Anda di halaman 1dari 58

siswoyoys@yahoo.

com
Keperawatan UNEJ
 Morfologi umum:
◦ Pipih bilateral, seperti daun
◦ Hermaphrodit
◦ Tidak bersegmen
◦ Saluran pencernaan tdk sempurna
◦ Oral & Ventral sucker
◦ Telur beroperculum

Operculu
m
Telur
cacing

Metacercaria Mirasidium

Cercaria Sporokista

Redia
 Predileksi : saluran empedu pada Liver/ Hepar
 Host : ruminansia, gajah, kuda, babi,
anjing,kucing,
 Morfologi :
 Kerugian :
◦ Produktivitas
menurun
◦ Harga jual turun
◦ Kematian
 Cara Penularan :
◦ Tertelannya
metaserkaria
◦ Melalui inang antara
 Lymnea sp.
 Patogenesis :
◦ Migrasi cacing muda 
hemoragi, fibrosis,
anemia
◦ Cacing dewasa pada bile
duct  proliferasi epitel
bile duct, cholangitis,
nekrosis, fibrosis
kalsifikasi  teraba
berpasir
◦ Keluarnya cairan jaringan
 edema, ascites
 Gejala klinis : 2. Subakut
- Nafsu mkan turun
1. Akut (ingesti
- BB turun
metacercaria dlm - Anemia haemorrhagic
jumlah banyak pd 1 - Kerusakan hepar
waktu) - Kematian dlm 4-8
- Penurunan BB minggu
- rasa sakit pada 3. Kronis
abdomen
- Penurunan BB
- Anemia
- Ascites - Produksi susu turun
- Kematian mendadak - Anemia
- Edema submandibula
- Ascites
 Diagnosa :
◦ Pemeriksaan feses  telur
cacing (beroperculum)
◦ Post mortem  cacing
dewasa pada hepar,
kerusakan hepar
◦ Antigen Diagnostic Fasciola
 intradermal (pangkal
ekor 15-30 menit)
◦ ELISA (cathepsin-L feses)
◦ Pemeriksaan tinja setiap 2-3 bulan
◦ Program deworming secara teratur
◦ Kontrol siput  intermediate host  pelihara bebek
atau mollusida pada selokan tergenang
◦ Penggembalaan pada lahan yang kering, hindari lahan
yang becek
◦ Tebar natrium pentachlorpenate pada ladang
penggembalaan
◦ Carbon tetrachloride 1-2 ml/ 50kgBB SC/IM
◦ Clorsulon 7 mg/kgBB PO
◦ Dovenix 7 ml SC
◦ Triclabendazole 5 mg/kgBB IM
◦ Hexachlorophene 15 mg/KgBB PO (cacing dewasa)
 Causa : Cotylophoron cotylophorum,
Paramphistomum cervii, Gastrothylax
crumenifer, Gigantocotyle explanatum
 Predileksi : rumen, retikulum
 Host : ruminansia
Patogenesis :
- Tdk patogen kecuali dalam jumlah banyak
- Nekrosis dan hemoragi

PA : radang kataralis dan haemoragik,


kerusakan kelenjar intestinal, degenerasi Lgl.
 Diagnosa : GK dan PA
 Pencegahan : molluscida & drainase daerah
rawa
 Pengobatan :
◦ Hexachloretane – bentonite 180 gram
◦ Bithionol 25-35 mg/kgBB
◦ Hexa chlorophene 10 mg/kgBB
◦ Yomesan 75 mg/kgBB
 Causa : S. japonicum, S.mansoni, S.
curassoni, S. bovis, S. mattheei, S. leiperi, S.
indicum, S. incognitum, S. spindale, S.
rhodhaini, S. Margrebowiei , S. haematobium,
S. mekongi,S. intercalatum
 Morfologi :
◦ Cacing betina lebih panjang dari jantan
◦ Dioescious  jenis kelamin terpisah (selalu dlm
keadaan kopulasi)
◦ Jantan memiliki celah perut (canal
gyneacophore/ventral groove)
 Lanjutan morfologi
:
◦ Betina  silindrik
◦ Telur berbentuk
ovoid yang
dilengkapi spina
◦ Cacing betina  oral
sucker dan ventral
sucker
◦ Vulva cacing betina
 posterior
Schistosomiasis (Bilharziasis)
 Endemik di 76 negara termasuk Indonesia
 Sudah ditemukan sejak tahun 1900 SM  S.
haematobium  kronik haematuria, kelainan
pada kandung kemih (Masir,Mesopotamia) ;
telur diidentifikasi pda tahun 1250-1000 SM
 Telur dengan spina lateral dari S. mansoni 
1902 oleh Manson
 S. japonicum : 1847  Kabure itch /
Katayama syndrome di Jepang; 1904 
cacing dari vena porta pada kucing
(Schistosoma japonicum)
Schistosomiasis (Bilharziasis)
 S. intercalatum  memiliki bentuk telur yang
mirip dengan S. haematobium , tahun 1934
diberikan nama S. intercalatum
 S. Mekongi  tahun 1978, di Laos dan
Kamboja dg hospes antara Tricula aperta
 Endemik Indonesia adalah S. Japonicum (
Sulawesi )
 S. Mansoni endemik di 55 negara  Arab,
Africa, hingga Madagascar dengan prevalensi
tertinggi di Sudan dan Mesir
 S. Haematobium endemik di 53 negara di
Timur Tengah, Afrika,Mauritius, Zanzibar,
Madagascar
 S. Intercalatum endemik di 10 negara di
Afrika bagian tengah dan Barat
 S. Mekongi endemik di Kamboja dan Laos
SERKARIA
•Furkoserkaria
•Schistosomule

SPOROKISTA DEWASA
•Primer-sekunder •Hidup berpasangan pada vena
•Hepatopankreas

MIRASIDIUM TELUR
•Oncomelania sp. •Bersama feces
 Habitat : vena porta dan vena messeterica
 Host : manusia, anjing, kucing, sapi,
kambing, babi, dan tikus
 Patogenesa :
◦ Pruritus  bekas masuknya serkaria
◦ Ptechiae pada organ yang terkena
◦ Oedema subcutan
◦ Hati membengkak dan nyeri
◦ Abdominal pain, demam, malaise,
◦ diare
 Pengobatan :
◦ Stibophene 7,5 mg/kgBB
◦ Praziquantel 8-15 mg/kgBB SC
◦ Niridazole 55 mg/kgBB PO 5 hari
 Pencegahan :
◦ Pemeriksaan rutin terutama pada daerah endemik
◦ Pembuangan feses ke tempat tertentu, tanpa
kontak dengan air
◦ Molluscida
◦ Pengeringan habitat siput
 Causa :
◦ Paragonimus westermanii (manusia, felidae,
canidae)
◦ Paragonimus kellicoti (felidae, canidae, tikus besar,
babi, cerpelai)
◦ Paragonimus iloktsuenensis (tikus)
◦ Paragonimus ohirai (tikus dan anjing)
 Habitat : paru-paru (jaringan peribronkhioli)
 kista
 Morfologi :
◦ Sperti biji kopi (dorsal cembung, ventral datar)
◦ Duri halus di seluruh permukaan tubuh
◦ Telur beroperkulum berwarna coklat keabu-abuan
◦ Telur dikeluarkan belum berembrio
TELUR
• Sputum/feces
• Berkembang pada
CACING tmpt berair
DEWASA MIRASIDIUM
• Siput (inang antara I)
CACING MUDA • Migrasi ke jar. limfa, otot,
• Migrasi (e. koleganse & atau bronkhi
diastase proteolitik)
SPOROKISTA
METASERKARIA

