DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Adventina Odega 203020303094
Albet Lego 203030303170
Dyna Maria Septiani 203020303088
Elsa Valansia Gultom 203020303113
Khalifatullah 203020303063
Nala Makdalena 203020303130
Ratna Dewi 203020303114
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
1
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
PEMBAHASAN
PENGENALAN EKONOMI MAKRO
2
2. Konsep Dasar
Ekonomi Makro meliputi berbagai konsep dan variabel, tetapi selalu ada tiga
topik utama untuk penelitian Ekonomi Makro. Teori-teori Ekonomi Makro
biasanya terhubung dengan fenomena keluaran, pengangguran dan inflasi. Diluar
teori Ekonomi Makro, topik-topik tersebut juga sangatlah penting untuk semua
agen ekonomi termasuk pekerja, konsumen dan produsen.
a) Pengeluaran dan Pendapatan
Keluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara pada masa
yang sudah ditentukan. Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan
pendapatan. Maka dari itu, keluaran dan pendapatan biasanya dianggap setara
dan dua istilah tersebut sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa
diukur sebagai jumlah pendapatan, atau, bisa dilihat dari sisi produksi dan
diukur sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga dari
penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam negeri.
Keluaran ekonomi makro biasanya diukur dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) atau salah satu akun nasional. Ekonom yang tertarik dengan
kenaikan keluaran jangka panjang akan mempelajari pertumbuhan ekonomi.
Kemajuan teknologi, akumulasi mesin dan modal lainnya, serta pendidikan
yang lebih baik dan modal manusia semuanya akan berujung pada keluaran
ekonomi lebih besar di selama berjalannya waktu. Tetapi, keluaran tidak selalu
naik secara konsisten. Siklus bisnis bisa menyebabkan penurunan keluaran
jangka pendek yang disebut resesi. Ekonomi mencari kebijakan ekonomi
makro yang bisa mencegah ekonomi anjlok ke jurang resesi dan akhirnya bisa
memacu pertumbuhan jangka panjang dengan lebih cepat.
b) Pengangguran
Sebuah diagram menggunakan data dari AS menunjukkan hubungan
3
antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang diekspresikan oleh
Hukum Okun. Hubungan ini mendemostrasikan pengangguran siklikan.
Pertumbuhan ekonomi berujung pada rasio pengangguran yang lebih rendah.
Jumlah pengangguran di sebuah ekonomi diukur dengan angka pengangguran,
yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa pekerjaan yang ada di dalam angkatan
kerja. Angkatan kerja hanya memasukan pekerja yang aktif mencari kerja.
Orang-orang pensiunan, mengejar pendidikan atau yang tidak mendapat
dukungan mencari kerja karena ketiadaan prospek kerja, tidaklah termasuk di
dalam angkatan kerja.
Pengangguran sendiri bisa dibagi menjadi beberapa tipe yang semuanya
berkaitan dengan sebab-sebab yang berbeda pula. Pengangguran klasikal
terjadi ketika gaji karyawan terlalu tinggi sehingga pengusaha tidak berani
memperkerjakan karyawan lebih dari yang sudah ada. Gaji bisa menjadi terlalu
tinggi karena peraturan upah minimum atau adanya aktifitas serikat pekerja.
Sama halnya dengan pengangguran klasikal, pengangguran friksional terjadi
apabila ada lowongan pekerjaan untuk pekerja tetapi waktu untuk mencarinya
menyebabkan adanya periode dimana si pekerja tersebut menjadi
pengangguran. Pengangguran struktural meliputi beberapa jenis penyebab
pengangguran termasuk ketidak cocokan antara kemampuan pekerja dan
kemampuan yang dicari oleh pekerjaan yang ada. Pengangguran besar-besaran
bisa terjadi ketika sebuah ekonomi mengalami masa transisi industri dan
kemampuan para pekerja menjadi tak terpakai. Pengangguran struktural itu
juga cukup mirip dengan pengangguran friksional karena dua-duanya berkutat
pada permasalahan ketidak cocokan kemampuan pekerja dengan lowongan
pekerjaan, tetapi pengangguran struktural berbeda karena meliputi juga
kebutuhan untuk menambah kemampuan diri, tidak hanya proses pencarian
jangka pendek.
Walaupun ada beberapa jenis pengangguran yang selalu ada saja mau
bagaimanapun kedaaan ekonomi pada saat itu, pengangguran siklikan terjadi
ketika pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Hukum Okun menunjukan
4
hubungan empiris antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Versi asli
dari Hukum Okun menyatakan bahwa 3% kenaikan keluaran ekonomi akan
mengakibatkan 1% penurunan angka pengangguran.
c) Inflasi dan Deflasi
Kenaikan harga umum disebuah ekonomi disebut dengan inflasi. Ketika
harga menurun, maka terjadi deflasi. Ekonomi mengukur perubahan harga ini
menggunakan indeks harga. Inflasi bisa terjadi ketika suhu ekonomi menjadi
terlalu panas dan tumbuh terlalu cepat. Mirip dengan ini, ekonomi yang
merosot bisa mengakibatkan deflasi.
Bank Sentral yang mengatur ketersediaan uang suatu negara, selalu
mencoba menghindari adanya perubahan tingkat harga menggunakan
kebijakan moneter. Dengan menaikan tingkat suku bunga atau menurunkan
ketersediaan uang di dalam sebuah ekonomi akan menurunkan inflasi. Inflasi
bisa mengakibatkan bertambahnya ketidakpastian dan konsekuensi negatif
lainnya. Deflasi bisa menurunkan keluaran ekonomi. Bank sentral akan
mengusahakan stabilnya harga untuk melindungi ekonomi dari akibat negatif
atas fluktuasi harga.
