Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH

CHAPTER 11
COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS:
A MANAGERIAL PLANNING TOOLS
(Analisis Biaya-Volume-Laba: Alat Perencanaan Manajerial)

Untuk Tugas Mata Kuliah AK 2003 - Management Accounting


Dosen Pengampu: Kenny Ardillah, S.E., M.A., CFP., CRS.

KELOMPOK 2
FITZAL RAHMAN 2019104413
KARTIKA SARI 2019104463
VAHRUL DAVID ARIANTO 2019104856

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN KOMUNIKASI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS KALBIS
Jl. Pulomas Selatan Kav. 22 Jakarta Timur, 13210
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen, yakni Bapak
Kenny Ardillah. dan merupakan bentuk pemahaman dari kami terkait materi yang
disampaikan Bapak Kenny Ardillah
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
namun besar harapan kami bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kenny Ardillah
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen atas bimbingannya dalam penyusunan
laporan ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Depan......................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan Makalah ................................................................................... 19
1.3 Sistematika Penulisan Makalah ................................................................................ 20
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................ 21
2.1 Analisis Biaya-Volume-Laba: Alat Perencanaan Manajerial ............................ 21
2.1.1 Kegunaan analisis CVP .................................................................................. 21
2.2 Titik Impas dalam Unit .......................................................................................... 22
2.2.1 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP ............................................ 22
2.2.2 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas ................................................... 25
2.2.3 Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba .......... 26
2.3 Titik Impas dalam Dollar Penjualan .................................................................... 31
2.3.1 Target Laba dan Pendapatan Penjualan.......................................................... 34
2.3.2 Membandingkan Kedua Pendekatan .............................................................. 35
2.4 Analisis Multiproduk ............................................................................................. 35
2.4.1 Titik Impas dalam Unit................................................................................... 37
2.4.2 Pendekatan Dolar Penjualan ........................................................................... 42
2.5 Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP ............................................................ 44
2.5.1 Grafik Laba-Volume ...................................................................................... 44
2.5.2 Grafik Biaya-Volume-Laba ............................................................................ 46
2.5.3 Asumsi-asumsi pada Analisa Biaya-Volume-Laba ........................................ 47
2.6 Perubahan dalam Variabel CVP .......................................................................... 50
2.6.1 Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian ................................................. 55
2.6.2 Analisis Sensitivitas dan CVP ........................................................................ 60
2.7 Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas ........................... 61
2.7.1 Contoh Perbandingan Analisis Konvensional dan ABC ................................ 62
2.7.2 Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC ........ 64
2.7.3 Analisis CVP dan JIT ..................................................................................... 66
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 68
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 80
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 81

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi (Accounting) merupakan suatu sistem informasi yang mengukur aktivitas

bisnis, memroses data menjadi laporan dan mengomunikasikan hasilnya kepada

pengambil keputusan akan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas

bisnis. Selain itu akuntansi merupakan “bahasa bisnis”. Semakin baik memahaminya,

semakin baik dapat mengelola keuangan serta bisnis.

Terdapat pemakai eksternal maupun internal dari informasi akuntansi, sehingga dapat

di klasifikasikan akuntansi ke dalam 2 (dua) cabang. Akuntansi keuangan (financial

accounting) menyediakan informasi bagi pengambil keputusan di luar entitas, seperti

investor, kreditor, agen pemerintahan, dan publik.

Akuntansi manajemen (management accounting) menyediakan informasi bagi

manajer di perusahaan. Contoh dari informasi akuntansi manajemen meliputi

anggaran, peramalan, dan proyeksi yang digunakan dalam membuat keputusan entitas.

Manajer suatu entitas memiliki kemampuan untuk menentukan bantuk dan isi dari

informasi keuangan demi memnuhi kebutuhannya sendiri. Informasi internal tetap

harus akurat dan relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan manajer.

Akuntansi biaya (cost accounting) memberikan data yang penting bagi para manajer

untuk merencanakan dan mengendalikan data yang penting bagi para manajer untuk

merencanakan dan mengendalikan serta menentukan biaya produk, jasa, dan

pelanggan.

Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen merupakan akuntansi untuk pelaporan

internal, biasanya ada di perusahaan-perusahaan jasa atau manufaktur. Diantaranya

1
untuk menetapkan harga kepada konsumen dan bisa memprediksi laba sebesar berapa

persen keuntungan, karena memperhitungkan berapa biaya, volume, dan laba sebagai

pertimbangan untuk membuat keputusan penting.

Persediaan merupakan urat penting bagi perusahaan dagang, dan harga pokok

penjualan adalah pos beban paling penting bagi suatu peritel. Laba kotor (margin

kotor) adalah perbedaan atau selisih antara penjualan bersih dan harga pokok

penjualan.

Inventories mendefinisikan persediaan sebagai aset yang (a) disimpan untuk dijual

dalam proses operasi rutin perusahaan, (b) dalam proses produksi untuk penjualan,

atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang akan di konsumsi selama proses

bahan atau perlengkapan yang akan dikonsumsi selama proses produksi atau

penyerahan jasa. Ini berarti persediaan dapat berupa bahan baku, barang dalam proses,

atau barang jadi.

Peritel kemungkinan besar hanya memiliki barang jadi dalam persediaannya,

sementara perusahaan manufaktur mungkin memiliki barang jadi dalam

persediaannya, sementara perusahaan manufaktur mungkin memiliki persediaan

berbagai tahap penyelesaian (dari bahan baku sehingga barang jadi).

Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk

aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi,

serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

2
Untuk makalah ini dapat menjadi pembelajaran atas analisis dari informasi mengenai

biaya dan keuntungan membantu manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugasnya,

yaitu:

a. menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian

aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas

b. Mengendalikan kualitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap

produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi

kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi

c. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau

periode lain yang lebih pendek.

Laba kotor (gross profit) yang juga disebut margin kotor (gross margin) adalah

kelebihan pendapatan penjualan terhadap harga pokok penjuaan. Hal itu disebut laba

kotor karena beban operasi belum dikurangi.

Untuk perusahaan manufaktur, akuntan bagian produksi atau penganggaran

menentukan bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead untuk memperhitungkan

harga yang sesuai. Bahan baku di proses menjadi barang setengah jadi dan di proses

lagi menjadi barang jadi. Apakah barang jadi tersebut akan ditambahkan pemanis atau

kemasan yang lebih cantik akan dihitung harganya.

Untuk barang cacat atau barang akan di jual kembali atau diolah menjadi barang

lainnya dan dijual kembali.

Untuk perusahaan jasa dalam menentukan harga diperlukan kecermatan. Contoh

perhotelan, dari mulai tambahan listrik, kasur tambahan, diskon, dan membership.

3
Bagi industri kecil bahkan menengah diperlukan penganggaran dan penetapan harga

yang serupa dengan perusahaan manufaktur.

Jika laba telah diperoleh, misalnya laba operasi, maka harus di kurangi dengan pajak,

sehingga didapatkan laba bersih (net income). Laba bersih ini menjadi keuntungan

bagi pebisnis.

Jika harga terlalu tinggi karena ingin memperoleh keuntungan tinggi, akan

menimbulkan kerugian bagi karena perusahaan memperuncing persaingan harga dan

ditinggalkan. Apabila harga terlalu murah, maka akan membuat kerugian bagi

perusahaan,dan kegagalan memanage anggaran yang sudah di tetapkan. Namun hal

ini akan menjadi keuntungan apakah perusahaan akan mempertahankan divisi atau

menutup divisi tertentu demi mempertahankan laba dan perusahaan.

Perbedaan dengan akuntansi keuangan adalah laporan keuangan yang disajikan untuk

keperluan eksternal, misalnya untuk meminjam uang kepada Bank, menjadi lampiran

bagi keperluan perpajakan, dan keperluan untuk pelaporan kepada pihak Bursa Efek

Indonesia apabila melakukan prosedur menjadi perusahaan terbuka.

4
Penelitian-penelitian penunjang makalah ini adalah:

No. Judul Metode Penelitian Kesimpulan

1. Penerapan Cost Jenis penelitian yang Terbukti bahwa Analisis CVP

Volume Profit Analysis digunakan dalam penelitian dapat digunakan sebagai dasar

sebagai Dasar ini yaitu penelitian perencanaan penjualan pada

Perencanaan Penjualan deskriptif. Penelitian ini tingkat laba yang diharapkan yaitu

pada Tingkat Laba hanya mendeskripsikan 18%. Analisis ini pihak

yang Diharapkan. variabel yang diteliti tanpa manajemen dapat mengetahui

Studi Kasus pada CV melakukan penelitian informasi penting seputar dasar

Eterna Mergisono, hipotesis. Pendekatan yang perencanaan penjualan,

Malang. digunakan yaitu dengan diantaranya yaitu: dapat

Melda Darika Dua pendekatan kuantitatif. mengetahui tingkat BEP,

Sri Mangesti Rahayu, banyaknya volume penjualan

Zahroh Z.A. yang harus dicapai untuk

Fakultas Ilmu mendapatkan laba yang

Administrasi, diharapkan, dan besarnya Margin

Universitas Brawijaya, of Safety agar perusahaan tidak

Malang, Jawa Timur. menderita kerugian.

Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB) Vol. 27

No 1 Oktober 2015.

5
2. Analisis Perencanaan Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian menjelaskan

Laba Perusahaan penelitian deskriptif. bahwa PT Kharisma Sentosa

dengan Penerapan Metode analisis data yang Manado dalam memperhitungkan

Break Even Point pada digunakan dalam penelitian Margin of Safety dan Margin

PT Kharisma Sentosa ini adalah analisis Kontribusi dapat mengoptimalkan

Manado. kuantitatif dengan metode Break Even Point (BEP)

Joy Toar Pangemanan. mengevaluasi hasil sehingga perusahaan mampu

Fakultas Ekonomi dan perhitungan penentuan memperoleh penjualan dalam titik

Bisnis, Jurusan harga jual oleh perusahaan. Impas.

Akuntansi. Universitas

Sam Ratulangi,

Manado, Sulawesi

Utara.

ISSN 2303-1174.

Jurnal EMBA. Vol.04

No.1 Maret 2016.

Hal.376-385.

6
3. Analisis Break Even Jenis penelitian yang akan Kesimpulan:

Point sebagai Alat digunakan dalam penelitian 1) Hasil analisis menunjukkan

Perencanaan Penjualan ini yaitu penelitian bahwa rencana penjualan

pada Tingkat Laba deskriptif dengan pada tingkat laba yang

yang Diharapkan. pendekatan kuantitatif. diharapkan terbukti

(Studi Kasus pada Teknik pengumpulan data menghasilkan laba sesuai

Perhutani Plywood yang digunakan dalam dengan yang diharapkan.

Industri Kediri Tahun penelitian ini dilakukan 2) Penggunaan metode Break

2013-2014). dengan metode Even Point (BEP) Mix dapat

Vivin Ulfathu dokumentasi. menjelaskan komposisi

Choiriyah, Moch. produk maupun sebaran

Dzulkirom AR, Raden penjualan dalam satuan

Rustam Hidayat. moneter.

Fakultas Ilmu

Administrasi,

Universitas Brawijaya,

Malang.

Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB) Vol.35

No 1Juni 2016.

7
4. Analisis Karakteristik riset ini Berdasarkan hasil penelitian yang

Biaya-Volume-Laba adalah dilakukan dapat disimpulkan

untuk Perencanaan a) Jenis riset sebagai berikut:

Laba Operasi. Studi eksploratoria 1) PT SD Textile melakukan

Kasus PT SD Textile (kualitatif, naturalis). klasifikasi biaya berdasarkan

periode 2008-2011. b) Dimensi waktu riset produk yang terdiri dari biaya

BINUS BUSINESS adalah time series yaitu manufaktur dan beban operasi

REVIEW Vol.04 No.2 laporan keuangan dengan format laporan

November 2013 Hal. khususnya laporan laba laba-rugi pendekatan

851-864. rugi periode 2008 tradisional. Biaya manufaktur

sampai 2011. PT SD Textile terdiri dari

biaya pemasaran, biaya

umum dan biaya administrasi,

dan biaya selisih kurs. Akan

tetapi, biaya yang dilakukan

belum tepat karena terdapat 3

(tiga) unsur biaya yaitu biaya

bunga, biaya selisih kurs, dan

biaya pajak dimasukkan ke

beban operasional

perusahaan. Ketiga unsur

biaya tersebut termasuk

beban diluar operasional

perusahaan dan tidak

memengaruhi laba operasi

8
perusahaan.

2) Hasil pengubahan format

laporan laba-rugi pendekatan

tradisional menjadi

pendekatan kontribusi pada

periode 2008-2011

menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan laba

operasi pada format laporan

laba rugi pendekatan

tradisional dan pendekatan

kontribusi. Hal ini

menunjukkan bahwa unit

produksi dan unit produksi

PT SD Textile adalah sama.

Dengan demikian, tidak

terdapat FOH tetap yang

dibebankan dan FOH tetap

dilepaskan. Perbedaannya

hanya terletak pada

pembebanan nilai factory

overhead tetap.

3) Hasil perhitungan

biaya-volume-laba adalah:

a) Hasil analisis

9
biaya-volume-laba

dengan perhitungan titik

impas multiproduk pada

periode 2008 sampai

periode 2011

menunjukkan bahwa

tingkat volume penjualan

dan unit produk PT SD

Textile sudah mencapai

titik impas.

b) Hasil perhitungan margin

kontribusi dan rasio

margin kontribusi dan

rasio margin kontribusi

diperoleh pada periode

2008-2011 menunjukkan

bahwa perusahaan telah

menghasilkan margin

kontribusi yang dapat

menutup biaya tetap dan

menghasilkan laba

maksimum.

c) Hasil perhitungan margin

pengaman (Margin of

Safety) dan rasio margin

10
pengaman yang diperoleh

pada periode 2008

sampai periode 2011

menunjukkan bahwa

perusahaan sudah

melewati batas aman dari

penjualan aktual yang

diperoleh perusahaan.

Hal ini berarti

perusahaan sudah

melewati batas titik

impas dengan

memperoleh laba operasi

maksimum pada periode

2008 sampai periode

2011.

d) Hasil perhitungan Degree

of Leverage (DOL) pada

periode 2008 sampai

periode 2011. Hal ini

berarti jika penjualan

meningkat sebesar 15%.

4) Perencanaan laba operasi

dengan analisis

biaya-volume-laba

11
menggunakan perhitungan

titik impas multiproduk pada

periode 2012 berdasarkan

peningkatan harga jual 5%,

biaya variabel 10%, biaya

tetap 5%.

12
5. Penerapan Metode penelitian ini 1) Berdasarkan hasil observasi

Cost-Volume-Profit menggunakan metode dan wawancara yang

dalam Pengambilan deskriptif. dilakukan Hotel Fajar Roon

Keputusan untuk Manokwari, diketahui Hotel

Perencanaan Laba Fajar Roon dalam

pada Hotel Fajar Roon menetapkan perencanaan laba

Manokwari. tahun 2014, 2015 dan 2016

Desy Pratiwi menggunakan Metode

Antameng, Linda Okupasi. Okupasi hanya

Lambey, Hendrik melihat dari sisi penjualan

Gamaliel. kamar saja tanpa melihat dari

Jurnal Riset Akuntansi struktur biaya yang terjadi di

Going Concern 12 (1), dalam perusahaan tersebut.

2017. Hal. 91-97. Oleh karena itu Hotel Fajar

Roon membutuhkan sebuah

perhitungan yang efektif

dalam menghitung atau

membantu untuk mencapai

target laba yang mereka

inginkan.

2) Hasil analisis

cost-volume-profit pada Hotel

Fajar Roon Manokwari

sebagai berikut:

a) Biaya tetap (Fixed Cost)

13
tahun 2014, 2015 dan 2016.

b) Break Even Point (BEP) pada

tahun 2014, 2015, dan 2016.

c) Target penjualan yang di

dapat melalui

cost-volume-profit untuk

tahun 2014, 2015, dan 2016.

d) Margin of Safety (MoS)

untuk tahun 2014, 2015 dan

2016.

14
6. Analisis Metode penelitian adalah Hasilnya adalah untuk mengetahui

Cost-Volume-Profit penelitian deskriptif dengan penerapan konsep

untuk Perencanaan pendekatan studi kasus. Cost-Volume-Laba untuk

Laba pada Pabrik Tahu Metode pengumpulan data perencanaan laba pada Pabrik

“Ibu Siti”. menggunakan data Tahu “Ibu Siti”

Jeriko Faletino sekunder.

Koraag, Ventje Ilat.

Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas

Sam Ratulangi

Manado, Manado

95117, Indonesia.

Jurnal Berkala Ilmiah

Efisiensi. Vol. 16

No.03 Tahun 2016.

15
7. Analisis Penelitian ini termasuk Hasil penelitian dapat

Cost-Volume-Profit jenis penelitian deskriptif. disimpulkan sebagai berikut”

untuk Perencanaan Data yang digunakan 1) Apabila manajemen

Laba pada Hotel berasal dari hasil studi menaikkan atau menurunkan

Sintesa Peninsula, pustaka, observasi, dan harga jual, biaya tetap, dan

Manado. wawancara pada obyek biaya variabel maka

Sheila F. Duyo. penelitian. perubahannya akan

Fakultas Ekonomi dan berpengaruh terhadap Break

Bisnis, Jurusan Even Point (BEP).

Akuntansi, Universitas 2) Hasil observasi yang

Sam Ratulangi dilakukan terhadap Hotel

Manado, Sulawesi Peninsula Manado dalam

Utara, Indonesia. perencanaan labanya

ISSN 2303-1174. menggunakan metode tingkat

biaya relevan untuk

mengukur berapa tingkat

Break Even Point, Volume

Penjualan, dan tingkat

Margin of Safety yang harus

dicapai agar tidak mengalami

kerugian.

16
8. Analisis Jenis data yang digunakan Hasil penelitian ini adalah:

Biaya-Volume-Laba yaitu data kuantitatif dan 1) Berdasarkan perhitungan

sebagai Alat Bantu kualitatif. Break Even Point (BEP)

Perencanaan Laba PT Sumber data yang diketahui bahwa titik impas

Bangun Wenang digunakan yaitu yang direncanakan untuk

Beverages Company. menggunakan data primer tahun 2013 pada PT Bangun

Selfinta B. Sihombing. dan data sekunder Wenang Beverages Company

Fakultas Ekonomi dan terjadi pada angka Rp

Bisnis, Jurusan 6.395.449.777

Akuntansi, Universitas 2) Berdasarkan perhitungan

Sam Ratulangi, Margin Keuntungan maka

Manado. persentase Margin of Safety

Jurnal EMBA Vol. 1 penjualan tahun 2013 sebesar

No 3 September 2013, 91,21% dengan angka rupiah

hal 181-188. sebesar Rp 61.750.217.060.

ISSN 2303-1174. 3) Laba maksimal perusahaan

untuk tahun 2013 adalah

sebesar Rp 12.830.678.809,

artinya laba perusahaan hanya

mengharapkan laba sebesar

Rp 5.735.111.915 perusahaan

dapat memperoleh laba

sampai Rp 12.830.678.809.

17
9. Break Even Point Metode penelitian ini Hasil penelitian menjelaskan

Sebagai Alat adalah metode deskriptif bahwa perusahaan dengan

Perencanaan Laba dengan pendekatan kasus. memperhitungkan Margin of

Jangka Pendek pada Safety dan Contribution Margin

Shimily Cupcakes. dapat memaksimalkan metode

Reisty Mangundap, Break Even Point (BEP) sebagai

Harijanto Sabijono, metode untuk menentukan

Victorina Tirajoh. penjualan diatas titik impas dan

Fakultas Ekonomi dan dapat mencapai keuntungan di

Bisnis, Jurusan atas rata-rata.

Akuntansi, Universitas

Sam Ratulangi,

Manado.

Jurnal EMBA, Vol.2,

No 4 Desember 2014,

hal. 147-153.

18
10. Analisis Penelitian menggunakan Untuk menganalisis biaya,

Biaya-Volume-Laba jenis penelitian dekriptif volume, dan laba dapat

Multi-Produk untuk kuantitatif, sumber data menggunakan analisis titik impas

Perencanaan Laba primer. (Break Even Point), analisis

Jangka Pendek margin kontribusi (Contribution

Bijimerah Coffee dan Margin) dan rasio margin

Roastery. kontribusi, analisis margin

Mia Istiana pengamanan (Margin of Safety),

Mokoginta, Julie J. operating leverage, analisis

Sondakh, Novi S. perencanaan laba, dan untuk

Budiarso. multiproduk dapat menggunakan

Jurusan Akuntansi, analisis bauran penjualan (salex

Fakultas Ekonomi dan mix).

Bisnis, Universitas

Sam Ratulangi,

Manado, Indonesia.

Jurnal Riset Akuntansi

Going Concern 13 (2),

2018, hal 129-139.

1.2 Maksud dan Tujuan Makalah

Maksud dan tujuan dari makalah yang kami susun atas pembahasan Bab 11 adalah:

✓ Menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas atau

menghasilkan target laba.

19
✓ Menghitung jumlah pendapatan yang diperlukan untuk mencapai target impas

atau menghasilkan target laba.

✓ Menerapkan analisis biaya-volume-laba untuk multiproduk.

✓ Membuat grafik laba-volume dan grafik biaya-volume-laba, serta menjelaskan

artinya masing-masing.

✓ Menjelaskan dampak dari risiko, ketidakpastian, dan perubahan variabel terhadap

analisis biaya-volume-laba.

✓ Mendiskusikan dampak dari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas terhadap

analisis biaya-volume-laba.

1.3 Sistematika Penulisan Makalah

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 KERANGKA TEORITIS

BAB 3 PEMBAHASAN

BAB 4 PENUTUP

20
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Biaya Volume Laba (CVP Analysis)

Analisis biaya-volume-laba (Cost-Volume-Profit Analysis) merupakan suatu alat yang

sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Oleh karena analisis

biaya-volume-laba (Cost-Volume-Profit atau dikenal sebagai CVP) menekankan

keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi

keuangan perusahaan terkandung di dalamnya.

Analisis CVP merupakan suatu bagian analisis integral dari perencanaan keuangan

dan pengambilan keputusan.

2.1.1 Kegunaan analisis CVP

Kegunaan analisis CVP dapat menjadi:

➢ Suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan bersarnya

kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari

pemecahannya.

➢ Dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk

mencapai impas, dampak pengurangan biaya terhadap titik impas, dan dampak

kenaikan harga terhadap laba.

➢ Memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan

menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.

21
2.2 Pengertian Titik Impas (Break Even Point)

Titik Impas (Break Even Point) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan

total biaya, titik di mana laba sama dengan nol.

Menemukan titik impas dalam unit dengan berfokus kepada laba operasi.

Cara untuk menemukan titik impas:

❖ Membahas cara untuk menentukan titik impas.

❖ Melihat bagaimana pendekatan kita dapat dikembangkan untuk menentukan

jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.

Bagaimana menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit?

➢ Perusahaan manufaktur mendefinisikan sebuah unit sebagai satu batang sabun

mandi merek Ivory.

➢ Perusahaan jasa menghadapi pilihan yang sulit, karena mendefinisikan sebuah

unit sebagai mil penumpang atau sebagai satu kali perjalanan.

➢ Perusahaan penyedia perlengkapan maritim, industri, dan umum bagi kapal-kapal

Angkatan Laut Amerika Serikat yang berpangkalan di wilayah timur laut Florida

dan Karibia, mendefinisikan unit produktif untuk mengukur berbagai aktivitas

yang terlibat dalam pemberian jasa.

Dengan cara tersebut, jasa yang lebih rumit dibebankan lebih banyak unit produktif

daripada jasa yang tidak terlalu rumit, sehingga usaha jasa dapat di standarisasi.

2.2.1 Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan Laba Rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk menginformasikan

biaya-biaya perusahaan ke dalam kategori tetap dan variabel.

22
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan- Beban Variabel - Beban Tetap

◆ Laba Operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari

operasional normal perusahaan (laba sebelum pajak penghasilan).

◆ Laba Bersih (net income) adalah menyatakan hasil dari laba operasi dikurangi

pajak penghasilan.

◆ Pendapatan penjualan (sales revenue) dinyatakan sebagai harga jual per unit

dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per

unit dikali jumlah unit yang terjual.

Laba Operasi = (Harga x jumlah unit yang terjual) - (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit terjual) - Total biaya tetap.

Misalkan berapakah jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, atau untuk

menghasilkan laba NOL?

Caranya dengan menetakan laba operasi sama dengan NOL dan kemudian

memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit.

Contohnya untuk mencari titik impas dalam unit.

Anggaplah Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun

yang akan datang, pengawas telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut:

Penjualan (1.000 unit @ $400) $400.000

Dikurangi: Beban variabel 325.000

Margin Kontribusi $75.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba Operasi $30.000

23
Untuk Whittier Company, harga adalah $ 400 per unit dan biaya variabel per unit

$ 325.000
adalah $ 325 ( ) . Biaya tetap adalah $ 45.000. Maka titik impas,
1.000 unit

persediaan laba operasi adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x Unit) - ($ 325 x Unit) - $45.000

0 = ($ 75 x Unit) - $45.000

$ 75 x Unit = $ 45.000

$ 45.000
Unit =
75

Unit = 600

Dengan demikian, Whittier harus menjual 600 pemotong rumput untuk sekedar

menutupi semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa

jawaban ini adalah dengan memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600

unit yang terjual.

Penjualan (600 unit @ $400) $240.000

Dikurangi: Beban variabel 195.000

Margin Kontribusi $45.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba Operasi $-

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba NOL.

Keunggulan dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan CVP

berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya varibel.

Akibatnya, dapat memecahkan setiap persoalan CVP dengan menggunakan

pendekatan ini.

24
2.2.2 Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas.

Untuk mempercepat menghitung unit impas dengan fokus kepada margin kontribusi.

Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total

biaya variabel.

Pada titik impas margin kontribusi sama dengan beban tetap. Jika mengganti margin

kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba

operasi dan memperoleh jumlah unit, maka akan mendapatkan persamaan dasar impas

sebagai berikut:

Biaya Tetap
Jumlah unit =
Margin Kontribusi per unit

Menggunakan Whittier Company sebagai contoh, dapat melihat bahwa margin

kontribusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari 2 cara berikut:

I. Dengan cara membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual

$ 75.000
untuk menghasilkan $ 75 unit ( ).
1.000

II. Menghitung harga dikurangi biaya variabel per unit. Dengan cara lain

sama saja, yaitu $ 75 per unit ($ 400 − $ 325).

Untuk menghitung jumlah titik impas Whittier Company, gunakanlah persamaan

dasar berikut:

$ 45.000
Jumlah unit = ( $ 400 )
$325

$ 45.000
= ( )
$ 75

= 600

25
Tentu saja jawaban harus sama persis dengan yang dihitung menggunakan laporan

laba rugi

2.2.3 Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun kebanyakan

perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol.

Analisis CVP menyediakan suatu cara untuk menentukan berapa unit yang harus

dijual untuk menghasilkan laba tertentu.

Target laba operasi dapat dinyatakan sebagai sebuah jumlah dolar (misalnya, $20.000)

atau sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan (contoh, 15%) atau sebagai

suatu persentase dari laba operasi maupun pendekatan margin kontribusi dapat dengan

mudah disesuaikan untuk mencari target laba.

2.2.3.1 Target Laba sebagai sebuah Jumlah Dolar

Whittier Company ingin memperoleh laba operasi $ 60.000. Berapakah mesin

pemotong rumput yang harus di jual untuk mencapai hasil ini?

Gunakan laporan laba rugi untuk mencari hasilnya!

$ 60.000 = ($400 x Unit) - ($325 x Unit) - $45.000


$ 105.000 = $ 75 x Unit
Unit = 1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, hanya perlu menambahkan target laba

$60.000 pada biaya tetap dan langsung menemukan jumlah unit:

$ 45.000+ $60.000
Unit =( $400 )
$325
$105.000
Unit = = 1.400
$75

26
Penjualan(1.400 unit @ $400) $560.000

Dikurangi:Beban variabel 455.000

Margin Kontribusi $105.000

Dikurangi:Beban tetap 45.000

Laba Operasi $60.000

Whittier Company menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba

operasi sebesar $ 60.000.

Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan

dijual untuk menghasilkan laba operasi $ 60.000 dapat dihitung dengan membagi

margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan

volume impas.

Secara umum, dengan mengasumsikan bahwa biaya tetap tidak berubah, dampak

terhadap laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual

dapat dinilai dengan mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit

yang terjual.

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas.

Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier Company harus menjual 1.400 mesin

pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk

menghasilkan laba sebesar $ 60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong rumput

27
$ 75. Perkalian antara $ 75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput di atas impas

akan menghasilkan laba sebesar $ 60.000 ($75 x 800).

Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit untuk setiap unit diatas

impas adalah sama persis dengan laba per unit.

Sebagai contoh:

Jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah

laba yang akan diperoleh?

Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin

pemotong rumput, dari margin kontribusi per unit adalah $75.

Dengan demikian, laba akan meningkat sebesar $ 7.500 ($75x100)

2.2.3.2 Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan

Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus

dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15% dari pendapatan penjualan.

Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang terjual.

Jadi, target laba operasi adalah 15% dari harga dikalikan dengan kuantitas.

Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini),

diperoleh:

0,15 ($400)(Unit) = ($400 x Unit) - ($325 x Unit) - $ 45.000


$60 x Unit = ($400 x Unit) - ($325 x Unit) - $ 45.000
$60 x Unit = ($400 x Unit) - ($75x Unit) - $ 45.000
$15 x Unit = $ 45.000
Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang

sama dengan 15% dari pendapatan penjualan? Untuk 3.000 mesin pemotong rumput,

total pendapatan adalah $ 1,2 juta ($400 x 3.000).

28
Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat

bahwa diatas titik impas, margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume

impas adalah 600 mesin pemotong rumput.

Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong

rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 - 600) mesin pemotong rumput diatas titik

impas yang telah terjual.

Jadi, laba sebelum pajak adalah $ 180.000 ($75 x 2.400), yang merupakan 15% dari

penjualan ($ 180.000/$ 1.200.000).

2.2.3.3 Target Laba Setelah Pajak

Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Ini disebabkan

karena pajak yang dibayar atas laba NOL adalah NOL.

Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk

menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan.

Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan

bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak.

Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih, harus

menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai PERSENTASE dari laba. Laba setelah pajak

dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = Laba operasi - Pajak penghasilan


Laba bersih = Laba operasi - (Tarif pajak x Laba operasi)
= Laba operasi (1-Tarif pajak)
Atau
Laba bersih
Laba operasi =
(1−Tarif Pajak)

29
Jadi, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak, cukup

membagi laba setelah pajak dengan (1-tarif pajak)

Misalkan, Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $ 48.750 dan tarif

pajaknya adalah 35%. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target

laba sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut ini:

$ 48.750 = Laba operasi - (0,35 x Laba operasi)


$ 48.750 = 0,65 (Laba operasi)
$75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35%, maka Whittier Company harus

menghasilkan $ 75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $ 48.750

setelah pajak penghasilan.

Dengan mengonversian ini, kita sekarang dapat menghitung jumlah unit yang harus

dijual:

$ 45.000 − $ 75.000
Unit = ( )
$ 75
$ 120.000
Unit =
$75
Unit = 1.600

Mari periksa jawaban ini dengan menyusun laporan laba rugi berdasarkan penjualan

sebanyak 1.600 mesin pemotong rumput.

Penjualan $640.000

Dikurangi:beban variabel 520.000


Margin Kontribusi $120.000

Dikurangi: beban tetap 45.000

30
Laba Operasi $75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 30%) 26.250

Laba bersih $48.750

2.3 Titik Impas dalam Dolar Penjualan

Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan

penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual.

Sebagai contoh: Titik impas Whittier Company dihitung pada 600 mesin pemotong

rumput. Karena harga jual per unit mesin pemotong rumput adalah $ 400, maka

volume impas dalam pendapatan penjualan adalah $ 240.000 ($400 x 600)

Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel di definisikan

sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang

terjual.

Tampilan grafik mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya

variabel dan margin kontribusi. Dalam tampilan tersebut $10 dan biaya variabel

adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah margin kontribusi sebesar $4 ($ 10-$ 6).

Jika harga yang dijual adalah 10 unit, maka total biaya variabel adalah $60 ($6 x 10

unit). Atau karena setiap unit yang dijual menghasilkan pendapatan sebesar $10 dan

membutuhkan biaya variabel $6, maka dapat mengatakan bahwa 60% dari setiap

dolar pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10).

Jadi dengan memfokuskan pada pendapatan penjualan, dapat memperkirakan total

biaya variabel sebesar $ 60 untuk pendapatan $ 100 (0,60 x $100).

31
Hubungan antara Pendapatan, Biaya Variabel, Margin Kontribusi, dan Biaya Tetap.

Pendekatan Pendapatan Penjualan menggunakan contoh Whittier Company. Disajikan

kembali laporan laba rugi berdasarkan perhitungan biaya variabel Whittier untuk

1.000 mesin pemotong rumput:

Persentase
Dolar
Penjualan
Penjualan $400.000 100,00%

Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25%

Margin Kontribusi $75.000 18,75%

Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba Operasi $30.000

32
Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk mencapai titik

impas?

Laba operasi = Penjualan - Biaya Variabel -Biaya tetap


0 = Penjualan - (Rasio biaya variabel x Penjualan)
- Biaya Tetap
0 = Penjualan (1 - Rasio biaya variabel) - Biaya
tetap
0 = Penjualan (1 - 0,8125) -$45.000
Penjualan (0,1875) = $ 45.000
Penjualan = $ 240.000

Hubungan antara Margin Kontribusi, Biaya Tetap, dan Laba

Panel A : Biaya tetap = Margin Kontribusi

Biaya tetap

Margin Kontribusi

Pendapatan
Total biaya variabel

Panel B : Biaya tetap < Margin Kontribusi

Biaya tetap Laba

Margin Kontribusi

Pendapatan

Total biaya variabel

33
Panel C : Biaya tetap > Margin Kontribusi

Biaya tetap Rugi

Margin Kontribusi

Pendapatan
Total biaya variabel

Jadi, Whittier harus menghasilkan pendapatan sejumlah $ 24.000 untuk mencapai

impas dengan margin kontribusi (1 - 0,8125).

Biaya tetap
Penjualan impas =
Rasio Margin Kontribusi

Dengan menggunakan data Whittier Company, dollar penjualan impas adalah

$ 45.000
$ 24.000 dihitung dari
0,1875

2.3.1 Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk memperoleh

laba sebelum pajak sebesar $ 60.000?

Caranya: tambahkan target laba operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap $45.000

dan bagilah dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = ($ 45.000 + $ 60.000)/0,1875

Penjualan = $ 105.000/0,1875

Penjualan = $ 560.000

34
Whittier harus menghasilkan pendapatan $ 560.000 untuk mencapai target laba

sebesar $ 60.000.

Untuk memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan

pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan.

Jika pendapatan penjualan adalah $ 540.000, bukan $ 560.000, bagaimana

pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan. Penurunan pendapatan sebesar $20.000

akan mengakibatkan penurunan laba sebesar $ 3.750 (0,1875 x $ 20.000)

2.3.2 Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas

dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit

dengan unit terjual. Lalu, mengapa menggunakan rumus terpisah untuk pendekatan

pendapatan penjualan?

Ada 2 (dua) alasan:

◆ Rumus pendapatan penjualan memungkinkan untuk secara langsung mencari

pendapatan jika hal tersebut di kehendaki.

◆ Pendekatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan dalam pengaturan

multiproduk, seperti yang akan dibahas dalam bagian tersebut.

2.4 Analisis Multiproduk

Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk

tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk

dan jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam

situasi multiproduk, namun pengoperasian tidak beda jauh.

35
Bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan produk

tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan mengembangkan contoh Whittier

Company.

⚫ Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk

tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah

produk atau jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih

tinggi dalam situasi multiproduk, namun pengoperasiannya tidak beda jauh.

⚫ Bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan

produk tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan mengembangkan

contoh Whittier Company.

Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan 2 (dua) model mesin

pemotong rumput: mesin pemotong rumput manual dengan harga jual $ 400 dan

mesin pemotong rumput otomatis dengan harga jual $800. Departemen pemasaran

yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin

pemotong rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan.

Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan

ramalan penjualan.

Mesin Mesin
Total
Manual Operasi

Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000

Dikurangi:Beban variabel $390.000 $480.000 $870.000

Margin Kontribusi $90.000 $1.120.000 $250.000

36
Dikurangi: Beban tetap
$30.000 $40.000 $70.000
langsung

Margin Produk $60.000 $1.080.000 $180.000

Dikurangi:Beban tetap umum $26.250

Laba Operasi $153.750

Pengawas telah memisahkan beban tetap langsung dari beban tetap umum.

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri

ke masing-masing produk, dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.

Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk, dan akan

tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.

2.4.1 Titik Impas dalam Unit

Bagaimana jika Pemilik Whittier ingin menambah lini produk baru dan ingin

mengetahui berapa banyak masing-masing model harus terjual untuk mencapai

impas?

Persamaan sebelumnya digunakan untuk analisis produk tunggal.

Untuk menambah lini produk, dilakukan analisis secara terpisah ke masing-masing

lini produk karena dengan cara itu diperoleh titik impas individu jika laba di

definisikan sebagai margin produk.

Contoh untuk 2 (dua) produk , terdapat 2 (dua) margin kontribusi per unit:

Mesin potong rumput manual memiliki margin kontribusi per unit sebesar $ 75

($400-$325).

Mesin pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $ 200

($800-$600).

37
a) Impas untuk mesin pemotong rumput manual adalah sebagai berikut:

Unit impas mesin pemotong manual = Biaya tetap/(Harga - Biaya variabel per unit)

= $ 30.000/$75

= 400 unit.

b) Impas untuk mesin pemotong rumput otomatis adalah:

Unit impas mesin pemotong rumput otomatis = Biaya tetap/(Harga - Biaya variabel

per unit)

= $ 40.000/$ 200

= 200 unit.

Kekurangan pendekatan ini adalah:

Margin produk impas hanya menutup biaya tetap langsung; sementara biaya tetap

umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong rumput dalam jumlah

tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum. Belum ada titik

impas perusahaan secara keseluruhan yang di identifikasi. Bagaimana pun, biaya tetap

umum masih harus diperhitungkan ke dalam analisis.

Pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum menghitung

titik impas dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah

bahwa alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi tidak ada volume impas yang

tampak secara langsung.

Pemecahan lainnya yang mungkin adalah dengan mengonversikan masalah

multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika ini dapat dilakukan, maka selutuh

metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari

38
konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan, dalam

unit-unit dari produk-produk yang dipasarkan.

Solusinya : pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum

menghitung titik impas dapat mengatasi kesulitan ini.

Permasalahan dalam pendekatan ini adalah bahwa alokasi biaya tetap umum bersifat

acak, sehingga tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.

2.4.1.1 Penentuan Bauran Penjualan

Bauran Penjualan (salex mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang

dijual oleh perusahaan.

Bauran penjualan dapat di ukur dalam unit yang terjual atau bagian dalam dari

pendapatan. Biasanya dapat diturunkan sampai bilangan bulat terkecil.

Contohnya:

Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin

pemotong rumput otomatis. Berapakah bauran penjualannya?

Jawaban:

Bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800

Bauran relatifnya 1200:800 dapat diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya menjadi 3:2

yaitu

Bauran penjualan dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan yang di

kontribusikan oleh masing-masing produk.

Pendapatan dari mesin pemotong rumput manual adalah $ 480.000 ($400 x 1.200),

dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis adalah $ 640.000 ($800 x 800).

39
Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86% dari total pendapatan dan mesin

pemotong rumput otomatis mencakup 57,14% sisanya.

Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2 yaitu dari setiap 5 mesin yang terjual, 60%

adalah mesin pemotong rumput manual dan 40% mesin pemotong rumput otomatis.

Namun, bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86% untuk mesin

pemotong rumput manual.

Apa perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran

penjualan dalam unit dan memberikannya bobot menurut harganya.

Meskipun proporsi yang mendasari mesin yang terjual tetap 3:2, namun mesin

pemotong rumput manual yang harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan pada

saat harga dimasukkan dalam penghitungan.

Untuk analisis CVP harus menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam

unit.

2.4.1.2 Bauran Penjualan dan Analisis CVP

➢ Penentuan bauran penjualan tertentu memungkinkan untuk mengonversi masalah

multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal.

➢ Karena Whittier berharap untuk menjual 3 (tiga) mesin pemotong rumput manual

atas setiap 2 (dua) mesin pemotong rumput otomatis, maka Whittier bisa

mendefinisikan produk tunggal yang dijualnya sebagai suatu paket yang berisi 3

(tiga) mesin pemotng rumput manual dan 2 ( dua) mesin pemotong rumput

otomatis.

➢ Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk

dikonversi menjadi masalah produk tunggal.

40
➢ Untuk menggunakan pendekatan TITIK IMPAS DALAM UNIT, harga jual per

paket dan biaya varabel per paket harus diketahui.

➢ Untuk menghitung nilai-nilai tersebut, bauran penjualan, harga setiap produk, dan

masing-masing biaya variabel yang diperlukan.

Menurut data produk individu yang disajikan dalam proyeksi laporan laporan laba

rugi, nilai paket dapat dihitung sebagai berikut:

Bauran
Harga Biaya
Konstribusi
Variabel Konstribusi Margin
Produk Per Margin
Per Per Penjualan
Unit
Unit Unit
Paket
Margin a
$400 $325 $75 3 $225
Manual

Mesin
800 600 200 2 400b
Otomatis

Total Paket $625

a
angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (3) dengan margin

kontribusi per unit ($75).

b
angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (2) dengan margin

kontribusi per unit ($200).

41
Berdasarkan margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat

digunakan untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual guna mencapai titik

impas.

Dari proyeksi laporan laba rugi Whittier, dapat mengetahui bahwa total biaya tetap

perusahaan adalah $ 96.250.

Paket impas = Biaya tetap/Margin kontribusi per paket

Paket impas = $ 96.250/$ 625

Paket impas = 154 paket.

Whittier harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan 308 mesin

pemotong rumput otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas.

Periksalah Laporan Laba Rugi untuk memeriksa kebenaran solusi ini

(Laporan Laba Rugi: SOLUSI IMPAS).

Mesin Mesin
Total
Manual Operasi
Penjualan $184.800 $246.400 $431.200
Dikurangi: Beban variabel $150.150 $184.800 $334.950
Margin Kontribusi $34.650 $61.600 $96.250
Dikurangi: Beban tetap langsung $30.000 $40.000 $70.000
Margin Produk $4.650 $21.600 $26.250
Dikurangi: Beban tetap umum $26.250
Laba Operasi $-

2.4.2 Pendekatan Dolar Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan

digunakan. Akan tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi

laporan laba rugi Whittier Company secara keseluruhan.

42
Perhatikan bahwa laporan laba rugi sesuai dengan kolom total laporan laba rugi yang

lebih terinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada

asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong

rumput otomatis akan terjual (bauran penjualan sebesar 3:2).

Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar pada bauran penjualan yang

diharapkan (Sama dengan pendapatan unit terjual, bauran penjualan yang berbeda

akan memberikan hasil yang berbeda.

Penjualan impas $1.120.000

Dikurangi: Biaya variabel $870.000

Margin Kontribusi $250.000

Dikurangi: Biaya tetap $96.250

Laba Operasi $153.750

Dengan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan.

Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk mencapai impas?

Untuk menjawab pertanyaan ini, bagi total biaya tetap $ 96.250 dengan rasio margin

$ 50.000
kontribusi 0,2232 ($ 1.120.000)

Biaya Tetap
Penjualan Impas = (Rasio Margin Kontribusi)

Penjualan Impas = $ 96.250/0,2232

Penjualan Impas = $ 431.228

43
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran

penjualan tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket.

Tidak ada pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan.

Upaya perhitungannya mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan produk

tunggal.

Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti

titik impas dalam unit, jawaban atas pertanyaan CVP yang menggunakan dolar

penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar tunggal.

Namun pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan

dengan kinerja masing-masing produk.

2.5 Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP

Untuk memahami lebih mendalam mengenai hubungan CVP dapat dilakukan melalui

penggambaran secara visual.

Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan antara biaya

variabel dan pendapatan.

Hal itu juga dapat membantu memahami dengan cepat dampak kenaikan atau

penurunan penjualan terhadap titik impas.

Dua grafik dasar yang penting, grafik laba-volume dan grafik biaya-volume-laba,

akan disajikan berikut ini:

a) Grafik Laba - Volume (Profit-Volume-Graph)

b) Grafik Biaya - Volume - Laba (Cost-Volume-Profit Graph)

2.5.1 Grafik Laba Volume

Grafik laba-volume (Profit-Volume-Graph) menggambarkan secara visual hubungan

antara laba dan volume penjualan.

44
Grafik laba-volume merupakan grafik dari persamaan operasi [Laba operasi = (Harga

x Unit) - (Biaya variabel per unit x Unit) - Biaya tetap].

Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat, dan unit merupakan

variabel bebas. Biasanya nilai variabel bebas di ukur pada sumbu horizontal dan nilai

variabel terikat pada sumbu vertikal.

Seperangkat data sederhana akan digunakan, anggaplah bahwa Tyson Company

memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga sebagai berikut:

Total biaya tetap $100

Biaya variabel per unit 5

Harga jual per unit 10

Laba operasi = ($10 x Unit) - ($5 x Unit) - $100.

Laba operasi = ($5 x Unit) - $ 100.

45
2.5.2 Grafik Biaya-Volume-Laba

Grafik-biaya-Volume-Laba (Cost-Volume-Profit Graph) menggambarkan hubungan

antara biaya, volume, dan laba.

Dengan menggunakan contoh Tyson Company, persamaan perndapatan dan biayanya

adalah sebagai berikut:

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + Biaya tetap

Jawaban:

Pendapatan = $ 10 Unit

Total biaya = ($5 x Unit) +$100.

Total biaya tetap $100


Biaya variabel perunit 5
Harga jual per unit 10

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut menggunakan grafik yang sama,

sumbu vertikal di ukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual.

46
2.5.3 Asumsi-asumsi pada Analisis Biaya-Volume-Laba

Grafik laba-volume dan biaya-volume-laba yang baru saja di ilustrasikan

mengandalkan pada beberapa asumsi penting,

Beberapa dari asumsi adalah sebagai berikut:

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk

linier.

2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap, dan biaya variabel

per unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang

rentang yang relevan.

3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduki dapat di jual.

4. Untuk menganalisis multiproduk, diasumsikan bahwa bauran penjualan

diketahui.

5. Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

1) Fungsi Linier

Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linier, memerlukan pertimbangan

tambahan.

47
Panel A menggambarkan fungsi pendapatan dan biaya yang berbentuk kurva linier.

Saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan juga meningkat, tetapi kemudian

peningkatannya mulai tidak setajam bila dibandingkan sebelumnya.

Ini dijelaskan dengan cukup mudah oleh kebutuhan untuk menurunkan harga ketika

lebih banyak unit yang terjual.

Fungsi total biaya lebih rumit, pada awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar

(sejalan dengan terjadinya PENINGKATAN tingkat pengembalian, dan kemudian

kembali naik secara tajam (sejalan dengan terjadinya PENURUNAN tingkat

pengembalian).

2) Rentang yang Linier

Analisis CVP merupakan alat pengambilan keputusan jangka pendek, karena

berorientasi pada jangka pendek dan sebagian biaya adalah TETAP. Tidak perlu

memperhitungkan seluruh rentang produksi dan penjualan yang mungkin untuk suatu

perusahaan.

DIPERLUKAN: MENETAPKAN OPERASI BERJALAN, atau rentang yang relevan

(relevant range), menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan linier yang berlaku.

Setelah di identifikasi, selanjutnya diasumsikan bahwa hubungan antara harga dan

biaya diasumsikan KONSTAN.

PANEL B mengilustrasikan rentang yang relevan dari 5.000 hingga 15.000 unit.

Hubungan biaya dan pendapatan secara garis besarnya adalah linier dalam rentang ini,

yang memungkinkan untuk menggunakan persamaan CVP linier. Tentu saja, jika

rentang harga yang relevan berubah, maka BIAYA TETAP dan BIAYA VARIABEL

akan berbeda, dan harga yang berbeda juga harus digunakan.

48
3) Produksi sama dengan Penjualan

Asumsi ketiga adalah bahwa apa yang di produksi dapat dijual. Tidak ada perubahan

persediaan selama periode tersebut. Persediaan tidak memiliki dampak terhadap

analisis impas merupakan hal yang dapat di mengerti.

Analisis impas adalah teknik pengambilan keputusan jangka pendek; sehingga dapat

menutup seluruh biaya pada periode waktu tertentu.

Persediaan mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak

dipertimbangkan.

4) Bauran Penjualan yang Konstan

Dalam analisis produk tunggal, bauran penjualannya tentu saja konstan-100% dari

penjualannya adalah satu produk.

Analisis impas multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan.

Namun, tentu saja tidak mungkin untuk memprediksikan dengan pasti bauran

penjualannya. Biasanya, kendala ini ditangani dalam praktiknya dengan analisis

sensitivitas.

Dengan menggunakan kemampuan analisis spreadsheet, sensitivitas variabel pada

berbagai bauran penjualan dapat dengan cepat dinilai.

49
5) Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti

Dalam kenyataannya, perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya

tetap secara pasti.

Suatu perubahan pada satu variabel biasanya mempengaruhi nilai variabel lainnya.

Sering kali terdapat suatu distribusi profitabilitas untuk diatasi.

Selain itu, terdapat cara-cara formal untuk pengaturan secara eksplisit ketidakpastian

ke dalam model CVP.

Pembahasan atau masalah-masalah seperti ini diperkenalkan pada bagian berikutnya.

2.6 Perubahan dalam Variabel CVP

Perusahaan harus memperhitungkan pengaruh risiko dan ketidakpastian, karena

perusahaan beroperasi pada dunia yang dinamis. Perusahaan perlu memperhatikan

perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variabel, dan biaya tetap.

Bahasan difokuskan:

⚫ Pengaruh dari perubahan harga, margin kontribusi per unit dan biaya tetap

terhadap titik impas.

⚫ Cara-cara yang dapat di tempuh oleh para manajer untuk menangani risiko dan

ketidakpastian dalam kerangka CVP.

Misalkan bahwa Whittier Company baru-baru ini melakukan sebuah studi pasar

tentang mesin pemotong rumput manual yang mengungkapkan 3 alternatif:

Alternatif 1: Jika pengeluaran iklan meningkat $ 8.000, penjualan akan naik dari

1.600 unit menjadi 1.725 unit.

50
Alternatif 2: PENURUNAN HARGA dari $ 400 menjadi $ 375 per mesin pemotong

rumput manual akan MENINGKATKAN PENJUALAN dari 1.600 menjadi 1.900

unit

Alternatif 3: MENURUNKAN HARGA menjadi $ 375 dan MENINGKATKAN

PENGELUARAN IKLAN sebesar $ 8.000 akan MENINGKATKAN PENJUALAN

dari 1.600 unit menjadi 2.600 unit.

Haruskah Whittier mempertahankan kebijakan harga dan iklannya saat ini atau

haruskah memilih salah satu dari ketiga alternatif yang digambarkan oleh STUDI

PEMASARAN tersebut?

ALTERNATIF PERTAMA

Apa pengaruhnya terhadap laba jika biaya iklan naik sebesar $ 8.000 dan penjualan

naik sebanyak 125 unit?

Solusinya: tidak menggunakan persamaan-persamaan tetapi dengan MARGIN

KONTRIBUSI PER UNIT.

Margin kontribusi per unit $75. Karena unit yang terjual naik sebanyak 125 unit,

maka kenaikan tambahan total margin kontribusi adalah ($ 75 x 125 unit). Tetapi,

karena biaya tetap meningkat sebesar $ 8.000, maka kenaikan laba tambahan hanya

sebesar $ 1.375 ($9.375-$8.000).

Dari tabel tersebut HANYA PERLU MELIHAT kenaikan tambahan dalam total

margin kontribusi dan beban tetap untuk menghitung kenaikan total laba.

Sebelum Setelah

kenaikan kenaikan

iklan iklan
Unit yang terjual 1.600 1.725

51
Margin kontribusi per unit $75 $75

Total margin kontribusi $120.000 $129.375

Dikurangi: Beban tetap 45.000 53.000


Laba $75.000 $76.375

Selisih Laba
Perubahan volume penjualan 125
Margin kontribusi per unit $75
Perubahan margin kontribusi $ 9.375
Dikurangi: Perubahan beban
8.000
tetap
Kenaikan laba $ 1.375

ALTERNATIF KEDUA:

Beban tetap tidak mengalami kenaikan.

SOLUSINYA:

Dengan melihat pengaruhnya terhadap total margin kontribusi.

Untuk harga saat ini sebesar $ 400, margin kontribusi per unit adalah $75. Jika 1.600

terjual, maka total margin kontribusi adalah $ 120.000 ($75 x 1.600).

Jika harga turun menjadi $ 375, maka total margin kontribusi TURUN menjadi $50

($375 - $325).

Jika 1.900 unit terjual dengan harga baru tersebut, maka total margin kontribusi yang

baru adalah $ 95.000 ($50 x $ 1.900).

PENURUNAN HARGA ini mengakibatkan PENURUNAN LABA sebesar $ 25.000

($120.000 - $95.000).

52
Sebelum Dengan

penurunan penurunan

harga harga

yang yang

Di usulkan Di usulkan
Unit yang terjual 1.600 1.900
Margin kontribusi per
$75 $50
unit
Total margin
$120.000 $95.000
kontribusi
Dikurangi: Beban
45.000 45.000
tetap
Laba $75.000 $50.000

Selisih

Laba
Perubahan margin kontribusi
($25.000)
($95.000-$120.000)
Dikurangi:Perubahan beban
$0
tetap

Penurunan laba ($25.000)

ALTERNATIF KETIGA:

PENURUNAN HARGA JUAL per unit dan KENAIKAN BIAYA IKLAN.

Seperti pada alternatif pertama, dampak laba dapat dinilai dengan memperhatikan

pengaruh-pengaruh TAMBAHAN terhadap margin kontribusi dan beban tetap.

Cara mengetahui perubahan laba:

1) Menghitung perubahan tambahan dalam total margin kontribusi

2) Menghitung perubahan tambahan dalam beban tetap

3) Menjumlahkan kedua hasil penghitungan tersebut.

53
Dengan

Sebelum penurunan

penurunan harga

harga yang

yang Di usulkan

Di usulkan dan

dan iklan peningkatan

iklan
Unit yang terjual 1.600 2.600
Margin kontribusi per unit $75 $50

Total margin kontribusi $120.000 $130.000

45.000 53.000

Dikurangi: Beban tetap $75.000 $77.000

Selisih

Laba
Perubahan margin kontribusi
$10.000
($130.000-$120.000)
Dikurangi: Perubahan beban
8.000
tetap ($53.000-$45.000)
Kenaikan laba $2.000

ALTERNATIF KETIGA

Total margin kontribusi saat ini (untuk 1.600 unit yang terjual) adalah $ 120.000.

Karena margin kontribusi yang baru adalah $ 130.000 ($50 x 2.600 unit).

Dengan demikian, KENAIKAN TAMBAHAN total margin kontribusi ini diperlukan

KENAIKAN BIAYA TETAP sebesar $ 8.000.

54
PENGARUH BERSIHNYA adalah KENAIKAN TAMBAHAN PADA LABA

sebesar $ 2.000.

DARI KETIGA ALTERNATIF YANG DI IDENTIFIKASI oleh studi permasaran

tersebut, alternatif yang menjanjikan keuntungan paling besar adalah alternatif ketiga.

⚫ Alternatif 3 MENINGKATKAN total laba sebesar $2.000.

⚫ Alternatif 1 MENINGKATKAN laba HANYA sebesar $1.375.

⚫ Alternatif 2 malah MENURUNKAN LABA sebesar $25.000.

2.6.1 Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP “harga dan biaya diketahui dengan pasti”, namun

hal tersebut jarang terjadi.

Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan

bagaimana pun hal itu harus ditangani.

Secara formal, risiko berbeda dengan ketidakpastian.

a) Risiko, distribusi profitabilitas variabelnya diketahui

b) Ketidakpastian, distribusi profitabilitasnya tidak diketahui.

Bagaimana para manajer berurusan dengan risiko dan ketidakpastian?

Metodenya:

1) Manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya, dan kuantitas

di masa depan.

2) Manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke pertimbangan yang bisa

disebut “kisaran titik impas”, karena sifat data yang tidak pasti, mungkin suatu

55
perusahaan mencapai titik impas ketika 1.800 dan 2.000 unit dijual. Jadi, titik

impas tidak diestimasi pada satu titik tertentu, misalnya 1.900 unit.

3) Manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas atau analisis “bagaimana jika”.

Dalam hal ini menggunakan spreadsheet komputer akan membantu manajer

dalam menentukan hubungan titik impas (atau target laba) dan kemudian

memeriksanya untuk melihat dampak harga dan biaya yang bervariasi terhadap

kuantitas yang terjual.

Dua konsep yang bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan

pengungkit operasi.

Kedua konsep ini dapat mempertimbangkan untuk masing-masing risiko.

Masing-masing konsep mensyaratkan pengetahuan mengenai biaya tetap dan variabel.

2.6.1.1 Margin Pengaman (Margin of Safety)

Margin Pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan untuk

terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang

melebihi volume impas. Dipandang sebagai ukuran kasar risiko.

Jika margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang

diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian apabila penjualan

mengalami penurunan akan lebih kecil daripada jika margin pengamannya kecil.

Langkah-langkah tersebut akan meningkatkan margin pengaman dan mengurangi

risiko menderita kerugian.

56
2.6.1.2 Pengungkit Operasi

Dalam bidang keuangan, pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relatif dari

biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu organisasi.

Pada saat biaya variabel turun, margin kontribusi per unit meningkat, yang membuat

demikian, fluktuasi penjualan memiliki pengaruh yang meningkat atas profitabilitas.

Pengungkit operasi (operating leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk

menciptakan perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan

berubah.

Semakin besar tingkat pengungkit operasi, semakin banyak perubahan dalam aktivitas

penjualan yang akan mempengaruhi laba.

Karena fenomena ini, bauran biaya yang dipilih organisasi memiliki pengaruh yang

berarti terhadap risiko operasi dan tingkat laba.

2.6.1.3 Tingkat Pengungkit Operasi (Degree of Leverage)

Tingkat pengungkit operasi (Degree of Leverage - DOL) untuk tingkat penjualan

tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba,

sebagai berikut:

Margin Kontribusi
Tingkat pengungkit operasi =
Laba

Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian rupa hingga

margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat pengungkit operasinya

naik-yang menandakan adanya peningkatan risiko.

57
Perusahaan sedang merencanakan untuk menambah sebuah lini produk baru, sehingga

dapat memilih apakah akan mengandalkan lebih berat pada OTOMATISASI daripada

TENAGA KERJA (MANUAL). Jika mengandalkan OTOMATISASI, maka biaya

tetap akan lebih tinggi dan biaya variabel per unit akan lebih rendah.

Data yang relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut:

Sistem Sistem

Otomatis Manual
Penjualan $1.000.000 $1.000.000

Dikurangi:Biaya variabel 500.000 800.000

MarginKontribusi $ 500.000 $ 200.000

Dikurangi:Biaya Tetap 375.000 100.000

Laba Operasi $ 125.000 $ 100.000

Harga jual per unit $100 $ 100

Beban variabel per unit 50 80

Margin kontribusi per unit 50 20

Tingkat pengungkit operasi untuk sistem OTOMATISASI adalah 0,4

($500.000/$125.000). Tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual adalah 2,0

($200.000/$100.000).

Apa yang akan terjadi dengan laba pada masing-masing sistem jika penjualan naik

40%?

Menyusun laporan laba rugi untuk mengetahuinya:

Sistem Sistem

Otomatis Manual

58
Penjualan $1.400.000 $1.400.000

Dikurangi:Biaya variabel 700.000 1.120.000

Margin kontribusi $700.000 $280.000

Dikurangi:Biaya Tetap 375.000 100.000

Laba Operasi $325.000 $180.000

1) Laba untuk sistem OTOMATIS akan naik sebesar $200.000 ($325.000-$125.000)

untuk kenaikan sebesar 160%.

2) Pada sistem MANUAL, laba meningkat hanya sebesar $80.000

($180.000-$100.000) atas kenaikan 80%.

3) Sistem otomatis menghasilkan PERSENTASE kenaikan yang lebih besar karena

memiliki tingkat pengungkit operasi yang lebih tinggi.

Ketika penjualan naik 40%, pengaruh ini dapat memberi manfaat yang signifikan bagi

perusahaan. Ketika penjualan turun, sistem otomatis juga akan menunjukkan

penurunan persentase yang lebih tinggi. Selain itu, kenaikan pengungkit operasi yang

terjadi pada sistem otomatis disebabkan oleh adanya kenaikan biaya tetap.

Titik impas untuk sistem OTOMATIS adalah 7.500 unit ($375.000/$50) sedangkan

titik impas untuk sistem MANUAL adalah 5.000 unit ($100.000/$20). Jadi, sistem

otomatis memiliki risiko lebih besar. Risiko yang bertambah itu akan menyediakan

potensi laba yang lebih tinggi (selama unit yang terjual melebihi 9.167).

⚫ Dalam memilih diantara sistem yang otomatis dan sistem manual, manajer harus

menilai kemungkinan terjadinya penjualan akan melebihi 9.167 unit.

59
⚫ Jika, setelah diteliti, terdapat keyakinan yang kuat bahwa penjualan akan dengan

mudah melebihi jumlah tersebut, pilihannya jelas sistem OTOMATIS.

⚫ Di lain pihak, jika penjualan dikuatirkan kurang dari 9.167 unit, maka sistem

manual lebih menguntungkan.

⚫ Tabel Sistem OTOMATISASI dan Sistem MANUAL telah mengikhtisarkan

perbedaan relatif antara sistem manual dan otomatis yang berkaitan dengan

konsep CVP.

2.6.2 Analisis Sensitivitas dan CVP

Analisis sensitivitas (sensitivitas analysis) adalah sebuah teknik “bagaimana jika”

yang menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap

suatu jawaban.

Analisis ini relatif lebih mudah dengan memasukkan data mengenai harga, biaya

variabel, biaya tetap, dan bauran penjualan, serta menggunakan rumus untuk

menghitung titik impas dan laba yang diharapkan.

Contoh sebelumnya tentang pengungkit operasi, perusahaan menganalisis dampak

piliahn penggunaan sistem operasi dan manusal terhadap laba. Jika dihitung manual,

menjadi tidak praktis. Dengan menggunakan komputer, akan mudah untuk mengubah

harga jual dalam pertambahan $1 antara $ 75 atau $125 tentang kuantitas yang terjual.

Perbedaan antara SISTEM MANUAL DAN SISTEM OTOMATIS.

Sistem Sistem

Manual Otomatis

Harga Sama Sama

60
Biaya variabel Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih Rendah

Biaya tetap Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi

Margin kontribusi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi


Titik impas Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Margin pengamanan Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih Rendah

Tingkat pengungkit operasi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi

Risiko penurunan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi

Risiko kenaikan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi

2.7 Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perusahaan dapat

dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume

penjualan (biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya

biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.

Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional

mengungkapkan 2 perbedaan yang signifikan:

1. Biaya tetapnya berbeda. Beberapa biaya yang sebelumnya di identifikasikan

sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak biaya non unit, yang dalam

halini adalah pengaturan dan jam rekayasa.

2. Pembilang pada persamaan impas ABC memiliki 2 istilah biaya variabel non unit,

satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch, dan satu untuk aktivitas yang

berkaitan dengan keberlanjutan produk.

Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti bahwa

analisis CVP kurang bermanfaat. Dalam kenyataannya, analisis CVP menjadi lebih

bermanfaat karena memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya.

61
Wawasan tersebut menghasilkan keputusan yang lebih baik. Namun analisis CVP

dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus di modifikasi.

Sebagai ilustrasi, anggaplah bahwa biaya perusahaan dapat dijelaskan dengan 3

variabel: penggerak aktivitas tingkat unit yaitu: unit yang dijual; penggerak aktivitas

tingkat batch yaitu jumlah pengaturan; dan penggerak tingkat produk yaitu jam

rekayasa (engineering hours).

Persamaan biaya ABC selanjutnya dapat dinyatakan:

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit) + (Biaya

pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa).

Laba operasi adalah total pendapatan - total biaya.

Laba operasi = Total pendapatan - [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah

unit) + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam

rekayasa)].

Gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit.

Pada impas, laba operasi adalah NOL dan jumlah unit yang harus dijual untuk

mencapai impas adalah:

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya

rekayasa x Jumlah jam kerja)]/(Harga -Biaya variabel per unit).

2.7.1 Contoh Pembandingan Analisis Konvensional dan ABC

Asumsikan bawa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual

untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $ 20.000

62
Biaya
Tingkat
Penggerak Variabel
Penggerak
Aktivitas Per
Aktivitas
Unit
Unit yang terjual $10 -

Pengaturan 1.000 20

Jam Rekayasa 30 1.000

Data lainnya:

Total biaya tetap (konvensional) $100.000

Total biaya tetap (ABC) 50.000

Harga jual per unit 20

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk

menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $ 20.000, di hitung sebagai:

Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap) / ( Harga - Biaya variabel per unit)

Jumlah unit = ($20.000 - $ 100.000) / ($20/$10)

Jumlah unit = ($ 120.000/$10)

Jumlah unit = 12.000 unit.

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk

menghasilkan laba operasi sebesar $ 20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = [$ 20.000 + $ 50.000 + ( $1.000 x 20) + $ 30 x 1.000)] / ($20/$10)

Jumlah unit = 12.000 unit.

Kedua pendekatan menghasilkan jumlah unit yang sama yaitu 12.000 unit.

63
Karena: kelompok biaya total tetap menurut perhitungan biaya konvensional terdiri

dari biaya variabel berdasarkan non-unit ditambah biaya yang tetap tanpa

memperhatikan penggerak aktivitas.

2.7.2 Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional Versus Analisis ABC

Setelah dilakukan analisis CVP konvensional, departemen pemasaran menyatakan

bahwa penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Hanya 10.000 unit yang mungkin

dapat terjual. Presiden direktur perusahaan kemudian memerintahkan para insinyur

perancangan produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk.

Para insinyur di minta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu

biaya tetap ebesar $ 100.000 dan biaya variabel per unit $10. Biaya variabel per unit

sebesar $10 terdiri atas: tenaga kerja langsung $4, bahan baku langsung $5, dan

overhead variabel $1.

Jumlah unit = Biaya tetap/(Harga-Biaya variabel per unit)

Jumlah unit = $100.000/($20-$8)

Jumlah unit = 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut:

Penjualan ($20 x 10.000) $200.000

Dikurangi: Beban variabel ($8 x 10.000) 80.000

Margin Kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap 100.000

Laba Operasi $20.000

64
Merasa senang, presiden direktur menyetujui rancangan baru tersebut. Satu tahun

kemudian, presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang diharapkan

tidak terjadi. Sebaliknya, perusahaan mengalami kerugian. Mengapa? Jawabannya

diberikan oleh pendekatan ABC pada analisis CVP.

Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut:

Total biaya = $50.000 + ($10 x Unit) + $ 1.000 x Pengaturan) + ($30 x Jam rekayasa).

Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit,

sehingga meningkatkan biaya per peraturan dari $ 1.000 menjadi $ 1.600. Juga

misalkan bahwa rancangan baru ini, karena peningkatan kandungan teknis,

membutuhkan dukungan teknik tambahan sebesar 40% (dari 1.000 jam menjadi 1.400

unit).

Persamaan bahwa yang baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit adalah

sebagai berikut:

Total biaya = $ 50.000 + ($8 x unit) + ($ 1.600 x pengaturan) + ($30 x jam rekayasa)

Titik impas, dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC, dihitung

sebagai berikut (anggap bahwa 20 pengaturan masih dilakukan):

Jumlah unit = [$50.000 + $1.600 x 20) + ($30 x 1.400)]/ ($20 - $8)

Jumlah unit = $124.000/$12

Jumlah unit = 10.333 unit.

Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut: (ingat kembali bahwa jumlah

maksimal yang dapat dijual adalah 10.000 unit).

Mengapa insinyur tersebut melakukan kesalahan sedemikian rupa?

65
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa rancangan yang baru akan menaikkan biaya

pengaturan dan dukungan teknik? Jawabannya iya dan tidak.

Mereka mungkin menyadari kenaikan pada kedua variabel tersebut, tetapi persamaan

biaya konvensional mengalihkan perhatian dan perhitungan besarnya dampak

perubahan pada kedua variabel tersebut.

Penjualan ($20 x 10.000) $200.000

Dikurangi: Beban variabel berdasarkan


80.000
unit ($8 x 10.000)

Margin Kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban variabel berdasarkan

non unit:

Pengaturan ($1.600 x 20) $32.000

Dukungan teknik($30 x 1.400) $42.000 74.000

Margin yang dapat ditelusuri $46.000

Dikurangi:Beban tetap 50.000

(Rugi) operasional ($4.000)

2.7.3 Analisis CVP dan JIT

Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya vvariabel per unit yang dijual

berkurang, dan biaya tetap bertambah.

Sebagai contoh:

◆ Tenaga kerja langsung, sekarang dianggap sebagai tetap dan bukan variabel.

◆ Bahan Baku Langsung, di lain pihak, masih dianggap sebagai biaya variabel

berdasarkan unit.

66
Sebenarnya, penekanan pada mutu total dan pembelian jangka panjang membuat

asumsi bahwa biaya bahan baku langsung benar-benar proporsional dengan unit yang

diproduksi menjadi makin terbukti (karena limbah, sisa bahan, dan diskon kuantitas di

eliminasi).

Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut:

Total Biaya= Biaya Tetap + (Biaya variabel per unit - Jumlah per unit) + (Biaya

rekayasa - Jumlah jam rekayasa)

Biaya variabel berdasarkan unit lainnya, seperti listik dan komisi penjualan juga

berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch menjadi hilang (pada sistem JIT, batch-nya

adalah 1 unit).

67
BAB III

PEMBAHASAN

Contoh soal 1

Pengawas Kerriks Company mempersiapkan proyeksi laporan laba rugi sebagai

berikut:

Penjualan (5.000 unit @


$75.000
$15)

Dikurangi: Biaya Variabel 60.000

Margin Kontribusi $15.000

Dikurangi: Biaya Tetap 10.350

Laba Operasi $4.650

Diminta:

1. Hitunglah jumlah impas dalam unit.

2. Buatlah laporan laba-rugi untuk Kerrisk pada impas.

3. Berapa banyak unit yang harus Kerrisk jual untuk mendapatkan laba operasi.

Jawaban

1) Jumlah impas dalam unit

Laba operasi = (harga x unit terjual) - (biaya variabel per unit x unit terjual) - total

biaya tetap.

0 = ($15 x unit) - ($12 x unit) - $10.350.

0 = $15 unit-12 unit - $ 10.350.

$10.350 = $3 unit

Unit = $10.350/3

68
Unit = 3.450 unit

2) Laporan Laba Rugi Kerrisk pada titik impas

Penjualan $51.750

Dikurangi: Biaya variabel 41.400

Margin kontribusi $10.350

Dikurangi: Biaya tetap 10.350

Laba operasi $-

3) Jika diperoleh laba $ 9.900 berapa unit yang terjual

Laba operasi = (harga x unit terjual) - (biaya variabel per unit x unit terjual) - total

biaya tetap.

$ 9.900 = ($15 x unit) - ($12 x unit) - $10.350.

$ 9.900 = $15 unit-12 unit - $ 10.350.

$ 9.900 + $ 10.350 = $3 unit

$20.250 = $3 unit

Unit = $20.250/$3

Unit = 6.750 Unit

Contoh soal 2

Masih mengacu kepada Soal 1

Diminta:

1. Berapakah margin kontribusi per unit bagi Kerrisk Company? Berapakah rasio

margin kontribusinya?

2. Berapakah rasio biaya variabel bagi Kerrisk Company?

69
3. Hitunglah pendapatan impasnya!

4. Berapa banyak pendapatan yang harus di dapatkan oleh Kerrisk untuk

memperoleh laba operasi $ 9.900?

Jawaban

1. Margin kontribusi per unit = harga jual per unit - biaya variabel per unit

= $15 - $12

= $3

= margin kontribusi per unit/ harga jual per unit

= $3/$15

= 0,2 (20%)

2. Rasio biaya variabel = Biaya variabel/penjualan

= $60.000/$75.000

=0,8 (80%)

3. Pendapatan impas = Biaya tetap/rasio margin kontribusi

= $10.350/0,2

= $51.750

Laba operasi = Penjualan (1-Rasio biaya variabel) - Biaya tetap

0 = Penjualan (1- 0,8) - $10.350

0,2 Penjualan = $ 10.350

Penjualan = $ 10.350/0,2

Penjualan = $ $ 51.750

70
4. Pendapatan yang diperoleh untuk memperoleh laba operasi $ 9.900

Penjualan = (Biaya tetap + Laba operasi)/Rasio margin kontribusi

= ($10.350 + $ 9.900)/0,2

= $20.250/0,2

= $101.250

Laba operasi = Penjualan (1-Rasio biaya variabel) - Biaya tetap

$ 9.900 = x (1-0,2) - $ 10.350

$ 9.900 = x - 0,8x - $ 10.350

$ 9.900 = 0,2x - $ 10.350

$ 9.900 + $ 10.350 = 0,2x

$ 20.250 = 0,2x

x = $ 20.250/0,2

x = $ 101.250

Contoh soal 3

Masih mengacu kepada Soal 1

Diminta:

1. Berapa banyak unit yang harus Kerrisk jual untuk mendapatkan laba operasi

sebesar 15% dari pendapatan?

2. Buatlah laporan laba rugi berdasarkan jumlah unit yang Anda hitung dalam

Pertanyaan 1 untuk membuktikan jawaban Anda!

Jawaban

1. Unit yang terjual untuk memperoleh laba operasi 15% dari pendapatan

15% x Penjualan = Penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap

71
15% x ($15 x Unit) = ($15 x Unit) - ($12 x Unit) - $10.350.

$2,25x = ($15x - $12x) - $10.350

$ 10.350 = $15x - $12x -$2,25x

$ 10.350 = $0,75x

x = $10.350/0,75

= $13.800 Unit

2. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi

Penjualan $207.000

Dikurangi: Biaya variabel 165.000

Margin kontribusi $42.000

Dikurangi: Biaya tetap 10.350

Laba operasi $31.650

15% x Penjualan --> 15% x $207.000

= $31.050

Contoh soal 4

Masih mengacu kepada Soal 1

Diminta:

1. Anggaplah bahwa tarif pajak pendapatan adalah 40%, berapakah laba sebelum

pajak yang Kerrisk harus hasilkan untuk memperoleh laba setelah pajak sebesar

$ 6.000? Berapa banyak unit Kerrisk harus jual untuk memperoleh laba setelah

pajak sebesar $ 6.000?

72
2. Anggaplah bahwa tarif pajak pendapatan adalah 50%, berapakah laba sebelum

pajak yang Kerrisk harus hasilkan untuk memperoleh laba setelah pajak sebesar

$ 6.000? Berapa banyak unit yang Kerrisk harus jual untuk memperoleh laba

setelah pajak sebesar $ 6.000?

3. Anggaplah bahwa tarif pajak pendapatan adalah 30%, berapakah laba sebelum

pajak yang Kerrisk harus hasilkan untuk memperoleh laba setelah pajak sebesar

$ 6.000? Berapa banyak unit yang Kerrisk harus jual untuk memperoleh laba

setelah pajak sebesar $ 6.000?

Jawaban

1. Jika tarif pajak 40% berapa laba sebelum pajak jika laba sebelum pajak $ 6.000,

dan berapa unit yang terjual?

Laba Operasi = Laba bersih/(1-Tarif pajak)

= $6.000/(1 - 0,40)

= $6.000/0,60

= $10.000

Unit yang terjual = (Biaya tetap +Laba operasi)/Margin kontribusi per unit

= ($10.350 + $10.000)/($15.000/$5.000)

= $20.350/$3

= 6.783,3 unit --> 6.784 unit

2. Jika tarif pajak 50%?

Laba Operasi = Laba bersih/(1-Tarif pajak)

= $6.000/(1 - 0,50)

= $6.000/0,50

= $12.000

73
Unit yang terjual = (Biaya tetap +Laba operasi)/Margin kontribusi per unit

= ($10.350 + $12.000)/($15.000/$5.000)

= $22.350/$3

= 7.450 unit

3. Jika tarif pajak 30%

Laba Operasi = Laba bersih/(1-Tarif pajak)

= $6.000/(1 - 0,30)

= $6.000/0,70

= $8.572

Unit yang terjual = (Biaya tetap +Laba operasi)/Margin kontribusi

= ($10.350 + $ 8.572)/($15.000/$5.000)

= $18.992/$3

= 6.307 unit

Contoh soal 5

Graham Company memproduksi berbagai produk kimia. Satu divisi membuat

re-agent untuk laboratorium. Proyeksi laporan laba rugi divisi untuk tahun mendatang

adalah sebagai berikut:

Penjualan (110.000 unit @


Rp 2.750.000
Rp 25)

Dikurangi: Biaya Variabel 1.925.000

Margin Kontribusi Rp 825.000

74
Dikurangi: Biaya Tetap 495.000

Laba Operasi Rp 330.000

Diminta:

1. Hitunglah margin kontribusi per unit, dan hitunglah titik impas dalam unit

(bulatkan kejumlah unit terdekat). Hitunglah rasio margin kontribusi dan

pendapatan penjualan impas.

2. Manajer divisional telah memutuskan untuk meningkatkan anggaran iklan

sebesar Rp 40.000. Ini akan meningkatkan pendapatan penjualan sebesar Rp

400.000. Berapa banyak laba operasi yang akan meningkat dan menurun sebagai

hasil dari tindakan ini?

3. Anggaplah bahwa pendapatan penjualan melebihi jumlah yang diperkirakan pada

laporan keuangan laba rugi sebesar Rp 315.000. Tanpa mempersiapkan suatu

laporan laba rugi yang baru, seberapa banyakkah laba telah diperkirakan terlalu

rendah?

4. Mengacu pada data awal. Berapa banyak unit harus terjual untuk memperoleh

laba setelah pajak sebesar Rp 360.000? Anggaplah bahwa tingkat pajak adalah

40%.

5. Hitunglah margin pengaman berdasarkan laporan laba rugi awal.

6. Hitunglah pengungkit operasi berdasarkan pada laporan laba rugi awal. Jika

pendapatan penjualan adalah 20% lebih besar daripada yang diharapkan,

berapa % kenaikan laba?

Jawaban

Rp 825.000
1 Unit Contribution Margin =
Rp 110.000

= Rp 7,50
75
Rp 495.000
Break Even Units =
Rp 7,50

= 66.000 Units

Rp7,50
CM Ratio =
Rp 25

= 0,30

Rp 495.000
Break Even Point =
0,30

= Rp. 1.650.000

2 Increased CM = (Rp 400.000 x 0.30) Rp 120.000

Less: Increased Advertising Expense (40.000)

Increased Operating income Rp 80.000

3 Rp. 315.000 x 0.30 = Rp94.500

Rp 360.000
4 Before Tax income = = Rp600.000
(1−0,40)

(Rp 495.000+ Rp 600.000)


Units = = Rp146.000
Rp 7,50

5 Margin of Safety = Rp.2.750.000 - Rp 1.650.000 = Rp1.100.000

76
Rp 825.000
6 Operating Leverage = = 2.5
Rp 330.000

Profit Increase = 20% x 2.5 = 50%

Contoh Soal 6

Gernon Company memproduksi kalkulator ilmiah dan kalkulator bisnis. Untuk tahun

mendatang, Gernon berharap untuk menjual 20.000 kalkulator ilmiah dan 100.000

kalkulator bisnis. Laporan laba rugi segmen untuk kedua produk tersebut adalah

sebagai berikut:

Ilmiah Bisnis Total

Penjualan $500.000 $2.000.000 $2.500.000

Dikurangi: Biaya
$240.000 $900.000 $1.140.000
variabel

Margin Kontribusi $260.000 $1.100.000 $1.360.000

Dikurangi: Biaya tetap


$120.000 $960.000 $1.080.000
langsung

Margin segmen $140.000 $140.000 $280.000

Dikurangi: Biaya tetap


$145.000
umum

Laba Operasi $135.000

Diminta:

a. Hitunglah jumlah kalkulator dan jumlah kalkulator bisnis yang dijual untuk

mencapai impas.

77
b. Dengan menggunakan informasi hanya dari kolom “Total” dari laporan laba rugi

di atas, hitunglah pendapatan penjualan yang harus diperoleh bagi perusahaan

untuk mencapai impas.

Jawaban:

Harga Biaya Margin


Bauran Bauran
Produk Jual per Variabel Kontribusi
Penjualan Kontribusi
unit per unit per Unit

Kalkulator Ilmiah 25 12 13 1 13

Kalkulator Bisnis 20 9 11 5 55

68

Biaya Tetap
Titik Impas =
Margin Kontribusi per unit
($ 1.080.000 + $ 145.000)
=
$ 68
$ 1.225.000
=
$ 68
= 18.015 unit

Unit yang dijual untuk mencapai titik impas:

Bauran
Titik Impas
Penjualan

Kalkulator Ilmiah 1 18.015 18.015

Kalkulator Bisnis 5 18.015 90.075

78
Biaya Variabel
Penjualan Impas =
Rasio Margin Kontribusi

$ 1.080.000 + $ 145.000
= ( $ 1.360.000 )
$ 2.500.000

$ 1.225.000
= 0,544

= $ 2.251.838, 235

79
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Pada produk tunggal, titik impas dapat dihitung dalam unit dengan membagi total

biaya tetap dengan margin kontribusi per unit. Pada intinya, jumlah unit yang

cukup dijual hanya untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel perusahaan.

2) Pendapatan impas dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan rasio

margin kontribusi.

3) Analisis multiproduk mensyaratkan dibuatnya suatu asumsi sehubungan dengan

bauran produk penjualan yang diharapkan.

4) Jika bauran penjualan berubah pada perusahaan multiproduk, maka titik impas

akan berubah.

5) Umumnya kenaikan penjualan produk yang memiliki margin kontribusi tinggi

akan memperkecil titik impas, sementara kenaikan penjualan produk dengan

margin kontribusi rendah akan memperkecil titik impas.

6) CVP didasarkan pada beberapa asumsi yang harus dipertimbangkan dalam

menerapkan fungsi biaya dan pendapatan linier, tidak ada persediaan barang jadi

dan baruan penjualan yang konstan.

7) Analisis sensitivitas memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh

perubahan pada variabel yang mendasari hubungan CVP.

8) CVP dapat digunakan dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, tetapi

analisisnya harus dimodifikasi.

9) Dampak keputusan terhadap batch dan produk dapat di uji dalam kerangka kerja

CVP.

80
DAFTAR PUSTAKA

Don. R. Hansen, Marryane. M. Mowen, Management Accounting, Buku 2, Edisi

7, 2005, Jakarta, Salemba 4.

Don. R. Hansen, Marryane. M. Mowen, Management Accounting, Thompson, 8th

Edition,

81

Anda mungkin juga menyukai