REDIA
SERKARIA
• Crustacea (inang antara II)
 Patogenesa :
◦ Migrasi cacing muda  kista jaringan  emboli,
mikroinfark, dan nekrosis parenkhim paru2
◦ Pengeluaran telur  iritasi pada parenkhim 
granuloma pseudotuberculosa
◦ Hiperplasia sel-sel epitel bronkhioli  batuk
 Gejala Klinis :
◦ Batuk kering  sputum bergaris darah, coklat karat
◦ Rasa sakit pada paru2 dan demam ringan
◦ Rasa sakit pada bagian terbentuknya kista
◦ Epilepsi, paresis, gangguan visual  otak
 Diagnosa :
◦ Telur pada sputum atau feces
◦ CFT, reaksi intradermal
 Pengobatan :
◦ Bithionol
◦ Obat2 untuk distomatosis
 Pencegahan :
◦ Hindari penggembalaan pada tempat dg genangan
air
◦ Memakan udang/kepiting yg dimasak sempurna
◦ Pada daerah endemis mnum air yg sudah dimasak
 Morfologi umum :
◦ Bersegmen
◦ Pipih bilateral
◦ Hermaphrodite
◦ Larva intermediate  kista
◦ Membutuhkan intermediate host (sbgian besar)
◦ Skoleks & proglotid
◦ Telur  oncosphere /
hexacanth embrio
(pada segmen gravid)
TELUR
CACING
DEWASA + HEXACANT
SEGMEN EMBRIO AKTIF
GRAVID

CACING METACESTODA
MUDA (BENTUK
PERALIHAN)
 Causa :
◦ Moniezia expansa
◦ Moniezia benedini
 Predileksi : usus halus
 Inang definitif : ruminansia
TELUR
• Feces,
segmen/individ
ual

CACING ONKOSFER
DEWASA • Pada inang
antara (oribated
mites)

SISTISERKOID
• Stadium infektif
 Patogenesa :
◦ Cacing muda/dewasa  iritasi pada usus 
gangguan pencernaan
 Gejala klinis :
◦ Tidak jelas
◦ Kelemahan/kurus
◦ Anemia, diare profus, pertumbuhan lambat, bersifat
fatal pada anak sapi (infeksi berat)
 Diagnosis :
◦ Pemeriksaan feces rutin (telur/segmen gravid)
 Pengobatan :
◦ Cupper sulfat 10-100 ml
◦ Dichlorophene 300-600 mg/kgBB
◦ Yomesan 75 mg/kgBB
◦ Lead arsenat 0,5-1 gram dlm kapsul gelatin
 Causa : Dipyllidium caninum
 Predileksi : usus halus
 Hospes :
◦ anjing
◦ Kucing
◦ Serigala
◦ manusia
TELUR
• Feces
• Melekat pada bulu anjing
perianal

ONKOSFER
CACING
DEWASA • Pinjal
• Kutu anjing (Trichodectes
canis)

SISTISERKOID
• Stadium infektif
• Haemocoel
(perut)
 Patogenesa :
◦ Gangguan pencernaan
◦ Enteritis kronis & kolik
 Gejala klinis :
◦ Gejala nyata hanya dlm jumlah banyak
◦ Bulu kusam, nafsu makan turun,kurus,lemah
◦ Berjalan dgn menyeret anus di tanah/menggigit
perut
 Diagnosa : Gatall....
◦ Pemeriksaan feces teratur
◦ Proglotid di sekitar anus
◦ Gejala klinis anjing yng khas
 Pengobatan :
◦ Bithionol
◦ Dichlorophene
◦ Arecoline acetorsal
 Pencegahan :
◦ Pembasmian pinjal / kutu pd anjing
 Causa : Diphyllobothrium latum
 Hospes : manusia, anjing,babi,beruang,hewan
pemakan ikan
 Predileksi : usus halus hospes
TELUR

