Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN OKSIGENASI

Disusun Oleh :

Mahira Athala J (P1337420119308)

DIII KEPERAWATAN SEMARANG KAMPUS KENDAL

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Definisi

Menurut Andarmoyo (2012) oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia


yang paling mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel – sel tubuh.

Menurut Fitriani (2015) keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen


gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk merupakan kelangsungan
hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernafas dari atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.

Tujuan terapi oksigenasi :

1. Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal.


2. Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan secara adekuat.
3. Mengembalikan frekuensi pernapasan dalam batas normal.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Okisgenasi


1. Sistem pernapasan

Dalam sistem respirasi oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh
dan pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfir, dan
kemudian diambil akan masuk melalui organ pernapasan bagian atas yang terdiri
dari hidung atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ pernapasan
bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier,
terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli. Proses pertukaran gas di
dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi. Selain itu organ pernapasan bagian
atas berfungsi pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtras, dan melembabkan gas.
Sedangkan organ pernapasan bagian bawah juga berfungsi dalam proses difusi
gas. (Tarwoto&Wartonah, 2011).

1
C. Etiologi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi


menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane
kapiler-alveoli.

D. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

E. Faktor predisposisi
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kondisi-kondisi kardiomipiopati, dan hipoksia
jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature beesiko terkena penyakit membrane
hialin karena belum matur dan menghasilkan surfaktan. Bayi dan toodler beresiko
mengalami infeksi saliran pernapasan akut. Pada dewasa terpapar faktor risiko
kardiopulmuner. System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi
pada usia tua/lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas
yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru.
5.

2
F. Pelaksanaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan


oksigenasi yaitu:

1. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi


impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi: pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
4. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronskopi
Untuk mengambil sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopolmonal misal: kerja jantung dan konsraksi
paru.
8. CT-Scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

3
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pemantauan hemodinamika.
2. Pengobatan bronkodilator.
3. Penggunaan ventilator mekanik.
4. Fisioterapi dada.
5. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu melancarkan secret.
6. Memberikan kanul nassal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.

4
I. Pathway

5
J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.

6
K. Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Tujuan (NOC) : 1. Manajementjalan napas
tidakefektif Setelah dilakukan tindakan - Buka jalan napas
berhubungandengan keperawatan selama 3x24 pasien
produksimukus jam, klien dapat mencapai - Posisikan pasien
banyak. bersihan jalan napas yang untuk
efektif memaksimalkan
Kriteria hasil : ventilasi
1. pengeluaran sputum - Identifikasi pasien
pada jalan napas untuk perlunya
2. irama napas sesuai pemasangan alat
yang diharapkan jalan napas buatan
3. frekuensi pernapasan - Keluarkan secret
sesuai yang dengan suction
diharapkan - Monitor rata-rata
respirasi setiap
pergantian shif dan
setelah dilakukan
tindakan suction
2. Suksion Jalan Napas
- Auskultasi jalan
napas sesudah dan
sebelum suction
- Informasikan
keluarga tentang
prosedur suction
- Berikan O2 untuk
memberikan nasal
untuk memfasilitasi
suction nasotrakheal
- Hentikan suction

7
dan berikan oksigen
bila pasien
menunjukkan
bradikardi
peningkatan.

2. Pola nafas tidak Tujuan : setelah 1. Buka jalan napas pasien


efektif berhubungan dilakukan tindakan 2. Posisikan pasien untuk
dengan hipoventilasi keperawatan selama memaksimalkan
atau hiperventilasi 3x24jam klien dapat ventilasi
mencapai napas efektif 3. Identifikasi untuk
dengan perlunya pemasangan
alat napas buatan
Kriteria Hasil : 4. Keluarkan secret dengan
1. Auskultasi napas suction
sesuai 5. Auskultasi suara napas,
2. Bernapas mudah catat bila tiba-tiba ada
3. Tidak didapatkan suara napas tambahan
penggunaan otot
tambahan
3. Kerusakan pertukaran Tujuan: setelah dilakukan 1. Posisikan pasien
gas b.d tindakan keperawatan selama untuk
ketidakseimbangan 3x24jam kerusakan memaksimalkan
perfusi ventilasi pertukaran pasien teratasi ventilasi
2. Pasang mayo bila
Kriteria Hasil: perlu
1. Mendemonstrasikan 3. Keluarkan secret
peningkataan dengan batuk atau
ventilasi dan suction
oksigenasi yang 4. Atur intake untuk
adekuat cairan
2. Memelihara mengoptimalkan
kebersihan paru-paru keseimbangan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing outcome classification
(NOC).
Mosby. Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.
Salemba Medika: Jakarta.
Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Nanda

Anda mungkin juga menyukai