Anda di halaman 1dari 7

JMU ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.

3,MARET, 2020
Jurnal medika udayana

Diterima:07-02-2020 Revisi:10-02-2020 Accepted: 17-02-2020

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI METHICILLIN RESISTANT
STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA)

Putu Indri Widiani1 , Komang Januartha Putra Pinatih1,


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan serius yang masih dihadapi Indonesia
karena masih tingginya mobiditas dan mortalitas. Salah satu bakteri yang sering mengakibatkan
infeksi dan dapat berakibat fatal adalah bakteri MRSA.Infeksi bakteri MRSA sering
menimbulkan masalah dalam pengobatan karena sifat bakteri ini yang resisten terhadap banyak
antibiotika.Penggunaan bahan-bahan yang bersal dari tanaman obat bisa menjadi alternative
untuk pengobatan infeksi oleh bakteri MRSA, salah satunya adalah daun kelor (Moringa
oleifera).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun kelor sebagai
antibakteri terhadap bakteri MRSA.Metode yang digunakan adalahmetode eksperimental
dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%.Bakteri MRSA akan diuji dengan etanol
(kontrol negatif), linezolid 30g (kontrol positif) dan konsentrasi ekstrak (25%, 50%, 75%,
100%) dengan 6 kali pengulangan. Hasil yang didapatkan diketahui konsentrasi 25%, 50%,
75% dan 100% mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA secara in vitro, dimana
konsentrasi 75% memiliki kekuatan daya hambat tertinggi namun masih lebih lemah
dibandingkan dengan antibiotik linezolid (kontrol positif).

Kata Kunci: Bakteri MRSA, daun kelor, etanol 96%

ABSTRACT

Infection is a serious health problem that is still faced by Indonesia because still cause
high mobility and mortality. One of the bacteria that often causes infection and hasfatal effect is
MRSA bacteria. MRSA bacterial infections often cause problems in treatment because these
bacteria is resistant to many antibiotics. The use of ingredients derived from medicinal plants
can be an alternative for the treatment of infections by MRSA bacteria, one of which is Moringa
oleifera leaves. This study aims is to determine the effectiveness of ethanol extract of Moringa
leaves (Moringa oleifera) as an antibacterial agent against MRSA bacteria. The method used is
the true experimental post-test only group design with 96% ethanol. MRSA bacteria will be
tested with ethanol (negative control), linezolid 30μg (positive control) and the concentration of
the extract (25%, 50%, 75%, 100%) with 6 repetitions. The results obtained are concentration
25%, 50%, 75% and 100% able to inhibit the growth of MRSA bacteria in vitro, wherein the
concentration 75% is have the strongest inhibition but still weaker than the antibiotic linezolid
(positive control).

Keywords: MRSA bacteria, moringa leaves, ethanol 96%

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 22
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera)., Putu Indri Widiani1 , Komang
Januartha Putra Pinatih1,

