A. LISAN (
B. 4 soal) kasus
1. ONKO (KNF)
Seorang laki-laki umur 43 tahun datang ke poli THT dengan
keluhan hidung tersumbat sejak 2 bulan lalu, riwayat beringus
campur bercak darah…..
2. RINOLOGI
Kasus: (RINOSINUSITIS AKUT DENGN KOMPLIKASI ORBITA
ABSES PERIOSTEAL)
Anak laki-laki usia 12 tahun dengan keluhan hidung buntu+, pilek+,
hidung gatal+, nyeri wajah+,PND + sejak 3 bulan terakhir, bengkak di
kelopak mata kanan tapi penglihatan tidak terganggu
Pertanyaan:
-diagnosa
-dasar diagnosa
-pemeriksaan penunjang
-pemeriksaan fisik
-penatalaksanaan
Klasifikasi Chandler
Grup 1 : Selulitis preseptal Selulitis didaerah kelopak mata dengan
manifestasi pembengkakan kelopak
mata. Infeksi terbatas pada kulit di
depan septum orbita
Grup 2. Selulitis orbita Tampak sebagai edema difus pada
lapisan orbita. Manifestasi dengan
pembengkakan kelopak mata dengan
nyeri pada pergerakan otot
ekstraokular.
Grup 3. Abses subperiost Ditandai dengan edema dari lapisan
orbita dengan pengumpulan cairan di
bawah periosteum, biasanya
melibatkan dinding medial dari
orbita.secara klinis, kondisi pasien
hampir sama dengan grup 2 tetapi
dapat ditemukan adanya proptosis
Grup 4. Abses orbita Ditandai dengan true abses di ruang
orbita. Dapat bermanifestasi dengan
proptosis, gerakan bola mata yang
tidak simetris, dan pada kasus yang
berat, dapat timbul kebutaan
Grup 5. Kavernosus sinus trombosis Kemosis bilateral yang progresif,
oftalmoplegia, kerusakan retina, buta,
terdapat tanda-tanda meanings dan
demam tinggi
(1) Preseptal cellulitis, (2) Orbital cellulitis, (3) Subperiosteal abscess,(4) Orbital
abscess, and (5) Cavernous sinus thrombosis.
PENATALAKSANAAN
- Hospitalisasi
- Antibiotik intravena selama 2x24 jam bila tdk berhasil lakukan drainase
- Kortikosteroid
- Dekongesta
Diskusi: (tentukan apa yang harus diketahui terkait dengan butir-butir dibawah ini)
Etiologi: Penyebab utama virus yang menyebar melalui hidung dan nasofaring
- Myxovirus
- Adenovirus
- Streptokokus hemolitik
- Streptokokus viridans
- Stapilokokus aureus
- Pneumokokus
Tanda dan Gejala Klinik:
5. Dalam 12-48 jam → terjadi obstruksi saluran napas atas → stridor makin
6. Demam
Pemeriksaan Fisis:
epigastrium
Pemeriksaan Penunjang:
(STEEPLE SIGN)
- Laboratorium : Dapat normal, tetapi jika ada infeksi sekunder →
leukositosis
DIAGNOSIS:
PENATALAKSANAAN:
Indikasi MRS:
1. Oksigenasi
2. Inhalasi salin normal →Pemberian udara dingin dan lembab (uap air
berpartikel kecil)
3. Infus IVFD → Hidrasi yang adekuat
4. Antibiotik intravena (ampicillin dan atau kombinasi kloramfenikol)
5. Kortikosteroid intravena (deksametason 0,5 mg/kg BB/hr dalam 3 dosis)
6. Pengawasan secara terus-menerus
7. Bila anak kolaps → respirator dan trakeotomi (bila diperlukan)
DD/ :
Epiglotitis Akut (Supraglotitis Croup)
Spasmodic Laryngitis (Alergic Croup)
Terjadi dalam beberapa jam (mendadak Terjadi dalam beberapa hari (selalu diawali
panas tinggi) dengan ISPA)
C. TULISAN (8 Soal)
KESEMPATAN KE
NO KEGIATAN/LANGKAH KLINIK 1 2 3 4 5
PERSIAPAN PRA-TINDAKAN
1 Informed Consent
2 Pemeriksaan Penunjang
4 Persiapan Tindakan
TINDAKAN
3 Evaluasi Nasofaring
4 Evaluasi Laring
2. KASUS
Seorang wanita 68 tahun mengeluh hidung kiri buntu 2 bulan, ingus kental tidak
bercampur darah, tidak mimisan. Tidak ada sakit kepala. Dirasakan penglihatan
ganda beberapa hari terakhir. Rinoskopi anterior kanan dalam batas normal. Nasoendoskopi
rongga hidung kiri dan gambar imaging seperti dalam lampiran. Pemeriksaan leher tidak
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
Pertanyaan :
1. Dari riwayat penyakit apa perkiraan diagnosis penderita? Apa alasannya?
2. Apa gambar image yang saudara lihat? Jelaskan bacaan saudara!
3. Bagaimana bacaan naso-endoskopi?
4. Apabila mau dilakukan operasi di RS dengan perlengkapan yang baik, pendekatan
apa yang paling baik untuk kasus ini?
