Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………..


B. Rumusan Masalah …………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………....

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Geomorfologi ……………………………………...


1. Menurut Verstappen (1982) ……………………………….
2. Menurut Sampurno (1980) ………………………………...
3. Menurut Karmono (1984) …………………………………
4. Menurut Suharyono dab Moch Amien (1994) ………….....
5. Menurut Surastopo Hadisumarno (1985) ………………….
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Geomorfologi ……………………
1. Tahap Sebelum Masehi – Awal Masehi ……………………
2. Tahap Abad ke-10 – Abad ke-11 …………………………...
3. Tahap Abad ke-14 – Abad ke-18 …………………………...
4. Tahap Abad ke-19 …………………………………………..
a. Powell …………………………………………………...
b. Gilbert …………………………………………………...
5. Tahap Abad ke-20 …………………………………………...
a. William Moris Davis (1938) …………………………….
b. Walter Panck (1940) …………………………………….
c. A.N. Strahler …………………………………………….
d. W.D. Thornbury …………………………………………
C. Hunungan Geomorfologi dengan Ilmu-ilmu Lain ………………
D. Objek Kajian Geomorfologi …………………………………….
E. Siklus Geomorfologi ……………………………………………
F. Klasifikasi Relief ………………………………………………..
1. Relief Orde I ………………………………………………...
2. Relief Orde II ………………………………………………..
a. Plateau dan Daratan ……………………………………..
b. Pegunungan ……………………………………………...
c. Daratan …………………………………………………..
3. Relief Orde III ……………………………………………….
G. Klasifikasi Bentuk Lahan ………………………………………..
1. Bentuk Lahan Asal Volkanik ………………………………..
2. Bentuk Lahan Asal Struktural ……………………………….
3. Bentuk Lahan Asal Proses Pelarutan ………………………...
4. Bentuk Lahan Asal Denudasional ……………………………
5. Bentuk Lahan Asal Fluvial …………………………………...
6. Bentuk Lahan Asal Marin …………………………………….
7. Bentuk Lahan Asal Glasial ……………………………………
8. Bentuk Lahan Asal Angin …………………………………….
9. Bentuk Lahan Asal Organik …………………………………..
H. Data Geomorfologi ………………………………………………..
1. Membawa dan Menafsirkan Peta Topografi …………………..
2. Membawa dan Menafsirkan Foto Udara dan Citra non Foto ….
3. Membawa dan Menafsirkan Peta Geologi ……………………..
4. Data Primer (Lapangan) ………………………………………..
I. Analisis Data Geomorfologi ………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Geomorfologi
1. Verstappen (1982)
Geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk lahan
(landform) yang membentuk permukaan bumi, di atas dan dibawah permukaan
laut dan menekankan pada cara terjadinya serta perkembangnya dalam konteks
keruangannya.
2. Sampurno (1980)
Geomorfologi adalah bagian ilmu yang mempelajari tata terjadinya, pemerian
dan klasifiasi dari relief bumi. Sedangkan yang diartikan dengan relief bumi
adalah bentuk ketidakaturan secara vertikal, baik dalam ukuran besar maupun
kecil dari permukaan litosfer.
3. Karmono (1984)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi artau
bentuklahan (landform), proses yang mempengaruhinya, genesa, serta
hubungannya dengan lingkungan dalam ruang dan waktu.
4. Suharyo dan Moch.Amien (1994)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumu sebagai
akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga asal luar bumi (hujan, angin,
penyinaran, pemanasan matahari, bentuuran benda ruang angkasa, serta aliran air
dan glester) yang menghasilkan proses yang mengakibatkan berubahnya bentuk
bentuk permukaan bumi.
5. Surastopo Hadisumarno (1985)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan (landform), yaitu
mengenai proses yang terjadi padanya, genesanya, serta kaitan demgan
lingkungannya.Bentuklahan dapat dibedakan antara yang berukuran besar
(pegunungan, gunung api, dataran) dan yang berukuran kecil(bukit, lembah, kipas
aluvial dan lain sebagainya).
B. Sejarah Perkembangan Geomorfologi
Ilmu geomorfologi pada hakikatnya suah dikenal dan dikembangkan mulai abad
sebelum masehi hingga sekarang. Berikut uraian perkembangan ilmu geomorfologi
dalam tahapan:
1. Tahap Sebelum Masehi - Awal Masehi
Pada saat itu yang berkembang adalah Yunani, dua ahli ilmu bumi waktu itu
adalah herodatus dan Seneca. Catatan mereka banyak mendeskripsikan tentag
gunung api, aliran sungai, cuaca, penyebaran batuan, dan sumber daya alam di
kawasan Yunani.
2. Tahap Abad ke-10 - Abad ke-11
Pada saat itu muncullah seorang ahli ilmu bumi yang terkanal Cordova
(Spanyol) yaitu Ibnu Shina. Dia mengemukakan teori tentang pembentukkan
gunung gunung, yaitu teori “Origin of Mountain”. Prinsipnya adalah menceritakan
perkembangan pegunungan, dimulai dari pembentukkan bukit-bukit sampai
evolusi bentang alamnya, termasuk juga dibahas proses proses eksogenik yang
bekerja.
3. Tahap Abad ke-14 -Abad ke-18
Pada abad ini muncul teori yang dikenal dengan “Uniformitarianisme”. Teori ini
pertamakali dikemukakan oleh James Hutton (1789), kemudian diperbaiki oleh
Playfair (1802), kemudian disempurnakan lagi oleh Lyell (1865). Teori itu
berbunyi “The Present is The Key to The Past”, maksud dari teori ini adalah
proses-proses yang kita saksikan hari ini adalah dapat kita jadikan kunci untuk
menginterpretasikan masa lalu.
4. Tahap Abad ke-19
Pada abad ini terjadi perkembangan pesat dalam bidang geomorfologi. Tokoh
yang terkenal pada masa itu antara lain:
a. Powell
Merupakan bapak perintis sekolah gomorfologi pertama kali.
b. Gilbert
Ahli geomorflogi yang sebenarnya yang pertama. Hukum hukum yang
terkenal dikemukakan olehnya adalah hukum Keseragaman Lereng. Hukum
ini pada dasarnya menyatakan bahwa proses kejadian alam akan mempunyai
tedensi yang sama sepanjang sejarah dan cenderung membentuk
keseimbangan yang dinamis.
5. Tahap Abad ke-20
Menyempurnakan dari para ahli yang terdahulu,maka pada abad ini muncul
beberapa pakar baru yang mengemukakan teori baru atau menyempurnakan teori
yang sudah ada. Pakar tersebut antara lain:
a. William Moris Davis (1938)
Tiga unsur utama pembentuk bentang alam:
1. Struktur ada dua macam, primer, yaitu strutur yang terbentuk bersamaan
dengan pembentukkan batuan (sygenetic). Sekunder, yaitu struktur yang
terbentuk setelah batuan itu ada, misalnya lipatan, patahan dan rekahan
(kekar).
2. Proses yang terjadi meliputi proses endogenik dan proses ekdogenik.
3. Waktu, merupakan waktu geologi yang bersifat absolut dan realtif.

Dari pendapat Davis inilah muncul konsep siklus/jentera geomorfologi


(Geomorphological cycle)

b. Walter Panck (1940)


Teori yang terkenal oleh Panck adalah Paralel retreat slope, teori ini
menerangkan bahwa kemudian pada proses evolusinya bentang alam tersebut
akan selalu menghasilkan lereng yang mundur tetapi dengan karakteristik
yang selalu sama dibandingkan dengan lereng semula. konsep ini bertentangan
dengan konsep davis.
c. A.N Starhler (1950)
Pakar ini merupakan perintis geomorfologi kuantitatif, utamanya pada sungai
dan pola penyaluran.
d. W.D.Thornbury (1958)
Pakar ini mengemukkan konsep yang menerangkan berbagai hal dalam
geomorfologi. Adapun konsepnya sebagai berikut:
1. The same physical processes and Lawa that operate today operated
throughtout geologic time although not necessarily always with the same
intensity as now.
(Proses-proses dan hukum hukum fisik yang sama yang bekerja sekarang
bekerjapula pada waktu geologi,walaupun tifak harus selalu dengan
intensitaas yang sama seperti sekarang).
Contoh: Proses erosi dan pengendapan di suatu tempat pada zaman Miosen
hingga jaman Recent terus saja berlangsung dan bekerja. Hanya saja
tempat tersebut pada zaman Miosen berupa sebuah morfologi yang tinggi
hingga saat itu yang bekerja dominan adalah proses erosinya dibandingkan
dengan sedimentasinya. Sedangkan zaman sekarang pada tempat yang
sama telah terjadi proses tektonik dimana tempat tersebut berubah menjadi
cekungan.
2. Geologic structure is a domiinant control factor in thr evolution of
landforms and is reflected in them.
(Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan di dalam
evolusi bentuk lahan dan stuktur grologi di cermikan oleh bentuk
lahannya)
3. Geomorphic processes theor distinctive imprint upon landforms,and each
geomorphic process develops its own characteristic assemblage of
landforms.
(Proses mgeomorfologi meninggalkan bekas bekasnya yang nyata bentuk
lahan dan setiap proses geomorfologi akan membangun suatu karakteristik
tertentu pada bentuk lahan)
Contoh: Suatu kawasan vulkanik, dimana proses vulkanisme adalah sangat
dominan bekerja, maka akan menunjukkan karakteristik penciri dari
kegiatan vulkanisme seperti adanya sisipan lava, adanya endapan endapan
laharik, sepanjang tebing, adanya danau volkan, adanya mata air panas dan
adanya kawah/kepundan.
4. As the different erosional agencies act upon the earth’s surface there is
produced a sequence of landforms havig distinctive characteristic the
successive stage at their development.
(Akibat perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi,maka
dihasilan suatu urutan bentuk lahan)
Contoh: Pada perkembangan sebuah sungai, sungai berstadia muda
dicirikan oleh kenampakkan yang relatif lurus dengan penampang
melintang berbentuk “V”. Sedangkan sungai tua dicirikan dengan
kenampakan sungai yang berkelok kelok,sudah terdapat banyak endapa
sungai, dan juga penampang melintang sungai berbentuk “U”. Hal ini
menunjukkan bahwa pada sungai muda kekuatan erosi vertikal lebih besar
dari erosi leteal. Begitupula sebaliknya.
5. Omplexity of geomorphic evolution is more common tan simplicity.
(Evolusi geomorfik yang komplek lebih umum dibanding dengan evolusi
geomorfik sederhana).
Umur bumi yang sudah tua, merupakan suatu keadaan logis dimana telah
banyak terjadi proses geomorfik (endogen, eksogen, dan ekstraterestrial).
Sehingga sekarang ini, dalam ilmu geomorfologi kita kenal berbagai
bentuk lahan atas dasar tingkat kompleksitas tenaga pembentuknya, yaitu:
a) Bentuk sederhana (simple forms)
b) Bentuk campuran (compound forms)
c) Bentuk akibat 1 daur erosi (mono cyclic forms)
d) Bentuk akibat daur erosi ganda (multi cyclic forms)
e) Bentuk akibat pemunculan kembali dari dahulu yang terkubur
(exhumed)
6. Little of the earth surface topography is older han tertiary and most of in
no longer than Pleistocece.
(Sebagian kecil topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari tersier dan
kebnayakan daripada nya tidak lebih dari jaman Pleistisen.
7. Proper interpretation of present day landscape is imposible without a full
appreciation of the manifold influences as geologic and climatic changes
during the Pleistocene.
(Interpretasi secara tepat bentang lahan sekarang tidak mungkin dapat
tanpa memperhatikan perubahan perubahan iklim dan geologi selama
Pleistisen)
Zaman Pleistosen adalah jaman yang dinamis terjadi beberapa peristiwa
global antara lain beberapa periode transgresi dan regresi laut yang
menyeluruh. Juga aktifnya gunung api di dunia. Peristiwa-peristiwa yang
merupakan penciri utama zaman Pleistosen berakibat secara global.
8. An appreciation of world climates is neccessary to a proper understanding
of varying importance of different geomorphic processes.
(Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar
berbagai kepentingan di dalam proses geomorfologi yang berbeda)
Dengan mengetahui perubahan-perubahan iklim dunia dan pengaruhnya,
maka kita dapat mempelajari proses geomorfik yanag bekerja (terutama
eksogenik) serta produk-produk yang dihasilkannya.
9. Geomorphology ,although concered primary with present day
landscapes,attains its maximum usefulness by historical extension.
(Walaupun geomorfologi menekankan terutama bentang lahan sekarang ,
namun untuk mempelajari nya secara maksimal perlu mempelajari sejarah
perkembangannya).
Dalam ilmu geomorfologi kita tidak hanya melihat kenampakkan muka
bumi pada saat sekarang, namun juga mempelajari keadaan masa lalu,
dengan melihat petunjuk alam yang ada dan dapat di interpretasikan secara
benar.

C. Hubungan Geomorfologi dengan Ilmu-ilmu Lain


Geomorfologi memiliki ilmu timbal balik dengan ilmu lain, yaitu:
D. Objek Kajian Geomorfologi

Geomorfologi berasal dari kata Yunani “ge” yang berarti bumi “mophe” berarti
bentuk dan “logos” berati uraian. Geomorfologi ialah ilmu yang mempelajari bentuk
muka bumi atau bentuk lahan, proses yang mempengaruhi genesa, serta hubungannya
dengan lingkungan dalam ruang dan waktu. Keempat objek geomorfologi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Studi mengenai bentuk lahan atau morfologi, mempelajari relief secara umum
yang meliputi aspek-aspek: (1) Morfologi yakni aspek yang bersifat pemerian
suatu daerah seperti teras sungai, tanggul alam, kias aluvial, plato, kerucut gunung
api (2) Morfometri, yakni aspek kuantitaif dari suatu daerah, seperti kemiringan
lereng, bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah sungai, kekasaran
medan, tingkat pengikisan dan pola aliran. Studi ini termasuk geomorfologi statik.
2. Studi geomorfologi yang menekankan pada proses yang mengakibatkan
perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek serta proses terjadinya bentuk lahan
yang disebut morfoganesa. Studi yang menekankan proses geomorfologi disebut
geomorfologi dinamik.
3. Geomorfologi yang menekankan pada evolusi pertumbuhan bentuk lahan atau
morfokronologi, menentukan dan proses yang mempengaruhnya dari segi umur
relatif dan umur mutlak. Studi yang menekankan evolusi pertumbuhan bentuk
lahan disebut geomorfologi genetik.
4. Studi geomorfologi lingkungan, mempelajari hubungan antara bentuk lahan dan
proses yang mempengaruhi bentuk lahan terhadap bentang lahan. Unsur bentang
lahan meliputi: batuan, vegetasi, dan penggunaan lahan. Dalam hal ini
geomorfologi dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan sedangkan faktor
manusia juga diperhatikan. Untuk mempelajari bidang ini digunakan aspek aspek
susunan bentuk yakni susunan keruangan serta hubungan berbagai bentuk lahan
dan proses yang bekerja satu dengan yang lainnya. Studi ini termasuk
geomorfologi lingkungan searah dengan pengertian dan konsep geografi mutakhir
maka bahan kajian geografi sebagai ilmu mencakup bidang yang cukup luas.
Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan yang dalam dua bagian yakni
mempelajari fenomena alami (geografi fisik) dan fenomena non fisik (geografi
manusia).
Subjek studi geomorfologi adalah bentuk lahan permukaan bumi secara
sistematik, hanya tidak mengenal konfigurasi permukaannya saja tetapi juga asal
mula terjadinya dan evolusi perkembagannya. Bentuk lahan sebagai subyek studi
geomorfologi perlu memperoleh formulasi yang sebaik-baiknya.

E. Siklus Geomorfologi
Siklus geomorfologi dimulai saat terjadinya proses endogenik, baik yang berupa
diatropisme maupun vulkanisme. Proses ini menyebabkan terjadinya pengankatan,
perlipatan, dan pematahan sekaligus yang sering diikuti dengan pembentukkan
gunung/pegunungan. Akibat dari proses tersebut, muka bumi terangkat menjadi
daratan. Sementara proses endogenik dianggap berhenti, maka proses yang
berlangsung adalah proses eksogenik. Proses antara lain adalah pelapukan, erosi,
transportasi, depsisi, dan gerakan massa. Proses ini berlangsung terus-menerus dalam
massa waktu geologi sehingga diperoleh kondisi bentang alam saat ini. Target akir
dari siklus geomorfologi adalah terbentuknya suatu bentang alam yang setimbang,
yakni suatu dataran (hampir rata). Selanjutnya proses-proses yang membentuk
bentang alam dikenal sebagai proses Geomorfik.

F. Klasifikasi Relief
Konsep dasar dari terjadinya dan perkembangan reief bumi dikemukakan mula-
mula oleh Davis, yang mengenalkan sruktur, proses dan tahapan dalam menjelaskan.
Struktur berkaitan dengan posisi dan tata letak batuan pada bumi. Proses terjadinya
dalam bentuk erosi oleh angin, aliran sungai, glasial, dan gelombang yang mengukir
permukaan bumi. Tahapan merupakan derajat atau besaran erosi yang terjadi pada
suatu kurun waktu di suatu daerah.
Relief muka bumi akan lebih dipahami jika seluruh air, es dan salju yang ada
dimuka bumi dibuang lebih dulu. Jika vegetasi yang menutupi daratan, maka terdapat
tiga kelompok besar atau orde, yaitu:
1. Orde Pertama: benua, paparan dan cekungan samudra
2. Orde Kedua: pegunugan, plato dan dataran
3. Orde Ketiga: perbukitan, lembah, gawir,”buttes”, ”mesa”
1. Relief Orde Pertama
Bila kita melihat bola bumi dalam skala yang kecil maka yang tampak
adalah relief permukaan bumi yang terdiri dari:
a) Relief yang ada diatas permukaan air laut (benua)
b) Relief yang ada dibawah perukaan air laut (ledok lautan)
Kedua relief tersebut disebut bentang relief orde I.
Termasuk kelima benua didalamnya, samudera-samudera besar. Paparan
merupakan bagian daei benua yang ditutupi laut, merupakan daerah dangkal
200 m dibawah muka laut. Batas antara benua dan cekungan samudera
umumnya miring tajam disebut lereng benua (continental slope), contohnya
antara lain Yucatan, Newfounland, Amerika Timur, Peru, Califonia, Jepang,
Asia Tenggara. Beberapan contoh paparan antara lain Paparan Sunda, Sahul.
Permukaan benua umumnya tak teratur, melebihi dasar samudra.
Diastrofisme,volkanisme dan erosi telah dan sedang mengubah bentuknya.
Puncak tertinggi benua ialah Gunung Everest (±8.880 m). Cekungan
Samudera merupakan bagian dari muka bumi. Kedalaman terbesar adalah
sekitar 11.000 m dibawah permukaan laut. Dibanyak tempat, pada batas antara
benua dan cekungan samudera terdapat palung (“troug”) yang dalam sekali
dan berbentuk memanjang relatif sempit. Beberapa palung antara lain: Palung
Filipina (11.000 m), Guam(10.500 m), Samoa (10.000 m), Jepang (9.000 m),
Atentian (8.000 m), Poerto Rico (9.500 m) dan Palung Jawa (7.000 m).

2. Relief Orde Kedua


Pada orde kedua bila pandangan diarahkan pada benua, maka dengan skala
yang lebih besar akan tampak:
a) Relief yang perbedaan tingginya tidak terlalu besar (dataran)
b) Relief yang perbedaan tingginya sangat besar (pegunungan)
Kedua relief ini dikenal dengan sebutan relief orde II.

1) Plateau dan Dataran (plain)

Merupakan daerah dengan struktur horizontal. Plateau berelief tinggi


dengan lembah-lembah terjal dan canyon. Dataran berelief rendah dengan
lembah dangkal. Banyak plato dan dataran yang terangkat atau bahkan
terpatahkan oleh sesar. Beberapa contoh plateau antara lain: plato
Alleghony (plato tibet) (500 m), Great Plaints (2.000 m), dan Plato of
Tiber (5.000 m), banyak plato terletak disebelah atau diantara pegunungan.
2) Pegunungan

Merupakan jajaran daerah tinggi yang panjang, relief sempit, dan


mempuyai puncak yang sempit pula. Pegunungan dapat dibagi menurut
tata letak geografi menjadi Cordillera, sayatan, ranges, chain, groups,
isolated, atau individual units. Beberapa contoh antara lain: Pegunungan
Sirkum Pasifik, Sirkum Mediteran, Cordillera dari Amerika Barat laut, dan
Columbia, Appalachian System, Atentian-Japan-Indonesia mountain
chain,volcanic individual mountain.
3) Dataran
Dataran umumnya rendah, terletak pada tepi-tepi benua (coastal plains)
dan banyak menjadi daerah yang dihuni dan berkembang. Jika terletak di
dalam benua disebut “interior plains”

3. Relief Orde Ketiga


Selanjutnya jika pandangan diarahkan pada kenampakkan yang lebih
mendalam yag mengukir permukaan dataran dan pegunungan, maka akan
tampak adanya persamaan di dalamnya. Persamaan tersebut adalah persamaan
proses yang dapat menghasilkan berbagai macam bentuk. Berbagai macam
bentuk ini bila dikelompokkan menjadi kesamaan sendiri-sendiri. Kesamaan
tersebut meliputi:
a) Kesamaan proses yang menghasilkan bentuk lahan seperti fluvial, proses
oleh gelombang dan arus laut, proses angin, proses oleh tanaga glasial, dan
proses pelarutan.
b) Kesamaan atas hasil kerja oleh proses-proses tersebut, seperti bentuk-
bentuk erosional, bentuk-bentuk deposional, dan bentuk-bentuk residual (sisa).
Relief yang lebih kecil inilah yang disebut relief orde III.
Relief orde III adalah bentuk erosional, deposisional, dan residual adalah
bentuk-bentuk yang terjadi karena perombakan oleh aktivitas proses yang
tenaganya berasal dari luar kerak bumi (eksternal) yang juga merupakan
bentuk lahan yang destruksional, terdiri dari bentuk yang relatif kecil seperti:
bukit-bukit, lembah-lembah, pegunungan, cekungan danau, gunung api, kipas
aluvial, dan sebagainya. Relief orde III ini lebih banyak dipelajari dengan
lebih detail, juga lebih banyak disinggung kegiatan manusia.

G. Klasifikasi Bentuk Lahan


Satuan geomorfologi pada dasarnya semua bentang relief orde II, sedangkan satuan
bentuklahan adalah bentang relief orde III. Secara sistematik satuan geomorfologi
dengan satuan bentuk lahan mempunyai perbedaan yang mencolok terutama dalam
dua hal, yaitu pertama bahwa satuan geomorfologi adalah kenampakkan relief
permukaan bumi orde II yang terdiri dari pegunungan dan dataran, sedangkan satuan
bentuk lahan adalah kenampakkan relief orde III yang dapat berwujud bentuk
erosional, deposisional, dan bantuk sisa (residual); Kedua, bahwa satuan
geomorfologi adalah bentukan pada permukaan bumi hasil dari proses eksogen
(epygen) yaitu proses proses yang tenaganya berasal dari atmosfer bumi.
Pada dasarnya, klasifikasi satuan geomorfologi maupun satuan bentuk lahan tidak
lain adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat di permukaan bumi
atas dasar karakterstik yang dimiliki oleh masing-masing golongan bentuk permukaan
bumi.
Dalam menyusun klasifikasi bentuk lahan Verstappen terutama mendasarkan pada
asal mula dari terbentuknya bentuk lahan. Dua kelas bantuk lahan yaitu bentuk-bentuk
vulkanik dan struktural mendasarkan pada pandangan geologis sedang tujuh kelas
bentuk lahan lain terutama ditekankan pada proses-proses yang mengakibatkan
terbentuknya bentuk lahan. Adapun klasifikasi bentuk lahan yang dimaksud yaitu:
1. Bentuk Lahan Asal Volkanik

Dibagi menjadi bentuk eksplosif dan efusif. Struktur volkanik yang besar biasanya
ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan erupsi yang efusif. Dalam hal ini akan
terbentuk gunung api kerucut (Starto Volcano). Erupsi yang besar mungkin akan
merusakkan dan dapat membentuk kaldera yang berukuran besar. Fluvio volkanic
terbentuk karena pada daerah yang volkan-volkannya aktif tertutup oleh salju dan es
dan daerah humid tropis yang curah hujan tinggi.

2. Bentuk Lahan Asal struktural


Berhubungan dengan pelapisan batuan sedimen yang berbeda ketahanannya
terhadap erosi. Plato struktural terbentuk pada suatu daerah yang berbatuan berlapis
horizontal, sedangkan cuesta dan pegunungan monoklinal bila terdapat di geologis
yang nyata. Batuan berlapis yang terlipat tercermin baik pada bentuk lahan.
Skistositas berpengaruh pada bentuk lahan di daerah berbatuan metamorfik sedangkan
patahan dan retakan mempunyai pengaruh pada perkembangan bentuk lahan.
3. Bentuk Lahan Asal Proses Pelarutan

Pelarutan terdapat pada batuan yang permeable dan mudah larut seperti batu kapur
(gamping). Bentuk topografi karst yang khusus dijumpai pada batu kapur murni
dengan sedikit material yang tidak larut. Porositas atau kapasitas penyerapan air dari
batu kapur dan tingkat retakan adalah faktor penting pada perkembangan bentuk karst.

4. Bentuk Lahan Asal Proses Denudasional


Terdapat di daerah luas yang berbatuan lunak dan daerah beriklim basah yang
bentuk strukturalnya tidak tahan lama. Perlu pembagian yang detail yang didasarkan
pada karakteristik morfometri (bukit, pegunungan), kemiringan lereng, dan kepadatan
pengaliran sungai (drainase).
5. Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial

Berhubungan dengan daerah penimbunan seperti lembah sungai besar, dataran


aluvial (kipas aluvial, teras sungai) dan delta sungai yang nyata. Pada sungai
bermeander ditemukan bentuk-bentuk tanggul alam, relief berawa, gumuk pasir
sungai dan sungai teranyam. Jika sungai mencapai laut atau danau, maka bentuknya
dipengaruhi oleh proses marin atau lakustrin.

6. Bentuk Lahan Asal Proses Marin


Perbedaan utama untuk kenampakan ini adalah pantai yang berbatu, tebing laut,
permukaan abrasi, dan pantai daratan rendah yang dijumpai bukit pantstai dan
“swale” atau pantai penghalang dan bar serta laguna. Pada zona yang berdelta, bentuk
marin berhubungan dengan bentuk fluvial.
7. Bentuk Lahan Asal Proses Glasial

Bentuk yang dapat dikenali adalah bentuk es, sedimentasi oleh es, dan pengelupasan
glasial.

8. Bentuk Lahan Asal Proses Angin


Kerja angina punya dua aspek yaitu erosive dan akumulatif. Akumulasi oleh angina
sangat dipengaruhi oleh ukuran butir materialnya dan akan terbentuk gumuk pasir jika
materialnya berlempung. Material berdebu membentuk Loes, plato yang luas. Bentuk-
bentuk “barchan”, parabola adalah tipe gumuk pasir yang berkembang disini.
9. Bentuk Lahan Asal Proses Organik

Karang koral adalah contoh dari bentuk ini. Terjadi karena pengaruh tektonik dan
gerakan muka air laut.

H. Data Geomorfologis
Ada 3 model pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan analisis
2) Pendekatan sintesis
3) Pendekatan parametris

Data yang didapatkan pada penelitian geomorfologis terdiri dari data aspek medan
dan aspek lahan, meliputi:
1. Relief, meliputi:
a) Morfologi (bentuk lereng, bentuk lembah, panjang lereng, kemiringan lereng)
b) Topografi (lereng, tinggi, hadap lereng)
c) Aspek lereng yang terkait (kepadatan aliran, pola aliran sungai)
2. Batuan, meliputi: batuan beku, sedimen, metamorf, piroklastik, fosil, lahar, lava.
3. Tanah, meliputi faktor: tekstur, struktur, solum tanah, unsur hara, drainase,
permukaan berkerikil.
4. Proses geomorfologi, meliputi: banjir, gerakan masssa batuan, pelarutan,
pelapukan erosi, air permukaan dan air tanah, vegetasi dan budi daya lahan.

Sumber datanya didapatkan dengan cara sebagai berikut:

1) Membawa dan Menafsirkan Peta Topografi


2) Membawa dan Menafisrkan Foto Udara dan Citra non-Foto
3) Membawa dan Menafsirkan Peta Geologi
4) Data Primer (Lapangan)

I. Analisis Data Geomorfologi


Peta geomorfologi adalah wahana untuk menuangkan data geomorfologis. Dari peta
ini baru dilakukan pemberian pada setiap satuan bentuk lahan. Suatu analisis
kuantitatif bisa dikerjakan dengan cara: menabelkan data geomorfologis, selanjutnya
klasifikasi, akan didapatkan bentuk lahan yang sederhana yang mendasarkan atas
persamaan sifat dari struktur atau batuan, kesan topografi dan proses geomorfologi.
Selanjutnya data geomorfologi pada setiap taahun bentuk lahan dipakai pada analisis
dan evaluasi sumber daya lahan dengan memakai SIG.
DAFTAR PUSTAKA

2015. Pengertian Geomorfologi Menurut Ahli. Diambil dari:


http://generalgeomorphology.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-geomorfologi-
menurut-ahli.html (16 Februari 2018)

2014. Landforms. Diambil dari:


http://lestoenglish.blogspot.co.id/2014/06/landforms.html (16 Februari 2018)

2011. Bentuklahan (Landform) Di Permukaan Bumi. Diambil dari:


http://anakgeograf.blogspot.co.id/2011/12/bentuklahan-landform-di-permukaan-
bumi.html (16 Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai