Anda di halaman 1dari 12

Pnotein: Struktur Ordo Tinggi

Peter J. Kennelly, PhD & Vicfor W. Rodwell, PhD

PERAN BIOMEDIs diekstraksi dari sel dengan menggunakan larutan air pada
kekuatan ionik dan pH faali diklasifikasikan sebagai larut.
Di alam, bentuk mengikuti fungsi. Agar suatu polipeptida Untuk mengekstraksi protein membran integral' membran
yang baru dibentuk dapat matang menjadi protein yang perlu dilarutkan dengan detergen. Protein globular adalah
berfungsi secara biologis dan mampu mengatalisis suatu molekul padat yang agak bulat dan memiliki rasio aksial
reaksi metabolik, menggerakkan sel, atau membentuk (rasio ukuran terpendek terhadap ukuran terpanjang)
makromolekul sebagai kerangka yang menentukan integritas tidak lebih dari 3. Sebagian besar enzim adalah protein
struktural rambut, tulang, tendon, dan gigi, polipeptida globular. Sebaliknya, banyak protein struktural mengadopsi
tersebut harus mengalami pelipatan membentuk susunan konformasi yang sangat memanjang. Berbagai protein
tiga-dimensi tertentLl, atau konformasi. Selain itu, selama fibrosa ini memiliki rasio aksial sebesar 10 atau lebih.
p€matangan dapat terjadi penambahan gugus kimiawi Lipoprotein dan glikoprotein masing-masing me-
baru atau pengeluaran segm€n peptida yang dibutuhkan ngandung lipid dan karbohidrat yang terikat secara kovalen.
sementara melalui modifikasi Pascatranslasi. Defisiensi Mioglobin, hemoglobir-r, sitokrom, dan banyak metalopro-
genetik tersebut atau gizi yang mengganggu pematangan tein lain mengandung ion logam yang terikat erat. Kini telah
protein berefek buruk pada kesehatan' Contoh defisiensi terdapat skema klasifikasi yang lebih teliti berdasarkan ke-
genetik adalah penyakit Creutzfeldt-Jakob, snap ie, penyakit miripan atau homologi sekuens asam amino dan struktur
Alzheimer, dan bou ine spongiform encep halopathy ("penyakit tiga-dimensi. Namun, banyak istilah klasifikasi lama masih
sapi gila'). Skorbut merupakan contoh defisiensi gizi yang tetap digunakan.
mengganggu pematangan prorein.

KONFORMASI VERSUS KONFIGURASI PROTEIN DIBENTUK


DENGAN MENGGUNAKAN
Istilah konfigurasi dan konformasi sering membingungkan. PRINSIP MODUTAR
Konfigurasi merujuk pada hubungan geometrik antara
susunan tertentu atom-atom, Contohnya, susunan yang Protein melaksanakan fungsi fisik dan katalitik yang
membedakan asam L-amino dari D-amino. Pertukaran an- kompleks dengan menempatkan gugus-gugus kimia tertentu
tara berbagai alternatif bentuk-bentuk konfgurasi memerlu- di susunan tiga-dimensi yang tepat. Perancah polipeptida
kan pemutusan ikatan kovalen. Konformasi merujuk (polypeptide scffild yang mengandung gugus-gugus ini
pada hubungan spasial setiap atom dalam sebuah molekui. harus mengadopsi konformasi yang efisien secara fungsional
Pertukaran bentuk-bentuk konformasi terjadi tanpa Pe- dan kuat secara fisik. Secara sepintas, biosintesis polipeptida
mutusan ikatan kovalen, dengan pemeliharaan konfigurasi, yang terdiri dari puluhan ribu atom tampaknya merupakan
dan biasanya meialui rotasi di sekital ikatan-ikatan tunggal. tugas yang sangat sulit. Jika kita memandang bahwa sebuah
polipeptida biasa dapat mengadopsi >1050 konformasi
PROTEIN PADA AWATNYA berbeda, maka membentuk lipatan menjadi konformasi yang
sesuai dengan fungsi bioiogis agaknya akan jauh lebih sulit.
DI KLASI FI KASI KAN BERDASARKAN
Seperti diuraikan di Bab 3 dan 4, pembentukan rantai utama
KARAKTE RI STI K KASARNYA
polipeptida protein menggunakan sekumpuian kecil building
Para ilmuwan semula meneliti hubungan struktur-fungsi blocks ataumodul, asam-asam amino yang disatukan melalui
dalam protein dengan memisahkan protein menjadi kelas- suatu ikatan umum, ikatan peptida. Jalur modular bertahap
kelas berdasarkan sifat, seperti kelarutan, bentuk, atau menyederhanakan pelipatan dan pemrosesan polipeptida
adanya gugus nonprotein. Contohnya, protein yang dapat yang baru dibentuk menjadi protein matang.

32
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI /33

EMPAT ORDO STRUKTUR PROTEIN

Sifat "modular pada sintesis dan pelipatan protein terdapat


dalam konsep ordo struktur protein: struktur primer,
sekuens asam amino dalam suatu rantai polipeptida; struktur
sekunder, pelipatan segmen-segmen pendek (3 sampai 30
residu) polipeptida yang berdekatan menjadi unit-unit yang
teratur secara geometris; struktur tersier, penyusunan unit
struktural sekunder menjadi unit fungsional yang lebih
besar misalnya polipeptida matang dan domain-domain
komponennya; dan struktur kuaterner, jumlah dan tipe
unit polipeptida pada protein oligomerik dan susunan
,tru ,"

spasialnya.

STRUKTUR SEKUNDER

lkoton Pepfido Membqtosi Kemungkinon -90 0 90

Konformqsi Sekunder 0
Gambar 5-1, Plot Ramachandran sudut-sudut phi (<D) dan psi (Y)
Rotasi bebas hanya dapat terjadi mengelilingi dua dari tiga rantai utama untuk sekitar 1000 residu non-glisin di B protein vang
ikatan kovalen rantai utama polipeptida: ikatan cr-karbon strukturnya diuraikan dengan resolusi tinggi. Titik-titik mewakili
(Co) ke karbon karbonil (Co), dan ikatan Ccr ke nitrogen kombinasi yang dapat terjadi dan ruang kosong mewakili kombinasi
(Gambar 3-4). Karakter ikatan-rangkap parsial pada ikatan sudut phi dan psi yang tidak mungkin terjadi. {Diproduksi ulang dengan
izin dari Richardson lS: The anatomy and taxonomy of protein structures. Adv
pepdda yang menghubungkan Co dengan cr-nitrogen Protein Chem 1981;34:'167. Hak cipta O 1981. Dicetak ulang dengan izin
mengharuskan karbon karbonil, otr<sigen karbonil, dan ct- dari Elsevier.)
nitrogen tetap koplanar sehingga rotasi tidak dapat terjadi.
Sudut yang mengelilingi ikatan Ccr-N disebut sudut phi amino, dengan heliks a ktnan (right handed) sebagai heliks
(O), dan yang mengelilingi ikatan Co-Ccr disebut sudut yang lebih stabil, dan hanya heliks ct kinan yang terdapat di
psi (V). Untuk asam amino selain glisin, sebagian besar protein. Diagram skematis protein memperlihatkan heliks cr
kombinasi sudut phi dan psi tidak dapat terjadi karena sebagai silinder.
hambatan sterik (Gambar 5-1). Konformasi prolin bahkan Stabilitas suatu heliks ct terutama disebabkan oleh ikatan
lebih terbatas karena tidak adanya rotasi bebas pada ikatan hidrogen yang terbentuk antara oksigen pada karbonil ikatan
N-Ccr. peptida dan atom hidrogen pada nitrogen ikatan peptida
Regio-regio struktur sekunder yang teratur, terbentuk residu keempat di sebelah hilir rantai polipeptida (Gambar
jika serangkaian residu aminoasil mengadopsi sudut phi dan 5-4). Kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen
psi yang serupa. Segmen-segmen panjang polipeptida (mis. dalam jumlah maksimal, yang diperkuat oleh interaksi
lengkung) dapat memiliki berbagai sudut tersebut. Sudut- van der \7aals di bagian inti pada struktur yang terkemas
sudut yang mendefinisikan dua tipe paling umum struktur rapat ini, merupakan kekuatan pendorong termodinamik
sekunder, heliks cr (a belix) dan lembar B (B sheet), masing- bagi terbentuknya heliks o. Karena nitrogen ikatan peptida
masing termasuk di dalam kuadran kiri bawah dan atas pada pada prolin tidak memiliki sebuah atom hidrogen untuk
plot Ramachandran (Gambar 5-1). disumbangkan ke ikatan hidrogen, prolin hanya dapat
diakomodasikan secara stabil pada putaran pertama heliks ct.
Heliks Alfo Jika berada di tempat lain, prolin mengganggu konformasi
heliks. Karena ukurannya yang kecil, glisin juga sering
Rantai utama polipeptida pada suatu heliks cr berpuntir menyebabkan penekukan di heliks u.
sama besarnya mengelilingi masing-masing karbon cr Banyak heliks c memiliki gugus R yang dominan
dengan sudut phi sekitar -57 derajat dan sudut psi sekitar hidrofobik di salah satu sisi sumbu dan dominan hidrofilik
-47 derqat. Satu putaran sempurna heliks mengandung di sisi yang lain. Heliks amfifatik ini beradaptasi baik
rata-rata 3,6 residu aminoasil, dan jarak per pvaran Qtitch- terhadap pembentukan pertemuan antara regio polar dan
nya) adalah 0,54 nm (Gambar 5-2). Gugus R pada masing- nonpolaq misalnya bagian interior protein yang hidrofobik
masing residu aminoasil dalam sebuah heliks o menghadap dengan lingkungan airnya. Kelompok-kelompok heliks
keluar (Gambar 5-3). Protein hanya mengandung asam L- amfifatik dapat menciptakan suatu kanal, atau pori yang
34 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

