Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Jurnal

Kista Brankial

Pendahuluan

Kista brankial merupakan kelainan kongenital berupa sisa dari celah atau kantung brankial yang
terperangkap tanpa adanya saluran keluar. Kista brankial dapat berasal dari anomali brankial
pertama hingga keempat selama minggu kedua sampai ketujuh dari perkembangan embrio.
Anomali tersebut dapat berupa fistula, kista ataupun sinus tergantung perkembangan organ
selama embryogenesis.

Tipe yang paling sering muncul adalah kista brankial yang berasal dari anomali brankial kedua.
Kista ini sudah ada namun sulit diidentifikasi langsung dan tidak langsung menimbulkan gejala
pada bayi baru lahir. Pada anak-anak tampak adanya massa pada leher dengan adanya punktum
yang sering dicurigai sebagai abses leher.

Kista mempunyai dinding epitel tanpa adanya saluran keluar dan baru dapat tampak saat dewasa
jika diperhatikan secara kebetulan. Sinus menghubungkan antara kulit bagian luar dengan faring
atau laring yang hanya tampak pada saat dilakukan endoskopi membentuk fistula brankial.

Etiologi

Kista brankial terbentuk karena involusi inkomplit pada struktur brankial. Pada minggu keempat
gestasi, sel neural crest bermigrasi menjadi bakal regio kepala dan leher, 6 pasang arkus brankial
mulai berkembang. Mesodermis dilapisi oleh ectodermis pada bagian luar dan endodermis pada
bagian luar.

Arkus dipisahkan oleh celah pada permukaan ektodermis dan membentuk kantung pada
permukaan endodermis. Arkus kedua berkembang secara kaudal dan melapisi arkus ketiga dan
keempat. Celah-celah yang terlapisi tersebut normalnya berinvolusi komplit pada minggu ke 7
gestasi. Jika terjadi gagal berinvolusi atau involusi inkomplit maka terbentukla kista, sinus, atau
fistula berdasarkan asal celah brankial.

Klasifikasi

- Kista celah brankial pertama


Angka kejadian sekitar 5-25% dari keseluruhan kasus. Dibagi menjadi tipe I dan II. Kista
tipe I hanya memiliki ektodermis dan berlokasi di dekat kanalis auditorius eksterna. Kista
tipe II memiliki ektodermis dan endodermis dan berlokasi di angulus mandibular atau
pada regio submandibular.
- Kista celah brankial kedua
Kista ini merupakan kista yang paling banyak muncul dengan angka kejadian 40-95%.
Kista ini ditemukan pada anterior dan medial m. sternocleidomastoid. Kista dapat terlihat
di sepanjang saluran fistula brankialis kedua, dari kulit lateral leher, di antara arteri
karotis eksterna dan interna, sampai tonsil palatina.

- Kista celah brankial ketiga


Angka kejadian 2-8% dari keseluruhan kasus. Kista ini ditemukan pada medial sampai
sepertiga bawah m. sternocleidomastoid anterior.

- Kista celah brankial keempat


Sangat jarang ditemukan dengan angka kejadian 1% dari keseluruhan kasus. Kista
tampak pada medial bawah m. sternocleidomastoid.

Epidemiologi

Kasus kista brankial yang paling sering yaitu dari arkus kedua dan 10% diantaranya bilateral.
Tidak ada hubungan dengan etnis dan jenis kelamin. Kista ini biasanya muncul pada dekade
pertama kehidupan, namun apabila tidak tampak adanya saluran, dapat tertunda sampai dewasa.

Patofisiologi

Kista brankial merupakan kelainan kongenital ditandai adanya sinus brankial yang berasal dari
involusi inkomplit saat embryogenesis. Secara klinis dapat muncul sebagai fistula, kista, sinus
ataupun kartilago remnant yang tampak pada leher anterior hingga di atas klavikula. Lesi yang
tampak di bawah klavikula biasanya merupakan kista epidermoid atau dermoid.

Histopatologi

Kista brankial dilapisi dengan epitel skuamous berlapis dan berisi debris keratin di dalam kista.
Pada beberapa kasus, kista dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia. Jaringan limfoid biasanya
mengelilingi lapisan epitel. Apabila kista terinfeksi atau rupture, sel mediator inflamasi dapat
diidentifikasi pada cavitus atau stroma.

Pemeriksaan fisik

Kista brankial dapat asimtomatik namun sering juga terjadi pembengkakan, atau terjadi infeksi
dan pembentukan abses apabila terdapat infeksi saluran napas atas. Pada pasien dapat muncul
sinus purulen pada kulit atau faring. Gejala yang perlu diwaspadai yaitu disfagi, dispneu, dan
stridor akibat kompresi kista pada saluran napas atas. Kista lebih banyak muncul dari fistula,
namun biasanya muncul pada dekade kedua kehidupan. Kista sering muncul sebagai massa
jaringan lunak dibawah m. sternocleidomastoid. Bagaimanapun, kista ini dapat muncul dengan
infeksi akut. Pemeriksaan fisik akan membedakan jenis kista berdasarkan lokasinya.

- Kista brankial celah pertama biasanya mempunyai permukaan yang licin, lunak dan
berfluktuasi yang ditemukan diantara kanalis auditorius eksternal dan daerah
submandibular. Kista tipe ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan nervus fasialis
dan dapat terbentuk saluran antara telinga bagian tengah ataupun bagian luar sehingga
pemeriksaan telinga diperlukan.
- Kista brankial celah kedua biasanya diidentifikasi dengan adanya punktum pada kulit di
bagian bawah anterior m. sternocleidomastoid yang dapat terhubung dengan fosa tonsilar
pada faring. Lokasinya dapat berada di dekat nervus glossofaringreal dan hipoglossus
serta pembuluh karotis. Kista tipe ini teraba keras apabila terjadi infeksi sekunder, dan
pada kasus berat, dapat menimbulkan gangguan jalan napas. Jika berhubungan dengan
sinus, dapat timbul discharge mukoid ataupun purulent pada kulit ataupun faring.
- Kista celah ketiga dan keempat sangat jarang terjadi. Normalnya berada pada leher
sebelah kiri atau daerah suprasternal ataupun klavikula. Biasanya muncul sebagai massa
padat atau kista yang terinfeksi dengan drainase menuju sinus piriformis ataupun kulit
leher eksternal. Fistula sering muncul saat terjadi infeksi dan insisi berulang diakibatkan
kesalahan diagnosis.

Evaluasi

Tidak ada hasil laboratorium spesifik yang diperlukan

Studi radiologis:

- Apabila tampak adanya sinus, dapat dilakulan sonogram dengan injeksi bahan kontras
untuk menentukan ukuran kista
- Ultrasonografi dapat dilakukan untuk menentukan karakteristik kista
- CT scan dengan kontras akan menggambarkan massa kista di leher
- MRI dapat digunakan untuk hasil dengan resolusi yang lebih baik

Aspirasi jarum halus sangat membantu untuk membedakan kista celah brankial dengan
neoplasma ganas.

Penatalaksanaan

Tatalaksana kista brankial adalah eksisi elektif untuk mencegah resiko terjadinya infeksi,
pembesaran lebih lanjut, dan keganasan. Waktu penatalaksanaan tidak perlu terburu-buru selama
tidak ada gangguan jalan napas ataupun abses. Klinisi dapat menunda tindakan eksisi 3-6 bulan
atau mengatasi inflamasi terlebih dahulu apabila terjadi infeksi akut. Antibiotik sistemik dan
aspirasi lebih sering dipilih untuk dilakukan tindakan insisi dan drainase.
Tindakan insisi direncanakan untuk hasil kosmetik yang lebih natural. Jika terdapat fistula
ataupun sinus, penting dilakukan identifikasi dengan insersi probe atau kateter untuk memastikan
eksisi yang komplit dan menurunkan kemungkinan untuk rekurens. Metilen blue dapat
digunakan untuk membasahi probe yang akan diinsersi pada traktus sehingga lebih mudah untuk
diidentifikasi. Diseksi harus dilakukan dengan hati-hati karena permukaan lesi pada traktus
berdinding tipis. Apabila traktus berukuran panjang, maka harus dilakukan eksposure dengan
menggunakan insisi kedua ‘stepladder’ pada lipatan kulit.

Pada kista brankial celah pertama, dilakukan parotidektomi superfisial untuk mengurangi resiko
cedera nervus fasialis, sebagaimana kelainan ini sangat berhubungan dengan saraf. Fistulogram
pre-operatif juga dapat digunakan. Apabila pasien tidak dapat menjalani pembedahan, ablasi
ethanol dapat digunakan sebagai alternatif walaupun sebenarnya tidak direkomendasikan sebagai
pengobatan primer.

Kista celah ketiga dan keempat ditatalaksana dengan insisi servikal transversal standar untuk
mengidentifikasi rekuren dari nervus laryngeal, beberapa kasus diperlukan tindakan lobektomi
tiroid untuk eksisi komplit traktus. Sebelum dilakukan tindakan, laringoskop direk perlu
dilakukan untuk memastikan diagnosis.

Diagnosis Differensial

- Limfadenopati
- Hemangioma
- Tumor badan karotis
- Higroma kistik
- Tiroid ektopik/jaringan saliva
- Neoplasma vascular/malformasi
- Kista duktus tiroglossus
- Cat scratch disease
- Infeksi mikobakterium atipikal
- Squamous cell karsinoma kista

Prognosis

Pasien dan keluarganya sebaiknya diberikan edukasi bahwa kista brankial bersifat jinak, dan
dengan perawatan, pasien akan berangsur membaik tanpa adanya komplikasi ataupun rekurens.

Komplikasi

Sekali kista brankial dieksisi, rekurens biasanya tidak terjadi. Kemungkinan terjadi rekurens
sebesar 3%. Jika terjadi infeksi pada pembedahan sebelumnya dapat meningkatkan rekurens
sebesar 20%.
Konsultasi

Konsultasi dapat dilakukan dengan spesialis telinga, hidung dan tenggorok

Pencegahan dan edukasi pasien

Kista brankial merupakan kelainan kongenital dan sampai saat ini belum ada tindakan preventif
yang dapat mengurangi angka kejadian. Pasien dan klinisi sebaiknya diberikan edukasi tentang
gejala dan pemeriksaan fisik yang dapat membuat penyakit ini lebih awal didiagnosis. Hal ini
tentu dapat mengurangi pengeluaran pasien terhadap kunjungan praktek klinisi, antibiotik, dan
pemeriksaan radiologis.

Anda mungkin juga menyukai