PENDAHULUAN dan tanin, dimana senyawa tersebut memiliki


kemampuan merusak membran sel bakteri.4
Penyakit infeksi merupakan masalah Diketahui senyawa aktif tanin dan flavonoid pada
kesehatan yang serius karena masih ekstrak etanol daun kelor mampu menghambat
menyebabkan tingginya morbiditas dan terbentuknya biofilm bakteri Staphylococcus
mortalitas di negara berkembang salah satunya di aureus, memiliki sifat antibakteri terhadap
Indonesia. Penyakit infeksi ini tidak hanya dapat Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli,
terjadi di lingkungan masyarakat namun dapat namun belum terdapat bukti ilmiah yang
juga terjadi di lingkungan rumah sakit. Penyakit mendukung keefektifan ekstrak etanol daun kelor
infeksi bakteri sering disebabkan oleh bakteri terhadap bakteri MRSA.5,6,7
Escherichia coli, Proteus, Staphylococcus Berdasarkan hal tersebut, penelitian uji
aureus, dan Pseudomonas. Pemberian terapi aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kelor
yang tidak bijaksana dapat menyebabkan (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA
resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik ini secara in vitro perlu dilakukan dimana
merupakan suatu permasalahan global dimana diharapkan mampu menjadi dasar ilmiah dalam
terjadi penurunan efektifitas antibiotik pada suatu pengaplikasian secara klinis untuk selanjutnya.
bakteri yang akan sulit untuk ditangani.1
Salah satu strain bakteri yang sering BAHAN DAN METODE
menyebabkan infeksi dan sulit untuk ditangani
salah satunya yaitu bakteri Methicillin Resistant Metode penelitian ini adalah True
Staphylococcus aureus (MRSA) yang telah Experimental Post Test Only Group Design.
resisten terhadap berbagai antibiotik seperti Digunakan 6 kelompok sampel pada penelitian
meticillin, kloxasillin, flukloxasillin.2 ini yakni kelompok kontrol negatif (K-) dengan
Berdasarkan penelitian WHO pada 21 rumah pelarut etanol, dan kontrol positif (K+) dengan
sakit dan laboratorium di amerika diketahui antibiotik linezolid, serta kelompok perlakuan (P)
sebanyak 90% infeksi Staphylococcus yaitu ekstrak etanol daun kelor pada konsentrasi
aureusdapat berkembang menjadi MRSA. Selain 25% (P1), konsentrasi 50% (P2). konsentrasi75%
itu di wilayah Asia Tenggara diketahui (P3), dan konsentrasi 100% (P4). Penelitian
seperempat infeksi Staphylococcus aureus juga berlangsung pada Bulan Juni-November 2016,
dapat berkempang menjadi MRSA. Risiko dimana pembuatan ekstrak etanol daun kelor
kematian pada pasien dengan infeksi MRSA 64% dilakukan di rumah peneliti dan di Laboratorium
lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi bakteri Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
yang tidak resisten.3 Bakteri MRSA Udayana. Persiapan penelitian dan pengambilan
menyebabkan infeksi kulit, pneumonia, serta kultur bakteri MRSA ATCC 3351
bakterinemia, infeksi pasca operasi maupun dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi FK
infeksi nosokomial lainnya. Antibiotik UNUD. Uji fitokimia ekstrak dilakukan di UPT
linezolid/zyfox, daptomycin, dan tigecycline Laboratorium Forensik Sains dan Kriminologi
merupakan penemuan terakhir obat yang terbaik Universitas Udayana sedangkan uji
untuk mengatasi infeksi MRSA, namun antibiotik spektrofotometri dilakukan di Laboratorium
jenis ini cukup mahal bahkan tidak selalu tersedia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
di pusat pelayanan kesehatan.2 Hal tersebut Udayana. Sampel tanaman daun kelor didapatkan
menyebabkan diperlukan suatu alternatif terapi dari perkebunan di Daerah Bukit Jimbaran,
zat antibakteri yang lebih terjangkau dan juga Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang diambil
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri secara random sampling dengan kriteria inklusi
MRSA. daun yang berwarna hijau dan sudah dewasa
Indonesia adalah suatu negara yang kaya serta kriteria eksklusi pada daun terlalu muda dan
akan keanekaragaman hayati dengan tanaman terlalu tua serta terinfeksi penyakit. Variabel
berkhasiat, dimana pemanfaatan tanaman sebagai bebas pada penelitian ini yaitu ekstrak etanol
obat masih banyak digunakan oleh masyarakat daun kelor dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%
yang diketahui lebih aman, efektif serta dan 100%. Variabel terjangkaunya yaitu ekstrak
terjangkau. Salah satu jenis tanaman yang etanol daun kelor terhadap terbentuknya zona
memiliki pontensi dan dapat dimanfaatkan yakni bening pertumbuhan bakteri MRSA dan
daun kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor ini temperatur, waktu inkubasi, media kultur,
mudah dijumpai dan berumur panjang serta dapat sterilisasi menjadi variabel kontrol pada
hidup baik di dataran tinggi maupun rendah penelitian ini.
hingga ketinggian ±1000 dpl. Daun kelor Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera) memiliki senyawa-senyawa (Moringa oleifera)
aktif yang memiliki manfaat sebagai zat Daun kelor yaitu 2,5 kg, dicuci dengan
antibakteri seperti saponin, flavonoid, alkaloid, air bersih mengalir, lalu ditiriskan kemudian

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 23
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera).,

dikeringkan di suhu ruangan. Daun yang kering Zona bening diukur menggunakan jangka sorong
dihaluskan dengan blender lalu diekstraksi secara untuk dapat mengukur kekuatan daya hambatnya.
maserasi dengan pelarut etanol 96% selama 48 Kekuatan daya hambat bakteri dikategorikan
jam dengan 2 kali ulangan lalu disaring. Ekstrak berdasarkan Davis dan Stout yaitu, sangat kuat
lalu dipekatkan dengan alat Rotary Vacuum dengan hasil zona bening >20 mm, kuat dengan
Evaporator dengan suhu 60-70oC, hingga hasil zona bening 10–20 mm, sedang dengan
didapatkan cairan kental berwarna hitam dengan hasil zona bening 5–10 mm, serta zona bening
konsentrasi 100% lalu diencerkan dengan <5mm termasuk kategori lemah. Kekuatan daya
menggunakan etanol 96% menjadi konsentrasi hambat bakteri antibiotik linezolid terhadap
25%, 50%, 75%, dan 100%. MRSA dinilai menggunakan standardari CLSI
Uji Komponen Senyawa Aktif Ekstrak Etanol yaitu sensitif dengan diameter zona bening ≥ 21
Daun Kelor mm, intermediet dengan diameter zona bening
Uji komponen bioaktif ekstrak yang 20,1-20,9 mm, dan resisten dengan diameter zona
dilakukan meliputi uji analisis fitokimia bening ≤ 20.
diantaranya uji alkaloid, triterpenoid dan steroid, Analisis Data
saponin, fenol, flavonoid dan tanin dengan hasil Teknik analisis data penelitian
kualitatif serta uji spektrofotometri. Uji menggunakan derajat kemaknaan = 0,05 dan
spektrofotometri untuk menentukan kadar tanin software statistik SPSS 17. Uji normalitas diuji
dan flavonoid. dengan uji Saphiro-wilk dan uji homogenitas
Uji Daya Hambat dengan uji Levene. Selanjutnya uji One-way
Pembiakan Bakteri MRSA ANOVA dilakukan pada data yang terdistribusi
Stok bakteri MRSA ATCC 3351dikultur normal dan homogen. Sedangkan uji Kruskal-
di media MH pada suhu 370C dan diinkubasi wallis dapat digunakan pada data yang tidak
selama 18-24 jam di Lab. Mikrobiologi Fakultas berdistribusi normal dan tidak homogen.
Kedokteran Universitas Udayana. Kemudian lakukan uji Mann-whitney.
Persiapan Suspensi Bakteri MRSA
Bakteri MRSA yang telah berumur 24 HASIL
jam diambil lalu disuspensikan ke dalam NaCl
0,9% dan diatur kekeruhannya pada standar 0,5 Hasil Ekstraksi Daun Kelor (Moringa oleifera)
Mc Farland (McF) yang setara dengan Sebanyak 2,5 kg daun kelor segar telah
konsentrasi 108 CFU/ml bakteri. dikeringkan dan dimaserasi dengan pelarut etanol
Pengujian Ekstrak Etanol Daun Kelor 96%. Proses ekstraksi ini menghasilkan ekstrak
Pengujian ekstrak etanol daun kelor etanol daun kelor yang berwarna hitam dan
terhadap Bakteri MRSA dilakukan sebanyak 6 kental sebanyak 32,77 gram.
kali ulangan dengan metode difusi cakram
(Kirby-Bauer). Ekstrak etanol daun kelor
diteteskan pada tiap disk menggunakan
micropipette sebesar 20 mikron lalu didiamkan
minimal 1 jam. Media agar Mueller hinton
(MHA) yang telah memadat pada cawan petri
disebarkan suspensi bakteri MRSA sebanyak 0,1
ml dengan standar 0,5 Mc Farland. Media
MHAyang berisi bakteri MRSA dibagi menjadi Gambar 1. Hasil Maserasi dan Evaporasi
enam bagian dan diberi keterangan untuk Ekstrak Etanol Daun Kelor
meletakan disk yang mengandung ekstrak etanol
daun kelordengan konsentrasi 25%, 50%, 75%,
dan 100%, serta disk kontrol negatif dan disk Hasil Uji Kualitatif dan Kuantitatif Ekstrak
kontrol positif. Langkah selanjutnya pada suhu Etanol Daun Kelor
370C, media kemudian diinkubasi selama 18-24 Komponen senyawa bioaktif esktrak
jam dan amati pertumbuhan bakteri dari zona dinilai secara kualitatif dengan uji fitokimia dan
bening yang terbentuk pada setiap disk. kuantitatif dengan uji spektrofotometri.Uji
fitokimia ekstrak etanol daun kelor menggunakan
6 jenis uji senyawa bioaktif dimana dihasilkan:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 24
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
Putu Indri Widiani1 , Komang Januartha Putra Pinatih1,

