Leave a comment
Arsitektur Post Modern adalah arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan
Technology, Internasional dan Lokal yang merupakan hasil perkembangan sumber daya
manusia terhadap arsitektur modern.
1. Tidak ada muatan yang kaya/luas, miskin akan makna, memiskinkan bahasa
arsitektur pada bentuk dan pada level konten/isi. Tidak mampu berkomunikasi efektif
dengan penggunanya.
2. Tidak memiliki memori, dan tidak memiliki hubungan yang efektif dengan
kota dan sejarah. Terlalu logis dan rasional. Kurang memperhatikan nilai-nilai
masyarakat, faktor lingkungan dan emosi manusia.Bertentangan dengan tradisi/anti
klasik. Menolak ornamen dan dekorasi.
No Postmodern Modern
1 Regionalism Internationalism
2 Fictional representation, figurative form/ Geometric abstraction
berpola
3 Buildinga s work of art Building in term of functional
4 Respect to multiplicity of meaning Anti methaphore and symbolic
language
5 Fiction as wel as function Function, no fiction
6 Respect to pliral references, eklektik a dominant style
7 Respect to memory and history Free from memory and history
8 Poetry Technological utopianism/menarik
9 Pro improvization and spontaneity/ Perfection
imperfectfullness)
10 Relativism/ respond to history, regional and Building as autonomous, universally
topogical condition valid geometric form
NO POSMODERN MODERN
A. IDEOLOGI
1 Muiltivalent Form Univalent Form
2 Hybrid Expression Straightforwardness
3 Shizoprenic Vulgar
4 Double coding No Style/ International style
5 Ambiguity of formal reading -
6 Popular and plirist Utopian and idealist
7 Tradision and choice Zeitgeist
8 Artist/client Artist as prophet/guru toeri baru
9 Elitist and participative elitist
B. METODE
1 Functional mixing Funstional separation
2 Contextual urbanism City in park
3 Mannerist and baroque Skin and bone
4 Skew space and extention Valume not mass
5 Abiguity Transparancy
6 Tend to asymetrical symetriy Asymetry and regularity
7 Collage/collision Harmonius integration
C. STYLE
1 Pro methaphor Anti methaphore
2 Pro ornament Anti
3 Pro symbolic Anti
4 Pro humor Anti
5 Pro historic memory Anti historical reference
6 Eclectic Purism
7 Pro representation Anti
8 Convetional and abstract form Abstract form
Arsitektur Post-Modern
Post-Modern adalah istilah untuk menyebut suatu masa atau zaman yang dipakai
berbagai disiplin untuk menguraikan bentuk budaya dari suatu titik pandang dan
yang berlawanan atau mengganti istilah modernisme. Karena salah satu bentuk
ungkapan bentuk fisik kebudayaan adalah seni, termasuk arsitektur, karena itu
Post-Modern lebih banyak digunakan di kebudayaan.
Sebelumnya dalam arsitektur, titik pandang ini tidak bisa digunakan namun
sejak tahun 1970-an istilah ini mulai digunakan untuk menyebut gaya Eklektik
yang memilih unsur-unsur lama dari berbagai periode, terutama unsur klasik,
yang dikombinasikan dengan bentuk-bentuk yang kelihatan aneh. Kemungkinan
besar Post-Modern berkembang oleh karena kejenuhan terhadap konsep
fungsionalisme yang terlalu mengacu kapada fungsi. Pemakaian elemen-elemen
geometris sederhana terlihat sebagai suatu bentuk yang tidak fungsional tetapi
lebih ditonjolkan sebagai unsur penambah keselarasan dalam komposisi ataupun
sebagai dekor.
Pada awal tahun 80-an, gaya Post-Modern juga lebih banyak dipakai untuk
menggambarkan suatu bentuk dasar dalam berbagai anggapan tentang
hubungan antara arsitektur dengan masyarakat. Yang dituntut adalah bahwa
suatu bentuk dan penampilan bangunan seharusnya merupakan hasil dari
beberapa pendekatan logis dari program, sifat bahan bangunan dan prosedur
konstruksi – hal mana sudah banyak diabaikan. Post-Modern menjadi reaksi dari
ilmu pengetahuan yang menjadi konsentrasi manusia pada budaya rasionalisme
yang berkembang di Barat baik di Eropa maupun di Amerika dalam abad terakhir
ini. Bentuk lain dari ungkapan konsep Post-Modern adalah sebagai oposisi dari
„gerakan modern‟. Secara tidak langsung, Post-Modern lebih kurang seperti
tujuan utama dari Avant Garde – suatu gerakan pelopor pembaharuan dan
kembali berintegrasi dengan idealisme zaman pra-modern. Post-Modern
merombak konsep modernisme yang berusaha memutus hubungan dengan
masa seni dan arsitektur klasik.
Sebenarnya kematian arsitektur modern, waktu yang rinci hingga angka menit itu hanyalah
sebuah dramatisasi dari Charles Jencks atau hanya menunjuk pada angka tahun dimana
gerakan akhir modern mengkristal menjadi sebuah gerakan yang tidak lagi kompensional.
Karena sebenarnya kehadiran dari arsitektur modern itu sendiri diawali dengan langkah-
langkah parsial dan komponensial dalam perubahannya (mulai dari kelompok pemikir
Perancis di pertengahan abad 18, lalu hadirnya Crystal Palace dan menara Eiffel, disusul oleh
Louis Sullivan dan Willian Morris), untuk pada akhirnya mengkristal menjdai gebrakan yang
solid (masa arsitektur Mulamodern).
Satu hal lagi yang menjadi salah satu kemungkinan bagi penyebab matinya arsitektur modern
adalah protes yang dilontarkan oleh masyarakat awam Eropa. Masyarakat awam Eropa
mengganggap bahwa sebuah pembangunan yang didahului dengan pembongkaran atau
penghancuran tidak perlu melibatkan campur tangan arsitek, sebarang orang awampun dapat
melakukannya. Arsitek kini ditantang untuk ‘membangun tanpa merusak.’ Tantangan
masyarakat Eropa ini pulalah yang ikut menyumbang bagi hadirnya gaya arsitektur
Purnamodern, yakni arsitektur yang mendamaikan yang baru dengan yang lama.
Memang tidak mudah untuk mengatakan bahwa Purnamodern dan Neomodern itu menandai
hari-hari akhir arsitektur modern. Dalam hal ini, beberapa pertimbangan haruslah disodorkan
agar penetapan itu dapat dipertanggungjawabkan. Kalau kita menengok kembali buku sejarah
yang ditulis oleh Sir Banister Fletcher, disana kita akan berhadapan dengan sebutan yang
juga berawal dengan ‘late’ seperti late-Roman dan late-Renaissance. Fletcher menggunakan
awalan ‘late’ itu untuk menunjukkan keadaan sebuah gaya arsitektur yang sudah menvapai
tahap akhir dari perjalanannya. Setelah tahap ‘late’ itu terjalani, muncullah gaya arsitektur
baru. Kalau kesejajaran dengan Banister Fletcher ini dipakai sebagai pertimbangannya, maka
tidaklah keliru untuk menangkap sebutan ‘late-modern’ sebagai tahap-tahap akhir dari
perjalanan arsitektur modern.
Di bagian awal penjelajahan kita terhadap perjalanan arsitektur modern, kita telah memaksa
diri untuk mengurus masa peralihan dari pra-modern, yakni arsitektur mula-modern. Di situ
kita menyaksikan berbagai alternatif yang disodorkan sebagai pengganti dan pengoreksi atas
arsitektur pramodern. Pergulatan untuk mengimbangi posisi arsitektur sebagai seni dengan
posisi arsitektur sebagai olah penalaran disajikan dalam dua alternatif pokok. Yang pertama
adalah alternatif pengkombinasian ornament/dekorasi dengan geometri (sebagaimana
disodorkan oleh Sullivan dan Art Nouveau), sedangkan yang kedua adalah pengolahan yang
artistic dan geometri (sebagaiman disampaikan oleh Konstruktivisme, Suprematisme dan De
Stijl).
Kedua alternatif itu, dalam batas pemahaman elementer olah rupa arsitektur, nampaknya tak
banyak berbeda dari apa yang dilaksanakan oleh Purnamodern (dalam kesetandingannya
dengan Art Nouveau dan Sullivan), serta dengan yang dilakukan oleh dekonstruksi (dalam
kesetandingannya dengan Konstruktivisme, Suprematisme dan De Stijl). Memang, bila dalam
masa mulamodern upaya olah rupa dilakukan dalam semangat untuk menyertakan pernalaran
arsitektur dalam arsitektur yang artistik, dalam masa akhirmodern semangatnya adalah untuk
menyertakan keartistikan dalam arsitektur yang terlalu berpihak pada nalar.
Kompleksitas, kontradiksi, hibrida dan berbagai ungkapan yang menunjuk pada keadaan
yang tidak lagi monolit, monistik ataupun uniform dengan mudah tergelincir ke dalam
keeklektikan. Para pengamat arsitektur dengan terang-terangan telah mengatakan bahwa
tahap perjalanan arsitektur semenjak 1970-an ini adalah tahapan eklektik dari arsitektur
modern. Jikalau dengan mencemooh eklektikisme di abad 18 dan 19 arsitektur lalu
menghadirkan arsitektur yang baru yaitu arsitektur modern, apakah tidak mungkin hal yang
sama berlangsung pula saat ini : kita tunggu hadirnya arsitektur yang baru karena kita
sekarang berada dalam keeklektikan arsitektur.
Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide,
gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tantang dan mengenai
Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa
postmodern itu berarti `sehabis modern’ (modern sudah usai); `setelah modern’ (modern
masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai
`kelanjutan modern’ (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan
penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).
Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat
dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya
arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo
Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sub-
langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka
masing-masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam
dekonstruksi.
Catatan: banyaknya pengertian maupun versi tentang postmodern ini memang telah membuat
sejumlah pihak mengalami kebingungan, khususnya untuk menentukan siapa dan manakah
yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai yang benar.
Arsitektur Post Modern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena Arsitektur
Post Modern merupakan:
Purna Modern
- Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan elemen-elemen kuno (dari Pra
Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi.
- Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut
diproses dengan bentuk dan ruang.
- Pada awalnya diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, dan diindonesiakan oleh
Josef Prijotomo menjadi Pascamodern. Jadi, Pascamodern dan Neomodern adalah sinonim.
- Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menojolkan Tektonika (The Art
of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang
mutakhir terutama teknologi.
- Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan
tampilan geometri.
- Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwi matra
(misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang
trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra)
- Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.
- Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen.
Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak.
b. Dekontruksi
- Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3-D bukan
dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.
- Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O’Gehry.
- Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan.
Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas
berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting dengan yang
modern itu.
Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu
arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.
PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau
identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa
mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian.
- Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam
(The Past),
- Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini (The
Present), sedangkan
2.Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi’ di sini bukanlah `aktivitas’, bukan pula `apa yang
dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur’ (keduanya diangkat sebagai pengertian
tentang `fungsi’ yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur posmo
yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan
melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk
yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir,
bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki
nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia
sebagai pribadi.
Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan
demikian, ‘FUNGSI bukan AKTIVITAS’
Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu :
- Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah fungsi-
fungsi metaforik (=simbolik) dan historikal.
- NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang
sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).
Didalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan
satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri,
sendiri-2, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak.
Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.
Ciri pokok dari bentuk adalah ‘ada dan nyata/terlihat/teraba’, sedangkan ruang mempunyai
ciri khas ‘ada dan tak-terlihat/tak-nyata’. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk
mewujudkannya.
Berdasarkan pokok pikiran ini, maka dalam arsitektur :
- Purna Modern bentuk menempati posisi yang lebih dominan daripada ruang,
- Neo Modern sebaliknya bertolak belakang , menempatkan ruang sebagai unsur yang
dominan, sedangkan dalam
- Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan
ruang memiliki kekuatan yang sama.
http://ffredo.wordpress.com/2010/08/25/arsitektur-post-modern/
Arsitektur Post-Modern
Latar Belakang
Arsitektur Post-Modern merupakan kelanjutan atau perkembangan dari arsitektur
modern. Pada dasarnya Arsitektur Post-Modern muncul akibat terjadinya kejenuhan
terhadap karya-karya arsitektur modern yang lebih menonjolkan fungsi dari pada estetika
pada suatu bangunan. Hal ini menunjukan bahwa dasar filosofi dan teori Arsitektur Modern
sudah tidak relevan aau sesuai dengan tuntutan zaman. Pada tahun 1960-1970 gerakan
Arsitektur Modern mulai memperlihatkan tanda-tanda berakhir. Berakhirnya era Arsitektur
Modern ini diawali dengan dihancurkannya Pruitt-Igoe Housing di kota St. Louis, Negara
bagian Missouri, Amerika Serikat, pada tanggal 15 Juli 1972 jam 15.32 (Jenks, 1984).
Pruitt-Igoe Housing
http://www.umsl.edu/~keelr/010/pruitt-igoe.htm
· Aspek penyatuan dengan lingkungan dan sejarah, juga menyesuaikan dengan situasi
sekitar
· Unsur-unsur yang dimasukkan tidak hanya berfungsi semata tetapi juga sebagai elemen
penghias
· Pemakaian elemen geometris, sederhana terlihat sebagai suatu bentuk yang tidak
fungsional, tetapi ditonjolkan sebagai unsur penambah keselarasan dalam komposisi
ataupun dekor.
· Warnanya cenderung menor dan erotik, yang didominasi bukan oleh warna dasar tetapi
oleh warna campuran yang banyak dipengaruhi pastel, kuning, merah dan biru ungu.
http://yuliearsi.blogspot.com/2009/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
Kesimpulan
Arsitektur Post-Modern merupakan sebuah jalan keluar bagi mereka yang merasa
jenuh terhadap Arsitektur Modern yang bersifat monoton. Dengan adanya Arsitektur Post-
Modern, diiharapkan akan terjadi perkembangan yang signifikan pada Arsitektur yang ada di
dunia.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur
http://alloy-architect.blogspot.com/2010/04/arsitektur-post-modern.html
http://jasaarsitek1.com/arsitektur-post-modern/
http://www.anneahira.com/arsitektur-postmodern.htm
http://astudioarchitect.com/2009/11/arsitektur-post-modern-wawancara-dengan.html
http://fariable.blogspot.com/2011/08/aliran-dalam-langgam-arsitektur-post.html
http://leoniassetica.blogspot.com/2010/01/arsitektur-post-modern.html
http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
Mungkin sekarang, gerakan arsitektur yang dikenal dan paling kontroversial
adalah Post-Modernism. Gerakan ini dimulai sekitar tahun 1960-an di Amerika.
Gerakan ini tidak mempunyai gaya atau teori umum tertentu. Mereka bergabung
hanya karena menentang internasional style. Salah satu arsitek terkenal pada saat
itu adalah Robert Venturi. Sebagian besar arsitek Post-Modern mengembalikan
gaya-gaya terdahulu (klasik), yang sempat diabaikan oleh arsitek-arsitek modern
awal, dengan menerapkan unsur tradisi gaya tersebut pada karya-karyanya.
Ketertarikan akan gaya-gaya dahulu didasari akan keinginan untuk memelihara /
menjaga gedung-gedung tua dan mengadaptasinya untuk dipergunakan sebagai
sesuatu yang baru atau dengan kata kata lain bangunan tua tersebut akan memiliki
fungsi baru. Sebagian besar karya arsitek Post-Modern adalah bangunan-bangunan
berukuran kecil seperti rumah dan toko.
http://sigitkusumawijaya.com/2008/12/02/sejarah-lahirnya-arsitektur-modern/