Anda di halaman 1dari 14

No.

Analisis
Judul The Effect of Prone Position to Oxygen Saturations’level and Respiratory Rate among Infants Who Being Installed
Mechanical Ventilation in Nicu Koja Hospital

Author Anita Apriliawati, Rosalina, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia

Problem Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas prone position untuk meningkatkan saturasi oksigen dan
Populasi laju respirasi bayi yang baru lahir yang dipasang oleh ventilasi mekanis.
Patient
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien bayi yang menggunakan ventilasi mekanik yang dirawat pada
bulan Januari-Februari 2015, dengan besar sampel sebanyak 16 responden

Intervensi Penelitian ini menggunakan rancangan Quasy Experimental dengan metode control group pre test-post test design.
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling.

Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan posisi pronasi selama 3 jam dengan pemantauan 30 menit
pertama, kemudian 1 jam pertama dan 1,5 jam kedua. Pelaksanaan ini dilakukan hanya satu kali perlakuan atau
1x3jam. Selama dilakukan intervensi dilakukan pemantauan dengan monitoring yang ketat untuk menghindari
terjadinyan resiko seperti ekstubasi spontan, penekanan pada area tertentu dan resiko lainnya.

Comparisson Control group bayi dengan ventilasi mekanik yang tidak diberikan perlakuan

Outcome Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh posisi prone terhadap nilai saturasi oksigen dan
frekuensi pernapasan pada neonatus yang menggunakan ventilasi mekanik. Posisi pronasi dapat direkomendasikan
sebagai intervensi keperawatan pada neonatus yang mengalami gangguan penapasan dan menggunakan ventilasi
mekanik

Time Pada tahun 2015


ANALISA JURNAL KEPERAWATAN ANAK
PEMBAHASAN
Dari hasil analisa uji T –Dependen, rata-ratasaturasi oksigen pada kelompok intervensi sebelum diberikan perubahan posisi didapatkan 91,13
dengan tandar deviasi 2,031 sedangkan rata-rata saturasi oksigen pada responden kelompok intervensi setelah diberikan perubahan posisi
didapatkan95,25 dengan standar deviasi 1,488. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,002 sedangkan taraf nilai signifikansi yaitu α = 0,05
maka p< α yang artinya ada perbedaan yang signifikan saturasi oksigen pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan perubahan
posisi.
Hasil penelitian terkait juga dilakukan oleh Suek (2012) yang dikutib dari Relvas, Silver, & Sagy (2003) mengatakan posisi pronasi adalah posisi
terbalik dari supinasi dimana kepala diletakkan pada posisi lateral menghadap ventilator, tangan di fleksi, lutut dan kaki disanggah dengan
menggunakan perangkat roll yang lunak. Penekanan pada area abdomen menjadi pertimbangan penting untuk keefektifan dari posisi pronasi.
Dalam penelitian lain, Charron, dkk, (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dengan memposisikan bayi dengan Acut Respirstory
Dystress syndrom (ARDS) dalam posisi prone dapat menyelamatkan hidup dan dapat dimasukan dalan rutinitas pasien di intensive Care Unit
(ICU). Penelitian memperlakukan posisi pronasi selama 18 jam dan dalam hal ini Charron, dkk, menggunakan parameter Fio2 dan PaO2 sebagai
acuannya dalam melihat tingkat keberhasilan penggunaan posisi pronasi.
Frekuensi pernafasan pada responden kelompok intervensi sebelum diberikan perubahan posisi didapatkan mean 55x/mnt, Standar deviasi
12,939 dan frekuensi pernafasan pada responden kelompok intervensi setelah diberikan perubahan posisi didapatkan mean 65x/mnt dengan
standar deviasi 9,891. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,026 sedangkan taraf nilai signifikansi yaitu α = 0,05 maka p< α yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan frekuensi pernafasan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan perubahan posisi.
Peningkatan frekuensi pernafasan pada bayi juga bisa dikarenakan adanya trigger nafas dari bayi yang berusaha bernafas spontan tanpa
bergantung pada ventilator. Hal ini mengindikasikan adanya usaha bernafas yang baik pada bayi sehingga dapat menjadi acuan dalam
berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan proses penyapihan (weaning).

Menurut Kusumaningrum, (2009) yang dikutib dari Baron, et al, (2007) menyatakan bahwa posisi pronasi akan memberikan bagian dinding
dada lebih bebas dan tidak terjadi penekanan sehingga akan meningkatkan komplians dengan demikian ventilasi lebih banyak terdapat pada area
non dependent paru dan terjadi peningkatan status oksigenisasi. Peningkatan status oksigenisasi dapat menyebabkan peningkatan saturasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, dan fase ekspirasi
memanjang.

Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat bedan, kebutuhan oksigen
meningkat, dan suplai lemak subkutan tidak memadai
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : BY Ny. D NO. REKAM MEDIK : RUANG RAWAT : R. ELDEWAYS
TGL. NO. DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI KELUARAN TTD
DX KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
INDONESIA
9/10/201 1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen Jalan Napas
9 keperawatan selama 2 x 24 Observasi
jam maka pola napas - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
membaik dengan kriteria usaha napas)
hasil: Terapiutik
- Tekanan inspirasi meningkat - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Tekanan ekspirasi meningkat - Posisikan bayi dengan prone position
- Dispnea menurun - Berikan oksigen, jika perlu
- Pemanjangan fase ekspirasi
menurun 2. Dukungan Ventilasi
- Penggunaan otot bantu napas Observasi
menurun - Identifikasi adanya jekekahan otot bantu
napas
- - Identifikasi efek perubahan posisi teradap
status pernapasan
- - Monitor status respirasi dan oksigenasi
(frekuensi, kedalaman napas, penggunaan
otot bantu napas, dan saturasi oksigen)
Terapiutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikian prone position
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan, jika
perlu

3. Pemantauan Respirasi
Observasi
- Moitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor adanya sputum dan sumbatan jalan
napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Monitor saturasi oksigen
Terapiutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentsikan hasil pemantauan
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : BY Ny. D NO. REKAM MEDIK : RUANG RAWAT : R. ELDEWAYS
TGL. NO. DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI KELUARAN TTD
DX KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
INDONESIA
9/10/201 2. Risiko termoregulasi Setelah dilakukan intervensi 1. Manajemen Cairan
9 tidak efektif keperawatan selama 2 x 24 Observasi
jam maka termoregulasi - Monitor status hidrasi (frekuensi nadi,
neonatus membaik dengan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, dan
kriteria hasil: turgor kulit)
-frekuensi nadi dalam batas - Monitor berat badan harian
normal (Nadi Normal= 100- Terapiutik
180x/menit) - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
-ventilasi dalam batas normal - Berikan cairan inravena, jika perlu
(RR Normal= 40-60x/menit) 2. Manajemen Lingkungan
- pengisian kapiler dalam Observasi
batas - Identifikasi keamanan dan kenyamanan
Terapiutik
- Atur suhu lingkungan yang sesuai
- Sediakan lingkungan yang bersih dan
nyaman
- Ganti pakaian secara berkala
3. Perawatan Neonatus
Observasi
- Identifikasi kondisi awal bayi (kecukuan
bulan, menangis spontan/ tidak, dan tonus
otot)
Terapiutik
- Mandikan selama 5-10 menit, minimal
sekali sehari
- Mandikan dengan air hangat (36-37 C)
- Gunakan sabn dan baby oil
- Rawat tali pusat secara terbuka
- Bersihkan tali pusat dengan air steril atau
air matang
- Ganti popok segera jika basah
4. Regulasi Temperatur
Observasi
- Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5-37,5
C)
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika
perlu
- Monitor suhu warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
Terapiutik
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Pertahankan kelembapan incubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilanggan
panas karena evaporasi
- Atur suhu inkuator sesuai kebutuhan

DX NO. 3 muncul di saat intervensi hari kedua


Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan fisiologis: ketidakcukupan energy, hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan),
situasional: Riwayat ketergantungan ventilator >4 hari, dibuktikan dengan frekuensi napas meningkat dan penggunaan otot bantu napas
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : BY Ny. D NO. REKAM MEDIK : RUANG RAWAT : R. ELDEWAYS
TGL. NO. DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI KELUARAN TTD
DX KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
INDONESIA
10/10/201 3. Gangguan penyapihan Setelah dilakukan intervensi Penyapihan ventilasi mekanik
9 ventilator keperawatan selama 1 x 24 Observasi
jam maka penyapihan - Periksa Kemampuan untuk disapih (status
ventilator meningkat dengan hemodinamik stabil, kondisi optimal, dan
kriteria hasil: bebas infeksi)
-Penggunaan otot bantu napas - Monitor tanda tanda kelelahan otit
menurun pernapasan
- Frekuensi napas membaik - Monitor status cairan elektrolit
( N= ) Terapiutik
- Upaya napas membaik - Lakukan pengisapan jalan napas, jika perlu
- Warna kulit membaik (tidak - Lakukan uji coba penyapihan (30-120
pucat) menit dengan napas spontan yang dibantu
ventilator)
- Hindari pemberian sedasi saat penyapihan
CATATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

9/10/201 1 1. Mengobservasi pola napas (frekuensi, S: -


9 kedalaman, usaha napas) O: - K/u lemah
2. Mengidentifikasi adanya sputum dan - RR:
sumbatan jalan napas - Nadi:
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Retraksi dinding dada (+)
4. Memberikan bayi prone position - Saturasi oksigen:
5. Mengidentifikasi adanya kelelahan otot - Penggunaan otot antu napas (+)
bantu napas - Ekspansi paru simetris
6. Mengidentifikasi efek perubahan prone A: Masalah belum teratasi
position teradap status pernapasan P: Lanjutkan intervensi
7. Mengukur respiratory rate dan saturasi
oksigen
8. Mengobservasi kedalaman napas dan
penggunaan otot bantu napas
9. Merubah posisi senyaman mungkin
10. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
CATATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

9/10/201 2 1. Mengidentifikasi kondisi awal bayi S: -


9 (kecukuan bulan, menangis spontan/ tidak, O: - K/u lemah
dan tonus otot) - Usia bayi:
2. Mengobservasi status hidrasi (frekuensi - TO:
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian - APGAR SCORE 6 7
kapiler, dan turgor kulit) - Akral hangat
3. Menimbang berat badan setiap hari - RR
4. Memberikan asi per-oral, sesuai kebutuhan - Nadi
5. Memberikan cairan per-inravena, sesuai - Suhu Bayi
kebutuhan - Turgor kulit
6. Mengatur lingkungan yang bersih, nyaman - CRT
dan aman - BB bayi
7. Mengatur suhu lingkungan yang sesuai - Cairan per-oral ASI
dengan suhu bayi - Cairan per-iv D10
8. Mengganti popok bayi secara berkala - Suhu incubator
9. Memandikan bayi dengan abun dan air - Warna kulit
hangat (36-37 C) selama 5-10 menit, sekali A: Masalah belum teratasi
sehari P: Lanjutkan intervensi
10. Merawat tali pusat secara terbuka
11. Mengukur suhu bayi tiap 2-4 jam sampai
stabil (36,5-37,5 C)
12. Memonitor warna kulit
13. Memonitor adanya tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
14. Memberikan asi per-oral
15. Menseting suhu inkbuator sesuai kebutuhan

CATATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

10/10/201 1 1. Mengobservasi pola napas (frekuensi, S: -


9 kedalaman, usaha napas) O: - K/u lemah
2. Mengidentifikasi adanya sputum dan - RR:
sumbatan jalan napas - Nadi:
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas - Retraksi dinding dada (+)
4. Memberikan bayi prone position - Saturasi oksigen:
5. Mengidentifikasi adanya kelelahan otot - Penggunaan otot antu napas (+)
bantu napas A: Masalah belum teratasi
6. Mengidentifikasi efek perubahan prone P: Lanjutkan intervensi
position teradap status pernapasan
7. Mengukur respiratory rate dan saturasi
oksigen
8. Mengobservasi kedalaman napas dan
penggunaan otot bantu napas
9. Merubah posisi senyaman mungkin
CATATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

10/10/201 2 1. Mengobservasi status hidrasi (frekuensi S: -


9 nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian O: - K/u lemah
kapiler, dan turgor kulit) - Akral hangat
2. Menimbang berat badan setiap hari - RR
3. Memberikan asi per-oral, sesuai kebutuhan - Nadi
4. Memberikan cairan per-inravena, sesuai - Suhu Bayi
kebutuhan - Turgor kulit
5. Mengatur lingkungan yang bersih, nyaman - CRT
dan aman - BB bayi
6. Mengatur suhu lingkungan yang sesuai - Cairan per-oral ASI
dengan suhu bayi - Cairan per-iv D10
7. Mengganti popok bayi secara berkala - Suhu incubator
8. Memandikan bayi dengan abun dan air - Warna kulit
hangat (36-37 C) selama 5-10 menit, sekali A: Masalah belum teratasi
sehari P: Lanjutkan intervensi
9. Merawat tali pusat secara terbuka
10. Mengukur suhu bayi tiap 2-4 jam sampai
stabil (36,5-37,5 C)
11. Memonitor warna kulit
12. Memonitor adanya tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
13. Memberikan asi per-oral
14. Mensetting suhu inkbuator sesuai
kebutuhan

CATATAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL NO DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

10/10/201 2 - Mengobservasi kemampuan bayi untuk S: -


9 disapih (status hemodinamik stabil, kondisi O: - K/u lemah
optimal, dan bebas infeksi) - Akral hangat
- Memonitor tanda-tanda kelelahan otot - RR
pernapasan - Nadi
- Memonitor status cairan elektrolit - Suhu Bayi
- melakukan uji coba penyapihan (30-120 - Saturasi oksigen
menit dengan napas spontan yang dibantu - Cairan per-oral ASI
ventilator) - Cairan per-iv D10
- Suhu incubator
- Warna kulit
- Penggunaan otot bantu napas (+)
A: Masalah belum teratasi
P:

Anda mungkin juga menyukai