CACING CORACIDIUM
DEWASA (LARVA 1)
• Mengandung
onkosfer
PLEROCERCOID PROCERCOID
• Inang antara II (ikan • Pada inang
air tawar/salmon) antara I
• Stadium infektif (crustacea)
 Gejala klinis dan patogenesa:
◦ Cacing dewasa  menyerap nutrisi  hospes
kekurangan vitamin B12  Anemia perniciosa
◦ Diare
 Diagnosa : pemeriksaan feces
 Pengobatan :
◦ Yomesan
◦ Quinacrine hydrochloride
◦ Dichlorophene
 Pencegahan :
◦ Memasak ikan dengan sempurna sebelum
dikonsumsi
 Causa : Cysticercercus cellulose (kista dari
Taenia solium)
 Hospes :
babi, sapi, anjing, kucing, kambing, kera,
manusia
 Predileksi :
otot bergaris (otot lidah, masseter, otot paha,
otot perut), diafragma, mesenterium, paru-
paru, jantung, ginjal, hati, mata
TELUR
Taenia solium

ONKOSFER
CACING DEWASA
• Usus halus babi
• Termakannya
cysticercus • Penetrasi dan
migrasi
Cysticercus
cellulosae
• Bladder Worm
(Cacing gembung)
• Pada otot/organ
 Gejala klinis :
◦ Hipersensitivitas moncong  hilangnya kebiasaan
menggosok2kan moncong ke tanah
◦ Bulu kusam dan berdiri
◦ Kejang pada otot bergaris
◦ Anjing  seperti rabies
 PA :
◦ Oedema pada organ
◦ Anemia
 Diagnosa :
◦ Gejala klinis
◦ Antemortem  lidah babi
◦ Postmortem  otot bergaris / organ
◦ Radiologis
◦ Serologis  sero-presipitasi, sero-aglutinasi,
intradermal test
 Pengobatan :
◦ Cycticercosis  sulit diobati karena biasanya baru
ditemukan setelah dilakukan pemotongan
◦ Manusia  radiasi pada kista / operasi
pengambilan kista
 Pencegahan :
◦ Memutus daur hidup  tmpt defekasi yang higienis
◦ Pengobatan terhadap manusia penderita taeniasis
◦ Pemeliharaan babi secara intensif
◦ Memasak daging babi dg sempurna
◦ Setelah pemotongan, daging babi didinginkan slma
4 hari
◦ Menggarami daging babi 3-4 minggu
◦ Afkir daging babi
 Causa dan inang antara:
◦ Davainea proglottina (siput
tanah)
◦ Railletina sp. (lalat dan
kumbang)
◦ Amoebotaenia sphenoides
(cacing tanah)
◦ Choanotaenia infundibulum
(lalat rumah dan kumbang)
 Hospes : unggas
 Predileksi : usus halus
TELUR
• Feces,
segmen/individ
ual

CACING ONKOSFER
DEWASA • Pada inang
antara

SISTISERKOID
• Stadium infektif
 Patogenitas & patogenesa:
◦ D. proglotina  paling patogen
◦ R. tetragona dan R. echinobothrida  patogen
kedua
◦ Penetrasi cacing muda/dewasa  enteritis,
haemorhagi, nodule2
 Gejala klinis :
◦ Nafsu makan turun, lemah, kurus, anemia
◦ Produksi telur meurun
◦ Diare berdarah, kadang terjadi gangguan saraf
 PA :
◦ D. proglotina  mukosa usus menebal + hemoragi,
cairan mukus berbau busuk pada lumen usus
◦ Railletina  nodule pada usus, kadang haemoragi
 Diagnosa :
◦ Gejala klinis
◦ Nekropsi  enteritis dan nodule

◦ Scraping mukosa usus  terutama Davainea


proglotina
 Pengobatan :
◦ Di-N-butyl Tin Dilaurat
250 mg/kg makanan
slma 48 jam (Davainea
proglotina &
Amoeboteania sp.)
◦ Di-N-butyl Tin Oxide
15-100 mg/hewan
(Railletina sp.)
◦ Panhelmin
(levamisole+praziquant
el) 100 ml panhelmin
dlm 100 liter air slma 2
hari
 Pencegahan :
◦ Basmi serangga
(insektisida)
◦ Pemeliharaan unggas
 kandang (higienis)
58

Anda mungkin juga menyukai