Anda di halaman 1dari 8

MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 34, Nomor 1, Februari 2019

p 97 - 104
P- ISSN 0854-3461, E-ISSN 2541-0407

Produksi Kerajinan Sarana Upacara Dan Gaya Hidup Religius


Masyarakat Gianyar

Ni Kadek Karuni1, I Wayan Suardana2, I Made Suparta3


1.2.3
Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia

kadekkaruni@ymail.com

Masyarakat Bali adalah masyarakat religius, tiada hari tanpa aktivitas keagamaan. Di bawah kungkungan glo-
balisasi dengan kebebasan yang sangat terbuka tidak bisa menggoyahkan sikap religius masyarakat, bahkan
justru menjadi semakin melekat kuat di hati masyarakat. Kuatnya nilai-nilai religius dengan beranekaragam
kegiatan adat dan agama menyebabkan rasa ritual menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Gianyar den-
gan segala aktivitasnya. Untuk mendukung aktivitas tersebut, tentunya membutuhkan berbagai bentuk dan
jenis produk sarana upacara dengan segala fungsinya. Meningkatnya kebutuhan akan sarana upacara untuk
mendukung ritual menggugah para perajin mengembangkan kreativitas menciptakan karya baru yang lebih
artistik dan menarik. Produksi seni kerajinan sarana upacara akhirnya mengalami dinamika yang cukup pesat
dengan menawarkan model dan fungsi yang bervariatif. Tujuan penulisan ini untuk mendalami dinamika
produksi seni kerajinan sarana upacara dalam mendukung gaya hidup religius masyarakat Gianyar. Mengacu
pada metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif analitik melalui pendekatan perubahan sosial. den-
gan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
orientasi kehidupan religius masyarakat masih sangat kental yang terimplementasi pada meningkatnya aktivi-
tas upacara adat dan agama. Ritual menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat untuk menunjukan jati diri dan
kedudukan sosial yang lebih tinggi, didukung dengan penggunaan sarana upacara yang mewah dan elegan.
Selain untuk mempersembahkan yang terbaik dan terindah pada Yang Maha Kuasa, sarana upacara menjadi
standar kehidupan sosial masyarakat sebagai seorang yang berbudaya dan beriman. Hal ini berdampak pada
dinamika produksi kerajinan sarana upacara semakin meningkat dan dapat menambah ekonomi perajin. Tu-
lisan ini dapat dijadikan sumber referensi berkaitan dengan dinamika produksi seni kerajinan sarana upacara
dengan keanekaragaman bentuk dan fungsinya.

Kata kunci: gaya hidup, religius, dan sarana upacara

The Production Of Ceremonial Crafts And The Lifestyle Of Religious Communities In Gianyar

Balinese is a religious community, known as no day without religious activity. In globalization era in which it
is surrounded with freedom, it cannot affect religious attitude of Balinese; in addition, it even become stronger
in their hearts. The strength of religious values with various traditional and religious activities make rituals
become a part of lifestyle with all their activities in Gianyar. To support these activities, of course, it requires
various forms and types of products, especially ceremonial equipment with all its functions. Craft production
of ceremonial equipment is increasing by offering a variety of models and functions. The increasing needs for
ceremonial equipment in supporting the ritual influence craftsmen to develop their creativity to create new
products that were more unique, artistic, and interesting. In addition, the objective of the present research
was to deeply learn dynamic production of craft ceremonial equipment in supporting the lifestyle of religious
communities in Gianyar. The research used a qualitative method with analytic descriptive analysis through a
social change approach. Data collection was through observation, interviews, and documentation. The results
showed that the orientation of the religious life of the community was still very strong which was implemented
in the increasingly lively activities of traditional and religious ceremonies. Rituals became a part of people’s
lifestyles in order to show a higher identity and social position in which it was supported by the use of luxu-
rious and elegant ceremonial equipment. In addition, in order to offer the best and most beautiful offerings to
the God, the ceremonial means became the standard of social life of the community as a cultured and religious
person. This had an impact on the dynamics of the production of Balinese ceremonial equipment in which
it might increase the economy of artisans. This research was expected to be used as reference related to the
dynamics of the art production of ceremonial equipment with a variety of forms and functions.

Keywords: lifestyle, religious, and ceremony equipment

Proses Review : 7 - 25 Januari 2019, Dinyatakan Lolos: 29 Januari 2019


97
Ni Kadek Karuni (Produksi Kerajinan Sarana Upacara...) Volume 34, Nomor 1, Februari 2019

PENDAHULUAN penampilan yang eksotik, larut dan bercampur den-


gan suasana kusuk dan khidmat. Bersolek menjadi
Belakangan ini animo masyarakat untuk melak- bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas up-
sanakan upacara sangat tinggi untuk mempersembah- acara dengan keyakinan untuk menghadap Hyang
kan segala sesuatu sebagai rasa syukur atas rahmat Kuasa. Sebuah pemikiran yang tidak salah, ngayah
yang telah diberkahi Hyang Maha Kuasa. Besar ke- harus dilakukan dengan jiwa yang tulus iklas dengan
cilnya persembahan tidak menjadi ukuran, semuanya penampilan yang sopan dan rapi. Permasalahann-
tergantung pada makna dan fungsi upacara tersebut. ya adalah semua dilakukan secara berlebihan yang
Suatu hal yang menjadi landasan persembahan pada pada intinya hanya untuk menunjukan diri seseorang
intinya dilaksanakan berdasarkan pada keyakinan memiliki stratifikasi kehidupan sosial yang mapan.
rasa tulus iklas, tanpa pamerih, sesuai dengan sastra
agama, serta tidak menyimpang dengan norma-nor- Gaya hidup religius tidak sebatas pada penampilan
ma yang ada. diri secara fisik, tetapi juga harus didukung oleh
penggunaan sarana upacara yang unik dan artistik.
Meningkatnya aktivitas upacara tidak dibarengi Penggunaan sarana upacara yang eklusif merupakan
dengan pemahaman nilai dan makna upacara secara bagian yang tak terpisahkan. Percaya diri seseorang
mendalam, sehingga banyak pelaksanaan upacara ti- akan lebih mantap apabila membawa sarana upacara
dak sesuai dengan tujuan dan maknanya. Masyarakat yang mewah dan elegan untuk sembahyang ke Pura.
tertalu mementingkan bentuk upacara, tetapi mereka Tuntutan untuk mendukung penampilan dalam akti-
tidak memahami inti sarinya, sehingga upacara han- vitas upacara, kebutuhan sarana upacara yang artistik
ya sebagai aktivitas tradisi yang harus dilaksanakan. semakin meningkat dan menjadi peluang bagi perajin
untuk mengembangkan kreativitasnya dalam men-
Kurangnya pemahaman masyarakat pada tujuan ciptakan bentuk sarana upacara yang semakin varia-
dan fungsi upacara, bermuara pada pelaksanaan up- tif. Produksi kerajinan sarana upacara mengalami di-
acara memiliki fungsi tambahan yaitu tidak semata namika yang semakin meningkat dan berkembang di
sebagai persembahan yang tulus iklas, tetapi bermo- beberapa wilayah di Bali dengan menawarkan keane-
tivasi lain untuk menunjukan stratifikasi sosial pada karagaman bentuk dan fungsi. Di berbagai wilayah di
masyarakat. Banyak masyarakat memanfaatkan up- Bali bermunculan sentra-sentra seni kerajinan sarana
acara untuk menunjukan status sosial dengan melak- upacara dengan menggunakan berbagai material sep-
sanakan upacara besar dan mewah, penampilan erti kayu, bambu, rotan, daun lontar, fiberglass, baik
menjadi bagaian yang paling utama. Sarana upacara dalam bentuk ukiran, bubutan, anyaman, kolase, dan
yang dapat dibuat secara sederhana, dikembangkan cetakan. Dari fenomena yang dipaparkan di atas,
dengan tampilan yang sangat besar dan eksklusif dan ada beberapa permasalahan yang perlu dibahas da-
pada akhirnya menghabiskan biaya yang cukup besar lam penelitian ini yaitu; 1. Bagaimana dinamika pro-
Kebiasaan ini menjadi semakin membudaya di ten- duksi sarana upacara dalam mendukung gaya hidup
gah masyarakat dan bila tidak mengikuti, merasa religius masyarakat Bali? 2. Bagaimana peranan sa-
ketakutan apabila upacara yang dilaksanakan dinilai rana upacara dalam mendukung gaya hidup religius
kurang baik terutama yang berhubungan dengan masyarakat Bali?. Penelitian ini dilakukan dengan
penampilan. Pelaksanaan upacara menjadi sangat tujuan agar dapat mengetahui gaya hidup masyarakat
sensitif selalu menjadi pembicaraan baik atau bu- Bali dalam melakukan aktivitas upacara adat dan ag-
ruknya pelaksanaan upacara tersebut. ama, serta mengetahui secara mendalam pengaruh
gaya hidup religius dalam meningkatkan produkti-
Aktivitas upacara tidak semata menjadi ajang untuk vitas seni kerajinan sarana upacara yang ada di Bali.
menunjukan status sosial masyarakat, tetapi juga Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dimanfaatkan sebagai ajang berpenampilan secara informasi pada masyarakat dan pemerintah bahwa
personal oleh masyarakat pendukungnya. Ketika seni kerajinan sarana upacara perlu tetap dikembang-
upacara dilaksanakan, masyarakat akan berpenampi- kan dengan berbagai kreasi dalam usaha mendukung
lan yang menarik dengan pakaian dan tata rias yang gaya hidup religius masyarakat. Hasil penelitian ini
ekslusif. Pelaksanaan upacara menjadi ajang mo- akan sangat bermanfaat bagi kalangan akademik seni
dis, terutama oleh kaum perempuan dengan segala rupa khususnya seni kriya sebagai sumber studi pem-
penampilan yang menawan. belajaran, selain dalam penciptaan karya, juga dalam
proses pemasaran pada era global yang sangat kom-
Belakangan ini, aktivitas religius dijadikan ajang petitif.
kontestasi sosial dan gaya hidup oleh masyarakat
pendukungnya. Aktivitas upacara menjadi ajang KAJIAN SUMBER
penampilan di balik kewajiban untuk melakukan
persembahan. Suasana religius terbungkus oleh Seni kriya dan kerajinan Indonesia memiliki tiga mod-

98
Volume 34, Nomor 1, Februari 2019 MUDRA Jurnal Seni Budaya

al dasar yaitu, potensi bahan baku yang melimpah, (Subawa, 2012: 54).
tenaga kerja yang terampil, dan potensi budaya yang
unik dan beragam, sehingga dapat menghasilkan Prilaku sangat menonjol belakangan ini penampilan
produk yang khas. Dalam usaha mendapatkan jarin- yang berlebihan bagi perempuan Bali dalam melaku-
gan pasar yang luas, produk perlu dirancang sesuai kan aktivitas adat dan agama. Perempuan Bali se-
dengan gejala dinamika yang terjadi di masyarakat. lalu kreatif untuk menampilkan diri dengan pakaian
Produk harus dibuat sesuai dengan target segmen kebaya yang lengkap (Soethama, 2011: 231). Hal
konsumen yang dituju. Untuk itu pemahaman serta ini merupakan prilaku perempuan Bali dan menjadi
pengertian yang dalam pada aspirasi serta kebutuhan gaya hidup religius telah masuk pada semua lapisan
masyarakat menjadi suatu keharusan. Diperlukan di- masyarakat Bali.
sain produk yang tepat dari berbagai segi, baik rupa,
fungsi, teknik, maupun bahan yang digunakan (Anas, Acara adat dan agama menjadi peluang menonjol-
1999: 5). Demikian juga halnya dengan situasi mas- kan daya pikat kewanitaan (Soethama, 2011: 232).
yarakat Bali saat ini yang banyak membutuhkan ker- Dibalik konsentrasi ngayah, mereka selalu ingin
ajinan sarana upacara dengan berbagai bentuk dan menonjolkan diri dengan penampilan yang eksotis.
fungsi merupakan peluang yang sangat terbuka bagi Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh modernisasi
perajin untuk meningkatkan kreativitasnya dalam us- yang semakin menawarkan nilai-nilai baru, baik da-
aha mendukung gaya hidup masyarakat yang sema- lam produk maupun tingkah laku. Didukung dengan
kin konsumtip. berbagai produk baru, terutama kain kebaya dengan
menawarkan model dan gaya yang bervariatif pelu-
Gaya hidup adalah salah satu mekanisme perbe- ang yang sangat terbuka untuk pengembangan mode,
daan sosial yang melalui masyarakat dibedakan atas sehingga lahirlah berbagai gaya busana yang seksi
kelompok-kelompok gaya hidup yang masing-mas- dan menarik.
ing membangun identitas kelompoknya dalam rang-
ka membedakan dengan identitas kelompok lainya Perkembangan trend mode memang tidak bisa dice-
(Piliang, 2011: 247). Dewasa ini masyarakat Bali gah, Hal ini merupakan gaya hidup religius mas-
memiliki antusiaisme untuk menunjukan identitas yarakat Bali, menampilkan sikap yang berlebihan
gaya hidup yang banyak dikaitkan dengan kehidupan dan tidak pada tempatnya, sehingga nilai religius
sosial masyarakat dengan segala aktifitasnya. menjadi hambar dan tidak suci.

Terdapat beberapa kecendrungan gaya hidup lain Gaya hidup religius tidak saja berhubungan dengan
yang hidup di masyarakat yang arahnya justru berse- penampilan secara fisik, tetapi juga penggunaan
berangan dengan ideologi konsumerisme, dengan sarana lainnya yang dianggap sangat menentukan
munculnya kelompok kepercayaan keagamaan se- stratafikasi kehidupan sosial. Pergi ke Pura dengan
bagai landasan kehidupan sosial. Mereka mengatur penampilan yang serba “wah”, serta sarana upacara
sistem objek dan sistem simbolnya sendirisesuai yang dihaturkan dan digunakan dari produk impor.
dengan kepercayaan yang dianutnya (Piliang, 2011: Suatu hal yang wajar, tetapi untuk hal yang ber-
252). Kondisi ini sesuai dengan apa yang terjadi di hubungan dengan ritual-spiritual, kemegahan dan
Bali, yang mana aktivitas religius menjadi gaya hid- kemewahan akan sangat nista apabila tidak dibarengi
up baru masyarakat dan menyebar luas ke seluruh dengan kesucian dan ketulusan hati (Widana, 2012:
daerah di Bali. Yang sangat menarik adalah aktivitas 241).
tradisi dalam kemasannya selalu dikombinasi den-
gan gaya hidup modern yang lebih eksotik dan ele- Sarana upacara menjadi bagian pencitraan mas-
gan. Kombinasi gaya hidup modern dalam aktivitas yarakat sebagai seorang yang berbudaya dan reli-
tradisi, menjadikan penampilan lebih menonjol dari gius. Dalam dunia kehidupan kontemporer dan era
makna religius. Tradisi terbungkus oleh penampilan reformasi dewasa ini, pencitraan dalam pembentu-
kulit luar yang serba tergarap dengan serius dan sem- kan gaya hidup sangat penting dalam menciptakan
purna. perkembangan dunia citra itu sendiri ke arah bentuk,
teknik dan penampilan yang semakin kompleks (Pil-
Dalam usaha untuk mendukung gaya hidup religius, iang, 2011: 317).
masyarakat mulai mengabaikan konsep dan tatanan
sastra-sastra agama dalam melaksanakan upacara, se- Kebutuhan sarana upacara yang semakin meningkat
hingga menimbulkan kerancuan dan penapsiran ber- menjadi peluang yang sangat terbuka bagi perajin un-
beda. Pemahaman kerangka dasar agama yang ku- tuk berkreasi lebih inovatif dalam berkarya. Perajin
rang, menyebabkan sering terjadinya penyimpangan sangat jeli untuk menciptakan sesuatu yang berbeda
dalam setiap upacara terutama dalam penampilan diri dan sesuai dengan selera masyarakat. Dalam situa-
yang terkesan berlebihan dan tidak pada tempatnya si seperti ini, ternyata seni kerajinan secara dinamik

99
Ni Kadek Karuni (Produksi Kerajinan Sarana Upacara...) Volume 34, Nomor 1, Februari 2019

segera dapat dikembangkan sesuai dengan minat kon- sangat terbuka bagi para perajin untuk meningkat-
sumen, terbukti dengan berkembangnya objek-objek kan produksi dan memasarkan pada masyarakat
kerajinan tertentu yang dipandang memiliki peluang konsumen. Produksi seni kerajinan sarana upacara
pasar yang menguntungkan. Kerajinan kayu, bambu, semakin mengalami dinamika yang sangat pesat dan
rotan, kulit, segera menarik minat investor (pribumi berkembang di berbagai wilayah dengan munculnya
maupun asing) untuk menanamkan modalnya bagi sentra-sentra kerajinan rumah tangga, maupun usaha
pengembangan industri kecil dan kerajinan tangan kerajinan yang lebih besar. Penjualan seni kerajinan
(Gustami, 1991, 8). sarana upacara semakin bertebaran, di sepanjang jalan
utama banyak toko penjual berbagai bentuk dan jenis
METODE PENELITIAN seni kerajinan sarana upacara yang bervariatif. Di
pasar-pasar tradisional dan supermarket juga sudah
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu mulai muncul lapak-lapak yang menjual berbagai ke-
pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen. butuhan upacara. Pemasaran sarana upacara juga su-
Metode ini digunakan karena lebih mudah berhada- dah muali terbuka dengan munculnya para pengepul
pan dengan kenyataan, menyajikan secara langsung yang menjajagkan produk kerajinan di tempat umum
hubungan antara peneliti dan responden, lebih peka seperti di sengol, atau tempat keramaian lainnya den-
dan lebih dapat menyesuaikan diri pola-pola nilai gan membawa mobil terbuka. Dengan adanya media
yang dihadapi (Moleong, 2013: 10). Teknik Peng- sosial yang makin terbuka, banyak juga pemasaran
umpulan data penelitian secara maksimal ditempuh sarana upacara yang dilakukan dengan online.
melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan-
dokumentasi. Analisis data meliputi berbagai taha- Perajin sangat jeli melihat selera masyarakat yang se-
pan: Pertama identifikasi data, mengumpulkan data makin berkembang, oleh sebab itu bentuk dan jenis
verbal dan data visual, baik yang diperoleh melalui seni kerajinan diciptakan sangat bervariasi dengan
studi pustaka, observasi, maupun wawancara. Kedua menawarkan berbagai kelebihan, baik model, fungsi,
klasifikasi data yaitu memilih atau mengelompokkan penampilan, dan kemasan. Keunggulan-keunggulan
data yang telah teridentifikasi sesuai dengan jenis produk yang lebih artistik dan praktis digarap dengan
dan sifat data. Ketiga seleksi data yaitu menyisihkan cermat, untuk menarik para konsumen untuk mem-
data-data yang tidak relevan dan kurang berkontri- belinya. Penampilan yang menarik dan fungsi yang
busi terhadap kebutuhan dalam pembahasan pokok. praktis menjadi incaran konsumen untuk memudah-
Tahap keempat melakukanan analisis sesuai dengan kan dalam penataan sesajen. Dulang atau wanci untuk
teori yang telah ditetapkan, dengan menggunakan sesajen gebogan telah banyak menawarkan bentuk
analisis kualitatif analitik. yang menarik dan fungsi praktis. Sebelumnya pena-
taan sesajen harus menggunakan lidi, tetapi sekarang
Teori yang sangat tepat untuk membahas masalah ini sudah menggunakan alas lepas yang teklah dikemas
adalah teori perubahan sosial. Wilbert Moore dalam dengan rapi. Dengan adanya alas ini, pemasangan-
Gunawan (2014) menjelaskan bahwa perubahan so- nya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, rapi, dan
sial sebagai perubahan penting dari struktur sosial sehat karena segala sarana banten tidak perlu ditusuk
yaitu pola-pola dan interaksi sosial yang menyangkut lagi dan hanya ditumpuk dengan teratur.
norma, nilai dan gejala kultural. Soemandjan dalam
Gunawan (2014) menjelaskan bahwa perubahan so- Teknologi berperan sangat besar pada perkembangan
sial pada dasarnya sangat sulit dipisahkan dengan pe- kerajinan sarana upacara, terutama berkaitan dengan
rubahan kultural atau budaya. Munculnya gaya hidup penggunaan bahan dan teknis pengerjaan. Muncul-
religius masyarakat Bali tidak terlepas dari peruba- nya teknik reproduksi dalam penciptaan karya seni
han budaya dan pola-pola prilaku kehidupan mas- menyebabkan semua karya seni yang sifatnya massal
yarakat yang dipengaruhi oleh modernisasi secara dapat diciptakan dengan dengan mudah dan cepat.
kontinyu dan terus-menerus yang melanda budaya Selama ini bahan yang digunakan dari kayu dan harus
tradisi dan beralkuturasi melahirkan sebuah budaya dikerjakan secara manual, sekarang telah dapat dire-
baru yang menyatu dan harmoni. Kehidupan sosial produksi dengan menggunakan bahan feber glass.
masyarakat akan selalu mengalami perubahan seiring
dengan perubahan pola pikir dan tingkah laku mas- Keunggulan dari penggunaan material ini, selain mu-
yarakat pendukungnya. dah dikerjakan, juga memiliki bobot yang sangat rin-
gan dan sangat awet karena tidak bisa dimakan rayap.
PEMBAHASAN Ukiran ornamen juga dapat dimunculkan sangat me-
nonjol dan rumit sesuai dengan contoh model yang
Dewasa ini Seni kerajinan sarana upacara memiliki digunakan.
peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di
tengah masyarakat. Hal ini menjadi peluang yang Pesatnya perkembangan seni kerajinan sarana upaca-

100
Volume 34, Nomor 1, Februari 2019 MUDRA Jurnal Seni Budaya

Gambar 1. Produksi seni kerajinan sarana upacara Gambar 2. Wacana mengajegkan Bali di setiap
dengan teknik cetak fiber glass dan ukir kayu lini kehidupan masyarakat Bali
(Sumber: Dokumen penulis, 2018) (Sumber: Dokumen penulis, 2018)

ra tidak terlepas dari perhatian yang sangat besar mas- aktif untuk melakukan persembahyangan ke berb-
yarakat Bali dalam usaha mendukung wacana “Ajeg agai Pura yang tersebar luas di seluruh pulau Bali
Bali” yaitu mempertahankan dan menjunjung tinggi (Rekreasi religius). Rekreasi religius seakan sudah
budaya Bali yang unik dan adiluhung. Ajeg Bali ada- menjadi kebutuhan masyarakat yaitu mencari hibu-
lah ajegnya pengamalan ajaran agama Hindu di Bali, ran dengan kegiatan rohani.
atau kebudayaan Bali dan keindahan alamnya, tidak
ada artinya bila tidak dijiwai oleh agama Hindu, oleh Dinamika gaya hidup masyarakat Bali dilandasi oleh
karena itu pengamalan ajaran agama Hindu merupa- perubahan sosial masyarakat yang tidak terlepas
kan hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan dari pengaruh modernisasi terutama perkembangan
ajeg Bali yang lestari (Titib, 2004: 1).36).Bali yang pariwisata yang sangat pesat. Masyarakat Bali ada-
Ajeg bukan berarti mengajegan Bali yang mandeg, lah masyarakat yang selektif dan sangat lihai dalam
statis, dan stagnan, mengajegkan Bali yang rapuh dan mengkolaborasi antara pengaruh modern dengan bu-
lapuk, Bali yang mandul dan kolot, tetapi Bali yang daya tradisi yang kuat, menjadi sebuah tradisi baru
Ajeg adalah Bali yang holistik, demokratis, yang yang berkembang di masyarakat. Masyarakat Bali
utuh, aman, bersatu, adil makmur dan sejahtera, serta yang sufel, fleksibel dan terbuka sangat cepat be-
sehat lahir dan bhatin, sesuai dengan tujuan agama radapdasi dengan budaya baru dan mengkemasnya
Hindu: “Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma” menjadi budaya baru dan menyatu dengan budaya
yang perwujudannya merupakan hasil karya bersama lama yang ada di masyarakat. Diperlukan sikap men-
(Kerepun, 2004: 47) .Ajeg Bali adalah Bali (Seka- tal yang kuat dalam menghadapi globalisasi, sehing-
la-Niskala) yang didukung oleh orang Bali dengan ga sikap moral dan prilaku masih terjaga dengan baik
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta (Sanjaya, 2002: 14).
dilandasi oleh nilai-nilai dalam agama Hindu, artinya
Bali yang ajeg adalah Bali yang berkembang sejalan Gaya hidup religius seakan sudah menjadi tradisi
dengan kemajuan IPTEKS dan kemajuan pola pikir masyarakat Bali yang harus diikuti agar tidak diang-
orang Bali serta dilandasi oleh nilai-nilai agama Hin- gap ketinggalan jaman. Hal ini tidak semata pada
du. Dalam upaya memelihara keajegan Bali patutlah penampilan sebuah upacara dengan segala perleng-
pelaku ajeg Bali melandasi diri dengan Tri Semaya kapannya, tetapi juga penampilan diri seseorang
yaitu: Atita (masa Lalu), Wartamana (masa sekarang, dalam mengikuti upacara tersebut, terutama yang
dan Nagata (masa yang akan datang) (Adiputra, berhubungan dengan kaum wanita. Untuk melaku-
2005: 185). Masyarakat dan kebudayaan Bali ada- kan persembahyangan mereka harus berpenampilan
lah masyarakat dan budaya Hinduistis. Agama Hin- modis, dengan pakaian yang seksi dan menarik den-
du menjadi fondasi, akar, dan jiwa dari kebudayaan gan polesan rias wajah yang menor. Gaya hidup re-
masyarakat Bali. Membicarakan ajeg Bali, juga ses- ligius ini banyak didorong oleh kehidupan ekonomi
ungguhnya membicarakan “Ajeg Hindu”. Sepanjang masyarakat yang semakin meningkat. Masyarakat
agama Hindu masih ajeg di Bali, masih mempunyai menyadari bahwa apa yang telah didapat merupakan
pengaruh dominan, maka kebudayaan Bali akan tetap kemurahan Yang Maha Kuasa,oleh sebab itu sebagai
ajeg. Sebaliknya, kalau agama Hindu tidak dominan, umat beragama wajib untuk mengadakan persemba-
maka keajegan masyarakat dan budaya Bali akan ada han sesuai dengan kemampuan, sehingga keseimban-
dalam tanda tanya besar (Pitana, 2004: 44). gan jasmani dan rohani akan dapat tercapai.

Dalam usaha untuk mengamalkan ajeg Bali dalam Tuntutan kebutuhan spiritual menjadi gaya hidup
kehidupannya sehari-hari, masyarakat melakukan masyarakat yang diaktualisasikan dengan tindakan
berbagai aktivitas adat dan tradisi yang unik dan yang terkadang berlebihan, sehingga nilai spiritual
original, yang pada akhirnya memunculkan gaya sangat kecil dan pada akhirnya menonjolkan materi-
hidup religius yaitu tiada hari tanpa kegiatan ritual. alistis. Spiritual hanya sebagai balutan untuk menun-
Animo masyarakat untuk melaksanakan ritual sema- jukan material yang berlebihan pada orang lain den-
kin meningkat, dan secara individu masyarakat mulai gan pamer kekayaan dan kemewahan. Penampilan

101
Ni Kadek Karuni (Produksi Kerajinan Sarana Upacara...) Volume 34, Nomor 1, Februari 2019

Gambar 3. Masyarakat selalu berusaha untuk menggu- Gambar 4.Ornamen memberi nilai kemewahan Pada
nakan sarana upacara yang terbaru, terindah dan memiliki produk sarana upacara.
identitas Bali. (Sumber: Dokumentasi penulis, 2018) (Sumber: Dokumentasi penulis, 2018)

menjadi utama dan segalanya dalam setiap melak- Munculnya gaya hidup religius pada masyarakat,
sanakan perhelatan upacara dengan mengesamping- pada sisi lain memberi peluang ekonomi pada mas-
kan inti sarinya. Menjadi sebuah fenomena baru, yarakat lainnya, terutama yang mengerjakan berbagai
spiritual menjadi gaya hidup yang lebih menekankan sarana pendukungnya seperti penjual kebaya, perajin
seremonial dan bukan pada penghayatan isi dan nilai sarana upacara, dan pedagang buah dan kue yang
yang terkandung di dalamnya. ada di pasar. Gaya hidup religius masyarakat mem-
beri pengaruh yang sangat besar pada perajin untuk
Kurangnya pemahaman masyarakat pada nilai-nilai menyediakan berbagai kebutuhan upacara, baik yang
ritual menyebabkan gaya hidup religius merambah berhubungan dengan sarana upacara itu sendiri mau-
pada semua lapisan masyarakat dan menjadi tradisi pun berbagai perabotan sebagai tempat sesajen.
baru yang terus berkembang seiring waktu yang terus
berjalan. Masyarakat seakan berlomba untuk menun- Gaya hidup religius memerlukan berbagai bentuk
jukan diri sebagai orang yang aktif dan produktif da- dan jenis sarana upacara yang unik dan artistik. Mas-
lam menjalanjan gaya hidup religius. Setiap perhela- yarakat akan selalu menggunakan sarana upacara
tan upacara dilaksanakan dengan sungguh-sungguh yang indah dan menarik sebagai sebuah persemba-
terutama yang berhubungan dengan nilai profannya. han yang suci dan murni. Masyarakat akan merasa
Masyarakat juga sangat aktif untuk mengadakan sempurna di hadapan Tuhan apabila telah mem-
persembahyangan ke berbagai pura yang berada di persembahkan yang terbaik dan terindah pada Yang
seluruh Bali dengan melakukan rekreasi religius. Ge- Maha Kuasa, oleh sebab itu masyarakat selalu be-
jala ini perlu diapresiasi dengan baik sebagai sebuah rusaha untuk mendapatkan sarana upacara yang ter-
prilaku bhakti yang sangat suci dan mulia. Persoalan- baru, terindah dan memiliki identitas Bali. Selain
nya adalah aktivitas ini dilaksanakan tidak dilandasi untuk persembahan, pemanfaatan berbagai sarana
oleh niat yang murni, tetapi terkadang termotivasi upacara juga digunakan dalam usaha melestarikan
oleh tujuan lain, serta tidak jarang karena didorong budaya Bali yang adiluhung agar tidak tergerus oleh
oleh ajakan orang lain dan bukan muncul dari hati pengaruh globalisasi yang semakin bebas. Mencintai
sanubarinya. produk kerajinan lokal merupakan bagian untuk ikut
melestarikan budaya Bali yang adiluhung agar tetap
Banyak masyarakat melaksanakan upacara besar dan ajeg dan kokoh
mewah dengan mengutamakan penampilan dari pada
kemurnian dan kesucian hati untuk menunjukan diri Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan berbagai
sebagai seseorang yang memiliki status sosial yang sarana upacara, memberi peluang yang sangat terbu-
tinggi. Masyarakat kurang memahami bahwa dalam ka bagi para perajin untuk meningkatkan kreativi-
Itihasa dijelaskan upacara yang besar belum tentu tasnya menciptakan karya-karya baru yang original
memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan upacara dan memiliki identitas lokal yang sangat kuat. Inova-
yang kecil namun inti. Sesungguhnya upacara yang si perajin yang tinggi, menjadikan bentuk dan jenis
bernilai tinggi adalah upacara yang dilakukan den- kerajinan sarana upacara bermunculan dengan men-
gan tulus iklas (nekeng twas) dan hati yang bersih. awarkan stail dan gaya yang bervariatif. Berbagai
Upacara yang dilakukan hanya diperuntukan pamer model sarana upacara tercipta, baik dalam bentuk
diri, lebih banyak keterikatannya pada ego pribadi, ukiran kayu, anyaman, cetakan, maupun rakitan. Hal
dan sebagai gaya hidup, maka upacara tersebut akan yang sangat menarik adalah pemanfaatan ornamen
sia-sia tidak memiliki nilai apa-apa (Subawa, 2012: menjadi suatu yang sangat dominan sebagai penam-
125). Oleh sebab itu dalam melaksanakan upacara bah artistik yang diterapkan baik dalam bentuk ukiran
harus dilakukan sesuai dengan kemampuan dan ketu- langsung, cetakan, batik, maupun sunggingan.
lusan hati yang murni dan suci.

102
Volume 34, Nomor 1, Februari 2019 MUDRA Jurnal Seni Budaya

namen yang bagus dan mewah, karena secara tidak


langsung akan mendukung penampilan dan status
soaialnya. Masyarakat yang menggunakan sarana up-
acara yang mewah dengan ornamen yang unik, dapat
dipastikan bahwa mereka dari golongan status sosial
yang tinggi, baik kastanya maupun materinya. Status
sosial masyarakat akan selalu dinilai dari sarana yang
digunakan, sehingga masyarakat yang memiliki jiwa
Gambar 5. Keanekaragaman produk sarana upacara ingin dipuji dan disanjung (belog ajum) akan selalu
digunakan dalam kegiatan upacara adat dan agama. memperhitungkan sarana apa yang harus mereka gu-
(Sumber: Dokumentasi penulis, 2018) nakan.

Ornamen menjadi bagian yang sangat penting dalam Tuntutan masyarakat konsumen pada tingginya nilai
penciptaan sarana upacara, ini sebagai tanda bahwa ornamen menyebabkan dominasi ornamen pada se-
orang Bali sangat mencintai seni dan keindahan. buah produk sangat tinggi. Banyak produk yang dihi-
Keyakinan masyarakat Bali bahwa sebuah produk asi dengan ornamen secara berlebihan, dengan tidak
akan memiliki nilai seni yang tinggi apabila telah menyisakan ruang kosong. Produk dibalut dengan
dihiasi dengan ornamen, dan belum dianggap se- ornamen secara utuh sehingga estetika bentuk men-
buah karya seni apabila produk tersebut tidak dihiasi jadi hilang. Penempatan ornamen juga sering tidak
dengan ornamen. Oleh sebab itu, tiada produk yang pada tempatnya, sehingga mengganggu fungsi prak-
terlepas dari sentuhan ornamen dengan motif defor- tisnya. Masyarakat banyak yang menyukai produk
matif maupun realis. Pembubuhan ornamen pada sarana upacara semacam ini sebagai sesuatu yang
sebuah produk tidak semata penambah keindahan, sangat mewah dan elegan. Mereka beranggapan bah-
tetapi juga memberikan nilai yang sangat tinggi, baik wa sebuah produk yang kaya dengan ornamen adalah
secara ekonomi maupun status sosial pemakainya. karya yang berbobot dan mernilai tinggi dan sangat
Ornamen memberi nilai kemewahan pada suatu pro- tepat sebagai media persembahan.
duk maupun pemakainya, sehingga ornamen selalu
menjadi perhatian serius oleh penciptanya. Uraian di atas menjelaskan bahwa betapa penting dan
utamanya peran seni kerajinan dalam mendukung se-
Secara fungsional, berbagai produk sarana upacara gala aspek kehidupan masyarakat, baik sebagai sa-
telah menawarkan fungsi yang sangat praktis, teta- rana dalam berbagai aktivitas, juga sebagai media
pi belum dianggap sempurna apabila tidak dibubuhi dalam mendukung ekonomi masyarakat serta pen-
dengan ornamen. Berbagai teknik digunakan untuk ingkatan devisa negara. Kriya dan seni kerajinan juga
membubuhkan ornamen pada produk sarana upaca- memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai karya seni
ra, tergantung dari pada media yang digunakan, sep- budaya yang adiluhung dengan identitas yang sangat
erti teknik ukiran, sulaman, sunggingan, lukis, ko- kuat pada masing-masing daerah tempat seni kriya
lase, cetak, maupun sablon. Selain motif hias yang dan kerajinan tersebut berkembang.
digunakan, teknik ornamen juga dapat memberikan
bobot yang berbeda pada sebuah produk. Teknik SIMPULAN
manual akan memiliki nilai yang lebih tingggi dari
pada teknik sablon maupun cetak, karena adanya Gaya hidup religius berpengaruh sangat besar pada
sentuhan jiwa penciptanya. Sarana upacara dengan produksi seni kerajinan sarana upacara yang ada
ukiran langsung akan lebih berbobot dengan ukiran di Bali. Gaya hidup religius yang ditandai dengan
yang direproduksi, demikian juga ornamen dengan meningkatnya animo masyarakat dalam melak-
teknik sunggingan dan lukis akan jauh lebih bernilai sanakan aktivitas adat dan agama, membutuhkan
dari ornamen dengan teknik sablon. Secara umum berbagai sarana upacara yang indah dan menarik
masyarakat memiliki kemampuan untuk menilai hal dengan berbagai bentuk dan fungsi. Sarana upacara
ini, sehingga masyarakat akan menyesuaikan dengan selain sebagai tempat sesajen dalam persembahan,
kemampuan dan keinginannya dalam memilih sarana juga berfungsi sebagai pendukung penampilan diri
upacara yang digunakan. pada orang yang memakainya. Masyarakat akan per-
caya diri apabila menggunakan sarana upacara yang
Ornamen menjadi bagian yang tak terpisahkan dari mewah dan artistik untuk melaksanakan persemba-
gaya hidup religius masyarakat, ini dibuktikan den- han.
gan antusias masyarakat dalam memilih sarana up-
acara dengan pemakaian ornamen yang mewah dan Sarana upacara memiliki peranan yang sangat besar
elegan. Masyarakat akan merasa bangga dan percaya untuk mendukung gaya hidup religius masyarakat,
diri apabila menjunjung sarana upacara dengan or- oleh sebab itu sarana upacara tidak saja memenuhi

103
Ni Kadek Karuni (Produksi Kerajinan Sarana Upacara...) Volume 34, Nomor 1, Februari 2019

fungsi praktis, tetapi juga sering dimanfaatkan se- Pitana, I Gede, 2004,“Bali Yang Ajeg Adalah Bali
bagai fungsi sosial untuk menunjukan stratifikasi Yang Berubah” Dialog Ajeg Bali,
status sosial dalam masyarakat. Banyak masyarakat Paramita Surabaya.
yang memilih sarana upacara yang mewah dan ele-
gan, di samping ingin mempersembahkan yang ter- Sanjaya, IGMA, 2002, Mengangkat Nilai-nilai Ag-
baik pada Yang Kuasa, tetapi juga ingin menunjukan ama dalam Menghadapi Globalisasi, Paramita, Sura-
jati diri sebagai orang yang kaya pada masyarakat baya.
lain. Masyarakat akan sangat percaya diri apabila
dalam mengusung sesajen menggunakan sarana up- Soethama, Gde Aryantha, 2011, Jangan Mati di Bali,
acara yang mewah dan gemerlap sebagai pertanda Kompas, Jakarta,.
kehidupan mereka sudah mapan.
Subawa, I Gede, 2012, Reformasi Ritual, Mentra-
Untuk mendukung gaya hidup religius, berbagai je- disikan Agama bukan Mengagamakan Tradisi, Pus-
nis dan bentuk sarana upacara telah tercipta dengan taka Bali Post, Denpasar,.
menawarkan berbagai keindahan dan kepraktisan
dalam pemakaiannya. Bahan yang digunakan juga Titib, I Made, 2004, “ Ajeg Bali Perspektif Pen-
cukup bervariasi dengan teknik pengerjaan yang gamalan Agama Hindu”, Dialog Ajeg Bali, Paramita
manual atau menggunakan teknologi. Didukung Surabaya.
dengan ditemukannya teknik reproduksi, pencipta-
an seni kerajinan sarana upacara berkembang sangat Widana, I Gusti Ketut, 2012, Penjor Lebay, Pustaka
pesat dengan bentuk yang unik dan menarik. Selain Bali Post, Denpasar.
penciptaan dengan teknik reproduksi, banyak sarana
upacara diciptakan dengan teknik anyaman yang di-
hiasi dengan ornamen yang sangat artistik. Ornamen
yang sangat unik akan memberikan nilai yang cukup
tinggi pada sarana upacara,baik nilai estetik maupun
ekonomi.

DAFTAR RUJUKAN

Adiputra, Gede Rudia, 2004,“Asih-Punia-Bhakti


Pilar Spirit Ajeg Bali, Dialog Ajeg Bali, Paramita,
Surabaya.

Anas, Biranul, 1999, “Kriya dan Pemasarannya


Suatu Tujuan Ke Dalam Pariwisata” Semiloka Seni
Kriya dan Pariwisata, Ambarukmo, Yogyakarta.

Gunawan, Daddi H, 2014, Perubahan Sosial di Pedes-


aan Bali, Marjin Kiri,Tangerang.
.
Gustami SP., 1991, “Seni Kriya Indonesia: Dilema
Pembinaan dan Pengembangannya”, Pidato Ilmiah
pada Dies Natalis VII ISI Yogyakarta.

Kerepun, Made, Kembar, 2004,“Analisis SWOT da-


lam strategi mencapai dan MemeliharaAjeg Bali”,
Dialog Ajeg Bali, Paramita Surabaya.

Moleong, Lexy, J, 2013, Metodologi Penelitian Kual-


itatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.

Piliang, Yasraf Amir, 2011, Dunia Yang Dilipat:


Tamasya melampaui Batas-Batas
Kebudayaan, Bandung.

104

Anda mungkin juga menyukai