Fam.

ANOPLOCEPHALIDAE
 Anoplocephalidae :
Anoplocephala perfoliata Moniezia benedeni
Anoplocephala magna Moniezia expansa
Paranoplocephala mamillana
 MONIEZIOSIS

Patogenisitas:
o - Hewan muda (< 6 bl)
o - Derajat infeksi tergantung jumlah infeksi
cysticercoid
- Enteritis

Gejala klinis:
 Tidak spesifik, kelemahan umum, kurus
 Diarrhea, anaemia, pertumbuhan terhambat,
pada hewan muda fatal
Diagnosis:

 Pemeriksaan tinja  Telur berbentuk  or 

 Proglotida keluar bersama tinja

Pengendalian :

 Program deworming + perbaikan manajemen

(niclosamide, praziquantel)
 Anoplocephalosis

⇨ Kosmopolitan

⇨ Daerah endemik: tanah lembab ⇨ oribatidae mite

(Inang antara)

⇨ Ada hub. antara tingginya infeksi Anoplocephala dengan

colic pada kuda; 11% fatal (2001; 2007).

Anoplocephala perfoliata
 Faktor transmisi : tanah lembab dan iklim (1998; 2005).

 A. Perfoliata ⇨ siklus tahuan (Spain 2005; Sweden 1998).

 Cyst dlm mite ditelan pd pertengahan – akhir musim panas

(prepaten = 8-10 minggu).

 Transmisi telur Anopl – mite terjadi ketika muncul (dorman ktk

winter) pada musim semi/awal panas ⇨ shg siklus terulang ktk
cyst telah infektif dan tertelan pd pertengahan – akhir panas.

 Deteksi cyst pd mite yg dikoleksi dr padang penggembl kuda

terinfeksi
 Diagnosis :
Location Method Sample Size Prevalence (%) Mean Worm Author(s)
Intensity or
Range
Belgium Necropsy 270 28.9 13, 1-370 Agneessens et
Coprological 66 4 al., 1998

New Zealand Necropsy 65 82 50 Bain and Kelly,

1977

Upper Bavaria Necropsy 100 38 1-1066 Beelitz and

Coprological 47 17 Gothe, 2001
Spain Necropsy 372 24 1-491 Meana
et al., 2005
England Necropsy 81 52 62 Morgan
1-1849 et al., 2005
Ontario Coprological 234 6 - Trotz-Williams
Serological 56 et al., 2008

Spain Necropsy 107 22 1-248 Meana et al.,

McMaster Zinc 1.8 1998
sulphate 9
Sucrose 8
Fam. DIPYLIDIIDAE
Dipylidium caninum
 DIPYLLIDOSIS

Inang Def. (ID): anjing, kucing, manusia (insidentil)

Transmisi : ID menelan pinjal atau kutu yang

mengandung cysticercoid

Pathogenesis:
 Gangguan GIT
 Infeksi berat: enteritis kronik
GEJALA KLINIS:
* Anjing berjalan “dragged his anus”
* Anak (human): anorexia, kurus, abdominal tdk
nyaman, diarrhea, nyeri epigastrik, gejala allergi

DIAGNOSIS:
- “dragged his anus”
- Proglotida gravid dlm anus mirip rantai biji mentimun
- Fecal examnations  egg package form
Pengendalian:

 Deworming (Praziquantel, niclosamide).

 Pengendalian kutu/pinjal anjing/kucing

maupun lingkungan.

 Hewan dimandikan teratur

Progl menempel !!
Telur/larva pinjal, progl gravid → lantai, karpet,
tempat tidur hewan)
 AVIAN CESTODOSIS

~ Davainea proglotina
~ Raillietina tetragona
~ Raillietina echinobothrida
~ Raillietina cesticillus
~ Amoebotaenia sphenoides
~ Choanotaenia infundubulum
AVIAN CESTODOSIS
AVIAN CESTODOSIS
CYSTICERCOID
TRANSMISI:
ID menelan IA yang mengandung cysticercoid

INANG ANTARA :
⇨ Davainea Proglotina : soil snail (slug) → genus
Limax, Arion, Cepoea & Agrolimax
⇨ Raillietina tetragona : Musca domestica & semut
genus Tetramorium & Pheidole
⇨ Raillietina echinobothrida : semut : Tetramorium
caespitum & Pheidole vinelandica
⇨ Raillietina cesticillus : Musca domestica & kumbang
⇨ Amoebotaenia sphenoides : cacing tanah genus
Eisenia, Pheretina ocnerodritus, & Allobophora
⇨ Choanotaenia infundubulum : Musca domestica &
kumbang: Geotripus, Aphodius, Calathus dan Tribolium
 PATOGENISITAS CESTODOSIS UNGGAS :
o Bervariasi menurut spesies cestoda

D.proglotina :  penetrasi ke dalam mukosa

~ Mukosa usus menebal disertai perdarahan
~ Degenerasi vili, inflamasi, lendir >>>

• R. tetragona & R. echinobothrida

juga patogen setelah D. proglotina.
Cacing muda penetrasi sgt jauh
ke dalam mukosa-sub mukosa
 menyebabkan nodul-nodul.

• Spesies yang lain kurang patogen

 PATOLOGI ANATOMI/JAR. USUS AYAM
TERINFEKSI R. echinobothrida & R. tetragona
(Siahaan, 1993)

Bergulung, menggumpal, lumen tersumbat

Lumen menggembung , tertutup
lendir kental, mukosa tertekan
Bag. yang tertekan: erosi & atrofi vili
Bag. yang menggembung: susunan vili
kacau & deskuamasi
Penetrasi scolex jauh disela-sela vili sampai
muskularis mukosa (192 ekor) = bintik-bintik
hemoragi, nodul-nodul pd permukaan serosa
GEJALA KLINIS:

⇨ Unggas muda peka (< 3 bulan)

⇨ Anorexia, kelemahan umum, kurus dan anemia
⇨ Infeksi berat : kematian pada hewan muda
⇨ Layer : penurunan produksi telur
⇨ D proglotina : diarrhea, faeces bercampur darah
DIAGNOSIS :
⇨ Proglotida keluar bersama tinja
⇨ Fecal examination  kurang akurat
⇨ PM : PA, Kerokan mukosa  D. proglotina !! Atau scolex
cestoda lain

TREATMENT AND PREVENTION :

Campuran levamisole & praziquantel atau niclosamide.

PENCEGAHAN :
⇨Pengendalian Inang Antara (IA) yi. Kumbang,
semut, lalat, dll. dengan insektisida /
molluscida utk siput
⇨Sanitasi kandang, pakan/minum
 ZOONOTIC METACESTODOSIS :

Cysticercosis (C. cellulosae)

Hydatidosis (Hydatid E.granulosis)
Sparganosis (Plerocercoid Spirometra)

ZOONOTIC CESTODOSIS :

Taeniosis (T. saginata, T. solium, T. ts. taiwanensis)

Dipylidiosis (D. caninum)
Hymenolepiosis (H. diminuta, H. nana, H. microstoma)
Diphyllobothriosis (D. latum)
 Inang definitif

TELUR
Siklus hidup METACESTODA
CESTODA ZOONOTIK

Inang antara
Diagram siklus hidup
Famili
TAENIIDAE
Fam. TAENIIDAE
HUMAN CESTODOSIS: Taeniosis

Taenia solium (pork tapeworm)

Taenia saginata (beef tapeworm)
Taenia taiwanensis (Asian tapeworm)
 Taenia solium
(pork tapeworm)
Taenia saginata
(beef tapeworm)
 ?
Taenia taiwanensis Syn. T. asiatica
T.s. taiwanensis
Patogenesis :

1. Taeniosis (cestoda dewasa dlm. Usus ID)

 Defisiensi nutrisi
 Disfungsi pencernaan: tidak patognomonis, mual
atau diare, nyeri epigastrium, penyumbatan,
konstipasi, appendicitis

2. Cysticercosis (metacestoda dlm jaringan tubuh IA)

 Bervariasi (Lokasi, intensitas)
 Klinis: headache, epilepi, pandangan buram, nodul
sub-kutan, gejala syaraf
Babi: inf. berat: hipersensitif nostril, konvulsi
lidah/otot lurik; inf. ringan: tidak jelas.
Taeniasis Cysticercosis

 Negara (sdg) berkembang

 Negara maju ?
 Sosial-Budaya
 Pola beternak
 Pigs kept roamed laying in a puddle of water from toilet behind a concession.
Rasmane´ Ganaba1*, Nicolas Praet2, He´ le`ne Carabin3, Athanase Millogo4, Ze´kiba Tarnagda5,
Pierre Dorny2, Sennen Hounton6, Adama Sow7, Pascal Nitie´ma3, Linda D. Cowan3 (2011)
 Sociocultural’s factors
Eating habits
Sanitary habits
80% taeniosis Ø jamban
65% sampel Ø jamban
8 – 41%: jari tangan+tinja
40%: kuku tangan+telur taenia
(Dharmawan 1995)
 Wilayah penyebaran taeniosis di Indonesia
sampai dengan bulan desember 1995

di Indonesia ???
Parasitology International
Volume 55, Supplement, 2006, Pages S161–S165

Distribution of taeniasis/cysticercosis in Indonesia by province. ①: East Java, ②: West Kalimantan,

③: Papua (see Addendum of [26]), ④: Bali, ⑤: North Sumatra, ⑥: East Nusa Tenggara, ⑦: South
East Sulawesi, ⑧: Lampung, ⑨: North Sulawesi and ⑩: Jakarta.
 DIAGNOSIS CESTODOSIS
(ingat: habitat ! ! ! )

TAENIOSIS :

1.Koprologi (proglotida, Ag.)

2.Perianal swab (telur)
3.Anamnese / kuesioner
 DIAGNOSIS METACESTODOSIS
(ingat: habitat ! ! ! )
CYSTICERCOSIS :
 Klinis : hipersensitif nostril, nodul
 Biopsi (nodul sub-kutan)
 Imaging (X-ray/CT/MRI: cerebral cysticercosis)
 Ophthalmoscopy: ophthalmic cysticercosis
 Imunodiagnosis
 Pengendalian
TAENIOSIS/CYSTICERCOSIS

Obati penderita (cestodocidal)

Sanitasi lingkungan
Pemeriksaan karkas
Perlakuan karkas
 PERLAKUAN KARKAS:

50 0 C
570C >50 0 C
--10 0 C 24 jam
--100 s/d –200C 10hr --10 0 C >4hr
garam / kering
25% garam 5 hr garam no!
mentah no!
CYSTICERCOSIS
pada ternak
CYSTICERCOSIS (JANTUNG SAPI)
CYSTICERCOSIS
(SAPI)
CYSTICERCOSIS T. OVIS)
(domba)
Subcutan cysticercosis
 OCULAR
CYSTICERCOSIS
NEUROCYSTICERCOSIS (NCC)
(meningeal/parenchymal/ventricular/mixed)
 Echinococcosis
/Hydatidosis
AGENT:
Echinococcus granulosis → "cystic" disease

Echinococcus multilocularis → "alveolar" disease

Echinococcus vogeli → “polycystic disease”

Echinococcus granulosus adult (left), Echinococcus
granulosus adults in situ - intestine of dog (right).
Echinococcus granulosis
HYDATIDOSIS: hati sapi
HYDATIDOSIS: hati kambing
 HUMAN
HYDATIDOSIS