Anda di halaman 1dari 2

Keterbukaan: Sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatannya harus selalu menjaga objektivitasnya

dengan cara menyajikan bahan-bahan informasi yang berkaitan, kepada para pemegang saham dan
pemangku kepentingan. Selain itu perusahaan juga wajib memastikan informasi yang dibutuhkan
tersebut dapat tersedia tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan mudah diakses. Pada PT Tiga Pilar
laporan keuangan sudah disediakan tepat waktu dan dapat diakses oleh pemegang saham, namun hal
ini tidak disertai dengan keakuratan laporan keuangan, dimana rasio harga saham terhadap nilai buku
perusahaan atas laporan keuangan 2017 dipalsukan.

Akuntabilitas: Perusahaan menerapkan pilar akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban


perusahaan kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan untuk menunjukan pengelolaan
perusahaan dilakukan dengan benar, terukur, dan sesuai kepentingan perusahaan, tanpa
mengesampingkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan. Dalam
pelaksanaannyapun, kejelasan fungsi pada tiap-tiap bagian karyawan dalam sebuah perusahaan juga
merupakan hal yang perlu dipastikan kompetensinya agar seluruh organ perusahaan dapat menjalankan
tanggung jawab dengan sesuai dan memadai. Namun lain halnya dalam kasus PT Tiga Pilar Sejahtera
Food, dimana Joko dan Budhi menggunakan perannya sebagai direksi dengan tidak bertanggung jawab
dan melakukan kejahatan pidana pasar modal atas penipuan terhadap seluruh investor yang membeli
saham

Pertenggungjawaban: Sebagai perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan usahanya


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan atas aturan yang telah
dibentuk, dimaksudkan agar para pelanggan memiliki rasa aman dan nyaman dalam menerima layanan
yang diberikan. Disisi lain, peraturan yang ada juga dimaksudkan untuk memastikan kegiatan
operasional perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi pada praktiknya atau kasus ini
perusahaan melanggar peraturan perundang-undangan dengan melakukan pemalsuan laporan
keuangan yang mana melanggar UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal ini menunjukkan adanya
keteledora sekretaris perusahaan dan Divisi Hukum Perseroan yang seharusnya bertugas memastikan
seluruh kegiatan pada perusahaan telah sesuai dengan Anggaran Dasar, Peraturan Perseroan, dan
peraturan-peraturan di bidang pasar modal.

Independensi: Sebagai upaya mewujudkan independensi, Perusahaan telah menunjuk beberapa pihak
independen yang memiliki reputasi tinggi untuk duduk dalam Dewan Komisaris dan Direksi, serta
memberikan peran yang maksimal bagi Komite Audit Perseroan dalam melakukan pengawasan terhadap
jalannya kegiatan usaha Perseroan. Namun realitanya, pelanggaran tetap saja terjadi. Dan hal ini baru
saja terkuak ketika ada manajemen baru yang melakukan audit investigasi dan pemeriksaan ulang atas
laporan keuangan. Kejadian ini menunjukkan adanya ketidak-independensian dari manajemen
sebelumnya yang terpengaruh atas tindakan mantan direksinya. Disisi lain, bahkan dengan adanya
temuan-temuan yang diungkapkan oleh manajemen baru, mereka (Joko dan Budhi) tetap berkilah tidak
tahu menahu mengenai adanya ketentuan yang mengatur tentang pencatatan pihak terafiliasi dan pihak
ketiga dalam penyusunan laporan keuangan, dan malah melimpahkan kesalahan terhadap staff.
Kesetaraan dan kewajaran: Kesetaraan dan Kewajaran diterapkan Perseroan, diantaranya Perseroan
senantiasa memberikan kesempatan yang wajar kepada setiap pihak untuk mengakses informasi
Perseroan sesuai dengan prinsip keterbukaan (transparency) dalam lingkup kedudukan masing-masing
pihak, sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan oleh otoritas pasar modal, komunitas pasar
modal, dan pemangku kepentingan kepada Perseroan. Dalam kasus ini terjadi penyelewengan karena
direksi dapat mengakses laporan keuangan secara tidak wajar sehingga terjadi pemalsuan. Karena
seharusnya laporan keuangan merupakan tanggung jawab penuh dari manajer keuangan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai