Lampiran Menhub Ke Men DKP - Buku Pelaut
Lampiran Menhub Ke Men DKP - Buku Pelaut
Kepada Yth.
di
JAKARTA
Dengan hormat,
1. Dalam rangka persiapan pelaksanaan FGD Diklat Pelaut Kapal Penangkap Ikan,
maka dianggap perlu untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
“perikanan” sehingga ketika berhadapan dengan tenaga ahli dari instansi lain,
asosiasi, serikat pekerja dan serikat buruh sektor perikanan, kita memiliki persepsi
yang sama dan keluar dengan 1 (satu) suara.
3. Uraian ringkas di bawah ini adalah gambaran secara garis besar tentang Buku
Pelaut dan penyijilannya.
4. Terlampir adalah audisi yang pernah dilakukan oleh Ka. Badan PSDM Kelautan dan
Perikanan (Kementerian KP) dengan saya (mewakili Menhub) yang menggambarkan
secara garis besar hampir semua persoalan pelaut kapal penangkap ikan dan
nelayan di Indonesia.
5. Adapun bahan lain terkait implementasi UU No. 45 Tahun 2009 tentang Revisi UU
No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan seperti kajian tentang “Wilayah dan
Masyarakat Pesisir”, budidaya perikanan, mutiara dan rumput laut tersedia dalam
format softcopy dan ada dalam desktop PC di ruang resepsionis Kepala.
Demikian disampaikan, dan atas perhatian serta kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Hormat saya,
1–3
Lampiran
Pemberian Buku Pelaut adalah untuk mencatat track record approved sea service dari
pelaut dan untuk penyijilan yang kelak akan melindungi pelaut dari masalah hubungan
industrial.
2. Kesimpulan Sementara
a. Angka kematian nelayan di Cilacap di atas angka kematian nelayan dunia
(rata-rata 80 jiwa / 100.000 nelayan / tahun);
b. Buku Pelaut hanya untuk pelaut. Jalan terpendek untuk menjadi pelaut
adalah mengikuti diklat BST (100 jam pel x 45 menit atau 75 jam x 60 menit
atau 10 hari);
c. BST merupakan pengetahuan dasar bagi pelaut untuk dapat menyelamatkan
dirinya sendiri dari musibah di laut dan bergaul di kapal, dan sama sekali
bukan untuk mempersulit pelaut atau nelayan.
2–3
3. Permasalahan
a. Pembiayaan
Sampai dengan Juli 2009 jumlah rumah tangga nelayan adalah 14 juta orang
dan dari populasi ini terdapat 68,4% tidak sekolah/tidak lulus sekolah dasar.
Dari sekitar 14 juta orang tersebut terdapat nelayan aktif sebanyak 2,512,820
orang (record 15 Desember 2008) dan mereka pada umumnya tidak sanggup
membayar biaya diklat BST.
b. Latar belakang pendidikan formal nakhoda pada kapal perikanan
C. REGULASI
BST untuk pelaut kapal niaga (unrestricted voyage and unlimited size of vessel)
harus sesuai dengan persyaratan Chapter VI and STCW Code Section A - VI/1.2
of the STCW, 1978 as amended in 1995.
Sekarang Badan Diklat Perhubungan sudah menerbitkan standar BST khusus untuk
kelompok nelayan yang sebagian buta huruf dan pelaut PELRA yang hanya bekerja
di kapal tradisional dan tidak pernah berlayar ke negara lain (3 hari). Hal ini sudah
dikonsultasikan dengan Sea Transport College Rotterdam (konsultan Quality
Standard System Kepelautan Indonesia).
A. PENGERTIAN ISTILAH
B. MAKSUD
Untuk melindungi pelaut ketika terjadi sengketa hubungan industrial (contract of
agreement dispute), karena yang bisa melindungi pelaut di pengadilan hubungan
industrial hanyalah PKLnya. Kesulitan terjadi pada kapal ikan dan KLM (PELRA)
yang menerapkan pola bagi hasil atau pola kekeluargaan yang tak terikat perjanjian
kerja tertulis.
3–3