Perubahan di tingkat harga bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Teori kuantitas uang menyatakan bahwa pergerakan tingkat harga itu
berhubungan langsung dengan penawaran uang. Fluktuasi jangka pendek bisa
juga berhubungan dengan faktor moneter, tetapi perubahan pada permintaan
agregat dan penawaran agregat bisa juga mempengaruhi tingkat harga.
Contohnya, penurunan di permintaan karena adanya resesi bisa mengakibatkan
indeks harga yang rendah dan deflasi. Syok penawaran negatif, seperti krisis
minyak, akan menurunkan penawaran agregat dan menyebabkan inflasi.
5
a. Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Angka pengangguran yang tinggi di sebuah negara akan berdampak
buruk untuk negara tersebut. Pengangguran yang tinggi akan menjadi beban
ekonomi negara. Kebijakan ekonomi makro mengatur agar lapangan pekerjaan
tercipta sehingga mampu menekan angka pengangguran dalam suatu negara.
6
dari pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam
negara tersebut. Dengan pendapatan yang merata, maka kehidupan penduduk
akan menjadi semakin baik. Sehingga kualitas manusia dalam suatu negara
akan menjadi semakin baik juga.
7
Kenaikan harga barang yang merupakan dampak dari terjadinya inflasi
akan mempengaruhi perekonomian dan daya beli masyarakat. Tingginya laju
inflasi mengakibatkan BI melakukan pengetatan di bidang moneter. Namun,
pengetatan moneter ini tidak dapat dilakukan secara drastis karena akan
mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program
restrukturisasi perusahaan.
8
Pandangan Aliran Klasik Tentang Uang
Bagi kaum klasik, peranan uang tidak lebih sebagai alat transaksi.
Karena itu uang tidak mempunyai pengaruh tentang variable-variabel rill
(output dan kesempatan kerja). Uang hanya mempengaruhi variable-
variabel moneter, misalnya harga barang. Karena antara sektor rill dengan
sector moneter tidak ada keterkaitan sama sekali. Implikasi tidak
diperlukan peranan pemerintah dan pengelolaan perekonomian, sebab
fleksibilitas harga akan mendorong terjadinya alokasi sumber daya yang
efisien.
b. Aliran Keynesian
Pandangan Keynesian Tentang Pasar
Struktur pasar cenderung monopolistic, informasi tidak sempurna dan
asimetris, sementara input dan output yag dipertukarkan juga heterogen.
Kondisi ini menyebabkan harga cenderung kaku (rigid), dalamarti sulit
berubah dalam seketika, misalnya harga-harga yang sudah naik akan sulit
diharapkan turun kembali kekakuan harga menyebabkan pasar tidak
mampu melakukan keseimbangan, akibatnya gangguan-gangguan
perekonomian cenderung untuk memunculkan resesi.
Pandangan Keynesian Tentang Uang
Keynes mewariskan pandangan yang revolusioner tentang uang.
Menurutnya uang bukan hanya sekedar alat transaksi, tetapi juga sebagai
penyimpan nilai (store of value). Fungsi penyimpanan inilah yang
memungkinkan uang digunakan sebagai alat untuk memperoleh
keuntungan melalui tindakan spekulasi. Karena itu uang tidak bersifat
netral, dalam arti uang dapat mempengaruhi variable-variabel rill (output
dan kesempatan) implikasinya diperlukan peranan pemerintah dalam
pengelolaan perekonomian, naik melalui kebijakan fikal mupun kebijakan
moneter.
9
6. Inflasi dan Unemployment
Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah
barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat.
Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara
umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara
umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat
pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara
riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan
menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai.
Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai
akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya
efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-
harga dapat diwujudkan kembali.
Jenis-jenis Inflasi
Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai
berikut:
10
Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun
Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan
relative besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit,
misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada
kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya
merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
Berdasarkan Sebabnya
Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah
sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara
penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara
terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh
karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas
produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya
biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu:
pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran
11
yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan
penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya
defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran
belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu
harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam
yang berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar
negeri. Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara
mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga
ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus
mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja
bertambah mahal.
12
uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauan yang ditimbulkannya.
Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup
(bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir
padapenjarahan dan perampasan.
Dampak Positif
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
13
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar.
Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah
uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan
Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang
ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalu
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
14
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks
harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang
menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja
dan masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi
di atas usia anak-anak(relative diatas 6–18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD–
tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang
memperdebatkannya.
Jenis-Jenis Pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya :
Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala
waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka
lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu
memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh
fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk
menganggur.
Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
15
Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya
perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya
Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan
tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak
jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari
keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak
melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan
sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih
banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan
kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh–contohnya ialah,
pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga
petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah
yang sangat kecil.
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di
sektorpertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan
nelayani tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat
mengerjakan tanahnya. Disamping itu, pada umumnya para pesawah tidak
begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila
dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan
16
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini
digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak
semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan
mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu
ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu,
dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga
empat jam sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti
yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam
bahasa Inggris : underemployed dan jenis penganggurannya dinamakan
underemplayment.
Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia :
Penurunan pendapatan perkapita.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi masyarakat :
Menjadi beban psikologis dan psikis.
Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak
kriminalitas.
17
Teori ekonomi makro
lahir dari kritik
Keynes terhadap teori
ekonomi kalsik.
Sebaliknya, kritik
Keynes mendapat
tanggapan dari kaum
klasik sehingga
melahirkan aliran
pemikiran yang dikenal
sebagai Moneteris
(monetarism).
18
Perbedaan mendasar
antara klasik dan
Keynes sebenarnya
hanya terletak
19