi edisi 2/ISI4210.

Anda mungkin juga menyukai