🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Sigit Santoso حفظه هللا
📗 Kitab Tsalatsatul Ushul (3 Landasan Pokok)
📝 Syaikh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi حفظه هللا
Arbi’a, 1 Shofar 1443H/ 8 September 2021
Bismillahirohmanirohim
Kita masuk kepada pembahasan kedua, 4 perkara dalam surat Al Ashr yang wajib dipelajari.
Yang mana dengan ini kita akan memulai membaca kitab Al Ushul Tsalasah.
الر ِحيم
َّ بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Penulis memulai dengan basmalah, mengikuti Al Qur’an dalam mengawali setiap suratnya,
dan mencontoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menjadikan basmalah sebagai
pembuka dalam surat-suratnya.
Ar Rohman Ar Rohim, adalah dua nama di antara nama-nama Allah yang rahmatNya
mencakup segala sesuatu. Ar Rohman maknanya lebih luas, yaitu rahmat yang mencakup
setiap makhlukNya tanpa terkecuali. Sedangkan Ar Rohim maknanya lebih khusus, hanya
kepada hamba-hambanya yang beriman.
Penulis melanjutkan,
Kita perlu dan harus berilmu akan Allah. Mengenal nama dan sifatNya. Mengetahui
kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Serta mensucikanNya dari setiap sesuatu yang
tidak pantas disandarkan untukNya.
Berilmu akan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berarti mengetahui hak-haknya. Yang mana
hak-hak ini perlu kita tunaikan selaku umatnya.
Dan berilmu akan agama Islam berarti mengetahui seluk beluk keislaman. Mulai dari yang
berkaitan dengan keimanan hingga kepada tata cara beribadah.
Ketiga hal di atas akan dibahas lebih lanjut pada bab-nya masing-masing.
Penulis melanjutkan,
الْ َع َم ُل بِِه:ُالثَّانِيَة
“Kedua, beramal dengan ilmu.”
Tentu saja fungsi dasar dari suatu pengetahuan adalah untuk diamalkan, untuk
dipraktekkan. Ketika seseorang beramal dengan ilmunya maka inilah yang dimaksud dengan
ilmu yang bermanfa’at.
Penulis melanjutkan,
Yaitu menyeru manusia kepada Allah dengan ilmu yang telah Allah berikan.
Apakah menjadi suatu keharusan berdakwah dengan ilmu yang telah diamalkan?
Jawabannya tidak harus. Tapi tentu yang paling utama adalah berdakwah dengan ilmu yang
telah diamalkan. Namun bukan berarti ilmu yang belum diamalkan tidak boleh
didakwahkan. Karena apabila hal tersebut menjadi suatu keharusan, yaitu berdakwah hanya
boleh dengan ilmu yang telah diamalkan, pastilah pintu-pintu amal ma'ruf nahi mungkar
akan banyak yang tertutup. Dan yang demikian itu sangatlah berbahaya. Karena sejatinya
beramal adalah satu hal, dan berdakwah adalah hal yang lainnya.
Penulis melanjutkan,
Yakni bersabar atas segala ujian dan gangguan, baik fisik atau psikis, dalam berdakwah.
Penulis melanjutkan,
Pada surat ini Allah bersumpah dengan waktu. Sumpah ini mengindikasikan bahwa waktu
adalah sesuatu yang penting, yang memiliki kekhususan tersendiri. Karena Allah tidak akan
bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung.
َّ ِاص ْوا ب
ِالصرْب َ َوَت َو
Dan yang terakhir, poin keempat yaitu bersabar.
Kesimpulannya, setiap orang dalam kerugian, kecuali orang yang memiliki 4 sifat, yaitu:
1. berilmu
2. beramal dengan ilmunya
3. berdakwah dengan ilmunya
4. dan dia dapat bersabar ketika mengalami ujian dalam berdakwah
Imam Syafi'i tidak bermaksud bahwa surat ini sudah mencukupi segala aspek dalam syari’at
seutuhnya. Namun yang dimaksud adalah, surat ini sudah mencukupi sebagai dalil untuk
memerintahkan hambaNya dalam berilmu, beriman, beramal, berdakwah, dan bersabar.