Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Krisna Law Volume 1, Nomor 3, 2019, 1-6

PEMUTUSAN PERJANJIAN PEMBORONGAN BANGUNAN SECARA SEPIHAK


AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Nomor 190K/PDT/2015)

Farida Azzahra1, Retno Kus Setyowati2, Asmaniar3

1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana
2,3
Dosen Pembimbing I dan II Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana

ABSTRAK
Wanprestasi menjadi salah satu masalah dalam pelaksanaan perjanjian. Permasalahan
wanprestasi salah satunya terjadi pada perjanjian pemborongan antara PT. Cipta Maju
Property dan Hadi Ferdiansyah. PT. Cipta Maju Property selaku pihak bouwheer memutus
perjanjian secara sepihak dan menggugat Hadi Ferdiansyah selaku pihak pemborong.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pemutusan perjanjian secara sepihak yang dilakukan
oleh pihak bouwheer ini bahwasanya telah sah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan akibat dari wanprestasi yang harus ditanggung oleh pemborong adalah
pemutusan perjanjian disertai dengan ganti rugi. Pemutusan perjanjian pemborongan secara
sepihak juga menimbulkan konsekuensi hukum bagi pihak pemborong untuk meninggalkan
pekerjaan tersebut dan bersedia melakukan pengalihan pekerjaan pada pihak ketiga.

Kata Kunci: perjanjian, perjanjian pemborongan, wanprestasi.

ABSTRACT
The default is one of the problems in implementing the agreement. One of the default problems
occurred in the building contract agreement between PT. Cipta Maju Property and Hadi
Ferdiansyah. PT. Cipta Maju Property as bouwheer decided the agreement unilaterally and
sued Hadi Ferdiansyah as the contractor. Based on the analysis carried out, the unilateral
termination of the agreement carried out by bouwheer’s party that it has been valid and
in accordance with applicable regulations. Whereas the result of the default that must be
borne by the contractor is the termination of the agreement accompanied by compensation.
Unilateral termination of the building contract agreement also has legal consequences for
the contracting party to leave the job and is willing to transfer the work to a third party.

Keywords: agreement, building contract agreement, default.

PENDAHULUAN berbuat sesuatu, untuk menyerahkan sesuatu,


Latar Belakang dan untuk tidak berbuat sesuatu. Hubungan
hukum yang ditimbulkan dari adanya
Setiap hubungan hukum menimbulkan perjanjian tersebut dinamakan perikatan
hak dan kewajiban dari para pihak yang
terikat di dalamnya. Untuk mencapai Perikatan didefinisikan sebagai suatu
kesesuaian dalam hubungan tersebut, timbul hubungan hukum antara dua orang atau dua
suatu peristiwa di mana seseorang berjanji pihak, berdasarkan mana pihak yang satu
kepada orang lainnya untuk melakukan berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang
suatu hal, yang dalam hal ini berarti timbul lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
kewajiban dari salah satu pihak. Kewajiban memenuhi tuntutan itu.1 Adapun secara
tersebut dapat berupa kebebasan untuk 1. Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-21, (Jakarta:
Intermasa, 2005), hlm. 1.

Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum 1


Universitas Krisnadwipayana
PEMUTUSAN PERJANJIAN PEMBORONGAN BANGUNAN SECARA SEPIHAK AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Nomor 190K/PDT/2015)

yuridis pengertian perjanjian diatur dalam akan menuntut pembatalan perjanjian disertai
buku ketiga Kitab Undang-Undang Hukum penggantian biaya kerugian dan bunga.
Perdata (KUH Perdata) tentang perikatan. Adapun perihal pembatalan perjanjian yang
KUH Perdata mendefinisikan “Perjanjian bersifat timbal balik tersebut diatur dalam
sebagai suatu perbuatan dengan mana Pasal 1266 KUH Perdata.
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya Pasal 1611 KUH Perdata secara
terhadap satu orang lain atau lebih.”2 khusus menjelaskan bahwa bagi pihak
Salah satu asas dalam perjanjian adalah yang memberi tugas (bouwheer) dalam
asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan perjanjian pemborongan diberikan hak
berkontrak tersebut menyatakan bahwa untuk memutus kontrak di tengah jalan
setiap orang dapat mengadakan perikatan kendatipun hal tersebut tidak ditentukan
apa saja kecuali yang bertentangan dengan dalam perjanjiannya. Namun, untuk
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban itu pihak yang memborongkan harus
umum, dari asas kebebasan berkontrak memberikan penggantian kerugian terhadap
tersebut timbullah berbagai jenis perikatan pemborong, meliputi biaya yang telah
dari perjanjian yang hak dan kewajibannya dikeluarkan dan keuntungan yang hilang
telah disepakati kedua belah pihak. Salah dari pekerjaan tersebut. Dalam hal ini, Pasal
satu jenis perjanjian yang isinya berdasarkan 1611 KUH Perdata memberikan hak untuk
asas kebebasan berkontrak kedua belah dapat memutuskan kontrak secara sepihak
pihak adalah perjanjian pemborongan. hanya kepada pihak yang memborongkan
pekerjaan, dengan pertimbangan atau
Pada suatu perikatan, timbul suatu hal
dikarenakan pihak yang memborongkan
yang wajib dilakukan salah satu pihak di
akan mengalami masalah yang lebih besar,
dalamnya, hal tersebut dinamakan dengan
apabila suatu pekerjaan konstruksi menjadi
prestasi. Dalam perjanjian pemborongan,
terbengkalai.
terdapat salah satu pihak yang memborongkan
pekerjaan (bouwheer) dengan pihak lain Adapun dalam praktiknya, alasan-
yang berkewajiban memborong pekerjaan alasan pemutusan perjanjian secara sepihak
(pemborong/kontraktor), di mana pihak dalam perjanjian pemborongan seringkali
pertama menghendaki sesuatu hasil dilakukan dengan dasar adanya wanprestasi
pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, dari pihak pemborong, seperti penyelesaian
atas pembayaran suatu jumlah uang sebagai pekerjaan yang tidak sesuai dengan jangka
harga pemborongan.3 Apabila dalam suatu waktu, dan penyelesaian hasil bangunan
perjanjian salah satu pihak lalai atau ingkar tidak sesuai dari yang diperjanjikan.
dalam melaksanakan kewajibannya, hal itu Permasalahan pemutusan perjanjian
disebut dengan wanprestasi. pemborongan secara sepihak salah satunya
Dalam beberapa kasus, suatu perjanjian terjadi antara PT. Cipta Maju Property
dapat dibatalkan atau diputus secara sepihak sebagai pihak bouwheer dengan Hadi
apabila salah satu pihak tidak memenuhi Ferdiansyah sebagai pihak pemborong.
prestasinya, hal tersebut sesuai dengan Pemutusan perjanjian secara sepihak
ketentuan dalam Pasal 1267 KUH Perdata, tersebut disebabkan adanya wanprestasi
yang pada intinya mengatur bahwa pihak berupa keterlambatan penyelesaian
yang perikatannya tidak dipenuhi dapat pekerjaan oleh pihak pemborong. Adapun
memilih apakah akan memaksa pihak yang pemutusan perjanjian pemborongan secara
lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah sepihak tersebut diputus dalam putusan
perkara perdata Nomor 187/Pdt.G/2013/
2. Fitria Pratiwi dan Lis Sutinag (Ed), KUH Perdata & KUHA PN.JKT.BAR yang dalam amarnya hakim
Perdata, (Jakarta: Visimedia, 2015), Pasal 1313, hlm. 345.
3. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke-11, (Jakarta: Citra
mengabulkan pemutusan perjanjian secara
Aditya Bakti, 2014), hlm. 65. sepihak yang dilakukan oleh PT. Cipta Maju

