Anda di halaman 1dari 2

Secara molecular thalasemia dibedakan atas thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis

dibedakan atas thalasemia mayor dan minor.

Kemungkinan ini menimbulkan spektrum klinis yang luas, dan derajat keparahannya bergantung
pada jumlah gen α-globin yang mengalami delesi. Hilangnya satu gen α-globin menyebabkan
keadaan silent carrier. Kehilangan keempat gen α-globin disebut hydrops fetalis dan merupakan
bentuk thalassemia yang terparah. Hydrops fetalis menyebabkan bayi lahir meninggal (stillborn)
atau meninggal segera setelah dilahirkan karena darah sama sekali tidak mampu menyalurkan
oksigen. Hilangnya tiga gen α-globin akan menyebabkan kelebihan rantai β-globin yang akan
membentuk tetramer β4 dan γ4 yang relatif stabil. Tetramer ini tidak terlalu merusak membran
dibanding rantai α-globin yang bebas. Hal ini menyebabkan anemia hemolitik dan eritropoiesis
inefektif cenderung lebih ringan pada thalassemia α daripada thalassemia β.

Mutasi empat gen (talasemia α mayor).

Hilangnya keempat gen menekan sintesis rantai α secara keseluruhan dan karena rantai α
esensial pada hemoglobin janin dan dewasa, keadaan ini menyebabkan kematian dalam rahim
(hidrops fetalis).

Mutasi tiga gen (penyakit Hb H). Delesi tiga gen α menyebabkan anemia mikrositik hipokromik
dengan tingkat keparahan sedang berat (hemoglobin 7-11 g/dL). Keadaan ini dikenal sebagai
penyakit Hb H karena hemoglobin H (β4) dapat dideteksi dalam eritrosit pasien-pasien ini
dengan elektroforesis atau preparat retikulosit. Pada kehidupan janin, ditemui Hb Barts (γ4).

Mutasi dua gen. Pembawa sifat (trait) talasemia α disertai dengan anemia mikrositik ringan
menyerupai defisiensi besi tetapi dengan kapasitas peningkatan besi yang normal dan kadar
besi serum yang meningkat/normal.

Mutasi satu gen (silent carrier). Pembawa sifat (trait) talasemia α yang secara klinis tidak
tampak gejala, tanpa adanya mikrositosis atau anemia.

Bentuk talasemia α non-delesi akibat mutasi titik yang menyebabkan disfungsi gen atau mutasi
yang menyebabkan terminasi translasi, menghasilkan suatu rantai yang lebih panjang tetapi
tidak stabil.

Karakteristik dari patologi thalassemia minor adalah anemia mikrositik hipokromik dengan
jumlah eritrosit yang sedikit meningkat dan konsentrasi hemoglobin yang normal.

Terdapat dua faktor yang berperan dalam patogenesis anemia pada


thalassemia β. Berkurangnya sintesis β-globin menyebabkan pembentukan HbA
kurang memadai sehingga MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration)
per sel berkurang, dan sel tampak hipokromik. Kelebihan relatif rantai α-globin
yang sintesisnya normal juga harus diperhatikan karena dapat membentuk
komponen hemolitik. Rantai α yang tidak berpasangan dapat membentuk
agregat tak larut yang mengendap di eritrosit. Badan sel ini menyebabkan
eritrosit menjadi rentan terhadap fagositosis. Akibatnya terjadi kerentanan
eritrosit matur terhadap destruksi prematur dan kerusakan eritroblas di dalam
sumsum tulang karena badan inklusi yang merusak membran. Destruksi
eritrosit intramedula (eritropoiesis inefektif) juga menimbulkan efek negatif
lainnya, yaitu peningkatan penyerapan zat besi dalam makanan sehingga para
pasien kelebihan beban zat besi.

Jenis talasemia β dibagi menjadi:

a) Talasemia β mayor (Cooley’s Anemia). Kedua gen mengalami etika


sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala
muncul pada bayi etika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
b) Talasemia intermedia. Kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Derajat anemia tergantung
derajat mutasi gen yang terjadi.
c) Talasemia β minor (trait). Penderita memiliki satu gen normal dan satu
gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia mikrositik
ringan.

Anda mungkin juga menyukai