Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang
lain untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan
saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan
proses sosialisasi peserta didik. Perkembangan adalah salah satu proses yang harus dialami
oleh setiap peserta didik baik dalam naungan lembaga formal maupun non-formal. Tanpa
sebuah perkembangan dari peserta didik, maka perkembangan suatu Negara tidak akan
pernah berjalan dengan lancar.
Dalam perkembangannya, tidak jarang kita temui remaja-remaja yang mengalami
gangguan psikologis yang menghambat perkembangan remaja tersebut. Hal ini tentulah suatu
hal yang perlu di atasi dan perlu mendapat tinjauan lebih lanjut. Gangguan pada remaja ini
terutama disebabkan oleh pengaruh psikologis. Dimana seorang remaja mengalami hambatan
dalam mengembangkan kepribadiannya. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri.
Artinya pada remaja suka melihat permasalahan dengan menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri. Perilaku remaja tersebut sangat berisiko misalnya masalah kesehatan. Karena
itu, peran orangtua tetap penting sebagai pengawas mereka.
Psikologi merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, merupakan
pengetahuan yang diperoleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah
penelitian yang dijalankan secara terencana, sistematis, terkontrol, dan dalam psikologi
berdasarkan atas data empiris. Sesuatu teori dalam suatu ilmu harus dapat diuji dalam hal
keajegannya dan keandalannya. Ini berarti kalau penelitian ulang dilakukan oleh orang atau
ahli lain, menurut langkah-langkah yang serupa dalam kondisi yang sama, maka akan
diperoleh hasil yang konsisten, yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil yang
terdahulu. Jadi, dengan menggunakan buku psikologi perkembangan ini kita dapat lebih
memahami dan mengerti lebih luas tentang psikolgi perkembangan anak.

1
2.1 TUJUAN

Tujuan pembuatan tugas Critical Book Report ini adalah sebagai bahan pembelajaran
dan menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai psikologi perkembangan
manusia, menguatkan pembaca mengenai betapa pentingnya mempelajari psikologi
perkembangan sejak dini, meningkatkan motivasi pembaca dalam mengenal lebih jauh
tentang psikologi perkembangan serta membantu dalam penyelesaian tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik..

.
3.1 MANFAAT

Dengan menulis Critical Book Report ini penulis mengharapkan memperoleh


manfaat:

a. Bagi Penulis.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Melatih kemampuan Penulis dalam mengkritisi suatu buku.
3. Menumbuhkan pola pikir kreatif dalam membandingkan buku yang satu dengan yang
lain.
b. Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Psikologi Perkembangan dalam
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

4.1 IDENTITAS BUKU

Judul buku : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Edisi : Revisi
Penulis : Drs. H. Abu Ahmadi dan
Drs. Munawar Sholeh
Penerbit : PT RINEKA CIPTA
Kota terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2005
Tebal : 231 Halaman
ISBN : 979-518-042-8

2
BAB II

ISI BUKU

BAB 1

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN FAEDAH MEMPELAJARI PSIKOLOGI


PERKEMBANGAN

1. Pengertian Psikologi Perkembangan

a. Arti Perkembangan

Perkembangan menunujukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke
depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-
perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan
menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.

b. Perkembangan Ada Kesamaannya dengan Pertumbuhan

Menurut pendapat para psikolog istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-
sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Pertumbuhan fisik
memang mempengaruhi perkembangan psikologis. Pertumbuhan fungsi-fungsi otak misalnya
memungkinkan anak dapat tersenyum, berjalan, bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
Kemampuan berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi ini sebagai hasil pertumbuhan dapat
disebut kematangan.

Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya, yaitu
mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar. Di samping juga
bagaimana sesuatu itu dipelajari, apakah misalnya melalui memorisasi (menghafalkan) atau
melalui peniruan dengan menangkap hubungan-hubungan, hal ini semua ikut menentukan
proses perkembangan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perkembangan dapat pula
dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi
pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan
belajar.

3
c. Psikologi Kepribadian dan Psikologi Perkembangan

Psikologi kepribadian lebih memusatkan perhatiannya pada sifat-sifat kepribadian yang


umum dan yang khusus (yang membedakan seseorang dari yang lain) serta kombinasi sifat-
sifat tersebut hingga mewujudkan totalitas kepribadian tertentu. Psikologi perkembangan
lebih mempersoalkan faktor-faktor yang umum yang mempengaruhi proses perkembangan
yang terjadi di dalam diri kepribadian yang khas itu. Titik berat yang diberikan oleh para
psikolog perkembangan ada pada relasi antara kepribadian dan perkembangan. Psikolog
perkembangan juga dapat dipandang sebagai psikologi jalan hidup seseorang.

d. Definisi Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan yaitu suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang
gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan ataupun kemunduran perilaku
seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.

2. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai
akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya
berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya material itu kuantitatif.
Jadi, material itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Material pribadi seperti: sel,
kromosom, butir darah, rambut, lemak,tulang adalah tidak dapat dikatakan berkembang,
melainkan bertumbuh.

b. Perkembangan

Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi
fungsional. Dari urraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif
daripada fungsi-fungsi.

Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material
yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping itu disebabkan oleh karena perubahan
tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian kita boleh merumuskan pengertian

4
perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat
dari pertumbuhan dan belajar.

3. Ruang lingkup Psikologi Perkembangan

Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian tentang psikologi perkembangan
sebagaimana telah dibicarakan di muka, maka dapatlah dimengerti tentang ruang lingkup dari
pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan:

a. Cabang dari psikologi.


b. Objek pembahasannya ialah perilaku atau gejala jiwa seseorang.
c. Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.

Faedah praktis mempelajari psikologi perkembangan yang dapat dikemukakan di sini


antara lain:

a. Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada
tiap-tiap fasenya.
b. Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak,
remaja, dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
ataupun masyarakat.
c. Dapat mengarahkan seseorang untuk berbuat dan berperilaku yang selaras dengan tingkat
perkembangan orang lain.
d. Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak,
sesuai dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan
berjalan dengan sukses dalam mencapai tujuannya.

Akan mudah dimaklumi, jika seorang pendidik tidak mengetahui psikologi


perkembangan, maka tidak usah terlalu banyak berharap akan keberhasilan pendidikan yang
diusahakannya, sebab boleh jadi akan berakibat fatal terhadap anak didik.

5
BAB II

SEJARAH DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

1. Sejarah Singkat Psikologi Perkembangan

Perhatian dan pengamatan terhadap anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah sejak
abad ke-5 Sebelum Masehi. Baru pada akhir abad ke-18 psikologi perkembangan menyusul
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya ilmu ini diawali dengan timbulnya aliran
Philanthropinisme, suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhadap anak-
anak. Pendiri aliran ini adalah Johan Bernhard Basedow (1723-1970 Jerman). Pengikut aliran
ini antara lain: Rochim Heinrich Campe (1746-1818). Christian Gotthilf Salzmsn (1744-
1811), Gust-Muths (1759-1839). Karena pendapat-pendapatnya tersebut, aliran
Philanthropinisme inilah yang mengantarkan lahirnya psikologi perkembangan.

2. Metode Psikologi Perkembangan

a. Metode Eksperimen dan Tes

Penerapan metode ini yakni dengan mengadakan percobaan-percobaan kepada seorang


anak untuk selanjutnya disimpulkan hasilnya. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk
mendapatkan hasil untuk dicocokkan dengan hasil pertama (di tes), melalui standar atau
ukuran-ukuran tertentu.

b. Metode Klinis

Cara ini diterapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa
untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan. Biasanya dilakukan melalui percakapan,
pemberian tugas, permainan. Umumnya metode ini digunakan di rumah sakit bagi pasiennya
yang dilakukan oleh para psikiater.

c. Metode Observasi

Metode ini mengadakan pengamatan secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan
adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Agar semua aktivitas anak yang diselidiki selalu
wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.

6
d. Metode Cross Section Methode

Pelaksanaan metode ini adalah dengan meneliti seseorang atau sekelompok anak yang
setaraf dalam waktu tertentu untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak
setaraf lainnya, dan kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian.

e. Metode Longitudinal-Method

Operasionalisasi dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa
orang anak tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasa, tanpa
diadakan cross (silang). Di dalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan
kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lain-lain.

f. Metode Interview

Menggunakan metode ini sangat lazim dan praktis digunakan oleh para orangtua.
Pendidik untuk menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya
jawab atau wawancara.

g. Metode Questionnaire atau Angueto

Penggunannya cukup dengan menyodorksn daftar pertanyaan yang sudah disistematisasi


sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan penelitian, untuk dapat dijawab secara tepat
dan benar.

h. Metode Colection

Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya atau
kegemaran anak-anak. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan
selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan.

7
BAB III

MASALAH, TEORI, DAN HUKUM PERKEMBANGAN

1. Masalah Perkembangan

Perkembangan selalu melalui suatu proses, mudah sekali mengerti. Tetapi bagaimana
proses ini berlangsung, ada beberapa teori yang perlu kita ketahui kebenarannya, atau kita
renungkan demi perkembangan psikologi ini.

Yang pertama teori Asosiasi (Johann Friederische Herbart)

Disebut demikian oleh karena Herbart berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan
itu diatur dan dikuasai oleh kekuasaan hukum asosiasi. Herbart berpendapat bahwa terjadinya
perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi; sehingga sesuatu
yang semula bersifat simpel (unsur yang sedikit) makin lama makin banyak dan kompleks.

Yang kedua teori Gestalt (Wilhelm Wundt)

Mereka berpendapat bahwa proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang
simpel, ke sesuatu yang kompleks melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global
(menyeluruh tetapi samar-samar) menuju semakin lama makin jelas keadaannya, tampak
bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Jadi dengan tegas mereka berpendapat bahwa
perkembangan bukan proses-proses asosiasi melainkan proses diferensiasi.

Yang ketiga teori sosialisasi (James Mark Baldwin)

Teori ini berpendapat bahwa proses perkembangan itu adalah proses sosialisasi dari sifat
individualis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori: Circulair Reaction. Ia berpendapat
bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi adalah dalam bentuk imitasi yang
berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum
efek (Law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah hasil peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap
orang lain.

Yang keempat teori Freudism (Sigmund Freud)

8
Ia menyusun teorinya atas empat asas, yaitu: Asas biologis, asas ketidakberdayaan, asas
keamanan dan asas eksplorasi. Mula-mula perkembangan yang dialami manusia adalah
perkembangan biologis. Yaitu dari telur ke janin, kemudian menjadi bayi dan seterusnya,
kemudian baru secara psikis. Yang bermula dari sifatnya yang tidak berdaya. Tetapi karena
tidak berdaya inilah justru memungkinkan terjadinya perkembangan, bila ia berada dalam
pergaulan antara manusia. Untuk itu ia memerlukan rasa aman, rasa dilindungi, sehingga
memungkinkan adanya kesempatan untuk berimitasi, adaptasi maupun identifikasi.

Selanjutnya, karena perkembangan itu sendiri ada pada dirinya secara kodrat, maka si
anak mengadakan eksplorasi, untuk memungkinkan diri sebagai warga masyarakat.
Demikianlah, proses perkembangan itu berlangsung sampai dewasa.

2. Teori perkembangan
a. Teori Empirisme

Teori ini berpandangan bahwa: pada dasarnya anak lahir ke dunia; perkembangannya
ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran.
Dianggapnya anak lahir dalam kondisi kosong, putih bersih seperti meja lilin (tabularasa),
maka pengalaman (empiris) anaklah yang bakal menentukan corak dan bentuk perkembangan
jiwa anak.

b. Teori Nativisme

Teori ini mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami
(kodrat). Dan pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan menentukan wujud
kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan
anak. Istilan lain dari aliran ini disebut dengan: teori Pesimisme dan teori Biologisme.

c. Teori Konvergensi

Konvergensi (converge = memusatkan pada satu titik; bertemu). Diungkapkan bahwa


perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang,
yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan
(intedependence) seolah-olah memadu, bertemu dalam satu titik.

d. Teori Rekapitulasi

9
Rekapitulasi berarti ulangan, yang dimaksudkan dsiini adalah bahwa perkembangan jiwa
anak adalah merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis manusia. Disimpulkan
bahwa seorang manusia akan mengalami tingkatan masa sebagai berikut:

a. Masa berburu (merampok) sampai umur 8 tahun.


b. Masa menggembala 8-10 tahun
c. Masa bertani 10-12 tahun
d. Masa berdagang 12-14 tahun
e. Masa industri 14 tahun ke atas

e. Teori Psikodinamika

Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan
oleh komponen dasar yang bersifat sosioefektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri
seseorang itu ikut menentukan dinamikanya di tengah-tengah lingkungannya. Maka teori ini
pun menekankan pada peranan lingkungan di dalam perkembangan anak.

f. Teori Kemungkinan Berkembang

Teori ini berlandaskan pada alasan-alasan:

a. Anak adalah makhluk manusia yang hidup


b. Waktu dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya sehingga ia membutuhkan
perlindungan.
c. Dalam perkembangan anak melakukan kegiatan yang bersifat pasif (menerima) dan aktif
(eksplorasi).

g. Teori Interaksionisme

Bahwa menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh
adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang anak
bukan merupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan interaksi budaya.

Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam berinteraksi budaya, serta dari penanaman
nilai-nilai lewat pendidikan (disebut transmisi sosial) itu diharapkan mencapai suatu stadium
yang disebut ekuilibrasi yakni keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pada diri anak.

10
3. Hukum Perkembangan

a. Hukum Tempo Perkembangan

Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak iu berlainan, menurut temponya masing-


masing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat ada pula yang lambat.

b. Hukum Irama Perkembangan

Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan
tetapi tentang irama atau ritme perkembangan. Jadi perkembangan anak itu mengalami
gelombang pasang surut, mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami
juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu.

c. Hukum Konvergensi Perkembangan

Schopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari
pembawaannya. Sedangkan John Locke. Ia memperkenalkan teori tabulara yang mengatakan
bahwa ketika anak lahir, ia diumpamakan sebagai kertas buram yang putih, belum ada ditulisi
atau digoresi dengan bakat apa pun. Jiwanya bersih dari pengaruh keturunan sehingga
pendidik dapat membentuknya menurut kehendaknya.

Williama Stern menggabungkan kedua pendapat di atas ke dalam hukum konvergensi


yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah
pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan.

d. Hukum Kesatuan Organ

Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh, yang merupakan satu
kesatuan, di antara organ-organ tersebut antara fungsi dan benuknya, tidak dapat dipisahkan
berdiri integral.

e. Hukum Hierarki Perkembangan

Bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu fase tertentu dengan
cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat/ tahapan tertentu yang
telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri seseorang menyerupai derat
perkembangan.

11
f. Hukum Masa Peka

Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan
atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara
serempak/bersamaan antara satu dengan yang lainnya. Masa ini hendaknya selalu
diperhatikan, jangan sampai masa peka ini lewat tanpa arti, dan sia-sia bagi seorang anak.

g. Hukum Memperkembangkan Diri

Dalam kehidupan bimtul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan
yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri.

Dalam perkembangan jasmani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan.


Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri berbentuk hasrat mengenal lingkungan,
usaha belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja timbul rasa
persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat dianggap
sebagai dorongan mengembangkan diri.

h. Hukum Rekapitulasi

Hukum ini kelanjutan dari teori rekapitulasi, yakni perkembangan jiwa anak adalah
ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Dari masa berburu
hingga masa industri. Mereka membagi-bagi kehidupan anak sebagai berikut: masa memburu
dan menyamun, masa menggembala, masa bercocok tanam, dan masa berdagang.

4. Fase-fase Perkembangan

a. Tahap Perkembangan Berdasarkan Biologis


1. Pendapat Aristoteles

Penahapan ini didasarkan atas gejalla dalam perkembangan jasmani. Hal ini mudah
ditunjukkan; antara tahap I dan tahap II dibatasi oleh pergantian gigi, antara tahap II dan
tahap III ditandai oleh mulai berfungsinya perlengkapan kelamin (misalnya kelenjar).

2. Pendapat Kretschmer

Kehidupan psikis anak-anak pada tahap-tahap tersebut juga menunjukkan sifat-sifat yang
khas. Pada tahap-tahap fullungs anak menunjukkan sifat-sifat yang mirip dengan temperamen

12
orang yang berkonstitusi piknik, jadi seperti orang yang cyclothum: jiwanya terbuka, mudah
bergaul, mudah didekati dan sebagainya. Pada tahap-tahap streckung. Individu menunjukkan
sifat-sifat yang mirip dengan temperamen orang-orang yang berkonstitusi leptosom, jadi
seperti orang schizothym: jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.

3. Pendapat Freud

Freud berpendapat bahwa anak sampai kira-kira umur 5;0 melewati fase-fase yang
terdiferensiasikan secara dinamis, kemudian sampai umur 12,0 dan 13; mengalami masa
tenang atau fase laten; pada masa laten ini dinamikan menjadi stabil. Dengan datangnya masa
remaja (pubertas) dinamika meletus lagi, dan selanjutnya makin tenang kalau orang menjadi
makin dewasa, yaitu sekitar umur 20;0. Walaupun perkembangan ke arah kedewasaan itu
berlangsung sampai individu berumur sekitar 20;0 namun menurut Freud masa yang paling
menentukan dalam pembentukan kepribadian adalah masa sampai umur 5;0.

b. Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis/Instruksional


1. Pendapat Comenius

Cornenius merancangkan jenjang pendidikan ynag disesuaikan dengan sifat-sifat khas


individu dalam masa perkembangannya. Adapun pendapat connenius itu adalah sebagai
berikut: sekolah ibu, sekolah bahasa ibu, sekolah latin dan akademi. Untuk masing-masing
sekolah tersebut hsrus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan
perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan cara-cara penyampaian yang sesuai
dengan perkembangannya.

2. Pendapat Rousseau

Rousseau dengan karyanya Emili eu de Feducation juga mengemukakan penahapan atas


dasar didaktis. Buku karya Rousseau itu terdiri atas lima jilid. Jilid I sampai jilid IV
membicarakan pendidikan anak laki-laki (Emili) dan buku jilid V membicarakan pendidikan
anak perempuan (Sophie).

c. Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologis

Kelompok ahli ini, yang dirintis oleh Kroh, mencari pengalaman-pengalaman psikologis
mana yang khas bagi individu pada umumnya, yang dapat digunakan sebagai masa
perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya, pada umumnya

13
individu mengalami masa-masa kegoncangan. Kalau perkembangan itu dapat dilukiskan
sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu evolusi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu dialami oleh hampir setiap orang, karena itu dapat digunakan
sebagai ancar-ancar perpindahan dari masa yang satu ke masa yang lain dalam proses
perkembangannya. Pada umumnya, selama perkembangannya individu mengalami masa
kegoncangan dua kali, yaitu: yang pertama kira-kira pada tahun ketiga atau keempat, dan
yang kedua pada permulaan masa pubertas.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


a. Faktor Turunan (warisan)

Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir
ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari ke dunia ini membawa
berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibuk-bapak atau nenek dan kakek. Warisan
(turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, anatar lain bentuk tubuh, raut wajah,
warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.

b. Faktor Lingkungan (keluarga, sekolah,Masyarakat, keadaan Alam sekitar)

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan


adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan
iklimya, flora, dan faunanya.

14
BAB IV

HAKIKAT, FAKTOR, DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

1. Hakikat Psikologi Perkembangan

Di sinilah letak munculnya kontradiksi dua kelompok pandangan yang polair yakni:
kelompok pertama berpandangan bahwa kompleksnya kejiwaan manusia, serta bukti nyata
tidak ada dua orang manusia memiliki kejiwaan yang sama, maka mempelajari dan menelaah
psikologi perkembangan adalah sia-sia. Kelompok kedua beranggapan bahwa mempelajari
psikologi perkembangan itu sangat penting untuk keperluan pengembangan potensi kejiwaan
manusia, terutama bagi kepentingan pendidikan (pedagogis) ataupun bagi kepentingan
analisis psikologi dalam rangka pengobatan (klinis) seorang manusia.

Apabila dikembalikan pada konsep dasar keberadaan psikologi perkembangan yang


merupakan ilmu pengetahuan terapan (aplied-science), maka kepentingan penerapan ilmu
tersebut, sebaiknya diambil jalan tengahnya untuk mengatasi kedua pertentangan pendapat
tersebut, yakni: di dalam mengamalkan serta menerapkan konsep-konsep psikologi
perkembangan perlu disadari bahwa:

a. Tidak ada seorang anak pun di dunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
b. Konsepsi-konsepsi di dalam psikologi perkembangan bukanlah pembatasan mutlak atau
pasti sifatnya.
c. Konsepsi-konsepsi yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman
umum yang berlaku bagi perkembangan kejiwaan anak pada umumnya.

2. Faktor-faktor Perkembangan Anak

Adapun berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak,
antara lain:

a. Faktor-faktor sebelum lahir, yakni adanya gejala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu
anak masih di dalam kandungan.
b. Faktor pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat-saat anak dilahirkan.
c. Faktor sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak lahir,
terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak.

15
d. Faktor psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat
berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut perkembangan inteligensi dan emosi
anak yang berdampak pada proses pertumbuhan anak.

Adapun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak antara lain adalah:

a. Faktor herediter, yakni keturunan atau warisan dari sejak lahir dari kedua orang tuanya,
neneknya, dan seterusnya, yang biasanya diturunkan melalui kromosom.
b. Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan ia berada (bertempat
tinggal) atau (bergaul).

Demikian pula di samping yang telah disebutkan di atas, sebagai benda-benda yang
bersifat konkret, ada juga lingkungan yang bersifat abstrak antara lain: situasi ekonomi,
sosial, politik, budaya, adat istiadat serta idiologi atau pandangan hidup. Kesemua bentuk
lingkungan tersebut dapat berdampak menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) bagi
proses perkembangan anak.

3. Tugas-tugas Perkembangan

Robert J. Havighurst (1953) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang itu


ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tugas-tugas ini dalam batas-batas
tertentu bersifat khas (spesifik) untuk masa-masa kehidupan seseorang. Secara garis besar,
Havighurst menegaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan seseorang dalam
masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan dengan norma-norma sosial serta norma-norma
kebudayaannya.

Tugas-tugas perkembangan tadi menuntut adanya korelasi antara potensi diri dan
pendidikan yang diterima anak, serta norma-norma sosial budaya yang ada. Sebab konsep diri
dan harga diri seseorang akan dianggap turun jika ia tidak dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya dengan baik-baik. Maka orang tersebut akan mendapatkan kecaman dan
celaan dari masyarakat sekelilingnya. Selanjutnya orang tadi akan merasa sedih dan tidak
bahagia. Akan tetapi apabila seseorang berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan,
maka orang tersebut akan membawa perasaan bahagia, rasanya ia berhasil dalam hidupnya.
Contoh: Jika mekanisme untuk berjalan pada diri anak telah matang, anak dapat melakukan
berjalan dengan baik, maka ia akan bahagia, begitu pula sebaliknya. Jika seorang anak pada
masa adolescence berhasil menemukan teman hidup maka ia akan merasa bahagia, dan jika
gagal akan berakibat sebaliknya pula dan seterusnya.

16
BAB V

PERIODISASI PERKEMBANGAN

1. Periodisasi Yang Berdasarkan Biologis

Yang dimaksud dengan periodisasi berdasarkan biologis ialah para ahli kejiwaan
mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. hal
tersebut dapat dimaklumi karena pertumbuhan biologis ikut berpengaruh terhadap
perkembangan kejiwaan seorang anak.

Yang termasuk kelompok ini antara lain:

a. Pendapat Kretschmer

Ia membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase: Fullungsperiode I,


Streckungsperiode I, Fullungsperiode II dan Streckungsperiode II.

b. Pendapat Aristoteles

Ia merumuskan perkembangan anak dengan 3 fase perkembangan yakni: Fase I, Fase II,
dan Fase III. Pendapat ini dikategorikan pada periodisasi yang berdasarkan pada biologis
karena Aristoteles menunjukkan bahwa, antara fase I dan fase II itu ditandai dengan adanya
pergantian gigi, serta batas antara fase II dengan fase III ditandai dengan mulai bekerjanya
atau berfungsinya organ kelengkapan kelamin, contoh mulai aktif kelenjar kelamin.

c. Sigmand Freud

Psikologi ini membagi perkembangan anak menjadi 6 fase, yaitu: Fase oral, fase anal,
fase falis, fase latent, fase pubertas, dan fase genital.

d. Jesse Feiring Willams

Ia membagi perkembangan anak dengan masa nursery dan kindergarten, masa cepat
memperoleh kekuatan/tenaga umur, masa cepat berkembangnya tubuh, dan masa adolesen.

2. Periodisasi berdasarkan Didaktis

a. Johann Amos Comenius (Komensky)

17
Penulis buku Didactica Magna serta Orbis Pictus ini membagi perkembangan anak
sebagai berikut: Scola materna (sekolah ibu), scole vermacula (sekolah bahasa ibu), scola
latina (sekolah bahasa latin), dan Academia (akademi).

b. Jean Jacques Rousseau

Dengan karya terkenalnya Emile eu du Ieducation (1762) buku tersebut terdiri dari lima
jilid. Di dalamnya termuat pembagian tahapan perkembangan anak antara lain: masa asuhan,
masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indra, masa perkembangan pikiran dan
masa juga terbatas, dan masa pentingnya pendidikan serta pembentukan watak, kesusilaan
juga pembinaan mental agama.

Sedangkan pada bagian kelima dalam buku ini Rousseau mengupas tentang pendidikan
kaum wanita, semboyan yang terkenal dari ilmuwan ini adalah: Retour alat Natuur (kembali
pada kodrat alam).

c. Dr. Maria Montessori

Ia membaginya dengan: masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar
melalui alat indra, masa abstrak, dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah
kesusilaan, masa penemuan diri serta kepuasaan terhadap masalah-masalah sosial, dan masa
pendidikan di perguruan tinggi, masa untuk melatih anak (mahasiswa) akan realitas
kepentingan dunia.

d. Charles E. Skinner

Membaginya menjadi: (1) prenatal stages: Germinal, Embryo dan fetus. (2) Postnatal
Stages: Parturate, Neonate, Infant, Preschool child, Primary school child, Intermediate school
pupil dan junior high school pupil. Dalam pembagian tersebut yang perlu diperhatikan
terutama mulai postnatal stages.

3. Periodisasi Berdasarkan Psikologis

Pada pembagian ini, para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak berorientasi ari
sudut pandang psikologis mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau didaktis
lagi.

18
a. Pendapat Kroh

Bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak itu berjalan secara evolutif. Dan pada
umunya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu mengalami kegoncangan (aktivitas
revolusi). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut: masa anak-anak awal, masa
keserasian bersekolah, dan masa kematangan.

b. Charlotte Buhler

Dalam buku Psychologis der Puberteitsjaran hasil karyanya, membagi perkembangan


anak menjadi 5 fase adalah pendapat PH. Kohnstamm dalam bukunya Persoon leiifkeid in
wordding (1929) model pembagian mencoba merangkum dari ke tiga kelompok.

Pandangan yang telah disebutkan di muka itu disebutkannya pembagian secara eclectis.
Walaupun tampak lebih berorientasi pada dasar psikologis, yaitu: maa vital, masa estetis,
masa perkembangan intelektual, dan masa sosial. Pembagian terakhir ini masih dapat
diuraikan lagi menjadi: masa pural, masa prapubertas, masa pubertas, masa adolessence.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas akan muncullah pertanyaan,
pendapat manakah kiranya yang dianggap paling baik? Jawaban ini adalah: bahwa ternyata
semua konsepsi atau teori yang telah diungkapkan itu memiliki kebaikan dan kelemahannya
masing-masing seperti tinjauan biologis itu akan terasa bermanfaat bagi anak-anak yang
berumur di bawah 5 tahun dan tinjauan psikologis terasa baik sekali untuk menganalisis anak
umur 5 tahun, di samping teori-teori tersebut antara satu dengan lainnya terlihat ada
keterkaitan yang tidak perlu dipersoalkan.

Dengan demikian teori-teori tersebut dapat diterapkan menurut situasi atau kondisi serta
kepentingan dari pemakai. Ada baiknya juga apabila di sini disampaikan pendapatnya Robert
J. Havighurst, yang agak lain dari teori yang ada itu. Havighurst, yang lebih senang meninjau
perkembangan anak global yakni: masa infancy and early childhood, masa middle childhood,
masa pra-adolescence dan adolescence, masa early adulthood yang terbagi atas early
adulthood, masa middle age dan masa later life.

19
BAB VI

MASA INTRA UTERIN DAN MASA BAYI

1. Masa Intra Uterin

Secara biologi pertumbuhan manusia dimulai saat terjadinya pembuahan (konsepsi),


yaitu bertemunya ovum dengan sperma. Sekali dalam 28 hari, umum pertemuan siklus
menstruasi, sebuah ovum yang ada dalam kandungan telur itu telah masuk dan bergerak
masuk ke dalam rahim. Perjalanan itu biasanya 3 sampai 7 hari, jika dalam perjalanan
tersebut tidak bertemu dengan sperma maka lenyaplah ovum tersebut dalam rahim. Akan
tetapi, jika terjadi pembuahan, maka pada saat terjadi pembuahan itu, sel benih sperma
melepaskan 23 bagian terkecil dari dirinya disebut dengan kromosom. Begitu juga pecahlah
ovum melepaskan 23 kromosom yang selanjutnya melebur jadi satu membentuk bahan
keturunan bagi anak. kromosom-kromosom tersebut sebenarnya mengandung bagian-bagian
yang kecil-kecil lagi yang disebut gene. Gene inilah yang merupakan faktor keturunan yang
sesungguhnya.

2. Sikap Ibu Terhadap Kehamilan

Bagi seorang wanita kehamlan serta kelahiran anak biasanya memberikan arti emosional
yang cukup berarti bagi dirinya. Dalam kondisi hamil seorang ibu akan muncul proses yang
bermacam-macam antara lain: timbul keinginan yang aneh-aneh terkadang emosional,
merasakan kebahagiaan atau kepuasan, terkadang muncul perasaan harap-harap cemas,
tegangan emosi, bagi wnaita tertentu ada timbul perasaan menolak akan kehadiran bayi, akan
tetapi setelah bayi lahir perasaan tersebut biasanya berubah jadi positif.

3. Pengaruh Perkembangan Pranatal

Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak dalam kandungan secara singkat


dapat dikemukakan antara lain:
1. Makanan atau vitamin dari ibu sewaktu hamil
2. Kondisi kesehatan ibu, terutama penyakit-penyakit kotor sangat berpengaruh negatif
pada pekeembangan anak
3. Alkohol, hal ini mempengaruhi fetus dalam rahim terutama pada susunan saraf

20
4. Nikotin, ini dapat pula mengganggu kerja denyut jantung anak dari ibu.
5. Emosi atau perasaan yang dialami oleh ibu sewaktu mengandung
6. Usia orangtua atau ibu, terlalu muda dan terlalu tua keduanya kurang menguntungkan
bagi perekonomian bayi dalam rahim.
7. Ada juga pengaruh bulan terakhir atau masa-masa kelahiran (masa panen, masa krisis,
zaman makmur, atau zaman kesulitan, dan lain-lain).
4. Proses Kelahiran

Dalam proses kelahiran bayi yang umunya menjadi permasalahan adalah tentang gerakan
si bayi itu sendiri saat menjelang kelahiran. Apakah bayi tersebut bersifat aktif atau bersifat
pasif. Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Child Development menjelaskan bahwa ada 5
tipe atau model kelahiran seorang bayi yaitu:

a. Natural or spontaneous Birth yaitu kelahiran bayi secara spontan, atau biasanya disebut
dengan kelahiran bayi secara alami natural.
b. Instrument Birth yakni kelahiran bayi dengan alat-alat ini terjadi jika bayi tampak terlalu
besar dari (saluran kelahiran) badan ibu, atau jika karena untuk lahir secara normal tidak
mungkin, maka menurut ilmu bedah terpaksa harus menggunakan alat untuk menolong
bayi tersebut.
c. Breech Birth, kelahiran ini biasanya disebut dengan kelahiran sungsang, yakni yang
tampak dari bayi adalah pantatnya dulu, dan diikuti kakinya, kedua tangan serta terakhir
kepala.
d. Transverse- Presentation Birth yakni kelahiran dikarenakan keberadaan bayi melintang
pada rahim ibu.
e. Caesarean-section Birth yakni kelahiran dengan pembedahan, hal ini jika kondiisi bayi
badannya menjadi terlalu besar untuk melewati atau menembus saluran kelahiran dan
terlalu lama dan sulit untuk diupayakan, maka sekarang ini dengan menggunakan alat
untuk melahirkan bayi secara pembedahan, yakni dengan membelah dinding rahim ibu.
f. Ada juga kelahiran anak yang selamat tetapi belum waktunya lahir atau belum mencapai
periode kandungan secara penuh, bayi atau belum mencapai periode kandungan secara
penuh, bayi yang semacam ini disebut bayi prematur (bayi kurang umur/kurang matang).

21
5. Tangis Pertama Bayi

Salah seorang psikolog belanda ini mengungkapkan pendapat bahwa tangis bayi yang
pertama itu sebagai tanda adanya kesadaran jiwa pada seorang anak, yang dimulai sejak lahir
dengan adanya kesadaran (conciousnes0 itu berarti fungsi-fungsi kejiwaan telah mulai
bekerja sebagaimana mestinya.

6. Aktivitas Masa Bayi


a. Tidur dan Gerakan Bayi

Sebagian besar kegiatan bayi pada umunya adalah digunakan untuk tidur, baik siang atau
malam hari. Selebihnya kegiatan bayi adalah mengadakan gerakan-gerakan. Pendapat di atas
dapat dengan mudah dipahami, karena keduanya dapat dikatakan ada kesamaannya.

1. Reaksi positif, yaitu gerakan-gerakan bayi yang sesuai atau searah dengan rangsangan
(stimulasi) yang datang pada dirinya.
2. Reaksi negatif, yakni kebalikan dari reaksi positif, reaksi ini sebagai perwujudan adanya
stimulasi yang datang pada dirinya.
3. Reaksi spontan (aksi) yaitu, gerakan-gerakan bayi tidak disebabkan oleh adanya
rangsangan yang datang dari luar dirinya. Tetapi gerakan tersebut dilakukan karena
kehendak dirinya sendiri jadi karena dorongan dari dalam dirinya (inside).

Kegiatan-kegiatan tersebut bagi perkembangan atau pertumbuhan anak sangat penting,


terutama bagi perkembangan alat-alat dari anak, sebab seorang anak kala itu telah dapat
merasakan anak senang, susah, dingin, panas, dan lain-lain. Maka sebagai orang tua
sebaiknya tinggal membimbing, melayani, dan memelihara aktivitas-aktivitas tersebut.

b. Perkembangan Pengamatan

Perkembangan pengamatan anak, sebenarnya suatu ynag cukup kompleks juga sebab
asalnya sama sekali belum mampu mengamati sesuatu objek dengan bagian-bagiannya,
pengamatan masih baru, ia menangkap stimulus dengan kesan keseluruhan, belum terpisah
atas bagian-bagiannya (masalah pengamatang dan kaitannya dengan tanggapan seorang anak
akan dijelaskan kemudian). Alat pengamat bagi bayi seorang anak biasanya secara berurutan
dapat disebutkan: 0;0-0;3 bulan mengamati dengan mulut; 0;3-0;6 bulan mengamati dengan
mulut dan tangan; 0;6 bulan ke atas bulan mengamati mulut, tangan, dan mata (dilakukan
dengan berbagai variasinya, sesuai dengan kebutuhan).

22
Dalam hal ini pengamatan dan penguasaan lingkungan atau ruangan bagi bayi, ada
tahapan perkembangannya. William Stern menjelaskan perkembangan tersebut sebagai
berkut.

Bahwa penguasaan ruang bagi seorang anak ada 3 tingkatan:

1. Uhraum (0;0 0;6) pengamatan awal terbatas pada dirinya sendiri.


2. Nahraum (0;6 1;0) pengamatan dekat atau ruang yang sempit
3. Feraraum (1;0 ke atas) pengamatan dan penguasaan ruang lingkup lebih jauh.

23
BAB VII

MASA ANAK-ANAK

1. Perkembangan Tanggapan

Mempelajari perkembangan tanggapan anak, tidak terlepas dengan mempelajari teori-


teori perkembangan pengamatan anak. Dalam polanya kedua aspek tersebut memang berbeda
tetapi antara keduanya saling berkaitan dan ada kesamaan yang mendasar yakni adanya
proses belajar mengenal atau menguasai obyek, atas stimulus yang datang kepadanya dengan
menggunakan potensi yang dimilikiny. Dan dikatakan tanggapan itu terkait dengan
pengamatan sebab tanggapan itu sendiri merupakan hasil, kenangan dari adanya proses
pengamatan.

Perkembangan tanggapan atau pengamatan anak itu mulai fase-fase sebagai berikut:

1. Global: yaitu pengamatan dari tanggapan global atau totalitas


2. Terurai: yaitu anak mulai dapat mengamati bagian-bagian, perhatiannya menjadi lebih
terurai pada bagian-bagian objek pengamatan, di sini anak semakin kritis dan logis.
3. Sinthesa: atau asimilasi: yaitu anak sudah dapat membuat sintesis atau mengasimilasi
antara objek total dan bagian-bagiannya, demikian pula tentang kualitasnya. Sehingga
anak pun telah dapat menghayati akan perbedaan atau kesamaan, ciri, dan sifat dari
bermacam-macam benda.

2. Perkembangan Pikiran

Perkembangan pikiran (intellect) anak itu pada dasarnya berhubungan erat dengn
perkembangan bahasa, keduanya merupakan faktor penentu bagi seorang dapat
menyampaikan gagasannya, keinginannya dalam mengadakan komunikasi dengan yang lain.
Perkembangan pikiran dapat dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu :

a) Perkembangan Formal,Perkembangan fungsi-fungsi pikir atau alat-alat pikir anak untuk


dapat menyerap, menimbang memutuskan, menguraikan, dll. Contoh: Perkembangan
sistematika berpikir, teknik pengambilan keputusan, dll.
b) Perkembangan Material,Perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh
seorang anak itu dapat dimiliki dan dikuasainya. Contoh: penguasaan tentang angka-
angka, pendapat-pendapat, teori-teori, dll.

24
Perkembangan pikiran dapat dikategorikan dengan dua tahapan yaitu :

a) Berpikir secara konkrit (dengan obyek yang realis) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau dituntut dengan benda atau dengan alat peraga.
b) berpikir secara simbolis atau sistematis, yaitu: anak berpikir dengan menggunakan simbol-
simbol (tanda-tanda), maka disini sudah mulai mengenal huruf, angka, schema, simbol-
simbol tertentu, dsb.

3. Perkembangan Daya Ingatan

Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai umur 4 tahun.
Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas terbesar atau terbaik dan kuat, jika
anak berumur antara 8 12 tahun, pada saat itu daya menghafal atau daya memorisasi
(upaya memasukkan pengetahuan dalam tingkatan seseorang) dapat memuat sejumlah materi
hafalan sebanyak mungkin.

Sebelum umur setengah tahun (0;6) anak pada umumnya belum mengenal benda
sekitanya secara hakiki. Anak saat itu baru mengenal keadaan atau situasinya saja. Contoh,
seorang ibu menyodorkan sendok makan kepadanya, ia mengenal keadaan itu, tetapi jika
sendok ditaruh/ diletakkan di atas meja, maka anak sudah tidak mengenal benda itu lagi. baru
umur lebih dari setengah tahun secara pelan-pelan anak mulai mengenal lingkungannya.

4. Perkembangan Bahasa

Pada akhir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang awal tahun kedua, ada
pertumbuhan dan perkembangan anak yang menonjol yakni mulai menunjukkan
kemampuannya untuk dapat berjalan sendiri dan kemampuan berbahasa atau berbicara. Awal
perkembangan bahasa pada dasarnya dapat diartikan sejak mulai adanya tangis pertama bayi,
sebab tangis bayi juga dapat dianggap sebagai bahasa bayi atau anak. Dengan menangis bagi
anak dapat juga merupakan sarana mengekspresikan kehendak jiwanya.

Adapun penguasaan bahasa berikutnya secara berangsur-angsur anak akan mengikuti


bakat serta Ritme perkembangan yang dialami. Akan tetapi perkembangan tersebut akan
dipengaruhi oleh lingkungan.

25
5. Perkembangan Perasaan

Bagi anak-anak perkembangan perasaan itu sangat cepat dan besar sekali, sehingga
umumnya anak-anak akan lebih emosional dibandingkan dengan orang dewasa. Pandangan
mereka selalu optimis, cepat merasa puas, (terutama pada anak sekolah dasar) sehingga
mereka akan mudah merasa senang, periang, kesedihan dan kesusahan atau justru kesenangan
orang lain pun belum mereka hayati dengan baik-baik. Kalbu pada saat tertentu anak tahu
tentang kesusahan orang lain maka anak berusaha menekannya atau menutupnya, karena ia
takut atau malu untuk ikut merasakannya. H. Birkenfeld dan Gazali membagi perasaan anak
menjadi :Perasaan yang terdapat pada tingkat biologis (jasmaniah) meliputi :

1) Perasaan yang berhubungan dengan pencernaan makanan, pernafasan dan peredaran


darah, contoh: lapar, lelah, dsb.
2) Perasaan yang berhubungan dengan instink, contoh: takut.
3) Perasaan yang berhubungan dengan alat indria, contoh: dingin, panas, nyeri,dsb.

Perasaan tingkat Rohaniah meliputi : Perasaan Intelect, Perasaan Aesthetis, Perasaan


Ethis, Perasaan Religius, Perasaan Diri, dan Perasaan Sosial. Perkembangan perasaan anak
akan semakin baik jika ditandai dengan adanya keseimbangan antara perasaan dan sikap
Egosentrisnya dengan perasaan obyektif yang ada. Anak akan selalu membeberkan
perasaannya dengan luas terus terang, apa yang sebenarnya yang ia rasakan.

6. Perkembangan Fantasi

Daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru atas bantuan tanggapan-


tanggapan yang telah ada (lama) dalam psikologi disebut fantasi. Fantasi biasanya dibedakan
menjadi 2 macam, diantaranya :

a. Fantasi Terpimpin (Tuntunan),yaitu timbulnya fantasi dikarenakan adanya kesan setelah


menanggapi hasil ciptaan orang lain atau tuntutan oleh karya orang lain tersebut.
b. Fantasi Mencipta,yaitu timbulnya fantasi seseorang yang muncul karena kekuatan
(potensi) yang ada pada dirinya secara murni tanpa adanya tuntunan dari luar.

Fantasi yang ada pada diri seseorang itu bersifat : 1). Leluasa, bebas tidak terikat, atau liar,
2).Spontan terkadang tanpa disadari, 3) Mudah sekali berubah, dan 4)Bersifat menciptakan
untuk sesuatu yang baru.

26
7. Perkembangan Sosial Anak

Sebagian psikolog beranggapan bahwa perkembangan sosial itu mulai ada sejak anak
lahir di dunia, terbukti seorang anak yang menangis, adalah dalam rangka mengadakan
kontak/hubungan dengan orang lain. Atau anak tampak mengadakan aktifitas meraban,
tersenyum bila memperoleh rangsangan dan teguran dari luar. Perkembangan sosial ini akan
terus berlanjut sesuai dengan pengalaman anak, sehingga anak siap untuk bergaul dengan
yang lain secara baik dan wajar.

8. Perkembangan Moral

Bagi seorang anak, pengembangan moral itu akan dikembangkan melalui pemenuhan
kebutuhan jasmaniah (dorongan nafsu fisiologis), untuk selanjutnya dipolakan melalui
pengalaman dalam lingkungan keluarga, sesuai dengan nilai-nilai yang diberlakukannya.
Maka disinilah sebenarnya letak peranan utama bagi orang-orang yang paling dekat atau
akrab dengan anak (terutama ibu) dalam memberikan dasar-dsar pola perkembangan moral
anak berikutnya.

9. Masalah Permainan

Permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas
kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan
pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi perkembangan
jiwa anak. Oleh karena itu perlu kiranya bagi anak-anak untuk diberi kesempatan dan sarana
di dalam kegiatan permainannya. Secara fungsional kegiatan bermain dan bekerja
mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja itu lebih diarahkan kepada hasil yang
akan dicapai, disamping adanya keterikatan yang lebih ketat daripada sebuah permainan.

Macam Permainan

Menurut sifatnya permainan dapat dibedakan: 1) permainan gerak atau disebut juga
permainan fungsi; 2) permainan fantasi atau peran; 3) permainan receptif (menerima) dan
permainan benuk.

27
Tingkatan Permainan Anak

a. Umur 0,0 1,0 :anak bermain dengan diri sendiri digunakannya kaki, tangan, suara
kemudian alat mainan.
b. Umur 1,0 2,0 :anak bermain dengan menirukan sesuatu.
c. Umur 2,0 3,0 :bermain sendiri tetapi ada dorongan untuk bersama orang lain.
d. Umur 3,0 5,0 :bermain bersama orang lain, dalam status yang sama.
e. Umur 5,0 6,0 :bermain bersama dibawah pimpinan seseorang diantara kawannya,
meskipun sering terjadi perselisihan.
f. Umur 6,0 8,0 :anak dapat bersandiwara, dengan suatu cerita yang teratur, ia pun
tunduk kepada pimpinannya.
g. Umur 8,0 12,0 :anak sudah suka bermain yang mengandung ketelitian serta perlu
kecerdasan dan ketrampilan.

10. Perkembangan Keberagaman Anak

Perkembangan perasaan ke-Tuhanan anak dapat dimulai sedini mungkin melalui


tanggapan, dan bahasa anak. Mula-mula anak mungkin akan selalu kagum terhadap orang
tuanya yang selalu sayang, dll. Hal tersebut sangatlah penting untuk pembinaan kejiwaan
anak, untuk nantinya di bawah kepada pemahaman, kekaguman terhadap yang lebih sayang
lagi, Maha kasih, Maha Penyayang yaitu Tuhan.

Pembinaan berikutnya anak harus dibiasakan untuk mengikuti melakukan kegiatan


keagamaan atau dibiasakan dalam suasana keagamaan, yang sudah barang tentu kesemuanya
diiringi dengan contoh atau teladan yang baik. Kemudian anak diberi pengertian tentang
ajaran atau norma-norma keagamaan untuk dapat dipatuhinya secara baik. Jika ada seseorang
anak taat beragama baru sampai pada taraf karena takut pada orang tua, guru Agama, ingin
penghargaan, dipuji, dll. Tidak perlu terburu-buru untuk dimarahi, atau dihina, tetapi
sebaiknya harus dibimbing terus agar sampai pada taraf kesadaran dirinya di dalam
melakukan kegiatan keagamaan.

28
BAB VIII

MASA ANAK SEKOLAH

1. Pengantar

Mulai umur 6 tahun ini, seorang anak pertumbuhan badannya relatif seimbang maka
anak menjadi senang bermain keseimbangan dan penguasaan badan. Pertumbuhan fisik yang
berlangsung secara baik itu sudah barang tentu berpengaruh terhadap perkembangan psikis
anak. Pada masa tersebut anak sudah matang untuk masuk sekolah. Walaupun dalam praktek
sering diadakan seleksi mencari anak yang sudah matang jiwanya.

Kriteria kematangan anak dalam hal ini antara la

a. Anak sudah dapat bekerjasama dalam satu kelompok anak anak lainnya.
b. Anak harus sudah mampu mengamati secara terurai terhadap bagian-bagian dari obyek
pengamatan
c. Anak harus sudah mampu akan kepentingan orang lain.

Adapun perkembangan jiwaanak pada mas sekolah ini yabng menonjol antara lain:

a. Adanya keinginan yang cukup tinggi, terutama yang menyangkut perkembangan


intelektual anak.
b. Energy yang melimpah, sehingga kadang kala anak itu tidak memperdulikan bahwa
dirinya telah lelah atau capek.
c. Perasaan kesosialan yang berkembang pesat , sehingga anak menyukai untuk mematuhi
group teman sebayanya dibandingkan dengan orang tuanya.
d. Sudah dapat berpikir secara abstrak , sehingga memungkinkan bagi anak untuk
menerima hal-hal yang berupa teori-teori ataupun norma-norma tertentu
e. Minat istimewanya tertuju kepada kegemaran dirinya yang mengakibatkan akan
melalaikan tugas belajarnya.
f. Adanya kekejam yaitu perhatian anak ditunjukan kepada dunia luar,
g. Akan tetapi dirinya tidak mendapat perhatian , saat itu juga akan belum mengenal jiwa
orang lain.
Akibatnya anak berlaku kejam terhadap orang lain, kekejam pada masa ini bukam lah
kejam sebenarnya, sebab anak belum menyadari akan tindakan kekejamannya itu.

29
Pada masa anak sekolah ini sebenarnya anak telah timbul sikap obyektifnya, yan
menyangkut tentang:

a. Kenyataan : Anak memmpunyai sikap yang serius kepada dunia nyata (Realistis)
b. Kesusilaan : Sikap anak terhadap norma susila sudah jujur meskipun terkadan acuh tak
acuh

Karena sikap- sikap inilah sebenarya yang mendasari dari cirri-ciri anak , sebagaimana telah
diterangkan.

2. Memasuki Masyarakat Diluar Keluarga

Sekolah akan memberi pengaruh yang sangat besar pada anak sebagai individu dan
mahluk sosial. Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul,
macam-macam tuntutan dan kesenangan belajar pada anak.

Sampai pada usia 3,5 tahun , anak adalah anak keluarga seutuhnya. Sesudah bumur
tersebut, anak mulai meluaskan caklarawala pengalamannya diluar lingkungan keluarga.
Fungsi penghayatan emosional yang dominan sampai usia 3,5 tahun lalu diganti dengan
penghayatan yang sifatnya lebih rasional; dengan nama anak menjadi obyektif. Jika dalam
fase terdahulu relasi anak dengan benda-benda ditentukan oleh aktivitas bermain , mulai
sekarang timbul keinsafan bahwa dirinya bisa bekerja, dan ia sanggup menghasilkan prestasi
dengan jalan bermanipulasi dengan benda-benda sekitarnya. Pada usia sekolah ini sikap
hidup yang egoesentris diganti dengan sikap zakelijk obyektif dan empiris bedasarkan
pengalaman. Dan kelak pada usia 13-14 tahun, sikap tersebut berkembang jadi logis rasional .
Emosionalitas anak menjadi berkurang, sedang unsure intelek dan akal budi ( rasio, pikir)
jadi semakin menjondol.

Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak memasuki lingkungan sekolah yang luau,
yang mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah ini hasil
hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan ditranspormasikan ataupun ditransmisikan pada
diri anak.

30
3. Macam Macam Fase Pengamatan

1. Menurut Meuman

Meuman membagi bagi pengamatan ke dalam tiga masa, yaitu:

a) Masa sintesis fantasi: 7 sampai 8 tahun. Dalam masa ini pengamatan anak masih global,
bagian- bagiannya belum tamoak jelas.
b) Masa analisis : 8 sampai dengan 12 tahun . dalam masa ini anak telah mampu membeda
bedakan sifat dalam mengenal bagian bagiannya , walaupun hubungan dalam bagian
itu belum nampak seluruhnya.
c) Masas logis : 12 tahun ke atas.dalam masa ini anak telah dapat berfikir logis,pengertian
dan kesadarannya semakin sempurna.

2. Menurut William Stern

William membagi-bagi pengamatan ke dalam 4 masa,yaitu:

a) Masa mengenal benda : 8 tahun.pengamatan masih bersifat global,disamping gambar


global yang samar-samar,telah dapat membedakan benda tertentu seperti manusia atau
hewan.
b) Masa mengenal perbuatan : 8 sampai dengan 9 tahun.dalam masa ini anak telah
memperhatikan perbuatan manusia dan hewan.
c) Masa mengenal hubungan: 9 sampai 10 tahun.anak mengenal hubungan antara
waktu,tempat,dan sebab akibat.
d) Masa mengenal sifat: 10 tahun ke atas.anak menganalisis pengamatannya sehingga ia
mengenal sifat-sifat benda,manusia,dan hewan.

3. Menurut Oswald Kroh

Oswald membagi pengamatan kedalam empat taraf, yaiyu:

a) Sintesis fantasi : 7 sampai dengan 8 tahun. Pengamatan masih dipengaruhi fantasinya .


Kenyataan dicambur baurkan dengan fantasinya.
b) Masa realism naf : 8 sampai dengan 10 tahun. Semua yang diamati diterima begitu saja
tanpa ada kecaman atau keritik.

31
c) Masa realism krits : 10 sampai 12 tahun. Dalam masa ini anak mulai berpikir kritis. Ia
mulai mencaoai tingkat berpikir abstrak.
d) Masa subyektif : 12 sampai dengan 14 tahun. Anak berpaling pada dunianya sendiri.
Prhatiannya ditunjukan kepada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah , ragu-ragu,
timbul ras malu, hidup perasaan tidak harmonis.

Dalam masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan
menuju kepada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju arah pengertian,dari khayal
menuju alam nyata.

4. Perkembangan Fantasi

Sejak anak berumur lima atau enem tahun, perhatian mulai ditunjukkan kedunia luar,
kealam nyata.

a. Beberapa Masa Fantasi

Setelah anak-anak mangalami masa egosentris, fantasinya mengalami perkembangan


melalui masa- masa sebagai berikut:

1. Masa dongeng: 4 sampai dengan 8 tahun . Masa ini bertepatan waktunya dengan
perkembangan anak kea rah kenyataaan. Anak suka sekali mendengarkan cerita
kehidupan.
2. Masa Robinson Crusoe : 8 sampai dengan 2 tahun. Dalam masa ini anak mengalami
realism naf. Kemudian anak memasuki masa anak tidak menyukai dongeng yang fantasi
, dongeng yang tidak masuk akal.
3. Masa Pahlawan : 12 sampai dengan 15 tahun , anak suka membaca buku-buku pejuang
karya orang kemenangan yang pernah terjadi.

b. Beberapa Nilai Fantasi


1. Fantasi dapat digunakan sebagai hiburan
2. Fantasi dapat memudahkan anak dalam menerima pelajaran.
3. Fantasi memebentuk budi pekerti anak.

32
c. Beberapa Keburukan Fantasi
a. Anak sering kedelam kedalam dunia fantasi . tampaknya ia suka melamun
b. Anak takut menghadapai kenyataan. Ia menjadi orang pemalu atau menjadi seoarang
pembual di kalangan teman-temannya.

5. Perkembangan Pikiran Dan Ingatan

Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-
angsur dan secar tenang. Anak betul-betul berada dalam stadium belajar. Disamping
keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi
anak.

6. Kehidupan Perasaan

Perasaan intelektual anak pada periode ini sangat besar. Teka-teki silang, soal-soal
matematika, dan perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya berupa angka-angka
yang utuh) merupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak.

Mengenai perasaan religius pada diri anak dapat dinyatakan disini, bahwa gambar-
gambar fantasi anak mengenai surga, neraka, dan Tuhan jadi makin menipis. Pendidikan
agama pada anak-anak usia 6-12 tahun, itu tidak dilaksanakan dengan kekerasan, ancaman-
ancaman, dan paksaan. Rasa takut dan cemas ini bukan gejala upnormal pada anak. Sebab
anak secara instinktif memang merasa takut pada hal-hal yang belum dikenalnya. Hal itu
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengertian anak, kurang adanya kepercayaan
diri. Sehingga anak melihat bentuk-bentuk bahaya yang sebetulnya tidak ada.

Untuk mengatasi perasaan takut pada diri anak ini, diperlukan sikap orang dewasa yang
tenang dan bijaksana. Tuntunan dan pemberian keyakinan akan kasih sayang orang tua, akan
menguatkan unsur kepercayaan pada diri anak. Kepercayaan ini akan menumbuhkan rasa
aman, rasa kepercayaan diri dan harga diri.

33
BAB IX

MASA REMAJA

Masa Ini Terbagi Menjadi Dua Yakni:

Masa Pra Pubertas (Pueral) = 12-14,0 Tahun


Masa Pubertas = 14-18,0 Tahun

1. Masa Pra Pubertas (Pural)

Masa ini adalah masa peralihan dari masa sekolah menuju masa pubertas, dimana
seorang anak yang telah besar, ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap
termasuk kelompok orang dewasa.

Pra pubertas adalah saat-saat terjadinya kemasakan seksual yang sesungguhnya,


bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologik yang berhubungan dengan kemasakan
kelenjar endokerin. Peristiwa kemasakan tersebut pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun
lebih awal daripada pria. terjadinya kemasakan jasmani bagi wanita, biasanya ditandai
dengan adanya menstruasi pertama. sedangkan pada pria ditandai dengan keluarnya sperma
yang pertama, biasanya lewat bermimpi merasakan kepuasan seksual. Bagi masa remaja
awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu umumnya digunakan dan dianggap sebagai
tanda-tanda primer akan datangnya masa remaja. Tanda-tanda sekunder masa remaja
diantaranya :

Pria - Tumbuh suburnya rambut pada jagut, kumis, dll.

- Selaput suara mulai besar dan berat.

- Badan mulai membentuk segitiga, urat-urat jadi kuat, dan wajah bertambah
persegi.

Wanita : - Pinggul semakin besar dan melebar.

- Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi.

- Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi.

34
- Wajah menjadi bulat dan berisi.

Perkembangan lain pada masa pra pubertas ini adalah munculnya perasaan-perasaan
negatif pada diri anak, sehingga masa ini ada yang menyebutkan sebagai masa negatif. Anak
mulai timbul keinginan untuk melepaskan diri dari kekuasaan orang tua, tidak mau tunduk
lagi segala perintah, kebijaksanaan orang tua. Perasaan negatif yang dialami, antara lain: 1)
ingin selalu menentang lingkungan 2) tidak tenang dan gelisah; 3) menarik diri dari
masyarakat 4) kurang dan suka bekerja; 5) kebutuhan untuk tidur semakin besar; 6)
Pesimistis dan lain-lain.

2. Masa Pubertas (Usia 14;0-18;0 Tahun)

Pada masa ini, seorang anak tidak lagi hanya bersifat kreatif, tetapi juga anak mulai aktif
mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya serta mencari pedoman hidup, untuk
bekal kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukan penuh semangat menyala-nyala.
Tetapi ia sendiri belum memahami akan hakekat dari sehungguhnya apa yang dicarinya itu.
Tentang tanda-tanda masa pubertas ini E. Spranger, menyebutkannya ada tiga aktivitas
yakni: penemuan aku, pertumbuhan pedoman kehidupan, dan memasukkan diri pada kegiatan
kemasyarakatan.

Pada kegiatan mencari pedoman hidup, anak puber sudah mulai aktif dan menerima akan
norma-norma susila juga norma agama. Tetapi bentuk pengakuan tersebut, masih terbatas
pada kondisi dirinya. Dalam kegiatan keluar masih menggantungkan pada orang lain tersebut
anak puber sudah mengaguminya.

3. Masa Adoleson (Usia 18;0-21;0 Tahun)

Pada masa ini seseorang sudah dapat mengeahui kondisi dirinya, ia sudah mulai
membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentukan jalan hidup (way of
life) yang hendak ditemuinya. Tentang sifat-sifat masa adolesen, dapat diungkapkan antara
lain;

1. Menunjukkan timbulnya sikap positif dalam menentukan sistem tata nilai (value) yang
ada.
2. Menunjukkan adanya ketenangan dan keseimbangan di dalam kehidupannya.
3. Mulai menyadari bahwa sikap aktif, mengkritik waktu ia puber itu mudah tetapi
melaksanakannya.

35
4. Ia mulai memiliki rencana hidup yang jelas dan mapan.
5. Ia mulai senang menghargai sesuatu yang bersifat historis dan tradisi, agama, kultur, etis,
dan estetis, serta ekonomis.
6. Dalam menentukan calon teman hidup, sudah tidak lagi berdasarkan nafsu seks belaka,
tetapi juga atas dasar pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
7. Mulai mengambil/menentukan sikap hidup berdasarkan sistema nilai yang diyakininya.
8. Pandangan dan perasaan yang semakin menyatu atau melebar anatar erotik dan
seksualitas, yang sebelumnya (pubertas) antar keduanya tersendiri.

36
BAB X

MASA ADOLESEN

1. Pengantar

Pada masa prapubertas anak sering merasakan : bingung, cemas, takut, gelisah, gelap
hati, bimbang ragu, risau, sedih hati rasa-rasa minder, rasa tidak mampu melaksanakan tugas-
tugas. Anak tidak tahu sebab dari macam-macam perasaan yang menimbulkan kerisauan
hatinya.

Para masa pubertas: anak mudah menginginkan atau mendapatkan sesuatu dari mencari-
cari sesuatu namun apa sebenarnya sesuatu yang diharapkan dan dicari itu dia sendiri tidak
tahu. Dan pada masa adolesen anak mudah mulai merasa mantap dan stabil. Dia mulai
mengenal AKU-NYA, dan ingin hidup dengan itikad kebenaran, dia mulai memahami arah
itikad keberanian. Pada masa adolesen ini anak mudah menemukan nilai-nilai hidup baru,
sehingga makin jelas tentang keadaan dirinya.

Sikap dan Sifat Adolesen

a) Menemukan pribadinya,
b) Menemukan cita-citanya,
c) Menggariskan jalan hidup
d) Bertanggung jawab
e) Menghimpun norma-norma sendiri

2. Harapan Terhadap Remaja

1. Hendaknya para remaja mengusahakan belajar dengan tekun agar lekas menyelesaikan
studi.
2. Hendaknya para remaja melakukan kegiatan membaca, membaca literatur yang sehat
agar bermutu guna melebarkan horizon pandangan hidup.
3. Hendaknya para remaja mempunyai hobi.
4. Hendaknya para remaja mengerti dan memahami, bahwa tuntutan mereka akan
pengertian, pengakuan, dan penghargaan diri dari orang tua.
5. Hendaknya para remaja memahami, bahwa ada hak, ada kewajiban, ada hak istimewa,
ada tanggung jawab, dan ada kebebasan.

37
6. Hendaknya para remaja menyadari bahaya narkotika dan menyadari menjauhkan diri dari
sex bebas.
7. Hendaknya para remaja berusaha mengerti keadaan orang tua masing-masing.

3. Peranan Orang Tua

Sebagai orang tua hendaknya kita berusaha, agar apa yang menjadi kewajiban anak-anak
kita dan tuntutan kita sebagai orang tua, mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan
kemampuan mereka dan kemampuan kita sebagai orang tua. Hendaknya orang tua berusaha
menjadi contoh kepribadian hidup atas nilai-nilai yang tinggi. Orang tua hendaknya
menuntun anak-anaknya belajar dengan tekun serta berprestasi sebaik mungkin.

Untuk membina kegemaran membaca, hendaknya kita sendiri menunjukkan kegemaran


itu. Menghendaki anak-anak kita mempunyai hobi, hendaknya kita membantu mereka dalam
melaksanakan hobi itu, sehingga hobi itu benar-benar berkembang. Orang tua hendaknya
mengakui anaknya sudah remaja dan dapat memberikan kebebasan untuk hal-hal tertentu dan
belajar bertanggung jawab. Dalam periode ini, anak remaja kita, sudah memerlukan
pendidikan seks, pendidikan agama, sikap positif terhadap kerja.

4. Hubungan Orang Tua Dan Anak

a. Keadaan keluarga dan Pencapaian Status Dewasa


1. Pencapaian perkembangan kepribadian dan adjustment sosial para pemuda-pemudi lebih
berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh keadaan taraf pemuasan kebutuhan
psikologis, yang penting dalam keluarga daripada keadaan taraf sosial-ekonomi keluarga
besar keluarga, kerapihan dan keteraturan rumah dan kecermatan orang tua.
2. Dalam kehidupan pemuda-pemudi dalam keluarga mereka seringkali mengalami
kesulitan-kesulitan dalam usahanya mencapai kedewasaan. Kesulitan-kesulitan itu
sebagai timbul dan berhubungan dengan suasana keluarga dan sebagaian lagi karena
penyadaran pemuda-pemudi terhadap status sosialnya.
3. Keluarga yang baik bagi pemuda-pemudi adalah keluarga yang tidak saja memberi dan
membangun kesadaran pemuda-pemudi sebagai insan yang dikasihi, tetapi juga melatih
pemuda-pemudi itu supaya dapat mencapai status dewasa dengan mengikuti sertakan
pemuda-pemudi itu dalam kegiatan-kegiatan keluarga.

38
b. Keadaan Keluarga dan Relasi Orang Tua dengan Anak
1. Berdasarkan Hasil-Hasil Penyelidikin Ternyata bahwa: relasi antara orang tua dengan
anak dalam keluarga menunjukkan adanya keragaman yang luas dan relasi antar pribadi
dalam setiap keluarga menunjukkan sifat-sifat yang kompleks.
2. Gambaran Retasi Orang Tua dengan Anaknya: berbagai sikap orang tua terhadap
pemuda-pemudi, sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat, dan sikap
terhadap turut sertanya pemuda-pemudi dalam kegiatan-kegiatan bersama.

39
BAB XI

KEPRIBADIAN DAN PERKEMBANGAN

1. Perbedaan Pengertian Kepribadian

Kalau kita mempelajari pengertian kepribadian, ternyata banyak sekali perbedaan


pendapat para ahli psikologi mengenai isi dan batas-batas atau definisi kepribadian. Gordon
W. Allport menemukan 49 definisi kepribadian, kemudian ia sendiri membuat satu definisi
sehingga lengkap menjadi 50 definisii.

Perbedaan pandangan dalam psikologi kepribadian hanya merupakan kesan atau


pengaruh masa lampau. Walaupun demikian, kita perlu melihat perbedaan itu untuk
melandasi pemahaman kita secara ilmiah tentang kepribadian. Mereka mengembangkan
penilaian terhadap kepribadian melalui psikologi atau pengukuran terhaap sikap, pendapat
dan tingkah laku yang dapat diamati,diukur dan diolah secara statistik.

Pandangan Asia ini lebih menekankan segi etika dan rohaniah, sedangkan segi fisik
kurang mendapat perhatian. Dalam kepribadian selalu termuat etika dan moral, yakni suatu
perasaan keharusan pada manusia untuk berlaku susila. Hal ini tidak terlepas dari pandangan
hidup yang terdapat di Asia, bahwa manusia merupakan sebagaian dari kosmos atau makhluk
Tuhan, yang pada akhirnya Tuhanlah yang akan menentukan sikap dan nasib manusia.

2. Definisi Kepribadian

Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut personality


is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that
determine his unique adjustment to his environment.

kalau diperhatikan definis Allport, tampak bahwa ia berusaha mensintesiskan atau


melibatkan pandangan kontinental dan pandangan Anglo-Amerika. Segi dalam maupun segi
luar kepribadian telah dimasukkan ke dalam definisi itu. Sisten jiwa raga merupakan segi
dalam kepribadian dan penyesuaian diri merupakan segi luar dari kepribadian. Kalau definisi
tersebut dianalisis, maka kepribadian adalah: a) merupakan suatu organisasi dinamis; b)
organisasi itu terdiri atas sistem-sistem psychophysical atau jiwa raga; c) organisasi itu

40
menentukan penyesuaian dirinya; dan d) penyesuaian diri dalam hubungan dengan
lingkungan itu bersifat unik, khas, atau khusus.

Dari definisi di atas diperoleh pengertian sebagai berikut:

a. Bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis, artinya suatu organisasi yang terdiri
dari sejumlah aspek/unsur yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia.
b. Aspek-aspek tersebut adalah mengenai psiko-fisik (rohani dan jasmani) antara lain: sifat-
sifat, kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk-bentuk tubuh, ukuran, warna kulit, dan
sebagainya.
c. Semua aspek kepribadian, baik sifat-sifat maupun kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk
tubuh, dan sebagainya, merupakan suatu sistem dalam menentukan cara khas yang dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepribadian, yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan
bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam
kehidupan seseorang.

3. Temperamen, Watak, Dan Kepribadian

Temperamen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan emosi (perasaan), misalnya


pemarah, peyabar, pering, pemurung, introvert, ekstovert, dan sebagainya. Sifat-sifat ini
bawaan (warisan/turunan) sehingga permanen. Temperamen selalu menunjukkan
hubungan/perpaduan yang erat antara rohaniah dengan jasmaniah.

Watak (karakter,tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya


jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok, dan sebagainya. Sifat-sifat itu bukan
bawaan lahir tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari kecil, atau
hasil dari pengaruh lingkungan sejak kecil.

Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri seseorang, termasuk
juga ke dalam kepribadian semua pola tingkah laku, kebiasaan, sikap, kecakapan, serta semua
hal yang selalu muncul dari seseorang.

41
4. Tipe-Tipe Kepribadian

Pada uraian terdahulu telah dijelaskan setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda.
Meskipun terdapat perbedaan, dari beberapa aspek tertentu terdapat persamaan bagi sejumlah
orang. Berdasarkan persamaan aspek kepribadian pada sejumlah orang tertentu, maka para
ahli mengadakan pembagian/penggolongan kepribadian manusia bermacam-macam tipe.

Menurut Eduard Spranger, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, membagi watak manusia atas
dasar nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Nilai-nilai itu ialah nilai ekonomi, politik,sosial,
ilmu pengetahuan, keseninan, dan agama. Berdasarkan kuat lemahnya nilai-nilai itu dalam
dari seseorang, E. Spranger membagi watak/kepribadian manusia menjadi 6 tipe yaitu: 1)
Manusia Teori; 2) Manusia Ekonomi; 3) Manusia Sosial; 4) Manusia Politik; 5) Manusia
Seni; dan 6) Manusia Saleh

5. Mengukur Kepribadian

Melakukan pengukur terhadap kepribadian seseorang bertujuan untuk dapat mengetahui


corak kepribadian secara pasti dan terinci. Dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian
seseorang, berarti pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih sempurna, sehingga proses
pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar. Cara mengukur/menyelidiki kepribadian
ada bermacam-macam, antara lain: 1) Observasi; 2) Wawancara; 3) Inventory; 4) Teknik
Proyektif; 5) Biografi dan Autobiografi dan 6) Catatan Harian.

6. Keluarga Sebagai Pembentuk Utama Kepribadian

Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia, terutama sejak lahir
sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh oleh orag tua, dan
bergaul dengan anggota keluarga lainnya. Setiap hari berada di rumah dan hanya beberapa
jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karen itu, dapat dipahami
cukup besar dipengaruhi dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk/menempa
pribadi seseorang anak.

Pada masa kanak-kanak (umur 2-5 tahun), pembentukan kepribadian melalui pembiasaan
sangat penting artinya, karena kemampuan inteligensinya masih rendah, belum dapat
membedakan nilai yang baik, buruk, dan mengapa dilarang, disuruh dan sebagainya. Setelah
mereka berumur 6 atau 7 tahun, kemapuan berpikirnyasemakin tinggi dan mulai mengenal
nilai-nilai dan sudah mengerti larangan atau anjuran.

42
7. Aspek-Aspek Kepribadian

Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi
bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan (overt) maupun
yang tidak kelihatan (covert). Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau
fungsi, yaitu:

a. Aspek Kognitif (Pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, insiatif,
kreativitas, pengamatan, dan pengindraan.
b. Apek Afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan,
dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik
(kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek efektif.
c. Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksanaan tingkah laku manusia seperti
perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

Ny. Yoesoef Noesyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam 4 daerah bagian atau
aspek, yaitu:

1. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.


2. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara
beraksi dan bergerak.
3. Watak sebagai konstanta dari hasrat , perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-
nilai.
4. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.

8. Kepribadian Dan Perkembangan

Ada orang yang merasa puas terhadap dirinya sendiri, ada pula yang justru beranggapan
bahwa dirinya kekurangn sifat-sifat (qualitis) untuk berhasil dalam kehidupan bersama. Satu
di antara sifat1-sifat yang diinginkan ini adalah apa yang disebut kepribadian.

Menurut para psikolog, perkataan kepribadian itu mempunyai arti yang lebih daripada
sekedar sifat menarik. Kepribadian seseorang itu tersusun dari semua sifat yang dimilikinya.
Sifat itu bermacam-macam:

a. Ada yang berkenan dengan cara orang berbuat, seperti tekun, tabah, dan cepat.

43
b. Ada yang menggambarkan sikap, seperti sosiabilitas dan patriotisme.
c. Ada yang bertalian dengan minat, seperti estetis, atletis, dan sebagainya.
d. Yang terpenting ialah temperamen emosional, meliputi optimisme, pesimisme, mudah
bergejolak, dan tenang.

Pembentukan Identitas Diri

Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungandan


kekabruan akan peranan sosial, karena remaja-remaja cenderung mengindentifikasinya
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayah, bintang film
kesayangannya, tokoh politik favoritnya, dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan
sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar
kemungkinan ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena
itu, penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan
berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya
menjadi dirinya sendiri.

Ekspresi Kepribadian

Kepribadian seseorang itu diekspresikan ke dalam bebrapa karakterisitik yang saya anggap
terpenting untuk mengenali kepribadian adalah

a. Penampilan fisik
b. Temperamen
c. Kecerdasan
d. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai
e. Sikap sosial
f. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya
g. Cara-cara pembawaan diri
h. Kecenderungan patologis

Jenis kepribadian

Sekalipun kepribadian itu unik, yaitu berbeda pada tiap-tiap orang, ada sarjana-sarjana
yang tetap berusaha menggolong-golongkan kepribadian dalam beberapa jenis. Usaha ini
merupakan usaha yang sukar sekali, karena itu penggolongan yang mereka buat hanya dapat
didasarkan pada satu atau dua aspek dari keseluruhan kepribadian.

44
Penggolongan Menurut Kretschmer (1888-1964)

Kretschmer mendasarkan penggolongan pada ciri-ciri fisik dan berorientasi pada penyakit-
penyakit kejiwaan:

a. Jenis asthenis: bertumbuh kurus, jangkung, mempunyai temparamen yang mirip dengan
penderita skizofenia.
b. Jenis atletis: bertubuh tegap seperti olah ragawan, mempunyai tempramen yang mirip
dengan penderitaan epilepsi.
c. Jenis piknis: gemuk, pendek bertemperamen mirip dengan penderita manis-depresif.
d. Jenis dispiatis: yang tidak termasuk ketiga jenis lainnya.

Akhirnya dapat ditemukan adanya dimensi-dimensi kepribadian yang primer yang


disimpulkan oleh para psikolog dalam penelitiannya. Dimensi-dimensi primer (utama) itu
ialah:

1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat vs dingin, tidak kenyal.
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya vs bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak reflektif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih vs. Emosi mudah berubah, suka menghindar (evasif),
neurotik.
4. Dominan, menonjolkan diri vs. Suka mengalah, menyerah
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara vs. Mudah berkobar, tertekan, menyendiri,
sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati vs. Bebas terbuka, kaku, tak emosional.
7. Berbudaya, estetis vs. Kasar, tak berbudaya
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab vs. Emosional tergantung impulsif, tidak
bertanggung jawab.
9. Petualangan, bebas, baik hati vs. Hati-hati, pendiam, penarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat vs. Pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran vs. Tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya vs. Curiga, bermusuhan.

45
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KEUNGGULAN

1. Penjelasan dari setiap materi yang dibahas cukup jelas dan tersusun dengan rinci dan
berurutan.
2. Istilah-istilah asing sudah digaris miring agar si pembaca mudah melihat istilah
tersebut.
3. Sebagian istilah asing sudah di jelaskan lebih detail.
4. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
5. Tedapat soal-soal latihan untuk menguji pemahaman tentang materi yang telah
dipelajari.
6. Buku ini juga dirancang untuk buku pedoman mahasiswa dan buku untuk mata kuliah
bagian Psikologi maupun Perkembangan Peserta Didik.

3.2 KELEMAHAN

1. Masih ada beberapa istilah asing yang belum dijelaskan secara lebih detail.
2. Terdapat banyak subjudul setiap bab.

46
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dalam buku ini membahas tentang psikologi perkembangan yang mana terdiri dari 11
bab serta setiap babnya ditambah juga contohl. Didalam buku ini, setiap babnya menyediakan
sebuah deskripsi umum diawal bacaan yang menggambarkan apa pembahasan yang akan
dibahas pada bab tersebut sehingga pembaca dari awal dapat mengerti apa yang akan dibahas
dalam topik bab tersebut. Selain itu, di akhir buku terdapat latihan soal-soal untuk menguji
pemahaman tentang materi yang ada di buku ini.

Buku hasil dari karya dari Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Munawar Sholeh menjadi
salah satu referensi yang penting bagi kalangan mahasiswa perguruan tinggi dalam mengenal
dan mempelajari materi psikologi perkembangan. Buku ini disusun juga sebagai bahan kuliah
yang mudah dipahami serta memberikan contoh sederhana.

Setelah melakukan Critical Book Report terhadap buku ini, saya dapat menyimpulkan
bahwa buku ini layak dibaca, bagus dan sangat bermanfaat bagi semua orang khususnya para
Mahasiswa karena menambah pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi
perkembangan.

4.2 SARAN

Setelah melakukan Critical Book Report terhadap buku ini, menurut saya buku ini
bagus untuk memahami materi psikologi perkembangan, tetapi ada baiknya buku ini lebih
diperbanyak untuk memahami dan mengaplikasikan setiap teori yang ada didalam buku ini.

47

Anda mungkin juga menyukai