Anda di halaman 1dari 12

SOAL OSCE MAKASSAR 23 NOVEMBER 2013

A. LISAN (
B. 4 soal) kasus
1. ONKO (KNF)
Seorang laki-laki umur 43 tahun datang ke poli THT dengan
keluhan hidung tersumbat sejak 2 bulan lalu, riwayat beringus
campur bercak darah…..
2. RINOLOGI
Kasus: (RINOSINUSITIS AKUT DENGN KOMPLIKASI ORBITA
ABSES PERIOSTEAL)
Anak laki-laki usia 12 tahun dengan keluhan hidung buntu+, pilek+,
hidung gatal+, nyeri wajah+,PND + sejak 3 bulan terakhir, bengkak di
kelopak mata kanan tapi penglihatan tidak terganggu
Pertanyaan:
-diagnosa
-dasar diagnosa
-pemeriksaan penunjang
-pemeriksaan fisik
-penatalaksanaan

Klasifikasi Chandler
Grup 1 : Selulitis preseptal Selulitis didaerah kelopak mata dengan
manifestasi pembengkakan kelopak
mata. Infeksi terbatas pada kulit di
depan septum orbita
Grup 2. Selulitis orbita Tampak sebagai edema difus pada
lapisan orbita. Manifestasi dengan
pembengkakan kelopak mata dengan
nyeri pada pergerakan otot
ekstraokular.
Grup 3. Abses subperiost Ditandai dengan edema dari lapisan
orbita dengan pengumpulan cairan di
bawah periosteum, biasanya
melibatkan dinding medial dari
orbita.secara klinis, kondisi pasien
hampir sama dengan grup 2 tetapi
dapat ditemukan adanya proptosis
Grup 4. Abses orbita Ditandai dengan true abses di ruang
orbita. Dapat bermanifestasi dengan
proptosis, gerakan bola mata yang
tidak simetris, dan pada kasus yang
berat, dapat timbul kebutaan
Grup 5. Kavernosus sinus trombosis Kemosis bilateral yang progresif,
oftalmoplegia, kerusakan retina, buta,
terdapat tanda-tanda meanings dan
demam tinggi

(1) Preseptal cellulitis, (2) Orbital cellulitis, (3) Subperiosteal abscess,(4) Orbital
abscess, and (5) Cavernous sinus thrombosis.

PENATALAKSANAAN
- Hospitalisasi
- Antibiotik intravena selama 2x24 jam bila tdk berhasil lakukan drainase
- Kortikosteroid
- Dekongesta

3. LARING FARING (LARINGOTRAKEOBRONKITIS AKUT)


Seorang ibu membawa anaknya, 3 tahun, ke poliklinik THT dengan keluhan: suara
parau dan kadang sesak napas. Tiga hari sebelumnya menderita batuk-pilek disertai
demam. Untuk mengatasi batuk-pilek, ibunya sudah memberikan obat batuk-pilek
di apotek. Akhirnya ia memeriksakan dirinya ke poliklinik THT. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya: retraksi supraklavikula, radang di rongga hidung dan
faring. Pemeriksaan Laringoskopi indirekta didapatkan korda vokalis yang udem
dan hiperemi. Temperatur tubuh 38,50C .

Diskusi: (tentukan apa yang harus diketahui terkait dengan butir-butir dibawah ini)

1. Sebutkan gejala dan tanda klinis penderita

2. Perlunya pemeriksaan penunjang lain


3. Rencana terapi penderita

Etiologi: Penyebab utama virus yang menyebar melalui hidung dan nasofaring

- Parainfluenza virus (tipe 1,2,3)

- Myxovirus

- Virus Influenza A dan B

- Adenovirus

Infeksi sekunder dapat terjadi oleh bakteri:

- Streptokokus hemolitik

- Streptokokus viridans

- Stapilokokus aureus

- Pneumokokus
Tanda dan Gejala Klinik:

1. Suara serak (akibat edema pd plika vokalis)

2. Batuk menggonggong (croup)

3. Stridor Inspiratoir (akibat obstruksi laring) → Gejala yang umum

4. Stridor Ekspiratoir (akibat obstruksi trakeobronkial)

5. Dalam 12-48 jam → terjadi obstruksi saluran napas atas → stridor makin

memberat, tetapi bila kondisi sdh berat → stridor melemah

6. Demam

7. Jika obstruksi napas makin berat : Takipnea, takikardia, sianosis dan

pernapasan cuping hidung.

Pemeriksaan Fisis:

- Pemeriksaan Fisis THT

- Laringoskopi Indirect : kKorda vokalis yang edema dan hiperemis

- Tanda2 sumbatan jalan napas: retraksi suprasternal, subcostal,

epigastrium

Pemeriksaan Penunjang:

- Foto thoraks leher AP → Tampak pembengkakan jaringan subglotis

(STEEPLE SIGN)
- Laboratorium : Dapat normal, tetapi jika ada infeksi sekunder →
leukositosis

DIAGNOSIS:

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisis

PENATALAKSANAAN:

Umumnya tidak perlu masuk rumah sakit

Indikasi MRS:

- Usia < 1 tahun


- Sianosis
- Dehidrasi
- Tampak retraksi suprasternal, retraksi subcostal, rektraksi epigastrium
- Demam tinggi
R/ :

1. Oksigenasi
2. Inhalasi salin normal →Pemberian udara dingin dan lembab (uap air
berpartikel kecil)
3. Infus IVFD → Hidrasi yang adekuat
4. Antibiotik intravena (ampicillin dan atau kombinasi kloramfenikol)
5. Kortikosteroid intravena (deksametason 0,5 mg/kg BB/hr dalam 3 dosis)
6. Pengawasan secara terus-menerus
7. Bila anak kolaps → respirator dan trakeotomi (bila diperlukan)
DD/ :
Epiglotitis Akut (Supraglotitis Croup)
Spasmodic Laryngitis (Alergic Croup)

Perbedaan Epiglotitis Akut dengan LTBA

Epiglotitits Akut LTBA

3-7 tahun < 5 tahun

Terjadi dalam beberapa jam (mendadak Terjadi dalam beberapa hari (selalu diawali
panas tinggi) dengan ISPA)

Disfagia (+) Disfagia (-)

Sekresi air liur berlebihan (drooling) Sekresi liur sdkt

Anak tampak sakit berat (gelisah, sianosis) Ringan

Posisi duduk, mulut terbuka, dagu mengarah Berbaring


kedepan

Thoraks Lateral → Epiglotis Edema (Thumb Thoraks Lateral → Perselubungan jaringan


Sign) subglotik (Steeple Sign)

Lab: Leukositosis Lab: dapat Normal


Etiologi: Bakteri ( Hemophilus Influenza tipe Etiologi: Virus
B, Streptokokus Viridans), jarang oleh virus

Sering memerlukan tindakan trakeostomi Dapat tidak trakeostomi

4. OTOLOGI (OMSA PERFORATA)

C. TULISAN (8 Soal)

1. JELASKAN LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI FIBEROPTIK


PENUNTUN BELAJAR LARINGOSKOPI SERAT OPTIK (FOL)

KESEMPATAN KE

NO KEGIATAN/LANGKAH KLINIK 1 2 3 4 5

PERSIAPAN PRA-TINDAKAN

1 Informed Consent

2 Pemeriksaan Penunjang

3 Memeriksa Dan Melengkapi Alat

4 Persiapan Tindakan

5 Cara Duduk Penderita Dan Posisi Kepala

TINDAKAN

1 Memasukkan Fiber Optic

2 Evaluasi Rongga Hidung

3 Evaluasi Nasofaring

4 Evaluasi Laring

2. KASUS
Seorang wanita 68 tahun mengeluh hidung kiri buntu 2 bulan, ingus kental tidak
bercampur darah, tidak mimisan. Tidak ada sakit kepala. Dirasakan penglihatan
ganda beberapa hari terakhir. Rinoskopi anterior kanan dalam batas normal. Nasoendoskopi
rongga hidung kiri dan gambar imaging seperti dalam lampiran. Pemeriksaan leher tidak
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
Pertanyaan :
1. Dari riwayat penyakit apa perkiraan diagnosis penderita? Apa alasannya?
2. Apa gambar image yang saudara lihat? Jelaskan bacaan saudara!
3. Bagaimana bacaan naso-endoskopi?
4. Apabila mau dilakukan operasi di RS dengan perlengkapan yang baik, pendekatan
apa yang paling baik untuk kasus ini?

Coronal Axial

FOTO NASO-ENDOSKOPI

No Jawaban

1. Tumor jinak rongga hidung, keluhan tidak menjurus ganas.


Kemungkinan ganas tetap ada

2. Gambar MRI, tumor merusak sel etmoid kiri, sedikit mendorong


rongga mata kiri, Lamina papirasea masih utuh. Belum masuk ke
intrakranial

3. Naso-endoskopi tumor di meatus nasi medius melekat pada konka


medius, permukaan tidak rata.

4. Karena tumor masih di RONGGA HIDUNG, sebaiknya dengan


pendekatan endoskopi
3. JEALSKAN PROSEDUR SKIN PRICK TES
PROSEDUR PELAKSANAAN SPT :
1. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan, minta persetujuan dan tanda tangan
pada informed consent
2. Atur posisi pasien dengan lengan bawah diatas meja menghadap keatas
3. Desinfeksi daerah volar lengan bawah yang akan dilakukan test menggunakan
kapas alkohol. Biarkan mengering sendiri
4. Beri tanda garis menggunakan spidol dengan jarak 2-3 cm ke kiri dan kanan, ke
atas dan bawah , beri nomor sesuai dengan nomer alergen yang akan diujikan
5. Teteskan allergen, histamine dan bufer pada masing-masing kotak sesuai dengan
nomornya.
6. Tusuk dengan jarum pada tetesan tersebut ke dalam epidermis (0,1 mm) dengan
sudut 45-60˚ dicungkit sedikit ke permukaan, tidak boleh berdarah
7. Awasi pasien dari tanda-tanda anafilaktik shock
8. SETELAH 15 MENIT
Ukur indurasi (terangi dengan lampu senter dari arah lateral) dan eritema
dengan menggunakan mistar

4. PROSEDUR MASTOIDEKTOMI SEDERHANA


KEGIATAN NILAI

1. Persiapan tindakan
2. Infiltrasi daerah operasi
3. Insisi daerah retroaurikular
4. Pengambilan graft fasia muskulus temporalis
5.Mastoidektomi superfisialis:
a. Identifikasi tegmen timpani dan tegmen mastoid
b. Identifikasi sinus sigmoid
c. Identifikasi kanalis semisirkularis
6. Mastoidektomi dalam:
Identifikasi aditus ad antrum
Identifikasi fossa inkudis dan osikel
Identifikasi kanalis fasialis
7. Pemasangan graft
8. Pemasangan tampon telinga
9. Penutupan luka operasi
10. Pemasangan pipa salir
11. Monitoring pasca operasi
5. PROSEDUR BRONKOSKOPI KAKU DENGAN LARINGOSKOP
Persiapan Bronkoskopi

Penderita terlentang diatas meja operasi, seorang perawat membantu memegang dan mengatur
posisi kepala.

Alat-alat endoskopi disiapkan dibagian belakang kanan operator untuk memudahkan operator alat
apa yang akan dibutuhkan dan dibantu oleh perawat instrumen.

Tindakan Bronkoskopi

Bronkoskopi / Trakeoskopi dengan Bantuan Laringoskop

Laringoskop dengan Remivable slide dipegang dengan tangan kiri kemudian dimasukkan, (sementara
gigi atas dan bawah dilindungi); sampai pita suara terlihat.

Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui laringoskop kemudian masuk
melalui laring ke trakea.

Slide dari laringoskop dilepas dan laringoskop ditarik kebelakang sehingga hanya bronkoskop yang
tertinggal.

Bronkoskop dipegang dengan tangan kiri seperti memegang stik billiard sehingga tangan kanan
bebas untuk memegang instrumen lainnya seperti suction canule, teleskop, forsep.

Inspeksi lumen trakea dengan memakai teleskop untuk evaluasi adanya benda asing (bentuk, besar,
posisi). Kemudian benda asing diekstraksi dengan forsep yang sesuai. Sebelum melakukan ekstraksi
pastikan bahwa benda asing dalam posisi searah dengan lumen dan ujung yang tajam (berbahaya)
mengarah kebawah sehingga aman dalam melakukan ekstraksi.

Bronkoskopi dilanjutkan kebawah sampai ditemukan carina yang terletak pada ujung distal trakea.
Selanjutnya evaluasi muara bronkus kanan dengn posisi kepala dimiringkan ke kiri sedangkan untuk
evaluasi muara bronkus kiri dengan memiringkan kepala ke kanan. Bila ditemukan benda asing
lakukan ekstraksi.

6. PROSEDUR CWL
 Pada sulkus ginggivobukal (fosa kanina), tepat diatas soket gigi dibuat insisi melalui
mukosa dan perios beberapa centimeter dari garis tengah. Mukosa secukupnya
dipertahankan dibagian bawah untuk memudahkan penutupan (A).
 Perios dielevasi. Insersi otot-otot wajah mungkin memerlukan diseksi tajam untuk
membebaskannya dari dinding depan antrum (B).
 Pemaparan diperluas ke atas sampai titik tepat dibawah tepi orbita, dimana saraf infra
orbita diidentifikasi dan dipertahankan. Dengan menggunakan osteotom atau bor,
dinding depan antrum dibuka. Lubang ini harus benar-benar diatas soket gigi dan
diatas lantai antrum. Semua fragmen patahan tulang diambil (C).
 Dengan back-bitting forceps Kerrison, lubang dilebarkan sampai ukuran yang
diinginkan untuk memungkinkan eksplorasi (D).
 Pengangkatan tumor jinak dan kista selanjutnya dilakukan dengan mudah
menggunakan grasping forceps dan gunting. Mukosa normal diusahakan tidak cidera;
tetapi semua mukosa patologis hendaknya diambil (E).
 Biasanya, dilakukan antrostomi intranasal dibawah konka inferior untuk memfasilitasi
drainase (F).
 Antrostomi intranasal ini dapat dilebarkan melalui lubang operasi asli dengan
menggunakan bone cutting forceps arah depan, tergantung pada tujuan operasi (G).
 Beberapa ahli bedah menekankan pentingnya memastikan patensi ostium alami dan
komunikasi bebasnya dengan meatus medius. Gerakan silia yang alami adalah menuju
ostium. Jadi jaringan patologis hendaknya diambil untuk mendapatkan kembali
komunikasi ini, kalau tidak penyakit antrum akan berulang. Tepi ostium yang telah
dilebarkan mungkin memerlukan bukaan dan refleksi mukosa antrum ke medial.
Penyakit etmoid mungkin juga memerlukan pengambilan. Daerah ini pada sisi hidung
dinamakan kompleks ostiomeatal (I).
 Jabir mukosa diatas lubang dinding depan didekatkan dengan jahitan satu-satu atau
jelujur menggunakan benang nilon atau terserap 4-0 (J).

7. SKRINING PENDENGARAN PADA PEKERJA


PROSEDUR PEMERIKSAAN SKRINING PENDENGARAN

- Dilakukan Anamesis

- Pemeriksaan Telinga dengan menggunakan otoskop


- Bila terdapat kelainan (serumen, OE, OME dll)
pemeriksaan ditunda dan dilakukan penatalaksanaan yang sesuai
- Dilakukan pemeriksaan garpu tala (512 Hz)
- Dilakukan pemeriksaan dengan OAE minimal menggunakan
4 frekuensi dengan Kriteria Pass Refer ¾ (bila alat tersedia)
- Dilakukan Pemeriksaan audiometer pada frekuensi
500, 1000, 2000 dan 4000 Hz
- Pemeriksaan area bising dengan menggunakan Sound Level
Meter (menghitung rata2 kebisingan di tempat kerja)

- Interpretasi hasil skrining pendengaran

8. KASUS NEUROTOLOGI
Seorang anggota DPR datang dengan keluhan pendengaran
dirasakan menurun sejak 6 bualn riwayat berobat ke dokter
namun tidak ada perubahan, tidak ada keluhan hidung tersumbat
dan beringus. Riwayat DMnamun tidk pernah kontrol.
a. anamnesis apa yg perlu ditambahkan
b. baca hasil PTA ----SNHL tipe FLAT

c. Diagnosis dan apa hubungannya dengan DM nya----


Presbiakusis metabolik
d. Apa yg perlu disarankan?---Kontrol DM di interna, Pemasangan
ABD/implan koklea, terapi wicara

Anda mungkin juga menyukai