Anda di halaman 1dari 14

i

LAPORAN KASUS NEKROPSI UNGGAS


(Newcastle Disease)

Oleh :
HARLIN YULIANA ARIMBI
NPM. 2102501010050

SUBGROUP 2 (DUA)
KELOMPOK 3A (TIGA A)
GELOMBANG XXI (DUA PULUH SATU)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR

LAPORAN KASUS NEKROPSI UNGGAS


(Newcastle disease)

HARLIN YULIANA ARIMBI


NPM. 2102501010050

Mengetahui Banda Aceh, 30 September 2021


Dosen Pembimbing Nekropsi, Pembuat Laporan

(Prof. Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si) (Harlin Yuliana Arimbi)


NIP. 197001131998032001 NPM. 2102501010050
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala atas segala nikmatNya sehingga laporan tugas

mandiri yang berjudul Newcastle disease ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada

halangan yang berarti. laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir koasistensi diagnostik

patologi. Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya

dalam berbagai bentuk hingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini,

baik dari segi EBI, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis

jadikan sebagai evaluasi. Demikian, semoga proposal bahasa ini dapat diterima sebagai

ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Banda Aceh, 29 September 2020

Penulis

v
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Penyakit Newcatle disease (ND) yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama

penyakit Tetelo. Penyakit ini bersifat endemik pada peternakan ayam, meskipun

vaksinasi telah dilakukan secara teratur (Zainudin dan Wibawan 2009). Penyakit

tersebut disebabkan oleh avian paramyxovirus tipe I (AMV-I), dari genus Avulavirus, dan

termasuk keluarga Paramyxoviridae. Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND)

merupakan salah satu penyakit penting pada unggas, seperti halnya pada ayam

kampung. Penyakit tetelo ditemukan hampir di seluruh belahan dunia (Aldous dan

Alexander 2001). Penyakit tetelo dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari 240 spesies

unggas di 27 negara (Hadipour 2009). Di Indonesia, penyakit tetelo masih bersifat

endemis yang ditunjukan dengan ditemukannya kasus sepanjang tahun terjadi karena

beberapa faktor seperti kualitas vaksin yang buruk, perlakuan terhadap vaksin yang

tidak memenuhi standar seperti suhu saat penyimpanan, dan kesalahan vaksinator. Virus

ND merupakan virus RNA yang mempunyai genom single stranded (SS) dengan polaritas

negatif. Paramyxovirus berbentuk sangat plomirfik, yaitu antara bentuk bulat sampai bentuk

filamen dan berdiameter 150-300 nm. Nuklokapsid bersimetri heliks dan dikelilingi oleh

amplop yang berasal dari membran permukaan sel (Wibowo et al., 2013).

Pada ayam, keganasan virus ND tergantung pada virulensi dan predileksi galur virus.

Berdasarkan atas virulensinya, virus ND dikelompokkan menjadi tiga patotipe yaitu

velogenik (bersifat sangat ganas), mesogenik (keganasannya sedang), dan lentogenik

(keganasannya rendah). Berdasarkan atas organ predileksinya, virus ND velogenik dibedakan


1 ditandai dengan gejala gangguan syaraf, pneumotropik
menjadi bentuk neurotropik yang

yang ditandai dengan kelainan pada sistim pernafasan, dan bentuk viscerotropik yang
2

ditandai dengan gangguan pada sistima pencernaan (Aldous dan Alexander, 2001).

Penyakit ND dapat ditularkan melalui air minum, pakan maupun tempat pakan

dan minum yang tercemar oleh virus ND. Penularan penyakit ND juga dapat melalui alat

transportasi maupun melalui udara yang tercemar. Kejadian ND di Bali banyak ditemukan

pada peternakan ayam buras yang umumnya merupakan peternakan rakyat (Kencana et al.,

2012). Peternakan skala rumah tangga (backyard farm) ayam buras di Kecamatan Kerambitan

cenderung dipelihara secara ekstensif (Suryana et al., 2008) dan tanpa divaksinasi, sehingga

peluang bertemu unggas lain sangatlah besar. Mengingat kondisi demikian maka transmisi

penyakit antar ayam buras dan unggas lain yang terinfeksi ND sangat mungkin terjadi dan

mudah tersebar ke daerah yang lebih luas (Kencana et al., 2012).

Tujuan

Untuk menegakkan diagnosa dari kadaver yang di nekropsi berdasarkan perubahan

patologi dan histopatologi dari kadaver ayam yang dinekropsi

Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk menegakkan diagnosa dari kadaver ayam

yang di nekropsi dan dapat melihat perubahan patologi anatomi dan histopatologi dari

kadaver ayam yang dinekropsi


3

METODE KEGIATAN / HASIL PEMERIKSAAN

Sinyalemen
Ayam (U228/21) / Betina / ayam broiler / lebih kurang 3 bulan / putih / lambaro

Anamnesa
Mati di dalam kandang dengan keadaan kandang yang kotor, bulu kusam eksudat pada
mata, mulut, hidung.

Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)

Organ Diagnosa PA

Keadaan Umum Luar Kurus


Bulu dan rambut Bulu kusam
Kulit Selaput
1. Mata Eksudat purulent Konjungtivitis
2. Hidung Eksudat purulent
3. Mulut Eksudat purulent
4. Telinga Eksudat
5. Kloaka TAP

Jaringan Bawah Kulit Eksudat purulent Dehidrasi

Traktus
Respiratorius
1. Rongga Hidung Eksudat purulent
2. Laring TAP
3. Faring TAP
4. Trakhea Hemoragi Trakeitis
5. Bronkhus TAP
6. Bifurcatio TAP
Airsaculitis
7. Airsac Keruh
3

Paru-paru
Besar (membengkak)
1. Ukuran
Lunak
4

2. Konsistensi Merah pekat Pneumonia


3. Warna
Tidak menyatu
4. Bidang Sayatan
5. Uji Apung Tenggelam

Traktus Digestivus dan


Ekskresi
1. Mulut
Eksudat purulen
2. Esofagus
TAP -
3. Tembolok
TAP -
4. Proventriculus
Petechiae Proventriculitis
5. Ventriculus
TAP -
6. Duodenum
Hemoragi Enteritis
7. Jejenum
Hemoragi Enteritis
8. Ileum
Hemoragi Enteritis
9. Caecum
Hemoragi Enteritis
10. Seca tonsil
Hemoragi
11. Cloaca
Eksudat purulent, hemoragi
Hati
1. Ukuran Besar ( bengkak)
2. Konsistensi Lunak
3. Warna Merah Pekat Hepatitis
4. Bidang Sayatan Tidak Menyatu

Empedu Bewarna hijau pekat


Pankreas Hemoragi Pankreatitis
Ginjal
1. Ukuran Besar (Bengkak)
2. Konsistensi Lunak Nefritis
3. Warna Merah Pucat
4. Bidang Sayatan Tidak menyatu
Sistem Sirkulasi
Jantung
4
1. Ukuran Besar (Bengkak)
2. Konsistensi Lunak
3. Warna Merah Pekat
5

4. Bidang Sayatan Tidak Menyatu


Buluh darah TAP

Sistem Limforetikular
Timus
TAP -
Bursa Fabricius
TAP -
Limpa
Hemoragi dan bengkak Spleenitis

Saraf
TAP
1. N. Ischiadicus -
dexter
TAP
_
2. N. Ischiadicus
sinister

Otak
1. Cerebrum TAP
2. Cerebellum TAP

Alat Reproduksi Hasil

1. Testis -
2. Ovarium TAP -

Otot
1. M. pectoralis TAP
2. M. femoralis TAP
3. M. brachialis TAP

Lain-lain
1. Rongga thorax TAP
2. Rongga abdomen
TAP
3. Pericardium
TAP

5 (jika sudah ada hasil HP)


Pemeriksaan Histopatologi (HP)

Organ Perubahan HP Diagnosa HP


6

Hati Hemoragi

Trakea
Hemoragi

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Patologi Anatomi

Organ Gambar Keterangan

Membengkak, dan terjadi hemoragi


Paru – paru

Hati
Ukuran membesar, dan hemoragi.
Warna merah kecoklatan

Usus
Terjadi hemoragi

Proventrikulu

s Adanya petechiae

Jantung
Ukuran membesar ( bengkak)

7
8

Histopatologi

Organ Gambar keterangan


Hati Terdapat hemoragi

Trakea Terjadinya hemoragi

Berdasarkan pemeriksaan kondisi luar ayam (U228) terlihat kurus dan bulu kusam

dan rontok. Pial dan jengger terlihat pucat. Pada kloaka mengalami hemoragi Ketika

dilakukan nekropsi terdapat eksudat purulent pada jaringan bawah kulit ayam yang

menandakan dehidrasi, pada air sac warna berubah menjadi keruh hampir kekuningan

(airsacculitis). Pada sistem pernafasan yaitu pada rongga hidung terdapat eksudat purulent

dan trakea mengalami trakeitis yang terjadi hemoragi.

Pada sistem pencernaan terlihat adanya Eksudat purulent pada bagian mulut dan

kloaka terdepat feses yang berwarna hijau. Dan hati yang mengalami hepatitis dengan

terjadinya Hemoragi, pembengkakan, adanya lemak dan berwarna merah kecoklatan. Pada

proventrikulus terdapat petechiae (Proventriculitis) sedangkan Pada pakreas terdapat

hemoragi (pankreatitis) dan adanya nefritis terlihat pada ginjal yang membengkak dan

hemoragi.
Pada sistem sirkulasi, jantung terlihat membengkak dan adanya hemoragi pada lemak

jantung yang menandakan miocarditis. Dan pada sistem limforetikular limpa terlihat bengkak

dan terjadi hemoragi (splenitis), bursa fabricius terjadi hemoragi.Dari gejala PA yang terlihat

ayam dengan nomor kasus U228 ini kami diagnosa mengarah pada penyakit Newcastle

Disease (ND).

Penyakit Newcatle disease (ND) disebabkan oleh avian paramyxovirus tipe I (AMV-

I), dari genus Avulavirus, dan termasuk keluarga Paramyxoviridae (Badruzzaman et al.,

2020). Pada ayam, keganasan virus ND tergantung pada virulensi dan predileksi galur virus.

Berdasarkan atas virulensinya, virus ND dikelompokkan menjadi tiga patotipe yaitu

velogenik (bersifat sangat ganas), mesogenik (keganasannya sedang), dan lentogenik

(keganasannya rendah). Berdasarkan atas organ predileksinya, virus ND velogenik dibedakan

menjadi bentuk neurotropik yang ditandai dengan gejala gangguan syaraf, pneumotropik

yang ditandai dengan kelainan pada sistim pernafasan, dan bentuk viscerotropik yang

ditandai dengan gangguan pada sistima pencernaan (Aldous dan Alexander, 2001).

Perubahan patologi anatomi tergantung pada strain virus yang menulari. Perubahan

yang disebabkan oleh infeksi virus velogenik strain Asia yang patognomonis berupa ptechiae

(bintik-bintik perdarahan) pada proventrikulus (perut kelenjar) dan nekrosa pada usus.

Kelainan-kelainan pada saluran pernafasan seperti rhinitis, tracheitis, laryngitis, pneumonia

dengan ekusudat katarrhalis sampai mukopurulent dapat pula ditemui, akan tetapi tanda ini

tidak khas untuk penyakit tetelo saja. Kelainan susunan syaraf berupa degenerasi dan nekrose

otak. Gambaran patologi anatomi pada infeksi virus strain mesogenik tidak khas,

perubahannya terbatas pada saluran pernafasan. Selain itu juga ditemukan perubahan berupa

ptechiae pada perikard, subpleura, tembolok dan usus (Kementerian Pertanian, 2014). Hasil

gambaran lesi histopatologi sangat bermanfaat dalam mengarahkan diagnosis penyakit hewan
yang bersangkutan(Nofantri et al.,2017). Pada penyakit Newcastle disease atau tetelo

ditentukan oleh perubahan perubahan pada beberapa organ ayam yang terinfeksi pada

beberapa organ – organ yang diamati berupa hati dan trakea mengalagi hemoragi.

Treament/ Pengobatan (yang direkomendasi)

Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan ND. Usaha yang dapat dilakukan

adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya

dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi sekunder dengan

pemberian antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.

Edukasi Profesional

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan vaksinasi secara teratur, pisahkan apabila

ada hewan yang tidak sehat, serta menjaga kebersihan dan sanitasi kandang.

DAFTAR ISI

Aldous., E.W, dan Alexander., D.J. (2001). Detection and differentiation of Newcastle
disease virus (avian paramyxovirus type 1). Avian Pathol.30(1): 117-128.
Badruzzaman, M.Z. Santriagung, M.A., dan Setiyono, A. (2020).Vaksinasi Newcastle
Disease pada Peternakan Ayam Buras di Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(2) : 240-245.
Kementerian Pertanian. (2014). Manual Penyakit Unggas. Direktorat Kesehatan Hewan,
Jakarta.
Kencana, G.AY., Kardena, I.M., Mahardika, I.G.N.K. (2012). Peneguhan diagnosis penyakit
Newcastle disease lapang pada ayam buras di Bali menggunakan teknik RT-PCR.
Jurnal kedokteran hewan. 6(1) : 28-31.
Kencana., G.A.Y. (2013). Penentuan Kandungan Virus Vaksin Newcastle Disease Dari Dua
Poultry Shops Yang Berbeda Pada Kultur Sel Primer Fibroblast Embrio
Ayam. Buletin Veteriner Udayana. 5(2): 61-69.
Suryana, H.A. (2008). Usaha tani ayam buras di Indonesia permasalahan dan tantangan.
Jurnal litbang pertanian. 27(3) : 1-5.
Wibowo, S.E., Asmara, W., Wibowo, M.H., Sutrisno, B. (2013). Perbandingan tingkat
proteksi program vaksinasi Newcastle disease pada ayam broiler. Jurnal Sains
Veteriner. 31(1) : 16-26.
Zainudin, D., dan Wibawan, I.W.T. (2009). Biosekuriti dan manajemen penyakit ayam lokal.

Jurnal Sains Veteriner. 5(8) : 1-7.


11

Anda mungkin juga menyukai