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Keterangan: K(-); kontrol negatif, P1;
Daun Kelor konsentrasi 25%, P2; konsentrasi 50%, P3;
Parameter Hasil konsentrasi 75%, P4; konsentrasi 100%, K(+);
No kontrol positif.
Pengujian Pengujian
1 Alkaloid Positif Hasil Uji Normalitas Data
2 Flavonoid Positif Metode uji normalitas yang digunakan
yaitu Saphiro-Wilk dan didapatkan hasil data P <
3 Saponin Positif
0,005 dimana data tidak terdistribusi normal.
4 Tanin Positif Hasil Uji Homogenitas Data
Steroid / Uji homogenitas data yang digunakan
5 Negatif yaitu uji Levene, yang menunjukan data tidak
Triterpen
homogen (P > 0,05).
6 Fenol Negatif Analisis Zona Hambat Pada Bakteri MRSA
Analisis kemaknaan yang digunakan
Berdasarkan hasil uji fitokimia tersebut adalah uji non parametrik Kruskal-Wallis, sebab
didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun kelor data tidak terdistribusi normal dan tidak
yang digunakan pada penelitian ini mengandung homogen.
senyawa saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid Didapatkan perbedaan bermakna antara setiap
yang merupakan senyawa bioaktif tumbuhan. Uji kelompok konsentrasi dan kontrol negatif (P<
spektrofotometri pada ekstrak etanol daun kelor 0,05), dengan peringkat rerata setiap kelompok
diketahui mengandung flavonoid sebesar 121,05 sebagai berikut :
mg/100gr QE dan mengandung tanin sebesar
2057,73 mg/100gr TAE . Tabel 3. Peringkat Rerata Kelompok Perlakuan
Hasil Pengukuran Zona Hambat terhadap Kontrol Negatif
Pertumbuhan Bakteri MRSA
Peringkat
Penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali Kelompok Jumlah
Rerata
pengulangan pada 6 buah cawan petri untuk
menguji aktfitas antibakteri ekstrak etanol daun 25% 6 16,67
kelor terhadap pertumbuhan bakteri 50% 6 18,33
MRSA.Berdasarkan pengukuran zona bening
yang terbentuk setelah inkubasi, didapatkan hasil 75% 6 21,58
sebagai berikut: 100% 6 16,42
K (-) 6 04,05
Total 30

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa


peringkat rerata K (-) < 25% < 50% < 75% >
100%
Analisis data selanjutnya yaitu uji
Mann-whitney. Pada uji ini diketahui nilai P pada
Gambar 2. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak kontrol negatif terhadap masing-masing
Etanol Daun Kelor Terhadap Bakteri MRSA kelompok perlakuan yaitu konsentrasi 25%
Secara In Vitro (P=0,002), konsentrasi 50% (P=0,001),
Tabel 2. Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol konsentrasi 75% (P=0,001), dan konsentrasi
Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap 100% (P=0,021). Perbandingan antara kontrol
Pertumbuhan Bakteri MRSA (mm) positif pada masing-masing kelompok perlakuan
No K (-) P1 P2 P3 P4 K (+)didapat semua kelompok perlakuan memiliki
nilai P sebesar 0,003. Hasil tersebut menunjukan
1 0 7 7 8 8 38
perbedaan yang signifikan terhadap kontrol
2 0 7 7 7 0 36 negatif dan kontrol positif dalam memberikan
3 0 6 7 7 7 35 efek zona hambat pada pertumbuhan bakteri
4 0 6 6 7 7 36 MRSA (P< 0,05).
5 0 7 7 7 7 35
6 0 7 7 7 0 35
Rerata 0 6,67 6,8 7,2 4,8 35,8

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 25
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera).,

PEMBAHASAN meningkatkan sintesis derivat fenolik dan


alkaloid, selain itu juga dapat menyebabkan
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan senyawa flavonoid dimana berfungsi
ekstrak etanol daun kelor mampu menghambat untuk melindungi tanaman dari paparan sinar
pertumbuhan bakteri MRSA, namun kekuatan UV. Senyawa-senyawa metabolit sekunder juga
daya hambatnya lebih rendah dibandingkan berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari
dengan antibiotik linezolid. gangguan herbivora dan menghindari infeksi
Zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak yang disebabkan oleh patogen mikroba. Hal
terjadi akibat kandungan senyawa aktif yang tersebut menandakan semakin suatu tanaman
dimilikinya yang dapat bekerja menghambat sering berada pada kondisi yang mengancam
pertumbuhan bakteri. Daun kelor yang diekstrak dirinya menyebabkan tanaman tersebut
menggunakan etanol pada penelitian, telah meningkatkan produksi senyawa metabolit
dibuktikan dalam uji fitokimia mengandung sekundernya.11,12
saponin, tanin, flavonoid dan alkaloid.8 Keefektifitasan kerja dan penyerapan
Pertumbuhan bakteri dapat dihambat berbagai senyawa antimikroba yang terkandung
oleh senyawa saponin, dimana senyawa saponin dalam daun kelor juga tidak terlepas dengan
ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan larutan ekstrak yang digunakan. Ekstrak etanol
sebagai pelindung dari serangan hama. daun kelor memiliki senyawa aktif yang bersifat
Mekanisme utama kerja saponin pada permukaan polar dimana akan lebih mudah dilarutkan oleh
sel bakteri yaitu menurunkan tegangannya senyawa polar seperti etanol. Pelarut etanol
sehingga permeabilitas sel meningkat yang akan mempunyai kadar kepolaran yang tinggi
menyebabkan kebococoran sel sehingga dibandingkan pelarut air dan heksan, sehingga
membuat senyawa intraseluler akan keluar lebih mudah untuk menarik senyawa bioaktif
dimana dapat menyebabkan kematian sel. 9 sekunder yang terkandung pada daun kelor. 13
Kerusakan permeabilitas dinding sel Rerata zona hambat yang dihasilkan
bakteri juga dapat disebabkan oleh senyawa oleh ektrak etanol daun kelor terhadap
flavonoid, dimana diketahui terkandung sebesar pertumbuhan bakteri MRSA semakin luas
121,05 (QE)/g flavonoid pada ekstrak etanol dengan konsentrasi yang semakin besar. Pada
daun yang diuji pada penelitian ini. Senyawa ini penelitian ini diketahui kelompok K(-) tidak
berfungsi sebagai antimikroba yang merusak memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan
lisosom, dinding sel, dan mikrosom bakteri bakteri MRSA, sedangkan kelompok K(+)
karena berinteraksi dengan DNA bakteri.9,10 memberikan daya hambat sebesar 35,80 mm
Senyawa antibakteri lainnya yang terhadap pertumbuhan bakteri MRSA. Apabila
terkandung dalam ekstrak etanol daun kelor yaitu diklasifikasikan bersadarkan standar Davis dan
senyawa alkaloid. Senyawa ini menyebabkan Stout, kelompok K(+) memiliki kekuatan
lapisan dinding sel tidak terbentuk dengan baik antibakteri yang sangat kuat (> 20 mm) dan
karena ekstrak ini menggangu komponen berdasarkan standar CLSI menunjukan K (+)
penyusun peptidoglikan sel bakteri, yang akan yang dimana pada penelitian ini menggunakan
menyebabkan kematian sel bakteri. 9,10 antibiotik linezolid tergolong masih sensitif (≥ 21
Senyawa tanin juga dikenal memiliki mm) menghambat pertumbuhan bakteri MRSA.
sifat antibakteri, dimana pada ekstrak etanol daun Hasil uji masing-masing kelompok
kelor pada penelitian ini diketahui terdapat perlakukan pada penelitian ini juga didapatkan
komponen tanin yang tinggi yaitu sebesar hasil mampu menghambat pertumbuhan bakteri
2057,73 mg/100gr TAE. Tanin bekerja sebagai MRSA. Pada kelompok konsentrasi 25%
antibakteri dengan mengganggu reseptor didapatkan daya hambat sebesar 6,67 mm,
permukaan bakteri dengan mengikat protein konsentrasi 50% didapatkan daya hambat 6,80
adhesin pada bakteri yang akan menyebabkan mm, konsentrasi 75% didapatkan daya hambat
terjadinya penghambatan sintesis protein untuk sebesar 7,20 mm dan konsentrasi 100%
pembentukan dinding sel dan penurunan daya didapatkan daya hambat sebesar 4,80 mm.
perlekatan bakteri.11 Berdasarkan standar Davis dan Stout, daya
Berbagai senyawa metabolik sekunder hambat yang dihasilkan ekstrak etanol daun kelor
yang terdapat pada suatu tanaman berbeda satu dengan konsentrasi 25%, konsentrasi 50% dan
sama lain karena dipengaruhi oleh faktor konsentrasi 75% memiliki kuat daya hambat
ekologinya. suhu, intensitas radiasi cahaya, air, yang sedang (5–10 mm) dimana konsentrasi 75%
ketinggian, paparan sinar UV, dan komposisi memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
udara. Pada lingkungan yang kering akan bakteri MRSA yang paling kuat dibandingkan
menyebabkan tanaman mengalami stress air kelompok konsentrasi lainnya. Sedangkan
dimana akan memicu peningkatan biosintesis konsentrasi 100% memiliki kekuatan daya
purin. Paparan cahaya yang tinggi akan hambat yang lemah (< 5 mm). Standar tersebut

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 26
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
Putu Indri Widiani1 , Komang Januartha Putra Pinatih1,

menunjukan konsentrasi 100%, memiliki


kekuatan daya hambat yang paling rendah serta Berdasarkan penelitian ini diketahui
konsentrasi 75% menghasilkan kekuatan zona bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa
hambat yang tertinggi dibandingkan semua oleifera) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%
kelompok perlakuan dan K (-). Data tersebut juga dan 100% mampu menghambat pertumbuhan
didukung oleh hasil uji statistik Kruskall-Wallis bakteri MRSA secara in vitro, dimana
dan Mann-whitney. Hal tersebut menandakan konsentrasi 75% memiliki kekuatan daya
terjadi fenomena penurunan kemampuan ekstrak hambat tertinggi. Kekuatan daya hambat
etanol daun kelor dalam menghambat ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi
pertumbuhan bakteri MRSA pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% terhadap
100%. pertumbuhan bakteri MRSA masih lebih
Penurunan luas zona hambat tersebut rendah dibandingkan dengan kontrol positif
terjadi akibat sifat kepolaran yang tinggi dari (antibiotik linezolid).
larutan etanol sehingga mampu menarik senyawa
polar dan non polar dalam tanaman. Pada DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi ekstrak etanol daun kelor 100%
dimana merupakan konsentrasi tertinggi akan 1. Harniza, Y. Pola Resistensi Bakteri yang
menyebabkan ekstrak menjadi kental dan ikut Diisolasi dari Bangsal Bedah Rumah Sakit
tertariknya senyawa non polar sehingga akan Umum Pusat Nasional Cipto
menghambat laju difusi senyawa bioaktif ekstrak. Mangunkusumo pada Tahun 2003-2006
Hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.
penurunan kemampuan ektrak etanol daun kelor 2009.
pada konsentrasi 100% dalam memberikan 2. Rahmawati, I., Iswandi &Sardjiman . Uji
hambatan pada pertumbuhan bakteri MRSA Aktivitas Antibakteri Senyawa 2,6-Bis-(2-
apabila dibandingkan dengan konsentrasi 75% Furilidin) Sikloheksanon Terhadap Bakteri
yang merupakan konsentrasi dibawahnya. Staphylocccus aureus yang Resisten. Sains
Konsentrasi 75% diketahui memiliki daya Dasar. 2014; 3 (2): 174-182.
hambat tertinggi dibanding semua kelompok 3. World Health Organization. WHO’s first
perlakuan sebab larutan etanol yang bersifat polar global report on antibiotic resistance reveals
pada konsentrasi tersebut mampu menarik secara serious, worldwide threat to public health.
maksimal senyawa aktif yang bersifat polar yang 2014
dimiliki daun kelor sehingga mampu bekerja 4. Krisnandi, A.D. Kelor Super Nutrisi.
maksimal dalam menghambat pertumbuhan Indonesia, Morindo Moringa Indonesia.
bakteri uji.14 2015.
Penelitian terhadap peran ekstrak etanol 5. Kurniawati, S., Murwan, S. & Winarso, D.
daun kelor (Moringa oleifera) terhadap Perbandingan Potensi Antibakteri Ekstrak
pertumbuhan bakteri secara in vitro juga telah Air dengan Ekstrak Etanol Daun Kelor
diuji pada penelitian lainnya baik pada bakteri (Moringa oleifera) terhadap Pertumbuhan
Gram positif maupun Gram negatif. Berdasarkan Bakteri Pseudomonas aeruginosa NN-1-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnnya PKH secara In Vitro. Universitas
diketahui ekstrak etanol daun kelor mampu Brawijaya. 2012.
menghambat pertumbuhan bakteri bakteri 6. Loresta, S., Murwani, S. & Trisunuwati, P.
Streptococcus agalactiae.15 Uji yang dilakukan Efek Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
pada bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus oleifera) Terhadap Pembentukan Biofilm
aureus dengan menggunakan ekstrak etanol daun Staphylococcus aureus secaraIn Vitro.
kelor pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan Universitas Brawijaya. 2012.
80 % diketahui mampu memghambat 7. Widowati, I., Efiyati, S. & Wahyuningtyas,
pertumbuhna bakteri. 10,11,12,15 S. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Berdasarkan hal tersebut diketahui Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Bakteri
bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa Pembusuk Ikan Segar (Pseudomonas
oleifera) memiliki peran sebagai antibakteri pada aeruginosa). Pelita. 2014; 9 (1):146-157.
bakteri Gram positif maupun bakteri Gram 8. Nweze, N.O. & Nwafor, F.I.
negatif karena kandungan senyawa aktif yang Phytochemical, Proximate And Mineral
dimilikinya. Pada penelitian in vitro ini juga Composition Of Leaf Extracts Of Moringa
dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun kelor Oleifera Lam. From Nsukka, South- Eastern
(Moringa oleifera) memiliki efek antibakteri Nigeria. IOSR Journal Of Pharmacyand
pada bakteri MRSA. Biological Sciences. 2014; 9 (1): 99-103.
9. Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri.
SIMPULAN

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 27
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera).,

Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak 13. Vinoth, B., Manivasagaperumal, R. &
Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap Balamurugan, S. Phytochemical Analysis
Bakteri Staphylococcus aureus ATCC And Antibacterial Activity Of Moringa
25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan oleifera Lam. International Journal Of
Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – Research In Biological Sciences. 2012;
ilmu Pertanian. 2009; 5: 26 – 37. 2(3): 98-102.
10. Dima, L., Fatimawali, Lolo, W. Uji 14. Ramadhan, A. E. & H. A. Phaza. Pengaruh
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor Konsentrasi Etanol, Suhu dan Jumlah stage
(Moringa Oleifera L.) Terhadap Bakteri ada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber
Escherichia coli Dan Staphylococcus officinale Rosc) secara Batch. Universitas
aureus. Pharmacon jurnal Ilmiah Farmasi – Diponegoro Semarang. 2010.
UNSRAT. 2016; 5(2): 2302-2493. 15. Wulandari, D. Sarwiyono & Suryowardoyo,
11. Mastuti, R. Metabolit Sekunder Dan P. Daya Hambat Ekstrak Daun Kelor
Pertahanan Tumbuhan. 3rd Ed. Malang, Dengan Pelarut Etanol Dan Dekok Daun
Universitas Brawijaya. 2016. Kelor (Moringa oleifera) Terhadap
12. Pavarini, D., Pavarini, S., Niehues, M. & Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
Lopes, N. Exogenous Influences On Plant agalactiae Penyebab Mastitis Pada Sapi
Secondary Metabolite Levels. Animal Feed Perah. Universitas Brawijaya Malang. 2014.
Science And Technology. 2012; 176 (1-4):5-
16.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 28
doi:10.24843.MU.2020.V9.i3.P05

Anda mungkin juga menyukai