2 Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum


Universitas Krisnadwipayana
Jurnal Krisna Law Volume 1, Nomor 3, 2019, 1-6

Property. Putusan tersebut juga diperkuat ada, data berupa buku-buku, tulisan
dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan atau artikel-artikel dalam koran maupun
Tinggi Jakarta Nomor 154/PDT/204/PT.DKI majalah serta peraturan-peraturan yang
dan putusan Majelis Hakim Mahkamah pada intinya berhubungan dengan
Agung Nomor 190K/PDT/2015. pemutusan perjanjian secara sepihak
dan wanprestasi, sebagai data sekunder
Berdasarkan uraian penjelasan di atas,
yang mencakup:5 a) Bahan hukum
maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
primer. Bahan hukum yang sifatnya
lanjut mengenai permasalahan pemutusan
mengikat berupa norma, atau kaidah
perjanjian pemborongan secara sepihak
dasar, peraturan dasar, peraturan
akibat wanprestasi yang akan dituangkan
perundang-undangan, dan dokumen-
dalam penelitian ini dengan judul “Pemutusan
dokumen tertulis lainnya yang berkaitan
Perjanjian Pemborongan Bangunan Secara
dengan penelitian ini; b) Bahan hukum
Sepihak Akibat Wanprestasi (Studi Kasus
sekunder. Bahan hukum yang sifatnya
Putusan Nomor 190K/PDT/2015)”.
menjelaskan bahan hukum primer, di
Rumusan Masalah mana bahan hukum sekunder berupa
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemutusan buku literatur, hasil karya penelitian,
perjanjian pemborongan bangunan laporan-laporan, artikel, hasil seminar,
secara sepihak yang dilakukan oleh atau pertemuan ilmiah lainnya yang
PT. Cipta Maju Property sebagai pihak relevan dengan penelitian ini; dan c)
bouwheer terhadap Hadi Ferdiansyah Bahan hukum tersier. Bahan hukum
sebagai pihak kontraktor ditinjau dari yang mencakup penjelasan terhadap
ketentuan hukum yang berlaku? bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus, diktat, jurnal
2. Bagaimana akibat hukum dari ilmiah, serta bahan-bahan yang relevan
wanprestasi pada perjanjian lainnya yang dapat dipergunakan untuk
pemborongan antara PT. Cipta Maju melengkapi data yang diperlukan dalam
Property dengan Hadi Ferdiansyah? penelitian ini.
Metode Penelitian 4. Metode analisis data. Metode analisis
1. Metode pendekatan. Penelitian dengan data yang digunakan dalam penelitian
metode pendekatan yang digunakan ini adalah metode kualitatif, yaitu
adalah metode yuridis normatif. pemaparan kembali berdasarkan data-
Yaitu berupa penelitian hukum yang data yang diperoleh dengan kalimat
dilakukan dengan cara meneliti bahan sistematis untuk memberikan gambaran
pustaka atau data sekunder belaka.4 yang jelas atas permasalahan dalam
penelitian ini yang hasilnya disajikan
2. Spesifikasi penelitian. Penelitian ini secara deskriptif analisis.
menggunakan deskriptif analisis, yaitu
metode yang menggambarkan atau
memaparkan suatu fakta atau kenyataan PEMBAHASAN
secara sistematis.
Pelaksanaan Pemutusan Perjanjian
3. Metode pengumpulan data dengan Pemborongan Secara Sepihak antara
kepustakaan (library research). PT. Cipta Maju Property dan Hadi
Pengumpulan data melalui metode ini Ferdiansyah
adalah dengan mengumpulkan data-data
melalui bahan-bahan kepustakaan yang Pada Perjanjian Pemborongan antara
PT. Cipta Maju Property dengan Hadi
4. Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo 5. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:
Persada, 2001). hlm. 13. UI Press, 1982), hlm. 52.

Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum 3


Universitas Krisnadwipayana
PEMUTUSAN PERJANJIAN PEMBORONGAN BANGUNAN SECARA SEPIHAK AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Nomor 190K/PDT/2015)

Ferdiansyah. PT. Cipta Maju Property Ketentuan lain dalam KUH Perdata
bertindak sebagai bouwheer dan Hadi yang juga mengatur mengenai kewenangan
Ferdiansyah bertindak sebagai pihak pemutusan perjanjian secara sepihak
pemborong, hal ini sebagaimana ditentukan diatur dalam Pasal 1611 KUH Perdata.
dalam Surat Perjanjian Pemborongan Pasal tersebut khusus mengatur mengenai
Pembangunan Perumahan (SPPPP) yang pemutusan perjanjian yang dilakukan pada
telah dibuat dan ditandatangani kedua perjanjian pemborongan. Pasal 1611 KUH
belah pihak pada tanggal 7 Maret 2012. Perdata menyatakan:
PT. Cipta Maju Property selaku pihak “Pemberi tugas, bila menghendakinya
bouwheer melakukan pemutusan perjanjian dapat memutuskan perjanjian
pemborongan secara sepihak pada tanggal pemborongan itu, walaupun pekerjaan
3 Oktober 2012 akibat wanprestasi itu telah dimulai, asal ia memberikan
yang dilakukan oleh pemborong berupa ganti rugi sepenuhnya kepada
keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang pemborong atas semua biaya yang telah
dilakukan. Hadi Ferdiasnyah selaku pihak dikeluarkannya untuk perjanjian itu dan
pemborong dalam hal ini tidak mampu atas hilangnya keuntungan.”
menyelesaikan pembangunan perumahan
tersebut sesuai dengan jangka waktu yang Adapun peraturan perundang-undangan
telah ditentukan. secara khusus juga telah mengatur mengenai
kewenangan pemutusan perjanjian secara
Secara hukum, pemutusan perjanjian sepihak, hal ini diatur dalam Pasal 35 ayat (2)
pemborongan bangunan secara sepihak yang Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
dilakukan oleh pihak bouwheer bahwasanya tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
telah sesuai dengan ketentuan Pasal 1267 Barang/Jasa Pemerintah, pasal tersebut yang
KUH Perdata, Pasal 1611 KUH Perdata, dan menyatakan: “Pemutusan kontrak dapat
Pasal 35 ayat (3) Keputusan Presiden Nomor dilakukan bilamana para pihak cedera janji
80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan
Barang dan Jasa Pemerintah. Ketentuan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di
Pasal 1267 KUH Perdata menyatakan: dalam kontrak.”
“Pihak yang terhadapnya perikatan Atas dasar ketentuan-ketentuan
tidak terpenuhi, dapat memilih; tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
memaksa pihak lain untuk memenuhi pemutusan perjanjian pemborongan secara
persetujuan, jika hal itu masih dapat sepihak yang dilakukan oleh PT. Cipta Maju
dilakukan, atau menuntut pembatalan Property telah sesuai dengan ketentuan
persetujuan, dengan penggantian biaya, peraturan perundang-undangan dan sah
kerugian, dan bunga.” menurut hukum.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat Akibat Hukum Wanprestasi pada
dikatakan bahwa KUH Perdata bahwasanya Perjanjian Pemborongan Bangunan
memberikan ketentuan kepada salah satu antara PT. Cipta Maju Property dengan
pihak yang perikatannya tidak terpenuhi Hadi Ferdiansyah
untuk menuntut pembatalan persetujuan
dengan penggantian biaya, kerugian, dan Berdasarkan ketentuan Pasal 1267 KUH
bunga terhadap pihak yang tidak memenuhi Perdata, terdapat beberapa hal yang dapat
perikatan. Ketentuan Pasal 1267 KUH dilakukan oleh pihak yang perikatannya
tidak dipenuhi oleh pihak lawannya, hal-hal
Perdata ini kerapkali dihubungkan dengan
tersebut adalah sebagai berikut:
ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata, yang
mengatur mengenai syarat batal dalam 1. Meminta pelaksanaan perjanjian,
pemutusan perjanjian. meskipun pelaksanaan atas prestasi
yang diperjanjikan sudah terlambat;

4 Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum


Universitas Krisnadwipayana
Jurnal Krisna Law Volume 1, Nomor 3, 2019, 1-6

2. Meminta penggantian kerugian, yakni Nomor 154/PDT/2014/PT.DKI.JKT dan


kerugian yang diderita olehnya akibat putusan Mahkamah Agung Republik
keterlambatan atau tidak terlaksananya Indonesia Nomor 190K/PDT/2015. Apabila
suatu prestasi atau dilaksanakan tetapi ditinjau dari segi hukum, putusan Majelis
tidak sebagaimana mestinya; Hakim Pengadilan Jakarta Barat yang
menyatakan bahwa pemutusan perjanjian
3. Menuntut pelaksanaan perjanjian pemborongan tersebut adalah sah dan
disertai dengan penggantian kerugian pemborong terbukti telah melakukan
akibat terlambatnya pelaksanaan wanprestasi adalah benar, hal ini didasarkan
perjanjian; dari ketentuan-ketentuan hukum yang
4. Melakukan pembatalan perjanjian; dan berlaku, seperti ketentuan pada Pasal 1267
KUH Perdata, Pasal 1611 KUH Perdata,
5. Melakukan pembatalan perjanjian dan Pasal 35 ayat (2) Keputusan Presiden
disertai dengan penggantian kerugian Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
akibat terlambatnya pelaksanaan Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah yang
perjanjian. memang secara jelas memberi kewenangan
Adapun hukuman atau akibat-akibat bagi salah satu pihak untuk melakukan
yang harus diterima oleh pihak pemborong pembatalan perjanjian apabila pihak
akibat kelalaiannya adalah sebagai berikut: lainnya tidak dapat memenuhi kewajiban
dan wanprestasi. Secara hukum, memang
1. Membayar Kerugian yang Diderita
benar bahwa pemborong telah terbukti
(Ganti Rugi); melakukan tindakan wanprestasi, sehingga
2. Pembatalan Perjanjian; pertimbangan hakim dalam mengacu dan
menerapkan ketiga pasal tersebut tidak
3. Peralihan Risiko; dan
salah. Akan tetapi, sebaiknya Majelis
4. Membayar Biaya Perkara. Hakim Pengadilan Jakarta Barat dapat lebih
Selain itu, akibat wanprestasi dalam memperhatikan aspek moril atau aspek
kemanusiaan di dalam menjatuhkan putusan
perjanjian pemborongan juga diatur dalam
kepada pemborong. Karena dalam hal ini
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000
Hakim memiliki kewenangan discretionair
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
untuk menentukan besar kecilnya kerugian
Dalam kasus ini, akibat wanprestasi yang
yang akan diderita pemborong akibat
harus diterima oleh Hadi Ferdiansyah adalah
pemutusan perjanjian disbanding dengan
pemutusan perjanjian secara sepihak oleh wanprestasi yang dilakukannya.
PT. Cipta Maju Property disertai dengan
penggantian ganti rugi. Majelis Hakim
Pengadilan Jakarta Barat dalam memberi PENUTUP
pertimbangan mengacu pada ketentuan
Kesimpulan
Pasal 1267 KUH Perdata. Sehingga,
dalam amar putusannya Majelis Hakim 1. Pemutusan perjanjian pemborongan
menyatakan bahwa pemutusan perjanjian bangunan secara sepihak yang
pemborongan yang dilakukan oleh PT. dilakukan oleh PT. Cipta Maju Property
Cipta Maju Property adalah sah menurut sebagai pihak bouwheer terhadap Hadi
hukum, dan Hadi Ferdiansyah selaku Ferdiansyah sebagai pemborong adalah
pihak pemborong terbukti telah melakukan sah dan telah sesuai dengan ketentuan
tindakan wanprestasi berupa keterlambatan perundang-undangan yang berlaku.
penyelesaian pekerjaan. Putusan Majelis Hakim Mahkamah
Agung menguatkan putusan Majelis
Putusan tersebut kemudian diperkuat Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat
dengan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta

Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum 5


Universitas Krisnadwipayana
PEMUTUSAN PERJANJIAN PEMBORONGAN BANGUNAN SECARA SEPIHAK AKIBAT WANPRESTASI
(Studi Kasus Putusan Nomor 190K/PDT/2015)

dan putusan Majelis Hakim Pengadilan melakukan wanprestasi makan


Tinggi yang mendasari putusan dengan akan mengakibatkan kerugian yang
ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata, fundamental terhadap pihak lainnya.
Pasal 1611 KUH Perdata, dan Pasal 35 2. Untuk mencegah terjadinya
ayat (2) Keputusan Presiden Nomor wanprestasi, diperlukan pengawasan
80 Tahun 2003, yang memberikan hak dari masing-masing pihak. Terutama
kepada setiap pihak untuk memutus pengawasan kepada pihak pemborong,
perjanjian secara sepihak apabila pihak karena lazimnya yang sering melakukan
lain melakukan cedera janji. Atas dasar wanprestasi adalah pihak pemborong.
ketentuan tersebut, maka pemutusan
perjanjian pemborongan secara sepihak
yang dilakukan oleh pihak bouwheer DAFTAR PUSTAKA
bahwasanya telah sesuai dengan
prosedur dan ketentuan dalam KUH Buku
Perdata serta peraturan jasa konstruksi Pratiwi, Fitria dan Lis Sutinag (Ed). KUH
yang berlaku. Perdata & KUHA Perdata. Jakarta:
2. Akibat hukum wanprestasi yang Visimedia. 2015.
dilakukan oleh pemborong adalah Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji.
pemutusan perjanjian secara sepihak Penelitian Hukum Normatif Suatu
disertai dengan ganti rugi. Hal ini juga Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
didasari pada ketentuan Pasal 1267 KUH Grafindo Persada. 2001.
Perdata yang memberikan hak kepada
__________. Pengantar Penelitian Hukum.
pihak yang perjanjiannya tidak dipenuhi
Jakarta: UI Press. 1982.
untuk dapat melakukan pemutusan
perjanjian disertai dengan ganti rugi. Subekti. Aneka Perjanjian. Cetakan ke-11.
Oleh sebab itu, pemborong harus Jakarta: Citra Aditya Bakti. 2014.
bersedia menerima konsekuensi akibat __________. Hukum Perjanjian. Cetakan
kelalaiannya dan membayar kerugian ke-21. Jakarta: Intermasa. 2005.
materill kepada pihak bouwheer
sejumlah Rp2.426.000.000,00 (dua Perundang-Undangan
miliar empat ratus dua puluh enam juta Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
rupiah). tentang Jasa Konstruksi (LN No. 11
Saran Tahun 2017, TLN No. 6018).
1. Diperlukan kesadaran bagi para pihak Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
yang terikat dalam suatu perjanjian 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
untuk melaksanakan hak dan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
kewajibannya sesuai dengan apa yang Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
telah ditentukan. Perbuatan wanprestasi 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
harus dihindari oleh setiap pihak Konstruksi.
karena perbuatan tersebut akhirnya
menimbulkan kerugian bagi pihak
lainnya dan pihak yang melakukan
wanprestasi itu sendiri. Dalam
perjanjian pemborongan pembangunan,
para pihak seharusnya konsisten dalam
melaksanakan kewajibannya karena
perjanjian ini merupakan perjanjian
besar, yang apabila salah satu pihaknya

6 Jurnal Krisna Law diterbitkan oleh Fakultas Hukum


Universitas Krisnadwipayana

Anda mungkin juga menyukai