Penyusun :
dr. Safina Firdaus
Pembimbing :
dr. Kurniadi Murdini
dr. Megawati
JAWA TENGAH
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh :
Pembimbing, Pembimbing
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ). Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka
tembus abdomen. Peritonitis bakteri spontan sering terjadi pada anak dan dewasa, dan
merupakan komplikasi sirosis, 70% terdiri dari anak-anak. Pada dewasa seirngkali
terjadi pada sirosis alkohol. Sedangkan pada pasien dengan asites, prevalensinya
18%. Pada peritonitis abses insidensi abses setelah operasi abdomen ialah 1-2 %.
Tatalaksana definitif pada kasus peritonitis ialah memperbaiki anatomi atau fungsi yang
Perforasi tukak gaster adalah penyakit yang disebabkan oleh komplikasi serius
dari penyakit ulserasi lambung. Ulserasi lambung merupakan luka yang terjadi
pada lapisan lambung akibat terkikisnya lapisan dinding lambung, yang juga bisa
dilaporkan 4 miliyar orang di seluruh dunia menderita penyakit tukak gaster, 10% -
20% kasus diantaranya menderita komplikasi dari tukak gaster dan 2% - 14% tukak
Sedangkan pada dewasa paling sering disebabkan oleh perforasi ulkus gaster. Sekitar
30% perforasi gaster disebabkan oleh keganasan (Tarasconi, 2020). Pembedahan baik
1
2
mortalitas pasien. Faktor yang berpengaruh antara lain adanya komorbid, usia lanjut,
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Usia : 61 th
Status : Menikah
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri Perut
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan 3+-
3 jam SMRS. Awalnya nyeri terasa pada uluhati lalu semakin lama
menyebar ke seluruh perut dan berpindah disertai rasa panas dan rasa
sejak 3 HSMRS pasien mengeluh perut terasa panas disertai sesak namun
4
pasien belum berobat. Pada saat masih dirumah, BAB bewarna coklat,
rawat di bangsal BAB menjadi kehitaman dan lembek. Pasien tidak nafsu
makan sehingga pasien merasa lemas, selain itu pasien juga mengeluh kaki
terasa matirasa, sering haus dan sering BAK. Pasien menyangkal mual,
sering meminum kopi atau teh. Jam makan pasien tidak teratur, sehari
C. Pemeriksaan Fisik
3. Tanda Vital :
Nadi : 83 x/m
Suhu : 36.7 oC
RR : 26 x/m
VAS :7
4. Status Generalis
a. Pemeriksaan Kepala
isokor,
b. Pemeriksaan Dada
Paru
Jantung
c. Pemeriksaan Abdomen
d. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas
Ekstremitas inferior
superior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah
2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thoraks (21/8/20)
Kesan :
- Pneumoperitoneum
3. EKG
E. Diagnosis
Anemia Gravis
DM Tipe II
F. Tatalaksana
IGD
Transfusi PRC
Bangsal
Puasa 5 Hari
G. Prognosis
Ad sanationam : dubia
Perkembangan Pasien
RR 20 20 20 20 20 20 20
S 36.8 36.4 36.9 37.2 36.5 37.1 36.6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peritonitis
a. Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum ( membran serosa yang
penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen,
perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang
sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus
Sedangkan stafilokokus dan streptokokus sering kali masuk dari luar (Wim,
2011).
12
13
atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus,
b. Epidemiologi
Peritonitis bakteri spontan sering terjadi pada anak dan dewasa, dan
seirngkali terjadi pada sirosis alkohol. Sedangkan pada pasien dengan asites,
1) Peritonitis primer
2) Peritonitis sekunder
(Daley, 2019).
positif) dan distal saluran cerna. Peritonitis jenis ini sering kali
oleh kebocoran anastomosis dengan gejala yang muncul pada sekitar 5-7
hingga 50% pada perforasi iseral dan gangrene usus. Setelah operasi
trauma tusuk, peritonitis dan abses dapat dijumpai pada beberapa pasien.
3) Peritonitis Tersier
4) Peritonitis kimia
5) Peritonitis abses
17
d. Patofisiologi
defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat
penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam
hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial,
terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan
20
akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga
termasuk radang usus buntu, divertikulitis, kolesistitis, luka tembus usus, dan
berupa peritonitis umum atau abses lokal. Abses mungkin terbatas pada
kecil, atau abses pelvis. Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh
perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini
perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut
peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan
21
lumen apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
(Schwartz, 2000).
timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang
bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia
onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian
sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila
usus utuh dari lumen usus, atau, pada wanita, dari vagina melalui saluran
tuba. Pada pasien sirosis rute hematogen paling mungkin. Organisme yang
dikeluarkan dari sirkulasi oleh hati dapat mencemari getah bening hati dan
melewati dinding limfatik yang permeabel ke dalam cairan asites. Selain itu,
e. Manifestasi Klinis
menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik
dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.
berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau
mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri
f. Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum
perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Pada
hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis (Wim, 2011; Rasad,
1999).
Inspeksi :
pasase)
Palpasi :
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi
Perkusi :
1999).
Auskultasi :
1997).
25
3) Pemeriksaan penunjang
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
g. DD
1) Appendisitis
2) Pankreatitis
3) Gastroenteritis
26
4) Kolesititis
5) Salpingitis
6) KET
h. Tatalaksana
Terapi Pembedahan
menunggu pasien stabil untuk dioperasi. Cara ini dapat digunakan pada
1) Laparotomi
perforasi).
- Peritoneal lavage
27
eviserasi.
organ. Mengatasi masalah dan kontrol pada sepsis saat operasi adalah
2) Laparoskopi
pada laparoskopi.
28
3) Drain
obat, operasi dan intervensi non operasi. Terapi obat yang dapat dibeirkan
1) Antibiotik sistemik
pasien yang pernah diterapi dengan antibiotic atau memiiki riwayat rawat
inap di rumah sakit dalam waktu yang lama. Antibiotik dapat di stop saat
infeksi dan manifestasi klinis sudah hilang. Namun dapat terjadi infeksi
29
3) Nutrisi
i. Komplikasi
1) Syok Sepsis
3) Adhesi
j. Prognosa
1) Usia
2) Penyakit kronis
3) Wanita
2. Perforasi Gaster
a. Definisi
dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari
usus ke dalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai
2015)
b. Epidemiologi
Pada orang dewasa, perforasi ulkus gaster adalah penyebab umum dari
morbiditas dan mortalitas akut abdomen sampai sekitar 30 tahun lalu. Angka
ulkus peptik. Ulkus duodenum 2 – 3 kali lebih sering dari perforasi ulkus
komplikasi dari tukak gaster dan 2% - 14% tukak akan mengalami perforasi.
paling sering disebabkan oleh perforasi ulkus gaster. Sekitar 30% perforasi
c. Etiologi
32
intervensi medis, dan kelianan instrisnsik yang dapat terjadi pada saat
1. Ulkus Gaster
dari 10% penderita ulkus gaster. Biasanya terjadi pada lansia yang
3. Trauma
atau tusuk) atau karena instrument medis, meskipun dapat pula terjadi
rupture organ karena trauma tumpul. Dari total kasus luka abdomen
atau dapat rupture jika lambung terdistensi dan terisi penuh saat
4. Keganasan
5. Iatrogenic
lebih besar karena dindingnya lebih tipis. Pada pasien yang memiliki
d. Klasifikasi
2007) :
terjadi.
e. Patofisiologi
mucosal blood flow) dan agresif (hydrochloric acid, pepsin, ethanol, bile
Gisbert, 2004) :
1) H. Pylori positive
vakuolisasi sel – sel epitel. Urease dapat memecah urea dalam lambung
35
daya tahan mukosa menurun, lalu merusak lapisan kaya lipid pada
apikal sel epitel dan melalui kerusakan sel – sel ini asam lambung
tukak gaster.
ulcers.
3) NSAID associated
dapat menginhibit Nitric oxide (NO) dan hydrogen sulphide (H 2S), yang
perlengketan neutrofil.
f. Manifestasi Klinis
besar pasien menunjukkan gejala yang jelas. Secara umum episode dari
penurunan gejala nyerinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh dilusi dari
disertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
perut menimbulkan nyeri seluruh perut. Pada awal perforasi, belum ada
infeksi bakteria, fase ini disebut fase peritonitis kimia. Adanya nyeri di
menimbulkan nyeri tekan dan defans muskuler. Pekak hati bisa hilang
peritonitis bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
batuk, dan mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri ketika digerakkan seperti
pada saat palpasi, tekanan dilepaskan, colok dubur, tes psoas, dan tes
obturator.
g. Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan penunjang
h. DD
1) Ulserasi peptic
2) Ulserasi duodenum
3) Penyakit bilier
4) Infark spleen
6) Gastritis
7) Perforasi esofagus
i. Tatalaksana
1) Inisial :
a) Oksigen
b) Resusitasi cairan
metronidazol + sefalosporin/aminoglikosid
d) Analgesic IV
e) PPI IV
f) NGT
g) Kateter urin
2) Definitif
bedah adalah :
Indikasi bedah dan waktu operasi yang tepat pada pasien dengan
a) Pasien stabil
Operasi terbuka
a) Primary repair: defek ini terutama ditutup dengan jahitan, hal ini
aplikasi flap.
terutama jika berada pada kelengkungan yang lebih besar dan jauh
dan duodenum
42
duodenum. Gastrojejunostomi
j. Komplikasi
1) Infeksi luka
2) Sepsis
3) Malnutrisi
4) Kegagalan multiorgan
6) Delirium
1) Usia tua
2) Demensia
3) Sepsis
5) Hipoksia
6) Komplikasi intraoperative
43
k. Prognosis
1) Adanya komorbid
2) Usia lanjut
3) Malnutrisi
4) Muncul komplikasi
5) Lokasi perforasi
BAB IV
PEMBAHASAN
peritonitits et causa perforasi gaster dengan anemia gravis dan DM tipe II dapat
ditegakkan pada pasien. Dari hasil anamnesis didapatkan informasi nyeri perut sejak
3 jam SMRS, awalnya nyeri terasa pada uluhati lalu semakin lama menyebar ke
seluruh perut dan berpindah disertai rasa panas dan rasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
dirasakan terus menerus sehingga pasien tidak dapat beristirahat. Sejak dahulu pasien
sering merasakan kembung, dan sejak 3 HSMRS pasien mengeluh perut terasa panas
disertai sesak namun pasien belum berobat. Pada saat masih dirumah, BAB bewarna
coklat, darah -, kemudian saat di rawat di bangsal BAB menjadi kehitaman dan
lembek. Pasien tidak nafsu makan sehingga pasien merasa lemas, selain itu pasien
juga mengeluh kaki terasa matirasa, sering haus dan sering BAK. Pasien menyangkal
VAS 7, konjungtiva anemis, nyeri tekan seluruh lapang abdomen, bising usus
Dari hasil pemeriksaan penunjang, didapatkan Hb 4.9 (L), leukosit 13230 (H),
Ht 14.2 % (L), eritrosit 1.57 (L), Neutrofil 92.4 (H), GDS 321 (H), K 2.83 (L), Cl
91.69 (L), Na 132.83 (L) sehingga dapat disumpulkan pasien menderita anemia
44
45
diabetes melitus tipe II (tegak berdasarkan gejala klasik + GDS). Sedangkan dari
rontgen thoraks didapatkan coupula sign (+) yaitu gambaran udara bebas dibawah
mengisi cavum abdomen, bewarna putih keruh, serta dijumpai adanya perlengketan
pylorus dengan organ sekitar. Saat dilakukan pemisahan dijumpai adanya perforasi
Tatalaksana pre operasi yang diberikan pada pasien ini cairan maintenance
dengan NaCl 0.9% 20 tpm, transfusi PRC 7 kolf dengan premedikasi furosemide
mengatasi nyeri serta inj furosemide untuk mengatasi edema tungkai pasien. Terapi
pasca operasi antara lain Inf Aminofluid/Asering 30 tpm, Inj Seftriakson 2x1 gr
(antibiotic spektrum luas), Inj Metronidazol 3x1 (untuk bakteri anaerob), Inj
46
Gentamisin 2x1 (antibiotic spektrum luas), Inj Ranitidin 2x1 amp (mengurangi
produksi asam lambung), Inf PCT 3x1 (antipiretik dan analgesic) dan dilakukan
puasa selama 5 hari agar produksi asam lambung tidak meningkat sehingga
KESIMPULAN
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka
terjadi perforasi maka isi lambung akan menyebar ke cavum peritoneum dan
Helicobacter Pylori (H. Pylori) dan diet tinggi garam dan berbagai factor lainnya.
Klinis yang paling khas ialah gejala peritonitis, nyeri perut hebat berpindah,
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain darah lengkap, radiologi, laparoskopi.
Spesifisitas dan sensitivitas terbaik yaitu dengan CT Scan, namun dengan BNO saja
47
48
6. Jakarta : EGC.
49
50