Anda di halaman 1dari 4

2.

Empat Perkara Yang Wajib Dipelajari

🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Sigit Santoso ‫حفظه هللا‬
📗 Kitab Tsalatsatul Ushul (3 Landasan Pokok)
📝 Syaikh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi ‫حفظه هللا‬
Arbi’a, 1 Shofar 1443H/ 8 September 2021

Bismillahirohmanirohim

Kita masuk kepada pembahasan kedua, 4 perkara dalam surat Al Ashr yang wajib dipelajari.
Yang mana dengan ini kita akan memulai membaca kitab Al Ushul Tsalasah.

‫الر ِحيم‬
َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن‬
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

‫ب َعلَْينَا َت َعلُ ُم أ َْربَ َع َم َسائِل‬ ِ‫ أَنَّهُ جَي‬،‫ك اهلل‬ ‫اَعلَم رمِح‬


ُ ُ َ َ َْ ْ
“Ketahuilah saudaraku, semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu, bahwa wajib
bagi kita untuk mendalami 4 perkara.”

Penulis memulai dengan basmalah, mengikuti Al Qur’an dalam mengawali setiap suratnya,
dan mencontoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menjadikan basmalah sebagai
pembuka dalam surat-suratnya.

Ar Rohman Ar Rohim, adalah dua nama di antara nama-nama Allah yang rahmatNya
mencakup segala sesuatu. Ar Rohman maknanya lebih luas, yaitu rahmat yang mencakup
setiap makhlukNya tanpa terkecuali. Sedangkan Ar Rohim maknanya lebih khusus, hanya
kepada hamba-hambanya yang beriman.

َ ‫اَ ْعلَ ْم َر ِح َم‬


Ketika penulis mengatakan ُ‫ك هللا‬
atau Ketahuilah saudaraku, semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepadaMu.
Di sana penulis berdo’a untuk para pembacanya, seperti halnya seorang guru yang
mendo’akan murid-muridnya ketika sedang berada pada satu majelis.

Penulis melanjutkan,

‫و َم ْع ِرفَةُ ِديْ ِن ا ٍإل ْساَل ِم بِاأْل َِدلَِة‬،


َ
ِ ‫ ومع ِرفَةُ نَبِي‬،‫اهلل‬
‫ه‬ ْ ْ َ َ
ِ ُ‫ وهو مع ِرفَة‬،‫ العِْلم‬: ‫اَألُوىَل‬
ْ َ َُ َ ُ ْ
“Pertama, ilmu. Ialah mengenal Allah, mengenal nabiNya. dan mengenal agama Islam
beserta dalil-dalilnya.”

Kita perlu dan harus berilmu akan Allah. Mengenal nama dan sifatNya. Mengetahui
kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Serta mensucikanNya dari setiap sesuatu yang
tidak pantas disandarkan untukNya.
Berilmu akan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berarti mengetahui hak-haknya. Yang mana
hak-hak ini perlu kita tunaikan selaku umatnya.
Dan berilmu akan agama Islam berarti mengetahui seluk beluk keislaman. Mulai dari yang
berkaitan dengan keimanan hingga kepada tata cara beribadah.

Ketiga hal di atas akan dibahas lebih lanjut pada bab-nya masing-masing.

Penulis melanjutkan,

‫ الْ َع َم ُل بِِه‬:ُ‫الثَّانِيَة‬
“Kedua, beramal dengan ilmu.”

Tentu saja fungsi dasar dari suatu pengetahuan adalah untuk diamalkan, untuk
dipraktekkan. Ketika seseorang beramal dengan ilmunya maka inilah yang dimaksud dengan
ilmu yang bermanfa’at.

Penulis melanjutkan,

‫َّع َوةُ إِلَْي ِه‬ ِ


ْ ‫ الد‬:ُ‫الثَّالثَة‬
“Ketiga, berdakwah dengan ilmu.”

Yaitu menyeru manusia kepada Allah dengan ilmu yang telah Allah berikan.

Apakah menjadi suatu keharusan berdakwah dengan ilmu yang telah diamalkan?
Jawabannya tidak harus. Tapi tentu yang paling utama adalah berdakwah dengan ilmu yang
telah diamalkan. Namun bukan berarti ilmu yang belum diamalkan tidak boleh
didakwahkan. Karena apabila hal tersebut menjadi suatu keharusan, yaitu berdakwah hanya
boleh dengan ilmu yang telah diamalkan, pastilah pintu-pintu amal ma'ruf nahi mungkar
akan banyak yang tertutup. Dan yang demikian itu sangatlah berbahaya. Karena sejatinya
beramal adalah satu hal, dan berdakwah adalah hal yang lainnya.

Penulis melanjutkan,

‫الصرْبِ َعلَى األَذَى فِْي ِه‬


َّ :ُ‫الرابِ َعة‬
َّ
“Keempat, sabar atas segala ujian yang ada padanya.”

Yakni bersabar atas segala ujian dan gangguan, baik fisik atau psikis, dalam berdakwah.

Penulis melanjutkan,

‫َوالدَّلِْي ُل َق ْولُهُ َت َعاىَل‬


“Dalilnya firman Allah.”

‫اص ْوا‬‫و‬‫ت‬َ ‫و‬ ِ ‫الصاحِل‬


‫ات‬ َّ ‫وا‬ُ‫ل‬ ِ ‫ إِاَّل الَّ ِذين آمنُوا وع‬،‫ إِ َّن اإْلِ نْسا َن لَِفي خس ٍر‬.‫والْعص ِر‬
‫م‬
َ َ َ َ ََ َ َ ُْ َ َْ َ
َّ ِ‫اص ْوا ب‬
ِ‫الصرْب‬ َ ‫بِاحْلَ ِّق َوَت َو‬
“Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang sholeh, dan nasehat menasehati supaya
mentaati dalam kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al
Ashr 1-3)

Pada surat ini Allah bersumpah dengan waktu. Sumpah ini mengindikasikan bahwa waktu
adalah sesuatu yang penting, yang memiliki kekhususan tersendiri. Karena Allah tidak akan
bersumpah kecuali dengan sesuatu yang agung.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, dalam kebinasaan. Kecuali..


Siapa yang Allah kecuali kan dari orang-orang yang merugi tersebut?
ِ َّ ِ
َ ‫إاَّل الذ‬
‫ين َآمنُوا‬
Mereka adalah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang berilmu, berilmu akan
Allah akan nabinya Shallallahu ‘alaihi wasallam dan akan agama Islam dibarengi dengan
dalil-dalilnya.
ِ ‫الصاحِل‬
‫ات‬ ِ
َ َّ ‫َو َعملُوا‬
Ini yang dimaksud dengan point kedua, yaitu beramal.

‫اص ْوا بِاحْلَ ِّق‬


َ ‫َوَت َو‬
Dan nasehat menasehati supaya mentaati dalam kebenaran, ini yang dimaksud dengan
berdakwah.

َّ ِ‫اص ْوا ب‬
ِ‫الصرْب‬ َ ‫َوَت َو‬
Dan yang terakhir, poin keempat yaitu bersabar.

Kesimpulannya, setiap orang dalam kerugian, kecuali orang yang memiliki 4 sifat, yaitu:
1. berilmu
2. beramal dengan ilmunya
3. berdakwah dengan ilmunya
4. dan dia dapat bersabar ketika mengalami ujian dalam berdakwah

Selanjutnya penulis menukilkan perkataan 2 Imam besar.

‫ال الشَّافِعِي رمِح‬


‫ور َة‬ ُّ ‫لى َخْل ِق ِه إِاَّل َه ِذ ِه‬
َ ‫الس‬ َ ‫ع‬
َ ‫ة‬
ً ‫ج‬
َّ ‫ح‬
ُ ‫اهلل‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ز‬
َ ‫ن‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫و‬
ْ ‫ل‬
َ : ‫ىَل‬ ‫ا‬‫ع‬َ ‫ت‬
َ ‫اهلل‬ ‫ه‬
ُ َ َُ َ َ‫ق‬
‫لَ َك َفْت ُه ْم‬
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
“Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah kepada hambaNya melainkan hanya
menurunkan surat ini saja, niscaya surat ini telah mencukupinya.”
‫يل َق ْو ُله‬ ِ ‫ال البخا ِري رمِح ه‬
ِ‫ والدَّل‬،‫ باب العِْلم َقبل ال َقو ِل والعم ِل‬: ‫اهلل َتعاىَل‬
ُ َ ََ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ‫َوق‬
‫ َفبَ َدأَ بِالْعِْل ِم َقْب َل‬.19:‫ك ) حممد‬ ِ ِ ‫َتعاىَل ( فَاعلَم أَنَّه اَل إِلَه إِاَّل اللَّه و‬
َ ِ‫اسَت ْغف ْر ل َذنب‬
ْ َُ َ ُ ْ ْ َ
‫الع َم ِل‬ ِ
َ ‫ال َق ْول َو‬
Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Bab ilmu didahulukan sebelum perkataan dan
perbuatan. Dalilnya firman Allah ta'ala “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada
Ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” Oleh karena
itu ilmu didahulukan sebelum perkataan dan perbuatan.”

Imam Syafi'i tidak bermaksud bahwa surat ini sudah mencukupi segala aspek dalam syari’at
seutuhnya. Namun yang dimaksud adalah, surat ini sudah mencukupi sebagai dalil untuk
memerintahkan hambaNya dalam berilmu, beriman, beramal, berdakwah, dan bersabar.

ِ ِ ‫فَاعلَم أَنَّه اَل إِلَه إِاَّل اللَّه و‬


Adapun ayat َ ِ‫اسَت ْغف ْر ل َذنب‬
‫ك‬ ْ َُ َ ُ ْ ْ
dijadikan dalil oleh Imam Bukhari, karena Allah pada ayat ini memerintahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengetahui terlebih dahulu bahwasannya
tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Ini adalah ilmu. Dan setelah perintah
tersebut Allah baru memerintahkan NabiNya untuk beramal. Dalam konteks ayat ini, amalan
itu adalah beristighfar atau meminta ampun.

Wallahu a'lam bishowab


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai