Anda di halaman 1dari 2

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Lamongan

MK : Psikologi Pendidikan
Nama Mahasiswa : Sahal Mahfud
Semester : II
Dosen : Dr. Madekhan
Essay : Implikasi Perkrmbangan Pendidikan

Dari tata hubungan interdisipliner dengan ilmu sosial lainnya, khususnya terhadap
pendidikan, psikologi pun memberikan landasan, yaitu dalam hal pembinaan perilaku.
Karena pada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan sasaran utama penyelenggaraan
pendidikan. Sebagai ilmu perilaku, psikologi khusus mengarahkan kegiatan studinya terhadap
fenomena kejiwaan. Fakta menunjukkan bahwa karena potensi kejiwaan cenderung
mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap, perilaku manusia pun cenderung
mengalami perubahan dan perkembangan secara bertahap pula. Oleh sebab itu, pelaksanaan
pendidikan dalam hal pengembangan materi pendidikan juga harus disesuaikan dengan
tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan dipandang
perlu dikembangkan berdasar pada psikologi perkembangan peserta didik.

Peserta didik merupakan subyek dari psikologi pendidikan, di dalamnya tidak lepas dari
perilaku dalam mengekspresikan diri pada situasi berlangsungnya pembelajaran, baik
didalam kelas maupun diluar kelas. Bentuk ekspresi yang dilakukan oleh peserta didik tidak
lepas dari unsur psikologi, seperti kesiapan mereka untuk merima pelajaran, kesehatan
mental yang dialaminya, minat belajar dan lain-lain. Apabila guru/pendidik telah
memperhatikan berbagai ekspresi mereka, maka dengan mudah pendidik memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik. Psikologi pendidikan sangat berguna bagi para
pendidik, guru dan orang tua agar dapat:

1. Memberikan pengajaran dan pelajaran terhadap peserta didik terhadap peserta didik,
sesuai dengan perkembanga jiwa mereka.

2. Mengenal dan memahami keberadaan setiap peserta didik secara utuh baik secara
individual maupun kelompok.

3. Memperlakukan peserta didik sesuai dengan keadaan jiwa yang dialaminya.

4. Membantu peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapi.

5. Mewujudkan tindakan psikologi yang tepat dalam belajar-mengajar


Perkembangan sifatnya tidak terbatas , artinya seseorang akan tumbuh menjadi besar dan
pertumbuhan ini berkesinambungan dan selalu meuju proses diferensiasi dan integrasi.
Setiap orang mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai,
contohnya anak yang normal proses perkembangannya memiringkan badan, telungkup,
mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan dan akhirnya mampu
berjalan sendiri. Setiap fase mempunyai tugas yang khas sehingga ada perilaku yang baik
dan kurang sesuai. Perilaku yang tidak sesuai ini ssebenarnya merupakan perilaku yang
wajar untuk fase tertentu. Misalnya seorang anak dikatakan dulu ia penurut, sekarang ia
pembangkang, ini terjadi karena pergantian fase dari anak-anak menjadi remaja yang
memang cirri khasnya sedang mencari jati diri.

Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Ada yang cepat,
sedang dan lambat. Tempo perkembangan anak sebenarnya dapat diubah (dipercepat)
sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya anak yang belum sekolah diajari
membaca,menulis, dan berhitung. Selain tempo, perkembangan anak juga berlangsung
sesuai iramanya. Pada suatu masa laju perkembangan bisa berjalan dengan cepat, dan
waktu berikutnya sedikitpun tidak tampak kemajuan. Kelajuan dan keterhambatan ini tidak
sama besar pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat, anak
dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

1. anak yang tidak menunjukan perkembangan yang cepat maupun lambat,


melainkanperkembangan mendatar dan maju secara berangsur- angsur. Semuaunya
berlangsung dengan tenang, perubahan dari fase satu ke fase berikutnya tidak menunjukan
peralihan yang nyata.

2. anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan
perkembangan semakin berkurang.

3. Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin lama semakin
bertambah cepat kemajuannya.

Dalam perkembangan terdapat masa peka, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa
menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Masa peka
merupakan masa pertumbuhan ketika fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan
dikembangkan (Maria Montessori). Sebagai orang tua dan pendidik, kita harus dapat
mengetahui kapan seorang anak mengalami masa peka walaupun ini memang sulit diketahui
karena setiap anak mengalaminya pada waktu yang berbeda.Apabila masa peka ini tidak
digunakan sebaik-baiknya atau tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang maka
fungsi tersebut akan mengalami kelainan dan akan mengganggu perkembangan selanjutnya.

Dalam diri anak terdapathasrat dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan diri.
Hasrat mempertahankan diri terlihat dalm bentuk nafsu makan dan menjaga keselamtan diri.
Sedangkan hasrat mengembangkan diri terlihat dalm bentuk rasa ingin tahu, mengenal
lingkungan, kegiatan bermain dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai