Anda di halaman 1dari 9

sRANCANGAN TUGAS TUTORIAL II (2)

Nama Mata Kuliah: Pendidikan IPS di SD


Pokok Bahasan : 1. Esensi kurikulum IPS SD 2006 kelas 5 dan 6
Sumber Materi :
2. Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS
Masa Tutorial : 2021.1 BMP
Jumlah Soal : 5 (lima) PDGK4106
Skor Maksimal : 100 Modul 3 dan 4
Jenis Tugas : PENGUASAAN KONSEP
Waktu : Dikumpulkan Paling akhir hari Jumat malam
(tgl. 30 April 2021)
Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi esensi kurikulum IPS SD 2006 kelas 5 dan 6
2. Mahasiswa dapat menjelaskan isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS

Tugas
1. Jelaskan yang dimaksud dengan peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial !

2. Berikan contoh keterkaitan peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial !

3. Jelaskan yang dimaksud dengan nilai dan sikap, keterampilan intelektual, personal dan sosial !

4. Berikan contoh keterkaitan nilai dan sikap, keterampilan intelektual, personal dan sosial !

5. Jelaskan yang dimaksud tren globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran IPS !

Tutor,

SUNARSIH,S.Pd., M.Pd
ID. 71001265
JAWABAN :
1. Peristiwa adalah hal-hal yang pernah terjadi, peristiwa ada yang bersifat alamiah dan insaniah;
peristiwa yang bersifat alamiah, seperti banjir, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Peristiwa
yang bersifat insaniah yaitu peristiwa ang berkaitan dengan aktivitas manusia, seperti pemilu,
pembangunan jembatan, krisis moneter. Peristiwa merupakan suatu kejadian yang benar-benar dan
pernah terjadi, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarannya ikarenakan peristiwa bianya sudah
menjadi sejarah yakni kejadian dimasa lampau, peristiwa yang telah diuji kebenarannya disebut
fakta,

Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi
dan terjamin kebenarannya. atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta menurut sains
adalah hasil observasi yang bisa dibuktikan secara empiris karena iku sifat fakta bukan hasil
perolehan secara acak, memiliki relevansi dan berkaitan dengan teori. Pekembangan ilu
pengetahuan khususnya IPS, terjadi krena adanya interaksi antara fakta dan teori. Fakta dapat
menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak teori yang ada
dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang sudah ada. Banks
(Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan pernyataan positif dan rumusannya
sederhana.

Fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat
menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal
untuk membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita dapat membentuk
suatu generalisasi. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial yang harus dipahami siswa.
Contoh fakta adalah :
a. Jakarta adalah ibu kota Indonesia
b. Ibu kota propinsi jawa timur adalah surabaya

Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan
mengklasifikasikan suatu kelompok dari suatu benda atau suatu peristiwa, memb konsep adaah
tugas intelektual, dan tidak mudah, namun perlu disadari bahwa peserta didik telah mempelajari
konsep sejak sebelum masuk sekolah, sesuai dengan tingkat berpikirnya. Tentu bebeda dengan
belajar konsep di sekolah. Di sekolah mereka belajar konsep yang semakin abstra sifatnya atau
simbolis.

Membentuk konsep pada peserta didik tidak mudah karena untuk mencapai yujin tersebut
diperlukan kemampuan memilih kelompok yang diobservasi berdasarkan bberapa karakteristik
umum. Secara singkat konseptualisasi adalah proses mengkategorikan dan memberi naa pada objek.
Konsep dapat dipelajarai dengan efektif jika dipelajari dengan beberapa contoh.

Generalisasi Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan


sangat terikat konsep. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga
terbentuk suatu pola  hubungan yang bermakna dan  menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya,
dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas (Djodjo Suradisastra
1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep
atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat
dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang
dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan
sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita ambil
contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan
semakin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu” kita menemukan paling sedikit tiga konsep,
yaitu:

1. Masyarakat primitif;
2. Lingkungan hidup;
3. Cara hidup.
Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda.
Alasannya, apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita buat memiliki tingkat
abstraksi yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis
sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang
bagaimanapun juga. Pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam
disiplin ilmu sosial lainnya. Generalisasi dalam sejarah merupakan contradiction in terminis 
karena sifatnya yang unik yang menunjukkan bahwa peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi.
Namun di dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu
adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem sosial,
kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis, dan selanjutnya, menurut Rochiati dalam Jarotimec
(1986:29).

2. Dalam pengajaran IPS kita harus mengembangkan dan membangkitkan minat dan sikap positif
serta aktivitas siswa. Dalam artian di dalam penyajiannya seorang pendidik harus mengetahui
kemampuan anak didik dan kemampuan berfikirnya. Dalam penyajiannya seorang guru
mempersiapkan isi materi secara terperinci disertai contoh-contoh dan gambaran-gambaran yang
berkaitan dengan peristiwa, fakta konsep dan generalisasi.
Contoh keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial sebagai berikut
dengan topik “Benua Afrika, Eropa, dan Amerika.”Peristiwa yang dikemukakan misalnya
tentang pertandingan sepak bola liga Champions atau Piala UFFA. Dengan peristiwa itu kita bisa
menanyakan kepada siswa dimana pertandingan itu dilaksanakan dan untuk kejuaran apa.

Fakta-fakta yang dikemukakan, antara lain sebagai berikut:

1. Peta Benua Afrika, Eropa, dan Amerika.


2. Letak beberapa negara di masing-masing benua.
3. Pembagian regional tiap benua, yaitu Afrika Utara, Afrika Tengah, Afrika Selatan, Eropa
Barat, Eropa Timur, Amerika Utara, Amerika Tengah,  dan Amerika Selatan.
4. Gambar-gambar tentang kondisi negara, penduduk, mata pencaharian, dan lain-lain.
5. Penampakan alam yang penting, yaitu gunung, sungai, gurun, danau, dan lain-lain.
Konsep-konsep yang dikemukakan seperti ini: Benua, interaksi spasial, persepsi lingkungan
regional, kondisi geografis, lautan, daratan, sungai, danau, dan lain-lain.
Generalisasinya diantaranya sebagai berikut:
1. Berbagai hubungan antara negara terjadi karena adanya hubungan dagang, pelayanan, dan
gagasan-gagasan.
2. Kondisi alamiah tertentu cenderung membuat kelompok tertentu cenderung membuat
kelompok tertentu terisolasi sampai adanya pengembangan tekhnologi yang dapat
memecahkan barrier itu.

3. Nilai berbeda dengan sikap. Nilai itu bersifat umum, mempengaruhi perilaku seseorang terhadap
sejumlah objek terhadap orang. Nilai (values) itu tidak berkenaan dengan sesuatu yang khusus.
Inilah yang membedakan nilai dan sikap. Sikap biasanya berkenaan dengan yang khusus. Suatu
nilai merupakan ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai juga menilik
kelakuan seseorang, sehingga orang mendapatkan nilai dalam lingkungannya.
Nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai bersifat utuh dan merupakan sistem
dimana semua jenis nilai terpadu saling mempengaruhi dengan kuat sebagai satu kesatuan yang
utuh. Nilai juga bersifat abstrak oleh karena itu yang dapat dikaji hanya indikator-indikator saja
yang meliputi :
a. Cita – cita,
b. Tujuan yang dianut seseorang,
c. Aspirasi yang dinyatakan,
d. Sikap yang ditampilkan atau nampak,
e. Perasaan yang diutarkan perbuatan yang dilakukan,
f. Kakuatiran yanag dikemukakan. (Kosasih Djahiri, 1985 : 18)
Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nnilai yang menyangkut ranah afektif ini perlu diajarkan
kepada peserta didik, agar peserta didik mampu menerima nilai dengan sadar, mantap dan
dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar peserta didik dalam mengembangkan kepribadiannya
menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) da
menentukan nilai yag menjadi anutannya. Mengajarkan nilai (value) lebih memerlukan “skill”
dibanding dengan mengajarkan kepercayaan (belief) dan sikap. Kita bisa menentukan bagaimana
niai itu beroperasi dalam diri anak sementara ia berbuat, atau bersikap terhadap sesuatu, padahal
kita beranggapan bahwa “nilai” itu tercermin dalam dikp dan perilaku seseorang. Oleh karena itu
dalam pendidikan nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengenai hasil kegiatan
belajar mengajar yang dilakukannya. Pertama-tama perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai
harus memiliki :
a. Adanya keseuaian dengan kehidupan di luar kelas,
b. Pengajaran pendidikan nilai guru harus kreatif,
c. Penyampaiannya tidak selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam
rancangan formal, misalnya pengalaman dalam kehidupan sehari – hari.
d. Nilai yang disampaikan adalah nilai yang esensial, sangat penting dan sangat berharga bagi
kehidupan masyarakat,
e. Pengajaran atau pendidikan nilai harus bermula dan berpotensi kepada anak menuju kepada
target pendidikan nilai yang diharapkan.
Tugas guru yang utama adalah meningkatkan kesadaran nilai pada anak, sadar bahwa ada sistem
nilai yang mengatur kehidupan, sadar bahwa sistem nilai itu penting sekali bagi kehidupan
manusia, shingga timbul keinginn untuk memilikinya, bahkan merasa wajib untuk membina dan
meningkatkannya dan pada akhirnya yang bersangkutan berupaya untuk membakukannya dalam
perbuatan sehari – hari.

Sikap memiliki pengertian yang rumit. Karena itu terdapat berbagai rumusan tentang sikap yang
dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar belakang pemikiran dan konsep yang berbeda,
Menurut Thursone sikap keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, pemahaman, gagasan,
rasa takut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. iirut Rochman
Natawidjaya (1984: 20) sikap adalah kesiapan seseorang K memperlakukan sesuatu objek, di
dalam kesiapan itu ada aspekkognitif, ta, dan kecenderungan bertindak. Kesiapan sendiri
merupakan penilaian dan negatif dengan intensitas yang berbeda-beda unruk waktu tertentu, itu
sendiri bisa berubah-ubah.

Keterampilan Intelektual adalah Keterampilan yang memungkinkan individu untuk


berinteraksi dengan lingkungan dalam bentuk simbul-simbul atau konsep. Individu belajar mulai
dari tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”, dan maju sampai ke tingkat yang
lebih tinggi berapa pun adalah sesuai dengan keinginan dan kemampuan intelektualnya individu.
Sebagai contoh, belajar mulai dari yang paling dasar sampai pendidikan formal, dari
keterampilan berbahasa sampai keterampilan teknik suatu ilmu (misalnya teknik mesin).
Mempelajari keterampilan intelektual adalah mempelajari sesuatu yang telah ada atau yang telah
memiliki ciri-ciri tertentu. Misalnya, mempelajari bagaimana mengidentifikasi kapal laut
pemecahan masalah “mengapa kapal dapat berjalan di atas air dan tidak tenggelam”, adalah
merupakan keterampilan intelektual. Tetapi mempelajari “apa kapal itu”, adalah keterampilan
yang hanya mencari suatu informasi. Keterampilan intelektual yang dikembangkan dalam
pengajaran IPS bertujuan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan
persoalan yang nyata dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas yang tampak dalam proses
belajar adalah mengumpulkan, menunjukkan, memahami, menerapkan, menganalisa, dan
menilai (Saidihardjo dan Sumadi HS, 1996:97-98).
Sangat banyak gejala, peristiwa, dan masalah sosial yang dapat dibahas bersama untuk
mempertajam daya pikir, daya nalar, daya tanggap dan daya kritis siswa terhadap gejala
kehidupan. Untuk meningkatkan dan memantapkan keterampilan intelektual tersebut, guru dapat
melaksanakannya dengan melalui metode tanya jawab dan diskusi, Di sisi lam siswa dirangsang
agar dapat mengajukan persoalan sendiri tentang hal-hal yang dianggap timpang dalam
masyarakat. Dengan demikian siswa akan menjadi cepat tanggap, kritis, dan kreatif terhadap hal-
hal yang dirasa tidak wajar yang mereka lihat dan alami dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka
juga akan memiliki penalaran yang lebih peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Keterampilan intelektual ini menjadi bekal yang berharga bagi siswa dalam
menghadapi kehidupan yang penuh tantangan dan masalah dewasa ini dan bekerja sama dengan
orang lain, keterampilan mengambil giliran pekerjaan dalam kehidupan bermasyarakat,
keterampilan menghormati dan menghargai orang lain, keterampilan terhadap kepekaan akan
kehidupan masyarakat, keterampilan mengarahkan dan menguasai diri sendiri dalam kehidupan
bermasyarakat, dan keterampilan mengajukan gagasan dan pandangan terhadap pengalaman
orang lain. Keterampilan-keterampilan tersebut tidak akan dapat diperoleh dengan begitu saja,
melainkan harus diperoleh dengan melalui latihan-latihan yang terarah. Pengajaran IPS, yang
mengajarkan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan bermasyarakat,
merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial siswa.
Melakukan tugas kelompok, diskusi kelompok, mengajukan pendapat tentang kondisi kehidupan
di masyarakat bukan hanya melatih keterampilan intelektual, melainkan juga dapat melatih
keterampilan sosial. Selain itu guru juga dapat memberi tugas dengan melibatkan siswa  dalam
kegiatan organisasi kesiswaan, kegiatan PMI, kegiatan kerja bakti, dan lainnya. Kegiatan-
kegiatan tersebut dapat meningkatkan dan memantapkan keterampilan sosial siswa. Dengan
meningkatnya keterampilan sosial, diharapkan penghayatan dan pengamalan siswa terhadap sila-
sila Pancasila akan semakin meningkat. Dengan bimbingan guru, siswa harus mengembangkan
keterampilanketerampilan tersebut melalui tugas dan latihan dalam proses belajar mengajar IPS
di sekolah. Dengan demikian keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan
sosial yang telah dimiliki siswa akan senantiasa berkembang dan menjadi lebih mantap.
Demikianlah gambaran yang berhubungan dengan keterampilan dalam ilmu pengetahuan sosial.

Keterampilan Personal
Keterampilan personal ini sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan intelektual,
namun dalam pemahamannya ditekankan kepada keterampilan yang sifatnya mandiri.
a. Keterampilan ini ada yang bersifat praktis disebut juga keterampilan psikomotor, seperti
keterampilan berbuat, berlatih serta mengkordinasi indera dengan anggota badan.
Keterampilan praktis ini nampak dalam hal kemampuan siswa menggambar, membuat peta,
membuat model dan
sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
Misalnya keterampilan menentukan lokasi kerja, mengumpulkan data, menggunakan
reference material, membuat kesimpulan dan Iain-lain. Dengan- latihan yang benar siswa
diberi peluang untuk memiliki percakapan belajar mandiri dan bekerja mandiri
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan
seseorang di dalam kelompok seperti: menyusun rencana, memimpin diskusi, menilai
pekerjaan secara bersama. Keterampilan ini sangat penting dimiliki seseorang dalam
mengembangkan pengalamannya. Qleh sebab itu keterampilan ini hanya dapat diraih melalui
serangkaian pengalaman dan berkembang secara bertahap
d. Keterampilan akademik atau Keterampilan belajar (Continuing Learning Skills),
Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belaja.-sepanjang hayat. Keterampilan
ini sangat esensial dimiliki oleh seha: orang dalam konsep belajar seumur hidup.
Sesungguhnya dalam Keterampilan belajar inilah terletak sendi-sendi kemampuan belajar
mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar sasarannya adalah baru dalam tahapan
mengembangkan segenap potensi diriny a di kemudian hari, siswa memiliki semangat,
kemampuan dan kepercayaan diri yang sehat.
Yang terpenting adalah bahwa dalam diri siswa tertanam semanga: untuk belajar terus
sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain: Keterampilan fisik
Keterampilan politik agar melek politik sesuai dengan perkembangar usia dan kemampuan
berpikirnya). Keterampilan pengembangan emosional (emotional growth) sebaga. saran
utama dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri
Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar memberi dan menerima tanggung
jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran sosial.
Dengan dimilikinya keterampilan ini maka siswa mampu berkomunikasi dengan sesama
manusia, lingkungannya di masayarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan
IPS dalam kehidupan bermasyarakaL Latihan dan pembihaan yang tampak dalam proses belajar-
mengajar antara lain:
 Mampu melaksanakan dengan baik:
 Berdiskusi dengan teman –
 Bertanya kepada siapapun
 Menjawab pertanyaan orang lain
 Menjelaskan kepada orang lain
 Membuat laporan
 Memerankan sesuatu

Oleh karena materi studi sosial sangat luas bahan kupasannya, maka upaya guru untuk
membantu siswa-siswa mengembangkan keterampilan/ kemampuan memahami masalah-
masalah yang terkandung di dalamnya lurus diintegrasikan sebagai bagian dari bahan pengajaran
IPS.
Di samping dilatih kemampuannya dalam berbagai kemampuan tersebut, da satu hal lagi yang
perlu dipertimbangkan guru adalah bagaimana guru nu-ndorong siswa untuk lebih gemar
membaca, mencari dan mengolah informasi sesuai dengan kemampuannya. Siswa agar memiliki
kebiasaan untuk memahami latar belakang informasi memahami struktur bahan prngajaran,
mengerti peristilahan-peristilahan yang sulit/baru, mengikuti porkembangan zaman dan
sebagainya.
Diharapkan akan tumbuh kesadaran dari mereka tujuan mereka inembaca/mempelajari materi
kajian. Bersikap kritis terhadap bahan kajian dan mampu mengevaluasi terhadap apa yang sudah
dipelajarinya sehingga di merasa memiliki kemampuan untuk memberikan kesimpulan dan
keputusan.

4. Contoh keterkaitan nilai dan sikap, keterampilan intelektual, personal dan sosial sebagai berikut :
Nilai : kebersihan, keindahan, kegunaan dan kerja sama
Sikap : menghormati peraturan, disiplin, bertaggung jawab, mau bekerja sama
Keterampilan intelektual :
a. Mampu merencanakan kegiatan
b. Mampu menyaring dan menganalisis informasi
c. Mampu berpikir, menafsirkan, dan mengorganisasi informasi
Keterampilan personal :
a. Membaca dokumen
b. Mencatat data
c. Menafsirkan gambar
Keterampian sosial :
a. Wawancara
b. Bertanya
c. Berdiskusi
d. Menjawab pertanyaan dan menjelaskan kepada orang lain

5. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada
menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. Pengertian lain berasal dari
kata global yang bermakna keseluruhan. Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu
proses cara memandang dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya.
Pemahaman tersebut menurut King harus mengandung hal-hal berikut.

a. Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian jari jaringan yang memiliki
keterkaitan.
b. Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal.
Namun demikian, keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di
masa datang.
c. Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbbeda dan
mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.

Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari
masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya sebagai warga dari
sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa
menjadi warga dunia yang baik.
Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha memberikan penekanan untuk
berpikir tentang kesetiaan terhadap bumi tempat kita semua hidup dan tidak hanya berpikir
tentang negerinya sendiri, terutama berkenaan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu
melintasi batas-batas  negara. Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai
berikut:
a. Krisis energy, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga maupun
penelitian tentang sumber sumber energy pengganti.
b. Jurang antara Negara kaya dan miskin.
c. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-penyakit yang
diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
d. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat
industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
e. Perang nuklir
f. Perdagangan internasional
g. Komunikasi
h. Perdaganagn obat terlarang

Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat, dan


kemungkinan penyelesaia tentang isu-isu global saat ini. Para siswa harus mengetahui bagaimana
mereka memengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka
berhak mengetahui bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses
penyelesaiannya itu.
Ciri isu-isu dan masalah global
a. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya melintasi lebih
dari satu negara.
b. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral:
penyelesaian dan perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan satu negara.
c. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam membedakan
nilai dan tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan menemukan tindakan yang tepat
yang diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan.
d. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus (persistence). Masalah dan isu telah
berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
e. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.

Pengaruhnya terhadap pembelajaran IPS. Agar pembelajaran IPS dapat sesuai dengan
perkembangan zaman, maka perlu ada pembaharuan terhadap konsep-konsep pembelajarannya.
Hal ini penting, karena pembelajaran IPS berangkat dari konsep-konsep yang berkembang dalam
kehidupan manusia. Konsep, prinsip, dan pendekatan dalam pembelajaran IPS merupakan satu
kesatuan. Untuk itu pembaharuan konsep, prinsip, dan pendekatan pembelajaran Pendidikan IPS
perlu dilakukan. Dengan adanya pembaharuan terhadap konsep, prinsip, dan pendekatan
Pendidikan IPS sesuai dengan arus globalisasi dan perkembangan zaman diharapkan
pembelajaran IPS akan lebih menarik dan bermakna, sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat
dicapai sesuai dengan yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai