Gepmorfologi
Gepmorfologi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Geomorfologi
1. Verstappen (1982)
Geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk lahan
(landform) yang membentuk permukaan bumi, di atas dan dibawah permukaan
laut dan menekankan pada cara terjadinya serta perkembangnya dalam konteks
keruangannya.
2. Sampurno (1980)
Geomorfologi adalah bagian ilmu yang mempelajari tata terjadinya, pemerian
dan klasifiasi dari relief bumi. Sedangkan yang diartikan dengan relief bumi
adalah bentuk ketidakaturan secara vertikal, baik dalam ukuran besar maupun
kecil dari permukaan litosfer.
3. Karmono (1984)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi artau
bentuklahan (landform), proses yang mempengaruhinya, genesa, serta
hubungannya dengan lingkungan dalam ruang dan waktu.
4. Suharyo dan Moch.Amien (1994)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumu sebagai
akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga asal luar bumi (hujan, angin,
penyinaran, pemanasan matahari, bentuuran benda ruang angkasa, serta aliran air
dan glester) yang menghasilkan proses yang mengakibatkan berubahnya bentuk
bentuk permukaan bumi.
5. Surastopo Hadisumarno (1985)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan (landform), yaitu
mengenai proses yang terjadi padanya, genesanya, serta kaitan demgan
lingkungannya.Bentuklahan dapat dibedakan antara yang berukuran besar
(pegunungan, gunung api, dataran) dan yang berukuran kecil(bukit, lembah, kipas
aluvial dan lain sebagainya).
B. Sejarah Perkembangan Geomorfologi
Ilmu geomorfologi pada hakikatnya suah dikenal dan dikembangkan mulai abad
sebelum masehi hingga sekarang. Berikut uraian perkembangan ilmu geomorfologi
dalam tahapan:
1. Tahap Sebelum Masehi - Awal Masehi
Pada saat itu yang berkembang adalah Yunani, dua ahli ilmu bumi waktu itu
adalah herodatus dan Seneca. Catatan mereka banyak mendeskripsikan tentag
gunung api, aliran sungai, cuaca, penyebaran batuan, dan sumber daya alam di
kawasan Yunani.
2. Tahap Abad ke-10 - Abad ke-11
Pada saat itu muncullah seorang ahli ilmu bumi yang terkanal Cordova
(Spanyol) yaitu Ibnu Shina. Dia mengemukakan teori tentang pembentukkan
gunung gunung, yaitu teori “Origin of Mountain”. Prinsipnya adalah menceritakan
perkembangan pegunungan, dimulai dari pembentukkan bukit-bukit sampai
evolusi bentang alamnya, termasuk juga dibahas proses proses eksogenik yang
bekerja.
3. Tahap Abad ke-14 -Abad ke-18
Pada abad ini muncul teori yang dikenal dengan “Uniformitarianisme”. Teori ini
pertamakali dikemukakan oleh James Hutton (1789), kemudian diperbaiki oleh
Playfair (1802), kemudian disempurnakan lagi oleh Lyell (1865). Teori itu
berbunyi “The Present is The Key to The Past”, maksud dari teori ini adalah
proses-proses yang kita saksikan hari ini adalah dapat kita jadikan kunci untuk
menginterpretasikan masa lalu.
4. Tahap Abad ke-19
Pada abad ini terjadi perkembangan pesat dalam bidang geomorfologi. Tokoh
yang terkenal pada masa itu antara lain:
a. Powell
Merupakan bapak perintis sekolah gomorfologi pertama kali.
b. Gilbert
Ahli geomorflogi yang sebenarnya yang pertama. Hukum hukum yang
terkenal dikemukakan olehnya adalah hukum Keseragaman Lereng. Hukum
ini pada dasarnya menyatakan bahwa proses kejadian alam akan mempunyai
tedensi yang sama sepanjang sejarah dan cenderung membentuk
keseimbangan yang dinamis.
5. Tahap Abad ke-20
Menyempurnakan dari para ahli yang terdahulu,maka pada abad ini muncul
beberapa pakar baru yang mengemukakan teori baru atau menyempurnakan teori
yang sudah ada. Pakar tersebut antara lain:
a. William Moris Davis (1938)
Tiga unsur utama pembentuk bentang alam:
1. Struktur ada dua macam, primer, yaitu strutur yang terbentuk bersamaan
dengan pembentukkan batuan (sygenetic). Sekunder, yaitu struktur yang
terbentuk setelah batuan itu ada, misalnya lipatan, patahan dan rekahan
(kekar).
2. Proses yang terjadi meliputi proses endogenik dan proses ekdogenik.
3. Waktu, merupakan waktu geologi yang bersifat absolut dan realtif.
Geomorfologi berasal dari kata Yunani “ge” yang berarti bumi “mophe” berarti
bentuk dan “logos” berati uraian. Geomorfologi ialah ilmu yang mempelajari bentuk
muka bumi atau bentuk lahan, proses yang mempengaruhi genesa, serta hubungannya
dengan lingkungan dalam ruang dan waktu. Keempat objek geomorfologi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Studi mengenai bentuk lahan atau morfologi, mempelajari relief secara umum
yang meliputi aspek-aspek: (1) Morfologi yakni aspek yang bersifat pemerian
suatu daerah seperti teras sungai, tanggul alam, kias aluvial, plato, kerucut gunung
api (2) Morfometri, yakni aspek kuantitaif dari suatu daerah, seperti kemiringan
lereng, bentuk lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah sungai, kekasaran
medan, tingkat pengikisan dan pola aliran. Studi ini termasuk geomorfologi statik.
2. Studi geomorfologi yang menekankan pada proses yang mengakibatkan
perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek serta proses terjadinya bentuk lahan
yang disebut morfoganesa. Studi yang menekankan proses geomorfologi disebut
geomorfologi dinamik.
3. Geomorfologi yang menekankan pada evolusi pertumbuhan bentuk lahan atau
morfokronologi, menentukan dan proses yang mempengaruhnya dari segi umur
relatif dan umur mutlak. Studi yang menekankan evolusi pertumbuhan bentuk
lahan disebut geomorfologi genetik.
4. Studi geomorfologi lingkungan, mempelajari hubungan antara bentuk lahan dan
proses yang mempengaruhi bentuk lahan terhadap bentang lahan. Unsur bentang
lahan meliputi: batuan, vegetasi, dan penggunaan lahan. Dalam hal ini
geomorfologi dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan sedangkan faktor
manusia juga diperhatikan. Untuk mempelajari bidang ini digunakan aspek aspek
susunan bentuk yakni susunan keruangan serta hubungan berbagai bentuk lahan
dan proses yang bekerja satu dengan yang lainnya. Studi ini termasuk
geomorfologi lingkungan searah dengan pengertian dan konsep geografi mutakhir
maka bahan kajian geografi sebagai ilmu mencakup bidang yang cukup luas.
Namun, secara garis besar dapat dikelompokkan yang dalam dua bagian yakni
mempelajari fenomena alami (geografi fisik) dan fenomena non fisik (geografi
manusia).
Subjek studi geomorfologi adalah bentuk lahan permukaan bumi secara
sistematik, hanya tidak mengenal konfigurasi permukaannya saja tetapi juga asal
mula terjadinya dan evolusi perkembagannya. Bentuk lahan sebagai subyek studi
geomorfologi perlu memperoleh formulasi yang sebaik-baiknya.
E. Siklus Geomorfologi
Siklus geomorfologi dimulai saat terjadinya proses endogenik, baik yang berupa
diatropisme maupun vulkanisme. Proses ini menyebabkan terjadinya pengankatan,
perlipatan, dan pematahan sekaligus yang sering diikuti dengan pembentukkan
gunung/pegunungan. Akibat dari proses tersebut, muka bumi terangkat menjadi
daratan. Sementara proses endogenik dianggap berhenti, maka proses yang
berlangsung adalah proses eksogenik. Proses antara lain adalah pelapukan, erosi,
transportasi, depsisi, dan gerakan massa. Proses ini berlangsung terus-menerus dalam
massa waktu geologi sehingga diperoleh kondisi bentang alam saat ini. Target akir
dari siklus geomorfologi adalah terbentuknya suatu bentang alam yang setimbang,
yakni suatu dataran (hampir rata). Selanjutnya proses-proses yang membentuk
bentang alam dikenal sebagai proses Geomorfik.
F. Klasifikasi Relief
Konsep dasar dari terjadinya dan perkembangan reief bumi dikemukakan mula-
mula oleh Davis, yang mengenalkan sruktur, proses dan tahapan dalam menjelaskan.
Struktur berkaitan dengan posisi dan tata letak batuan pada bumi. Proses terjadinya
dalam bentuk erosi oleh angin, aliran sungai, glasial, dan gelombang yang mengukir
permukaan bumi. Tahapan merupakan derajat atau besaran erosi yang terjadi pada
suatu kurun waktu di suatu daerah.
Relief muka bumi akan lebih dipahami jika seluruh air, es dan salju yang ada
dimuka bumi dibuang lebih dulu. Jika vegetasi yang menutupi daratan, maka terdapat
tiga kelompok besar atau orde, yaitu:
1. Orde Pertama: benua, paparan dan cekungan samudra
2. Orde Kedua: pegunugan, plato dan dataran
3. Orde Ketiga: perbukitan, lembah, gawir,”buttes”, ”mesa”
1. Relief Orde Pertama
Bila kita melihat bola bumi dalam skala yang kecil maka yang tampak
adalah relief permukaan bumi yang terdiri dari:
a) Relief yang ada diatas permukaan air laut (benua)
b) Relief yang ada dibawah perukaan air laut (ledok lautan)
Kedua relief tersebut disebut bentang relief orde I.
Termasuk kelima benua didalamnya, samudera-samudera besar. Paparan
merupakan bagian daei benua yang ditutupi laut, merupakan daerah dangkal
200 m dibawah muka laut. Batas antara benua dan cekungan samudera
umumnya miring tajam disebut lereng benua (continental slope), contohnya
antara lain Yucatan, Newfounland, Amerika Timur, Peru, Califonia, Jepang,
Asia Tenggara. Beberapan contoh paparan antara lain Paparan Sunda, Sahul.
Permukaan benua umumnya tak teratur, melebihi dasar samudra.
Diastrofisme,volkanisme dan erosi telah dan sedang mengubah bentuknya.
Puncak tertinggi benua ialah Gunung Everest (±8.880 m). Cekungan
Samudera merupakan bagian dari muka bumi. Kedalaman terbesar adalah
sekitar 11.000 m dibawah permukaan laut. Dibanyak tempat, pada batas antara
benua dan cekungan samudera terdapat palung (“troug”) yang dalam sekali
dan berbentuk memanjang relatif sempit. Beberapa palung antara lain: Palung
Filipina (11.000 m), Guam(10.500 m), Samoa (10.000 m), Jepang (9.000 m),
Atentian (8.000 m), Poerto Rico (9.500 m) dan Palung Jawa (7.000 m).
Dibagi menjadi bentuk eksplosif dan efusif. Struktur volkanik yang besar biasanya
ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan erupsi yang efusif. Dalam hal ini akan
terbentuk gunung api kerucut (Starto Volcano). Erupsi yang besar mungkin akan
merusakkan dan dapat membentuk kaldera yang berukuran besar. Fluvio volkanic
terbentuk karena pada daerah yang volkan-volkannya aktif tertutup oleh salju dan es
dan daerah humid tropis yang curah hujan tinggi.
Pelarutan terdapat pada batuan yang permeable dan mudah larut seperti batu kapur
(gamping). Bentuk topografi karst yang khusus dijumpai pada batu kapur murni
dengan sedikit material yang tidak larut. Porositas atau kapasitas penyerapan air dari
batu kapur dan tingkat retakan adalah faktor penting pada perkembangan bentuk karst.
Bentuk yang dapat dikenali adalah bentuk es, sedimentasi oleh es, dan pengelupasan
glasial.
Karang koral adalah contoh dari bentuk ini. Terjadi karena pengaruh tektonik dan
gerakan muka air laut.
H. Data Geomorfologis
Ada 3 model pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan analisis
2) Pendekatan sintesis
3) Pendekatan parametris
Data yang didapatkan pada penelitian geomorfologis terdiri dari data aspek medan
dan aspek lahan, meliputi:
1. Relief, meliputi:
a) Morfologi (bentuk lereng, bentuk lembah, panjang lereng, kemiringan lereng)
b) Topografi (lereng, tinggi, hadap lereng)
c) Aspek lereng yang terkait (kepadatan aliran, pola aliran sungai)
2. Batuan, meliputi: batuan beku, sedimen, metamorf, piroklastik, fosil, lahar, lava.
3. Tanah, meliputi faktor: tekstur, struktur, solum tanah, unsur hara, drainase,
permukaan berkerikil.
4. Proses geomorfologi, meliputi: banjir, gerakan masssa batuan, pelarutan,
pelapukan erosi, air permukaan dan air tanah, vegetasi dan budi daya lahan.