Abstrak
Penelitian ini membahas strategi penerjemahan dan dampak strategi terhadap teks terjemahan
yang dilakukan oleh sejumlah pelamar gelar Master di Sekolah Pascasarjana UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Data yang dikumpulkan adalah sepuluh produk terjemahan, dari bahasa Inggris
sampai bahasa Indonesia, dari pelamar. Teks bahasa Inggris yang diterjemahkan terdiri dari
390 kata. Mereka diizinkan menggunakan kamus tradisional atau kamus offline / elektronik
saat menerjemahkan teks. Penelitian menggunakan teori strategi penerjemahan yang
diusulkan oleh Jääskeläinen (1993), strategi global dan lokal, dan oleh Vinay & Dalbernet
(1958 & 2000), metode terjemahan (terjemahan harfiah dan oblique) dan prosedur terjemahan
(peminjaman, penerjemah kalque, terjemahan harfiah, modulasi , transposisi, kesetaraan, dan
adaptasi). Temuan menunjukkan bahwa calon mahasiswa cenderung menggunakan strategi
lokal dan metode literal dalam terjemahannya. Hal ini mempengaruhi kualitas terjemahan,
membuatnya kurang alami dalam bahasa target. Selain itu, ada kesalahan terjemahan karena
pilihan kata yang salah / salah, menyebabkan pesan dalam teks sumber gagal disampaikan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga untuk studi dan kursus
terjemahan di masa depan.
Abstract
This study discusses the translation strategy and the impact of the strategy to the translated
WH[WV GRQH E\ D QXPEHU RI 0DVWHU¶V GHJUHH DSSOLFants of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Graduate School. Data collected were ten translation products, from English to Indonesian,
of the applicants. The English text translated consisted of 390 words. The applicants were
allowed to use traditional dictionary or offline/electronic dictionary when translating the
text. The study employed the translation strategy theories proposed by Jääskeläinen (1993),
global and local strategies, and by Vinay & Dalbernet (1958 & 2000), translation methods
(literal and oblique translation) and translation procedures (borrowing, calque, literal
translation, modulation, transposition, equivalence, and adaptation). Findings showed that
the applicants tended to use the local strategy and literal method in their translation. This
affected the quality of the translation, making it less natural in the target language. In
addition, there was mistranslation due to inaccurate/wrong word choices, causing the
messages within the source text to fail to be conveyed. This study is hoped to bring valuable
input for the translation studies and courses in the future.
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |86
kompleks. Sehubungan dengan ini, seorang berfokus kepada kata per kata, sedangkan
penerjemah pastilah akan menemui penerjemahan bebas merujuk kepada
masalah atau tantangan dalam terjemahan yang lebih bersifat kreatif dan
menyampaikan pesan dari teks sumber ke mencari kesepadanan yang lebih dari
teks sasaran. Ini dikarenakan bahasa yang sekadar arti kata yang sebenarnya (Sun,
ada di dalam teks sumber dapat memiliki 2012).
bermacam makna, tergantung dari konteks Kedua strategi umum yang tersebut
teks tersebut. Dalam mengatasi masalah itu, menurut perspektif Jääskeläinen (1993)
inilah, timbul yang dinamakan strategi termasuk ke dalam kategori strategi global
penerjemahan, yang menurut Loescher yang ia perkenalkan. Dalam pandangan
(1991) adalah suatu prosedur yang secara Jääskeläinen, strategi dapat juga dikaitkan
sadar dilakukan penerjemah dalam dengan permasalahan. Permasalahan
mengatasi masalah ketika menerjemahkan terbagi dalam dua hal, yaitu global (umum)
suatu teks, atau bagian-bagian dari teks dan lokal (khusus). Maka, Jääskeläinen
tersebut (dikutip dalam 3áR VND 2014). mengembangkan dua jenis strategi
Oleh karena itu, seorang penerjemah berdasarkan permasalahan, yakni a) strategi
memerlukan cara atau strateginya masing- global, yang berhubungan dengan prinsip
masing untuk dapat memahami dan umum penerjemah dan cara kerja yang
menterjemahkan suatu teks bahasa sumber diterapkannya, dan b) strategi lokal, yang
ke dalam bahasa sasaran. berhubungan dengan cara penyelesaian
Secara global, menurut Seguinot permasalahan dan pengambilan keputusan
(1989), dikutip dalam Ordudari (2007), oleh penerjemah. Strategi penerjemahan
setidaknya ada tiga strategi yang diterapkan literal dan bebas tersebut, menurut
oleh para penerjemah, yaitu: 1) Jääskeläinen, merupakan strategi global
menerjemahkan tanpa terhenti selama karena keduanya mempengaruhi
mungkin, 2) mengoreksi segera kesalahan penerjemah untuk mempertimbangkan
yang terlihat, dan 3) melakukan proses tujuan terjemahan itu dan bagaimana
monitoring kesalahan secara kualitatif dan dampaknya terhadap pembaca. Ini
gaya bahasa di dalam teks terjemahan di berakibat kepada bagaimana proses
tahap revisi. penerjemahan tersebut berlangsung.
Adapun menurut Jaaskelainen Di lain pihak, strategi lokal
(2005, dalam Ordudari (2007), ia diperuntukkan dalam penanganan masalah
menganggap adanya hubungan antara yang khusus yang harus selaras dengan
proses penerjemahan dengan produk strategi global yang telah dipilih tadi.
terjemahan itu sendiri sehingga ia membagi Akibatnya, strategi lokal berkaitan dengan
strategi penerjemahan menjadi dua bagian: teknik penerjemaha tertentu yang kemudian
1) strategi yang berkaitan dengan apa yang berdampak pada hasil terjemahan dan unit-
terjadi dalam teks, dan 2) strategi yang unit mikro dalam teks. Dengan kata lain,
berkaitan dengan apa yang terjadi dalam strategi lokal adalah teknik penerjemahan
proses penerjemahan. (dikutip dalam Bernardini, 2001).
Namun, strategi penerjemahan yang Pengertian global dan lokal tersebut kurang
paling umum dikenal dan diterapkan adalah lebih sama seperti yang dikemukakan oleh
penerjemahan literal dan penerjemahan Chesterman (1997) dimana strategi global
bebas. Strategi penerjemahan literal ini diterapkan dalam upaya mengatasi
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |87
³EDJDLPDQD PHQHUMHPDKNDQ WHNV VHFDUD karena konsep yang tidak sama, seperti
NHVHOXUXKDQ´ VHGDQJNDQ VWUDWHJL ORNDO ³'HDU 6LU´ GDODP EDKDVD ,QJJULV PHQMDGL
diterapkan dalam upaya mengatasi ³'HQJDQ KRUPDW´ GDODP EDKDVD ,QGRQHVLD
³EDJDLPDQD PHQHUMHPDKNDQ (Nababan, 2007a: 51).
VWUXNWXU LGH NRQWHQ WHUWHQWX´ (dikutip dalam
3áR VND : 68). Kualitas Hasil Terjemahan
Konsep yang sering dikenal di dunia Kualitas hasil terjemahan
penerjemahan klasik yang memiliki berhubungan erat dengan kompetensi
kerangka pemikiran yang kurang lebih penerjemah. Sebuah hasil terjemahan yang
sama dengan Jääskeläinen (1993) adalah baik memiliki tingkat keakuratan
konsep yang berkaitan dengan teknik (accuracy), keterbacaan (readability), dan
penerjemahan oleh Vinay dan Dalbernet keberterimaan (acceptability) yang
(1958 & 2000) yakni metode penerjemahan memadai dalam bahasa sasaran, meskipun
(strategi global) dan prosedur relatif pengaruhnya tergantung kepada
penerjemahan (strategi lokal) (dikutip pembaca yang bersangkutan (Nababan,
dalam 3áR VND . Metode 2008). Maka, seorang penerjemah yang
penerjemahan terbagi dalam dua strategi kompeten baik dari segi bahasa, budaya,
umum: penerjemahan langsung/harfiah dan maupun keilmuannya akan mampu
penerjemahan oblik. menghasilkan terjemahan yang merangkul
Penerjemahan langsung mencakup: ketiga aspek ini.
1) borrowing/peminjaman, yaitu Segi keakuratan ini bisa dipahami
peminjaman kata atau ungkapan dari dari pengertian penerjemahan yang
bahasa sumber, seperti Kung Fu dari dikemukakan oleh Nida dan Taber (1974)
bahasa Cina; 2) calque, yaitu sejenis yaitu pengungkapan kembali pesan yang
peminjaman kata dari bahasa sumbernya memiliki makna dan gaya bahasa yang
namun tetap dengan struktur dalam bahasa paling dekat dari satu bahasa sumber ke
VDVDUDQ VHSHUWL ³VN\VFUDSHU´ GDODP EDKDVD dalam bahasa sasaran (dikutip dalam
,QJJULV PHQMDGL ³SHQFDNDU ODQJLW´ GDODP Sayogie, 2009). Maka, tidak dapat
bahasa Indonesia; 3) terjemahan harafiah, dipungkiri bila segi keakuratan ini menjadi
yaitu terjemahan langsung dimana sangat penting, meskipun tidak menjadi
pemadanan kata dilakukan lepas satu-satunya faktor penentu dalam menilai
konteks/kata demi kata. Sementara itu, kualitas sebuah terjemahan.
pemadanan oblik mencakup: 1) Selanjutnya, segi keterbacaan juga
transposition/transposisi, yaitu pengalihan turut diperhatikan dalam penilaian kualitas
bentuk gramatikal bahasa sumber ke bahasa terjemahan. Menurut Richards, dkk. (1985),
sasaran; 2) modulation/modulasi, yaitu seperti dikutip Nababan (2007b: 19), unsur
pengalihan yang terjadi akibat pergeseran keterbacaan dari sebuah teks terjemahan
makna karena perubahan cara pandang, dan dapat diketahui dari ³seberapa mudah teks
pola pikir; 3) equivalence/kesepadanan, tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh
yaitu mencari padanan kata yang terdapat pembaca´, sehingga ketika kita ingin
dalam bahasa sasaran untuk kata atau mencari tahu sejauh mana aspek
ungkapan yang serupa dari bahasa sumber; keterbacaan sebuah teks, kita dapat
dan 4) adaptation/adaptasi, yaitu mencari mengetahuinya dari dua faktor ini: 1)
padanan kultural antara dua hal tertentu unsur-unsur kebahasaan yang dipakai untuk
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |88
menyampaikan pesan dalam teks, dan 2) mengambil satu teks berbahasa Inggris
kemampuan membaca si pembaca itu yang diujiankan, yakni bidang keilmuan
sendiri (Nababan, 2007b). Lebih lanjut, Fiqh Modern yang berjudul ³Human rights
menurut Nababan (2000) ada faktor-faktor in Islam: some areas of conflicts´.
yang lain yang dapat mempengaruhi Sebanyak 10 hasil terjemahan dari 15 calon
keterbacaan teks terjemahan, yakni mahasiswa yang telah lulus ujian masuk
³SHQJJXQDDQ NDWD DVLQJ GDQ GDHUDK pada tahun 2013 diambil secara acak
penggunaan kata dan kalimat taksa, sebagai sampel.
penggunaan kalimat tak lengkap, dan alur Jumlah kata di dalam teks tersebut
pikir yang tidak runtut´ (dikutip dalam berjumlah 390 kata. Teks ini diterjemahkan
Nababan, 2007b). Adapun segi ke dalam teks sasaran (Tsa) berbahasa
keberterimaan dikaitkan dengan kewajaran Indonesia oleh calon mahasiswa magister
dan kealamiahan teks yang memiliki tata tersebut. Total waktu penerjemahan adalah
bahasa yang lazim dan tidak kaku dalam 3 jam, dan diperbolehkan mempergunakan
bahasa sasaran namun pesan dari bahasa kamus biasa dan elektronik/offline.
sumber tetap tersampaikan. Kesepuluh terjemahan ini berasal dari teks
sumber yang sama, sehingga bisa disebut
METODE PENELITIAN VHEDJDL ³FRPSDUDEOH WH[WV´ DWDX WHNV-teks
Rancangan Penelitian yang paralel untuk penelitian strategi
Penelitian ini menggunakan penerjemahan ini, karena penelitian ini
pendekatan kualitatif. Adapun metode yang berfokus pada perbandingan antara teks
digunakan dalam penelitian ini yaitu bahasa sumber dengan teks bahasa sasaran,
deskriptif analitis, yang menilai hasil dimana menurut Williams dan Chesterman
terjemahan. Pemilihan metode tersebut (2002) merupakan salah satu bidang
didasari dari tujuan penelitian ini yaitu kegiatan penerjemahan yang dapat menjadi
untuk memperoleh gambaran detil bahan kajian (dikutip dalam Zulprianto,
mengenai strategi-strategi yang diterapkan Nasution, dan Amri, 2010).
oleh para calon mahasiswa pasca sarjana
UIN Ar-Raniry ketika menerjemahkan teks Teknik Pengumpulan Data.
bahasa Inggris ke dalam bahasa sasaran, Pengumpulan data menggunakan
yakni bahasa Indonesia. metode dokumentasi, yaitu data dalam
bentuk tertulis, seperti arsip-arsip (Nawawi,
Populasi dan Sampel. 2005). Dalam hal ini, arsip yang dimaksud
Penelitian dilaksanakan pada tahun adalah arsip data dari hasil terjemahan para
2014 dengan populasi yakni dokumen atau calon mahasiswa pasca sarjana yang telah
hasil terjemahan seluruh calon mahasiswa lulus seleksi masuk UIN Ar-Raniry tahun
pasca sarjana UIN Ar-Raniry 2013. 2013.
Pengambilan sampel dilakukan secara
purposif, yaitu sampel yang berasal dari Instrumen Penelitian
hasil terjemahan calon mahasiswa yang Penelitian ini menggunakan
berhasil lulus seleksi masuk pasca sarjana instrumen panduan jenis-jenis strategi
UIN Ar-Raniry. Karena sifat penelitian ini penerjemahan dari teori yang dikemukakan
untuk membandingkan dokumen/teks yang oleh Jääskeläinen (1993) dan Vinay &
sebanding/paralel, maka peneliti hanya Dalbernet (1958 & 2000) sebagai pedoman
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |89
dalam menganalisis hasil terjemahan dari dengan menggunakan teknik analisis
teks sumber ke teks sasaran. deskriptif persentase. Data yang berhasil
dikumpulkan kemudian dideskripsikan dan
Teknik Analisis Data selanjutnya diambil kesimpulan sesuai
Data yang terkumpul dianalisa dengan rumusan masalah yang telah
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai ditentukan. Pembahasan hasil analisis
berikut: reduksi data, display data, dan adalah dalam bentuk deskriptif-kualitatif,
verifikasi data (Nasution, 1999). Reduksi karena data dan hasil penelitian berupa data
data menghasilkan sebanyak 18 unit verbal, dan untuk memperlihatkan kualitas
kalimat, yang terdiri dari kalimat strategi yang ditempuh oleh calon
sederhana, majemuk atau kompleks. Data mahasiswa magister dalam menerjemah
tersebut dianalisis dengan metode teks bahasa Inggris.
observasi, untuk mengamati data tulis ini.
Penyajian/display data ditampilkan dalam HASIL PENELITIAN
bentuk perbandingan antara teks sumber
Berdasarkan konsep strategi yang
dengan teks sasaran untuk tiap unit kalimat,
diperkenalkan oleh Jääskeläinen (1993),
dan kemudian dikategorisasi menurut
didapat hasil seperti dalam tabel di bawah
strategi penerjemahan yang digunakan oleh
ini:
para penerjemah. Untuk menguji keabsahan
data, maka peneliti akan mengecek
keabsahan data dari sumber yang satu
dengan sumber data yang lainnya.
Pada tahap verifikasi, peneliti
memeriksa kembali setiap data dan
kesesuaian pengkategoriannya demi
kevalidan hasil penelitian. Selanjutnya,
semua data yang dikumpulkan dianalisis
Tabel 1 Jenis Strategi yang Diterapkan Responden Berdasarkan Jääskeläinen (1993)
Strategi Unit Teks Sumber Jumlah Responden Persen (%)
Global -
Lokal Tsu 1 - Tsu 18 10 (x18 Tsu) ± 7* = 173 96
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |90
Tabel 2 Jenis Strategi yang Diterapkan Responden Berdasarkan
Vinay and Darbelnet (1958 and 2000)
Strategi Unit Teks Jml Responden Total Persen (%)
Sumber (Tsu)
Penerjemahan Harfiah: 93
Peminjaman 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 10, 8, 10, 10, 10,
9, 10, 11 10, 98 30
10, 10, 10
Calque 1, 2, 3, 4, 7 8, 9, 7, 9, 9 42 13
Terjemahan harafiah 1, 2, 3, 4, 5, 6 10, 10, 10, 10, 10, 10,
7, 8, 9, 10, 11, 10, 7, 10, 10, 10, 8,
162 50,5
12, 13, 14, 15, 8, 7, 7, 9, 8,
16, 17, 18 8
Pemadanan Oblik: 5,9
Transposisi 8, 13, 18 1, 1, 1 3 0,9
Modulasi 3, 8, 13, 14, 17 2, 1, 1, 1, 1 6 1,9
Kesepadanan 1, 2, 4, 6, 12, 15, 1, 1, 2, 2, 1, 1, 1
7 2,2
16
Adaptasi 6, 17 2, 1 3 0,9
Total 321
Konsep HAM dalam Islam biasanya berbeda dari konsep HAM di barat, dan berdasarkan pengalaman
Tsa 1 sejarah Islam terdahulu.
Pada konsepnya hak asasi manusia dalam Islam biasanya diperankan seperti film koboi dan
Tsa 2 didalamnya berkaitan dengan sejarah pengalaman permulaan Islam.
Pengertian kemanusiaan menurut Islam biasanya berbeda dengan pengertian barat, dan itu adalah
Tsa 3 dasar pengalaman sejarah Islam.
Konsep HAM dalam Islam sangat berbeda dengan Konsep HAM Barat, HAM Dalam islam sudah
Tsa 4 dimulai sejak awal islam.
Konsep Hak Azasi Manusia dalam Islam berlaku umum, berbeda dari konsep Barat. Konsep HAM
Tsa 5 dalam Islam juga telah didasari dari pengalaman bersejarah pada awal Islam.
Konsep hak Asasi Manusia dalam Islam berbeda dengan konsep Hak Asasi yang dianut oleh negara
Tsa 6 barat. Itu dilihat dari segi sejarah dalam Islam.
Konsep Hak asasi manusia dalam Islam secara umumnya berbeda dengan Konsep barat, dan
Tsa 7 berdasarkan sejarah yang terjadi secara nyata Islam.
Konsep hak asasi manusia di Islam umumnya berbeda dengan konsep Barat, dan di dasarkan pada
Tsa 8 pengalaman sejarah Islam.
Konsep hak asasi manusia dalam Islam adalah biasanya berbeda dari konsep barat, dan dasar
Tsa 9 pengalaman yang berhubungan dengan sejarah awal-awal Islam.
Konsep hak asasi manusia didalam Islam umumnya berbeda dari konsep orang Barat, dan itu didasari
Tsa 10 dari pengalaman sejarah permulaan Islam.
*Kalimat yang ditebalkan pada Tsa KXEXQJ µand¶ Namun, pada Tsu 2 ini,
adalah kalimat yang memiliki kesalahan subjek kalimatnya sama yaitu µWhe concept
dalam segi makna secara konteks RI KXPDQ ULJKWV LQ ,VODP ¶ Dalam hal ini,
Pada tabel 3 di atas dapat responden sebagai penerjemah dapat
diperhatikan mengenai Tsu 2 terlebih memilih untuk membagi kalimat menjadi
dahulu. Tsu 2 merupakan kalimat dua, atau juga mempertahankannya sebagai
majemuk, yang terdiri dari dua kalimat kalimat majemuk. Dari data di atas, dapat
sederhana yang dipisahkan oleh kata dilihat bahwa ada delapan Tsa (Tsa 1, 2, 3,
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |92
4, 7, 8, 9, dan 10) yang memilih tetap bahasa tertentu yang menonjol agar terbaca
dalam bentuk kalimat majemuk, dan dua lebih alamiah karena bila dikaitkan dengan
Tsa (Tsa 5 dan 6) membaginya menjadi dua unit teks selanjutnya, ada kesan seperti
kalimat sederhana. terpenggal-penggal saat seluruh teks
Meskipun ada perbedaan ini, terjemahan itu dibaca, yang mengakibatkan
penerapan strategi semua responden secara pemahaman akan teks terjemahan menjadi
umum adalah sama, yakni pada strategi lebih terganggu. Tabel 4 berikut adalah unit
lokal, dimana penekanan penerjemahan teks selanjutnya, Tsu 3, yang
hanya sebatas leksikal/bahasa saja. Para diterjemahkan:
responden tidak menunjukkan adanya gaya
Tabel 4 Data Teks Sumber (Tsu) 3 dan Teks Sasarannya (Tsa)
Tsu 3 The Western concept of human rights is based on a secular philosophy while rights in Islam,
like other religions, are divinely based.
Konsep HAM barat berdasarkan filsafat sekuler daripada HAM dalam Islam, seperti agama lain,
Tsa 1
berdasarkan ketuhanan.
Pada film koboi terdapat hak asasi manusia berkaitan dengan perkara dunia pilosof, sewaktu-
Tsa 2 waktu didalamnya ada hak Islam di dalamnya, orang lain lebih suka yang berkaitan dengan
agama/akhirat, karena berkaitan dengan samawi.
Sedangkan konsep kemanusiaan menurut barat merupakan basis filosofi sekuler hampir sama
Tsa 3 seperti Islam, sama seperti agama lain berbasiskan ketuhanan.
Konsep HAM Barat berdasarkan falsafat sekuler, sedangkan HAM dalam Islam, begitu juga agama-
Tsa 4 agama lainnya, dilandasi konsep ketuhanan.
Adapun konsep Barat tentang HAM didasari oleh sebuah filsafat sekuler tentang hak-hak dalam
Tsa 5
Islam, menghormati agama orang lain adalah dasar dari sifat Ketuhanan.
Konsep yang dianut negara barat menganut Paham sekuler, baik dari segi agama, peperangan,
Tsa 6
dan saling menghormati,
Konsep hak asasi manusia barat berdasarkan pilosopi yang sekuler saat hak dalam islam,
Tsa 7
menyukai agama-agama lain, bersifat/Berdasarkan ketuhanan.
Konsep hak asasi manusia barat di dasarkan pada filsafat sekuler sementara hak-hak di Islam, seperti
Tsa 8
agama-agama lain, berdasarkan konsep Ketuhanan.
Konsep hak asasi manusia dalam barat didasarkan pada filasafah sekuler yang mana mempunyai
Tsa 9 hak yang sama dengan agama lain.
Konsep orang Barat tentang hak asasi manusia berdasar pada filsafat sekuler yang bertentangan
Tsa 10 dengan hak asasi manusia dalam islam, yang sama dengan agama-agama lain, yang didasari dengan
ketuhanan.
*Kalimat yang ditebalkan pada dari makna yang sebenarnya dari Tsu 3 ini
teks sasaran adalah kalimat yang memiliki sendiri. Peneliti berkesimpulan bahwa
kesalahan dalam segi makna secara konteks interpretasi ini sebenarnya tidak perlu
Pada tabel 4 ini, bisa diperhatikan
karena Tsu 3 pada dasarnya memiliki pesan
bahwa Tsu 3 juga merupakan kalimat
yang sederhana saja tentang perbedaan
majemuk, namun memiliki dua subyek
landasan dari konsep hak asasi manusia
kalimat yang berbeda yang ditandai dengan
yang dianut Barat dan Islam.
kata hubung penanda kontras, yakni
Namun, menurut peneliti, hal seperti
µwhile¶ 7HWDSL PHQDULN XQWXN GLFHUPDWL
ini terjadi karena pemahaman responden
disini bahwa Tsa 5 dan 6 tidak membagi
hanya sebatas unsur kebahasaan semata,
kalimat ini menjadi dua kalimat terpisah,
dan oleh karena itu hasil terjemahan
dan lebih daripada itu, Tsa 5 dan 6 justru
mereka menjadi lebih seperti terjemahan
melakukan interpretasi yang terlalu jauh
kata per kata. Hal lain yang menarik untuk
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |93
diperhatikan disini adalah terdapat enam dianut Barat. Dalam Islam, konsep
Tsa yang salah mengartikan pesan dari Tsu hak asasi ini berkaitan erat dengan
3 ini sehingga pesan yang sebenarnya pengalaman sejarah di awal
munculnya Islam.]
menjadi kabur dan secara keseluruhan teks
Strategi Penerjemahan berdasarkan
sasaran yang dihasilkan menjadi rancu.
Kata atau kalimat yang salah diartikan Vinay & Darbelnet (1958 & 2000)
tersebut ditebalkan seperti terlihat dalam Pada konsep strategi penerjemahan
tabel 4 untuk Tsa 2, 3, 5, 6, 7, dan 9. oleh Vinay & Dalbenet (1958 & 2000),
Menurut peneliti, terjemahan yang baik istilah yang digunakan adalah metode dan
untuk Tsu 3 adalah sebagai berikut: prosedur. Namun, dalam lingkup penelitian
[Selain itu, konsep hak asasi Barat ini, peneliti tidak membuat dikotomi antara
berlandaskan pada filosofi strategi, metode, dan prosedur. Untuk
sekulerisme, sementara Islam, begitu kemudahan pemahaman hasil penelitian ini
juga agama-agama lainnya,
istilah metode dan prosedur penerjemahan
melandasi konsep hak asasinya pada
prinsip ilahiah/ ketuhanan.] yang dikemukakan Vinay & Dalbenet
(1958 & 2000) adalah merujuk pada konsep
Peneliti menganggap terjemahan ini yang sama, yakni strategi penerjemahan.
mewakili esensi dari informasi/pesan yang Dari analisis data, peneliti
ingin disampaikan oleh penulis dalam teks menemukan bahwa para responden
sumber tersebut, karena bila dihubungkan cenderung kepada metode penerjemahan
dengan unit kalimat sebelumnya (Tsu 2) harfiah/literal dibandingkan metode
akan dicapai pemahaman yang memadai pemadanan oblik. Ini dapat dilihat dari
bagi pembaca Bahasa Indonesia. hasil analisis pada tabel 2. Kecenderungan
Terjemahan Tsu 2 menurut peneliti adalah terhadap metode ini lebih tepatnya adalah
sebagai berikut: pada prosedur terjemahan harafiah/literal.
[Secara umum, konsep hak asasi Tabel 5 berikut adalah contoh terjemahan
manusia dalam Islam berbeda dari harafiah ini:
konsep hak asasi manusia yang
Tabel 5 Data Teks Sumber (Tsu) 4 dan Teks Sasarannya (Tsa)
Tsu 4 In this regard, human rights in Islam are based in the Islamic scripture.
Tsa 1 Dalam masalah ini, HAM dalam Islam berpedoman pada kitab suci (al Qur'an).
Tsa 2 Ini adalah lebih terhormat, hak asasi manusia dalam kitab Islam.
Tsa 3 dengan kemuliaan ini, kemanusiaan dalam Islam adalah berbasis pada kitab suci Islam.
Tsa 4 Dalam hal ini, konsep HAM dalam Islam didasari oleh kitab suci,
Hormat disini maksudnya menghormati Hak Azasi Manusia dalam Islam sebagaimana
Tsa 5
termaktub dalam kitab Injil.
Tsa 6 Hak Asasi dalam Islam merupakan dasar kitab-kitab dalam Islam.
Tsa 7 Yang terhormat, Hak asasi manusia dalam islam Berdasarkan kitab islami.
Tsa 8 dalam hal ini, hak asasi manusia di Islam berbasis pada kitab Islam.
Tsa 9 Dalam hal ini, HAM dalam Islam didasarkan pada aturan Islam.
Tsa 10 Dalam hal ini, hak asasi manusia dalam Islam berdasar pada kitab suci umat Islam.
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |94
*Kalimat yang ditebalkan pada teks keseluruhan teks sasaran akan mengikuti
sasaran adalah kalimat yang memiliki pemahaman ini, dimana responden tersebut
kesalahan dalam segi makna secara konteks mengira bahwa hak asasi manusia dalam
Pada tabel 5 ini dapat dilihat bahwa
Islam perlu dihormati. Hal lain yang
Tsu 4 adalah kalimat sederhana yang
menjadi kesalahan penerjemahan adalah
memiliki satu subyek dan satu prediket.
DUWL GDUL NDWD µscripture¶ \DQJ ROHK 7VD
Secara umum, responden menerjemahkan
dimaknai sebagai µkitab Injil¶, padahal pada
teks sumber ini tanpa mengubah struktur
NDWD VHEHOXP µscripture¶ WHUVHEXW VXGDK
urutan kata dari bahasa sumber tersebut,
WHUWHUD NDWD µIslamic¶ 2OHK NDUHQD LWX NDWD
dan memang pada dasarnya urutan kata
µscripture¶ GDQ µIslamic¶ PHQMDGL VHEXDK
dalam kalimat pada kaidah tata bahasa
frasa yang harus diterjemahkan sekaligus,
Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
dan tidak dipahami secara terpisah.
adalah sama, yaitu S-P-O-K. Dari segi
7HUMHPDKDQ KDUDILDK GDUL IUDVD µthe Islamic
pemahaman akan makna dari kalimat Tsu 4
scripture¶ LQL DGDODK µkitab suci agama
ini, bisa kita ketahui bahwa teks ini
Islam¶ DWDX µ$O 4XU¶DQ¶. Menurut hemat
berbicara mengenai dasar/landasan berpijak
peneliti, penulis teks sumber ini sengaja
dari konsep hak asasi manusia dalam Islam,
PHQ\HEXWNDQ IUDVD µWKH ,VODPLF VFULSWXUH¶
\DNQL $O 4XU¶DQ
bukan µ$O 4XU¶DQ¶ karena mungkin
Hasil terjemahan rata-rata responden
dimaksudkan bagi kalangan lebih luas dan
tidak jauh dari pemahaman ini, namun
dimengerti oleh pembaca non-Muslim yang
penting dicatat bahwa terdapat kesalahan
WLGDN PHQJHQDO QDPD DO 4XU¶DQ
dalam mengartikan kata/frasa tertentu yang
Maka dari itu, peneliti merasa terjemahan
kemudian mengakibatkan kebingungan
yang baik untuk Tsu 4 adalah:
akan inti dari pesan yang ingin disampaikan
[Dalam hal ini, kitab suci agama
oleh penerjemah disini. Seperti terlihat
Islam dijadikan dasar bagi konsep
pada tabel 5, beberapa responden salah
hak asasi manusianya]
PHQHUMHPDKNDQ IUDVD µLQ WKLV UHJDUG¶ yang
Pilihan menggunakan metode
ditafsirkan seperti memberi hormat dan
penerjemahan harfiah ini juga dapat dilihat
sejenisnya. Kesalahan ini berdampak pada
pada tabel di bawah ini:
kesalahpahaman responden sebagai
penerjemah, sehingga terjemahannya akan
sulit dimengerti. Sebagai contoh, Tsa 5
menerjemahkan Tsu 4 menjadi:
Hormat disini maksudnya
menghormati Hak Azasi Manusia
dalam Islam sebagaimana
termaktub dalam kitab Injil.
*Kalimat yang ditebalkan pada NRQWHNV 7VX LQL SHQJJXQDDQ NDWD µarea¶
teks sasaran adalah kalimat yang memiliki DGDODK EXNDQ SDGD NRQVHS µarea¶ secara
kesalahan dalam segi makna secara konteks fisik, namun abstrak sehingga dalam
Seperti terlihat pada tabel 6 ini, ada
NRQWHNV )LTK 0RGHUQ LQL NDWD µDUHD¶
beberapa prosedur yang dilakukan
dimaksudkan sebagai µWRSLN¶ DWDX µbidang
responden saat menerjemahkan Tsu 1 ini,
SHUPDVDODKDQ¶ EXNDQ µdaerah/ tempat ¶
yaitu peminjaman, calque, dan terjemahan
6DPD KDOQ\D VHSHUWL NDWD µconflicW¶ \DQJ
harafiah. Sebagai informasi, Tsu 1 ini
tidak tepat bila dipahami sebagai
merupakan judul dari teks sumber yang
µpertikaian¶ karena akan terjadi distorsi
diterjemahkan saat ujian masuk program
makna dari yang sebenarnya diinginkan
pasca sarjana. Karena fungsinya sebagai
penulis teks sumber.
sebuah judul, Tsu 1 ini bersifat luas secara
Selain unsur terjemahan harafiah
konteksnya karena judul merupakan intisari
yang diterapkan responden, prosedur
dari keseluruhan sebuah naskah/teks. Dari
peminjaman juga dapat dilihat dari unit teks
judul, pembaca dapat menarik kesimpulan
Tsu 1. .DWD µ,VODP¶ dalam Tsu 1 tetap
tentang apa yang akan dibahas di dalam
GLWHUMHPDKNDQ PHQMDGL µIslam¶ GDODP 7VD
sebuah teks. Maka dari itu, responden
Hal ini karena kata Islam itu sendiri juga
dalam hal ini seyogyanya membaca secara
merupakan kata serapan dari Bahasa Arab,
cepat keseluruhan teks sumber agar dapat
sehingga sudah menjadi kata yang umum
menerjemahkan judul teks secara baik dan
digunakan di Indonesia. Disamping itu,
benar.
prosedur peminjaman ini juga terjadi pada
Dalam hal ini, terjemahan Tsu 1
unit teks yang lain, dimana teks sumber
yang baik menurut peneliti adalah sebagai
mengandung kata-kata seperti µ,VODP¶
berikut:
µ4XU¶DQ¶ µ6XQQD¶ µ+DGLWK¶ dan µ6KDULD¶.
[HAM dalam Islam: hal-hal yang
Semua kata ini telah diserap ke dalam
menjadi perdebatan]
Bahasa Indonesia, sehingga menurut
Beberapa responden memberikan
peneliti, responden tidak mengalami
terjemahan yang cukup memadai untuk
kesulitan dalam mencari padanan kata yang
menerjemahkan judul teks ini seperti pada
tepat untuk kata-kata tersebut. Tetapi,
Tsa 4 dan 8. Akan tetapi, beberapa
dalam penelitian ini, peneliti
responden yang secara harfiah
memasukkannya ke dalam prosedur
menerjemahkannya dan tidak
peminjaman mengingat kata tersebut
mengindahkan unsur kontekstual
berasal dari bahasa asing.
penggunaan beberapa kata akhirnya
Berkenaan dengan prosedur calque
memiliki terjemahan yang salah. Dalam
dalam metode penerjemahan harfiah ini,
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |96
SHQHOLWL PHQHPXNDQ EDKZD IUDVD µhuman mampu disampaikan secara benar oleh
ULJKWV¶ pada Tsu 1 (Tabel 6) diterjemahkan responden. Ini terlihat pada teks sasaran
menjadi µKDN DVDVL PDQXVLD¶. Meskipun yang telah peneliti sajikan sebelumnya.
mirip dengan terjemahan harafiah, namun Peneliti berkesimpulan bahwa karena para
calque jatuh pada tataran frasa yang responden cenderung memahami teks
mengalami perubahan posisi untuk hanya pada unsur kata/bahasa saja, mereka
mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang kewalahan dalam penyampaian teks sasaran
benar. Mayoritas Tsa menerjemahkan frasa yang baik, benar dan mengalir alamiah,
µhuman rights¶ GHQJDQ EHQDU NHFXDOL 7VD sehingga ide teks tersebut menjadi
GDQ 7VD PHQJJDQWL NDWD µmanusia¶ menyeluruh dan tidak terkesan terpisah-
GHQJDQ µkemanusiaan¶ VHGDQJNDQ 7VD pisah. Apalagi, strategi lokal ini didukung
WLGDN PHQHUMHPDKNDQ NDWD µULJKWV¶ dan oleh metode penerjemahan harfiah yang
mengganti maknanya dengan memang menerjemahkan kata-kata agar
µNHPDQXVLDDQ¶. Dengan adanya tidak melenceng dari urutan/struktur dari
penggantian kata dari µPDQXVLD¶ ke bahasa sumber itu sendiri. Meskipun dari
µkemanusiaan¶ SHVDn yang terkandung segi urutan kata dalam kalimat, bahasa
GDODP IUDVD µKXPDQ ULJKWV¶ menjadi kabur, Inggris dan bahasa Indonesia tidak berbeda,
NDUHQD NDWD µkemanusiaan¶ PHUXSDNDQ NDWD namun pada tingkat frasa tidak demikian.
benda dan bermakna lebih luas secara Bahasa Indonesia memiliki kaidah tata
NRQWHNV GLEDQGLQJ µKDN DVDVL PDQXVLD¶. bahasa dimana bagian yg menerangkan (M)
Teks ini berbicara mengenai hak asasi selalu terletak di belakang bagian yg
manusia saja, dan tidak meluas ke aspek diterangkan (D) (kbbi.web.id, 2014a)
kemanusiaan, yang memiliki banyak ruang sedangkan bahasa Inggris sebaliknya.
lingkup. Dari segi keterbacaan teks sasaran
sendiri, peneliti mendapati kualitas
Efek penerapan strategi lokal dan metode keterbacaan teks cenderung sedang dan
penerjemahan harfiah terhadap hasil rendah. Hal ini terutama akibat penerapan
terjemahan strategi lokal ini juga yang membuat para
Untuk mengetahui bagaimana efek responden tidak memperhatikan unsur
dari strategi penerjemahan yang diterapkan ekstra linguistik dan gaya bahasa yang
oleh responden dalam teks terjemahannya, cocok bagi pembaca bahasa Indonesia.
peneliti hanya menilainya dari segi akurasi Mayoritas hasil terjemahan responden
dan keterbacaan teks terjemahan tersebut. (seperti yang telah peneliti tampilkan pada
Aspek keberterimaan tidak diteliti karena tabel-tabel sebelumnya di bab ini)
peneliti tidak memiliki latar belakang menunjukkan temuan ini, namun peneliti
keilmuan di bidang Fiqh Modern, karena akan memberikan dua contoh lain, yaitu
kealamiahan suatu teks yang kontekstual dari Tsu 5 dan 12, yang memperlihatkan
seperti Fiqh Modern ini lebih dapat dikaji efek dari penerapan strategi ini oleh
bila pembaca bersangkutan memiliki responden:
kompetensi di bidang yang diteliti ini.
Dari segi akurasi, peneliti
menemukan bahwa sebagian besar
kata/frasa/kalimat dari bahasa sumber tidak
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |97
Tabel 7. Data Teks Sumber (Tsu) 5 dan Teks Sasarannya (Tsa)
Tsu 5 Since its very inception in seventh century Arabia, Islam demonstrated a preoccupation with
the social, moral and spiritual condition of human beings.
Sejak permulaan abad ke-7 H Islam mendemonstrasikan kondisi kehidupan sosial moral dan
Tsa 1 penganutnya
Semenjak permulaan awal lahirnya negara arab pada abad tujuh puluhan. Islam telah
Tsa 2 mempertunjukkan keindahannya dalam hal sosial, moral dan rohani/keagamaan dalam wujud
nyata kepada sesama manusia.
Sejak bermula pada abad ke 7 Hijriah, islam telah menunjukkan keasyikan sosial, moral dan
Tsa 3 keyakinan bagi Manusia.
yang sudah ada sejak abad 7 di Arab. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, moral dan
Tsa 4 kehidupan spiritual masyarakat.
Sejak abad ketujuh, Islam sangat kuat di negara Arab. Islam telah menunjukkan sebuah
Tsa 5 keasyikan dengan hidup bersosial, moral dan kondisi bathin manusia baik dengan sesama
makhluk.
Sejak tahun ke tujuh M negara arab merupakan awal permulaan terjadi Demokrasi dalam Islam
tindakan menempati terlebih dahulu masalah sosial moral dan spiritual, yang berbeda dalam
Tsa 6 Hak asasi manusia.
Sejak abat ke tujuh dari arab, Islam membuktikan populasinya lewat dengan rasa sosial, moral
Tsa 7 dan kondisi spiritual pada manusia yang berbacam [sic] warna
Sejak awal abad ketujuh Arab, Islam menunjukkan keasyikan dengan kondisi sosial, moral dan
Tsa 8 spiritual manusia.
Sejak permulaan abad ke 7, Islam menunjukkan pengaruhnya dengan cara sosial, moral dan
Tsa 9 spiritual untuk kemanusiaan.
Sejak lahir pada abad ketujuh di negeri Arab, Islam mendemonstrasikan pendudukannya dengan
Tsa 10 sosial, akhlak, kondisi keagamaan yang sangat manusiawi.
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |98
Tabel 8. Data Teks Sumber (Tsu) 12 dan Teks Sasarannya (Tsa)
Tsu 12 In addition to the Qur'an and Sunna, secondary normative sources based on juristic
technique have become part of Islamic law.
Dalam penjumlahan al Qur'an dan sunnah norma kedua yang menjadi sumber teknik
Tsa 1 pengambilan hukum dalam Islam.
dalam penjumlahan al Kur'an dan Sunnah, tidak sama penting berdasarkan normal
Tsa 2 berkaitan sumber penilai teknik karna [sic] itu datangnya dari Islam.
dalam penjumlahan Quran dan sunnah, dua sumber basis dalam tekhnik penulisan
Tsa 3 telah menjadi bagian dari hukum Islam.
Selain Al Qur'an dan Hadist, para ulama juga mempunyai metode normatif lainnya dalam
Tsa 4 memahami Hukum islam,
Dalam menjabarkan Al-Quran dan Hadits, para pakar hukum tidak sama dalam
Tsa 5 menggunakan kaidah-kaidah pokok sehingga menjadi bagian dari hukum Islam.
diambil dari Qur'an, Sunnah keduanya merupakan sumber dasar hukum dan teknik
Tsa 6 pembuatan hukum dalam Islam.
dalam penjumlahan alquran dan sunnah. Kedua-duanya sumber normal berdasarkan
Tsa 7 ahli hukum, bagian dari hukum Islam.
Tsa 8 (tidak diterjemahkan)
Di samping al-quran dan Sunnah sumber normatif kedua yang berdasarkan teknik hukum
Tsa 9 telah menjadi bagian dari hukum Islam.
Selain AlQuran dan Sunnah, sumber hukum yang kedua yang berdasar pada kesepakatan
Tsa 10 para ulama yang telah menjadi undang-undang Islam.
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |99
harafiah yang mereka terapkan menjadi terjemahan; pidato pengukuhan guru
pilihan utama bagi sebagian besar calon besar penerjemahan pada fakultas
mahasiswa magister ini. Hanya saja, sastra dan seni rupa universitas sebelas
maret, disampaikan dalam Sidang
terjemahan harafiah ini memiliki efek yang
Senat Terbuka Universitas Sebelas
buruk terhadap kualitas terjemahan yang Maret Surakarta Pada Tanggal 19
dihasilkan. April 2008
Meskipun penerjemahan Nasution, S. (1999). Metode Penelitian
harfiah/literal tidak serta-merta menjadi Naturalistik Kualitatif. Jakarta:
penyebab utama rendahnya kualitas hasil Erlangga
terjemahan, namun ia berdampak pada Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian
Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
kekurang alamiahan teks sasaran yang
Mada. University Press
dihasilkan. Terlebih lagi, terdapat banyak Newmark, P. (1988). A Textbook of
kesalahan dan pengaburan pesan dalam Translation. NY: Prentice-Hall
Tsa yang diterjemahkan karena International
pemahaman calon mahasiswa tersebut Ordudari, M. (2007). Translation
dalam mengartikan pesan dari teks sumber. procedures, strategies and methods.
Hal ini bisa berarti bahwa kompetensi para Translation Journal, 11(3), 8
3áR VND ' 6WUDWHJLHV RI
calon mahasiswa ini juga rendah dari segi
translation, Psychology of Language
kebahasaannya, sehingga berakibat pada and Communication, 18(1), hal. 67-74
rendahnyanya keterbacaan teks sasaran ini. Sayogie, F. (2009). Teori dan Praktek
Penerjemahan Bahasa Inggris ke
dalam Bahasa Indonesia. Tangerang:
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Anak Negeri
Bernardini, S. (2001). Think-aloud Silalahi, R. (2009), Dampak Teknik,
protocols in translation research: Metode dan Ideologi Penerjemahan
Achievements, limits, future pada Kualitas Terjemahan Teks
prospects, Target, 13 (2), hal. 241-263 Medical-Surgical Nursing dalam
Hatim, B. (2001). Teaching and Bahasa Indonesia, Disertasi, Sekolah
Researching Translation. Harlow: Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Pearson Education Ltd. Utara
Kbbi.web.id ³'0´ GLDNVHV SDGD Sun, S. (2012). Strategies of Translation,
Oktober 2014a dari diakses pada 27 Maret 2014 dari
http://kbbi.web.id/hukum http://sanjun.org/TranslationStrategie
-------, ³7HNV´, diakses pada 27 Maret s.html
2014b dari http://kbbi.web.id/teks Sunardi. (2010). Strategi Penerjemahan
Nababan, D. J. (2007a). Metode, Strategi, Istilah Bahasa Inggris ke dalam
dan Teknik Penerjemahan: Sebuah Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar
Tinjauan Mendalam. Makalah dalam Harian Nasional, LITE, 6(2)
Kongres Linguistik Nasional XII, Zulprianto, Nasution, P., & Amri, U.
Surakarta, 3-6 September 2007, hal. (2010), Mengidentifikasi
43-56 permasalahan, strategi, dan akurasi
Nababan, M. R. (2007b), Aspek genetik, dalam penerjemahan teks berbahasa
objektif, dan afektif dalam penelitian inggris ke dalam bahasa Indonesia,
penerjemahan, Linguistika, 14 (26), Artikel Penelitian Dosen Muda
hal. 15-23 Jurusan Sastra Inggris, Fakultas
-------. (2008), Kompetensi penerjemahan Sastra Universitas Andalas
dan dampaknya pada kualitas
Getsempena English Education Journal (GEEJ) Vol.4 No.2 Novemver 2017 |100