Anda di halaman 1dari 3

Peningkatan Efektifitas Kinerja ASN dalam

Pelayanan Publik di Tingkat Kecamatan

Oleh: apt. Angelia Anfa Anisa, S.Farm

Fresh Graduate Program Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Surakarta

Aparatur Sipil Negara atau yang disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada berbagai sektor bidang instansi pemerintah yang

tersebar di seluruh Indonesia, termasuk tingkat kecamatan, hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2014. Kinerja ASN dalam melayani masyarakat mencerminkan mutu kinerja pemerintahan secara

keseluruhan yang dapat diukur dengan menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja ASN.

Pekerjaan ASN di tingkat kecamatan banyak berurusan dengan hal-hal yang bersifat administratif, seperti

pembuatan E-KTP, kartu keluarga, legalisir surat-surat dan berbagai bentuk pelayanan publik lainnya.

Esensi ASN sebagai aparatur negara yang memiliki kewajiban untuk melayani hak-hak sipil masyarakat,

sudah seharusnya menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab. Namun realitanya, mutu

kinerja ASN tidak sama pada tiap daerah. Berdasarkan penelitian terkait efektifitas kinerja ASN, kualitas

kinerja ASN dibeberapa daerah masih dianggap rendah oleh masyarakat.

Pada dasarnya efektifitas berasal dari kata “efek”. Istilah ini digunakan untuk menilai hubungan sebab-

akibat yang diartikan bahwa suatu tujuan yang direncanakan tercapai akibat adanya proses kegiatan,

sehingga dapat diartikan efektifitas kerja sebagai tolak ukur penilaian terhadap suatu besaran usaha

dalam mewujudkan tingkat pencapaian tertentu yang ingin dicapai. Suatu kinerja dikatakan efektif apabila

tujuan yang dikehendaki tercapai sesuai rencana sehingga memperoleh efek yang diharapkan. Keefektifan
dapat diukur dengan membandingkan rencana awal dengan pencapaian hasil. Apabila pecapaian terwujud

sesuai rencana maka usaha tersebut dikatakan efektif, sebaliknya jika pencapaian hasil tidak mencapai

target maka dikatakan usaha yang dilakukan belum efektif. Kesimpulannya, efektifitas berhubungan

dengan keterlaksanaan semua tugas utama yang direncanakan, target terpenuhi dengan tepat waktu, dan

partisipasi aktif dari anggota untuk memberikan hasil yang sesuai dengan rencana (Rahman, 2017).

Dalam menjalani tugasnya, terdapat 14 aspek yang harus dipenuhi oleh ASN, antara lain: prosedur

pelayanan, kemampuan pelayanan petugas, keamanan lingkungan, persyaratan pelayanan, kejelasan

petugas pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kecepatan

pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya, kepastian jadwal pelayanan,

kenyamanan lingkungan, keadilan mendapatkan pelayanan, dan kepastian biaya pelayanan. Faktanya, di

beberapa daerah, aspek-aspek tersebut masih belum berjalan.  Misalnya di kecamatan Sarolangun, hanya

tiga aspek yang dapat dikatakan baik. Mutu Kecamatan Sarolangun berdasarkan penilaian secara

keseluruhan mendapat nilai C dengan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 54, 22% (Dahmiri,

2014).

Salah satu dari 14 aspek yang harus dipenuhi adalah kemampuan kinerja ASN. Kemampuan kinerja ASN

berkaitan dengan sinergisme antara kecepatan pelayanan dan kemampaun ASN dalam melayani

masyarakat dengan sepenuh hati. Hal ini tentunya sudah menjadi tuntutan aparatur negara yang bekerja

di bidang pelayanan. Namun tidak banyak instansi penyedian pelayanan publik melakukan hal tersebut,

sama halnya yang terjadi di kantor Camat Penasih, masyarakat menilai beberapa ASN masih belum

menguasai alat yang digunakan sehingga proses pemberkasan menjadi lambat dan sering ditemukan

ASN yang tidak ramah dalam melakukan pelayanan (Crystalia, 2015).

Aspek lainnya yang sering dipertanyakan oleh masyarakat terkait pelayanan publik adalah kepastian biaya

pelayanan. Masyarakat menilai biaya yang digunakan tidak transparan dan akar pendanaan dalam

kepengurusan berkas di kecamatan tidak jelas. Dilakukan evaluasi mutu pelayanan publik di Rumbai

Pesisir dengan mengamati unsur tersebut, dinilai pelaksanaan pelayanan ASN masih belum maksimal dan

kurang transparan (Eka, 2017).  

Hal-hal yang menyebabkan rendahnya kinerja ASN dalam memberi pelayanan kepada masyarakat dapat

disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berkaitan dengan birokrasi berupa

situasi dan kondisi di lingkungan organisasi mecakup struktur, penempatan pekerja dalam struktur

organisasi, efektifitas kegiatan, efektifitas komunikasi antar unit, sumber daya dan pemberdayaannya.

Penghambat dalam faktor internal biasanya berkaitan dengan karakter pekerja seperti diskriminasi

pelayanan karena adanya relasi atau ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas, sebagai contoh;

keterbatasan jumlah komputer, sumber daya listrik yang sewaktu-waktu padam dan sebagainya.

Sementara faktor penghambat eksternal yang bisa menghambat efektifitas kinerja adalah lingkungan

sekitar organisasi yang berpengaruh pada kelancaran kinerja aparat dalam organisasi tersebut, misalnya
masyarakat sekitar. Masalah yang sering timbul dari masyarakat biasanya terkait kelengkapan data dan

berkas-berkas yang merupakan persyaratan untuk memenuhi proses layanan yang dikehendaki. Selain

itu, masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi kecamatan tak jarang melakukan pemberkasan

secara kolektif dan mengutus perwakilan untuk mengurus berkas-berkas tersebut. Hal ini memberatkan

aparat untuk kepengurusan (Irwansyah, 2013).

Banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya kinerja ASN rendah, membuat beberapa peneliti ingin

mengetahui faktor penyebab pasti yang paling berpengaruh akan hal tersebut. Salah satunya dengan

melakukan pengkajian terkait kinerja ASN di kantor camat Sario dengan menyebar kuisioner ke beberapa

populasi terkait. Hasil analisis menunjukkan peran pegawai itu sendiri lah yang paling berpengaruh

terhadap kinerja kantor camat yaitu sebesar 41% dan 59% ditentukan oleh beberapa faktor lain diluar

peran pegawai (Umasugi, 2012). Berdasarkan banyak fakta yang ditemukan di lapangan, banyak hal yang

harus dibenahi oleh pemerintah untuk dapat meningkatkan efektifitas kinerja ASN. Penetapan regulasi,

pemberlakuan sistem reward and punishment, pengawasan kinerja yang diperketat hendaknya

diberlakukan. Selain hal-hal tersebut, yang terpenting adalah revolusi karakteristik mental ASN yang

sudah terlanjur terlena berada di zona nyaman. Budaya kerja ASN yang terkesan terlalu santai sudah

mengakar, sangat perlu dibenahi demi Indonesia yang lebih baik. Pertanyaanya, apakah bisa?

Anda mungkin juga menyukai