Anda di halaman 1dari 32

Sistem Pencernaan dan

Penyerapan Makanan 1
Arif Rahmat Kurnia
Komponen

 Fisiologis
 Mulut → esofagus → lambung → usus halus (duodenum, jejunum, ileum) → usus
besar (kolon menanjak/ ascending, kolon melintang/ transverse, kolon menurun/
descending) → rectum
 Enzim dan Zimogen
 Reaksi kimia pada pencernaan makanan dipicu oleh berbagai enzim
 Enzim ada yang disekresikan aktif namun ada pula yang dalam bentuk zimogen
 Hormon
 Gastrin (disekresi sel G dari antrum lambung, provokasi sel parietal), Secretin
(duodenum), Cholecystokinin/ CCK (usus halus)
 Asam Empedu
 Mengandung cincin steroid → absorpsi dan pencernaan lemak
Sekresi Material Digesti

 Kelenjar Air Liur (Salivary Glands)


 Saliva is secreted by the salivary glands in response to various stimuli. This fluid
contains α-amylase, to which lingual lipase is added by the Von Ebner glands of
the tongue in humans and certain animals.
 Fundus Lambung (Bagian Atas)
 Sel Kepala Lambung → pepsinogen
 Sel Goblet → mucus/ lendir
 Sel Parietal/ Sel Oxyntic → HCl dan Faktor Intrinsik
 Antrum Lambung (Bagian Bawah)
 Sel G → gastrin (hormon polipeptida) → sel parietal → sekresi asam lambung
Pankreas dan Usus Halus

 Pankreas → 82% sel – sel asinar, 3,9% duct cell/ sel centroasinar [Sel
Eksokrin]; 1,8% Sel endokrin; 3,7% pembuluh darah
 Sel Asinar menyekresi zymogen dan enzim ke saluran pankreas
 Sel Centroasinar menyekresi larutan kaya garam dan bikarbonat ke sal. Pank.
 Sel endokrin menyekresi glukagon dan insulin ke pembuluh darah
 Komposisi ion getah pankreas adalah 120 mM bikarbonat, 140 mM natrium, 70
mM klorida, 5 mM kalium, dan 2 mM kalsium → pH 7,2 – 7,4
 Sel eksokrin menyekresi 1000 ml getah ke dalam duodenum per hari
 Pelepasan zimogen ke dalam lumen usus halus menyebabkan mereka terpapar
ke lingkungan yang tidak asam → mengandung enterokinase
(enteropeptidase), sebuah protease dalam usus halus
 Enterokinase selalu ada pada usus halus. Penelitian pada usus babi
menunjukkan kalau enterokinase hanya terdapat dalam duodenum, tidak ada
pada jejunum atau ileum dan terikat pada bagian luar enterosit
 Enterokinase mengkatalisis pembelahan pada ikatan peptida tunggal dalam
tripsinogen yang kemudian menghasilkan tripsin.
 The point of action is between one residue of lysine and one of isoleucine.
 Tripsin mengkatalisis aktivitas zimogen pankreas pada lokasi yang spesifik.
 Tripsin membelah zimogen di ikatan setelah residu arginin dan lisin, pada gugus
karboksil asam amino tersebut.
 Tripsin mengkatalisis pengaktifan dari tripsinogen, memperkuat pengaruh
enterokinase → reaksi autokatalitik
 Tripsin mengkatalisis enzim pankreas berikut ini:
 Trypsinogen
 Chymotrypsinogen
 Procarboxypeptidase A
 Procarboxypeptidase B
 Proelastase
 Prophospholipase
 Tripsin mengaktifkan kemotripsin → membelah kemotripsinogen pada ikatan
peptida antara asam amino Arg 15 dan Ile 18.
 Enterokinase → aktifkan tripsin → mengaktifkan yang lain → activation
cascades
 Contoh lain: glycogen phosphorylase, the blood clotting cascade, and the MAP
kinase signaling cascade.)
 Keuntungan activation cascades (1) a small signal is amplified into a large
response that involves many proteins. (2) the amplification is rapid, i.e.,
perhaps reaching a maximal rate of activity within 20-30 seconds.
 The pancreas also secretes a number of enzymes in activeform: m-amylase,
lipase, deoxyribonuclease (DNase), and ribonuclease (RNase).
 DNase catalyzes the hydrolysis of DNA, resulting in the liberation of
eoxyadenosine monophosphate (dAMP), deoxythymidine monophosphate
(dTMP), deoxyguanosine monophosphate (dGMP), and deoxycytosine
monophosphate (dCMP)
Hati dan Kandung Empedu

 Garam empedu disintesis dari hepatosit yang kemudian dilepaskan dalam


kanalikuli empedu → dari termini hati ke saluran empedu → kandung empedu
(disimpan) → duodenum
 Sebelum disekresi hati → dimodifikasi dengan penambahan glisin dan taurin
 Konjugasi garam empedu dimulai dengan pembentukan ikatan tiol ester
antara molekul kolat dengan gugus sulfhidril dari koenzim A → molekul kolat
teraktivasi kemudian bereaksi dengan glisin/ taurin → gugus amino glisin
“menyerang” ikatan tiol ester, menggantikan molekul koenzim A untuk
membentuk koliglisin.
 Enzim yang sama mengkatalisis konjugasi dari glisin atau taurin dengan
garam empedu
Usus Halus

 Sekretin dan CCK disekresi dari sel dalam duodenum (Sel I dan Sel S)
 Sel I menyekresi CCK → aliran darah → organ (perut, kandung empedu, dan
pankreas) → Reseptor CCK pada membran plasma
 CCK mengikat reseptor → efek (tergantung organ targetnya)
 Sel S menyekresi sekretin → aliran darah (distimulasi asam yang masuk ke
duodenum) → pankreas → mengikat reseptor sekretin pada membran plasma
sel dalam saluran pankreas → sel melepaskan bikarbonat dan cairan dalam
jumlah besar ke saluran pankreas → duodenum → menetralkan asam lambung
→ enzim pencernaan pada usus halus butuh pH netral
Asam Fosfatase → enzim hidrolitik → disekresi oleh enterosit yang
menghadap ke lumen → duodenum, jejunum, dan ileum
Alkali Fosfatase → metaloenzim zink → terdapat pada usus

 Asam fosfatase dan alkali fosfatase → mengkatalisis pelepasan gugus fosfat


dari berbagai senyawa makanan → gula fosfat, triosa fosfat, nukleotida (AMP,
ADP, ATP, Pirofosfat, dan asam amino terfosforilasi) → glikolisis
Stimulasi Sistem Pencernaan

 Fase Sefalik → Bahasa Yunani cephalic (kepala) → keterlibatan sistem saraf


 Saraf utama yang mempengaruhi pencernaan → vagus → menstimulasi sel
parietal untuk menyekresi asam lambung
 Percobaan Pavlov → stimulasi sekresi asam lambung bergantung pada
tindakan “mental” → sekresi lambung pada anjing yang dilatih untuk
mendapatkan makanan tepat setelah suara bel → fistula pada esofagus untuk
mengalihkan makanan yang masuk keluar lambung → anjing itu boleh makan
tetapi makanannya tidak sampai ke lambung atau usus → Sham Meal
 Sham Meal/ makanan palsu → lambung menyekresi asam lambung → sekresi
cairan dari pankreas ke usus halus → sekresi pankreas terjadi sebelum
lambung
Pengaruh Makanan Palsu

 Fase Sefalik → hanya menstimulasi sebagian dari sekresi maksimum cairan


lambung dan pankreas → tidak meningkatkan gastrin dan CCK
 Stimulasi sefalik dari saraf vagus ke pankreas → pelepasan enzim pankreas ke
usus halus
 Stimulasi sefalik dari saraf vagus ke sel parietal → pelepasan asam lambung
 Pada manusia → fase sefalik tidak sampai membentuk asam bikarbonat pada
lumen usus halus
 Tanda fase sefalik → mengeluarkan air liur setelah melihat atau mencium
makanan yang lezat
 Memotong saraf vagus → menghilangkan efek makanan palsu pada lambung
dan pankreas → dilakukan pada pasien ulkus/ tukak lambung
Eksperimen Asam Lambung
Fase Kimia

 Makanan langsung memicu sel pada saluran pencernaan


 Protein menstimulasi sel G → melepas gastrin pada sistem sirkulasi
 Gastrin kembali ke lambung → sel parietal memproduksi asam lambung
 Sel parietal dapat diaktifkan melalui saraf dan hormon
 Fase Kimia juga melibatkan CCK → pelepasan CCK distimulasi konsumsi lemak
dan protein
 CCK berperan dalam pelepasan enzim pankreas, garam empedu, dan
bikarbonat pankreas pada lumen usus halus
Molekul Penting dalam Pencernaan
dan Penyerapan Makanan
Gastrin

 Gastrin → polipeptida → 34 asam amino


 Residu N–terminal didaur ulang dari asam
glutamat bernama piroglutamat
 Residu C-terminal merupakan bentuk
antara (amidasi) dari fenilalanin
 Gugus amida → residu glisin
 Sekuensi asam amino dari C-terminus
gastrin sangat dibutuhkan untuk
timbulnya reaksi hormonal →
mentransmisikan sinyal ke sel target
 Gastrin, ada yang 14 dan 17 AA (sama)
Fisiologi
Gastrin
Feedback Control of Release

 First, gastrin is released from the G cells in response to stimulation by dietary


peptides and amino acids. The vagus nerve also may stimulate the G cells to
release gastrin; however, studies have shown that serum gastrin levels may or may
not increase during sham feeding. Distention of the stomach by food also provokes
the release of gastrin.
 Second, increased levels of gastrin in the bloodstream induce the parietal cells to
release gastric acid (0.1 N HC1) into the lumen of the stomach. The pH of 0.1 N
HCl is 1.0, so release of the acid into the lumen may bring the pH of the contents
of the stomach to as low as 2.0.
 Third, the presence of strong acid in the lumen of the stomach inhibits the release
of gastrin by the G cells. This inhibition represents the completion of the feedback
loop. Gastrin secretion begins to be inhibited when the pH in the lumen falls to
3.0-3.5. Secretion is inhibited completely when the pH falls to 1.5.
Chronic Presence and Chronic Absence
of Gastrin
 Gastrin can provoke the growth of parietal cells, as well as other cells that
bear the gastrin receptor in their plasma membrane.
 Chronic elevation of gastrin may occur, in humans, in a disease called
pernicious anemia.
 This disease results in the destruction of the parietal cells. How could the
body's destruction of its own parietal cells be connected somehow to elevated
gastrin?
 The consequent lack of stomach acid interrupts the normal feedback loop for
gastrin secretion. With the feedback loop no longer operating, the result is
continual secretion of gastrin by the G cells of the stomach, a condition which
very occasionally promotes certain types of stomach cancers (Koh et al.,
1997).
 The role of gastrin for maintaining the health of the parietal cells was
revealed in patients who had the antrum of their stomachs surgically
removed.
 The result, in some cases, is atrophy of the parietal cells. A way of reducing
gastrin levels, other than cutting out tissue bearing the G cells, is by creating
an animal lacking the gene coding for gastrin.
 Using standard genetic techniques, "knockout mice“ lacking this gene were
prepared. Surprisingly, these mice lived and thrived.
 However, the important point is that the population of parietal cells dropped
by about 35%, and the mice's stomachs were less acidic (Koh et al., 1997)
Pertanyaan?

 An excess or absence of gastrin is not one of the major health issues facing
our population. However, the preceding examples begin to illustrate concepts
that can be applied to all hormones: Does the hormone have more than one
type of influence on target cells? Does it have secondary effects? Can we
learn of new targets of the hormone by identifying cells that bear the
hormone's receptor? Is complete absence of the hormone compatible with
life? Which regulatory systems take over and compensate for complete
absence of the hormone?

Anda mungkin juga menyukai