Coronal Axial
FOTO NASO-ENDOSKOPI
No Jawaban
1. Persiapan tindakan
2. Infiltrasi daerah operasi
3. Insisi daerah retroaurikular
4. Pengambilan graft fasia muskulus temporalis
5.Mastoidektomi superfisialis:
a. Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
b. Identifikasi sinus sigmoid
c. Identifikasi kanalis semisirkularis
6. Mastoidektomi dalam:
Identifikasi aditus ad antrum
Identifikasi fossa inkudis dan osikel
Identifikasi kanalis fasialis
7. Pemasangan graft
8. Pemasangan tampon telinga
9. Penutupan luka operasi
10. Pemasangan pipa salir
11. Monitoring pasca operasi
5. PROSEDUR BRONKOSKOPI KAKU DENGAN LARINGOSKOP
Persiapan Bronkoskopi
Penderita terlentang diatas meja operasi, seorang perawat membantu memegang dan mengatur
posisi kepala.
Alat-alat endoskopi disiapkan dibagian belakang kanan operator untuk memudahkan operator alat
apa yang akan dibutuhkan dan dibantu oleh perawat instrumen.
Tindakan Bronkoskopi
Laringoskop dengan Remivable slide dipegang dengan tangan kiri kemudian dimasukkan, (sementara
gigi atas dan bawah dilindungi); sampai pita suara terlihat.
Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui laringoskop kemudian masuk
melalui laring ke trakea.
Slide dari laringoskop dilepas dan laringoskop ditarik kebelakang sehingga hanya bronkoskop yang
tertinggal.
Bronkoskop dipegang dengan tangan kiri seperti memegang stik billiard sehingga tangan kanan
bebas untuk memegang instrumen lainnya seperti suction canule, teleskop, forsep.
Inspeksi lumen trakea dengan memakai teleskop untuk evaluasi adanya benda asing (bentuk, besar,
posisi). Kemudian benda asing diekstraksi dengan forsep yang sesuai. Sebelum melakukan ekstraksi
pastikan bahwa benda asing dalam posisi searah dengan lumen dan ujung yang tajam (berbahaya)
mengarah kebawah sehingga aman dalam melakukan ekstraksi.
Bronkoskopi dilanjutkan kebawah sampai ditemukan carina yang terletak pada ujung distal trakea.
Selanjutnya evaluasi muara bronkus kanan dengn posisi kepala dimiringkan ke kiri sedangkan untuk
evaluasi muara bronkus kiri dengan memiringkan kepala ke kanan. Bila ditemukan benda asing
lakukan ekstraksi.
6. PROSEDUR CWL
Pada sulkus ginggivobukal (fosa kanina), tepat diatas soket gigi dibuat insisi melalui
mukosa dan perios beberapa centimeter dari garis tengah. Mukosa secukupnya
dipertahankan dibagian bawah untuk memudahkan penutupan (A).
Perios dielevasi. Insersi otot-otot wajah mungkin memerlukan diseksi tajam untuk
membebaskannya dari dinding depan antrum (B).
Pemaparan diperluas ke atas sampai titik tepat dibawah tepi orbita, dimana saraf infra
orbita diidentifikasi dan dipertahankan. Dengan menggunakan osteotom atau bor,
dinding depan antrum dibuka. Lubang ini harus benar-benar diatas soket gigi dan
diatas lantai antrum. Semua fragmen patahan tulang diambil (C).
Dengan back-bitting forceps Kerrison, lubang dilebarkan sampai ukuran yang
diinginkan untuk memungkinkan eksplorasi (D).
Pengangkatan tumor jinak dan kista selanjutnya dilakukan dengan mudah
menggunakan grasping forceps dan gunting. Mukosa normal diusahakan tidak cidera;
tetapi semua mukosa patologis hendaknya diambil (E).
Biasanya, dilakukan antrostomi intranasal dibawah konka inferior untuk memfasilitasi
drainase (F).
Antrostomi intranasal ini dapat dilebarkan melalui lubang operasi asli dengan
menggunakan bone cutting forceps arah depan, tergantung pada tujuan operasi (G).
Beberapa ahli bedah menekankan pentingnya memastikan patensi ostium alami dan
komunikasi bebasnya dengan meatus medius. Gerakan silia yang alami adalah menuju
ostium. Jadi jaringan patologis hendaknya diambil untuk mendapatkan kembali
komunikasi ini, kalau tidak penyakit antrum akan berulang. Tepi ostium yang telah
dilebarkan mungkin memerlukan bukaan dan refleksi mukosa antrum ke medial.
Penyakit etmoid mungkin juga memerlukan pengambilan. Daerah ini pada sisi hidung
dinamakan kompleks ostiomeatal (I).
Jabir mukosa diatas lubang dinding depan didekatkan dengan jahitan satu-satu atau
jelujur menggunakan benang nilon atau terserap 4-0 (J).
- Dilakukan Anamesis
8. KASUS NEUROTOLOGI
Seorang anggota DPR datang dengan keluhan pendengaran
dirasakan menurun sejak 6 bualn riwayat berobat ke dokter
namun tidak ada perubahan, tidak ada keluhan hidung tersumbat
dan beringus. Riwayat DMnamun tidk pernah kontrol.
a. anamnesis apa yg perlu ditambahkan
b. baca hasil PTA ----SNHL tipe FLAT