Gambar 5-3. Pandangan ke bawah melalui sumbu suatu heliks cr.


Rantai samping (R) terletak di bagian luar heliks. Radius van der
Waals atom-atom lebih besar daripada yang diperlihatkan di sini;
pitch 0,54-nm karena itu, di dalam heliks hampir tidak terdapat ruang bebas (Sedikit
i3,6 residu) dimodifikasi dan diproduksi ulang, dengan izin, dari Styer L: Biochemistty,

t 3rd ed. Freeman, 1995. Hak Cipta O 1995 W.H. Freeman and Company )

0,15 nm
I
ke karboksil yang sama, atau lembar antiparalel, yang
segmen-segmennya tersebut berjalan dalam arah berlawanan
(Gambar 5-5). Kedua konfigurasi ini memungkinkan
terbentuknya jumlah ikatan hidrogen yang maksimal antara
Gambar 5-2. Orientasi atom-atom rantai utama pada suatu peptida segmen-segmen, atau untai lembar tersebut. Sebagian besar
mengelilingi sumbu heliks cr. lembar B tidaklah benar-benar datar, tetapi cenderung agak
terpuntir ke kanan. Kelompok-kelompok untai lembar B
yang terpuntir membentuk inti banyak protein globular
memungkinkan molekul polar tertentu menembus membran (Gambar 5-6). Diagram skematis menggambarkan lembar
sel hidrofobik. B sebagai tanda panah yang menun.iukkan arah amino ke
terminal karboksil.
Lembor Betq
Gelungon & Tekukon
Struktur sekunder reguler kedua (karena itu diberi nama
"beta") yang dapat dikenali dalam protein adalah lembar B (B Sekitar separuh residu pada protein globular "tipikal"
sheet).Ftesidu-residu asam amino pada iembar p, jika dilihat terletak di heliks cr dan lembar p dan separuh di gelungan
dari tepi, membentuk polazigzagatau lipatan dengan gugus (toops), l:elokan (turn), tekukan (bends), dan fitur konformasi
R residu-residu berdekatan yang mengarah berlawanan. tambahan lainnya. Belokan dan tekukan merujuk pada
'fidak seperti rantai utama pada heliks o yang padat, tulang segmen pendek asam amino yang menyatukan dua unit
punggung pepdda pada lembar B sangat melebar. Tetapi, struktur sekunder, misalnya dua untai iembar p antiparalel
seperti heliks cr, stabilitas lembar p terutama disebabkan yang berdekatan. Belokan B melibatkan empat residu
oleh ikatan hidrogen antara oksigen karbonil dan hidrogen aminoasil, yang residu pertamanya berhubungan melalui
amida ikatan peptida. Namun, berbeda dengan heliks cr' ikatan hidrogen ke residu keempat sehingga terbentuk suatu
ikatan-ikatan ini terbentuk dengan segmen-segmen lembar belokan tajam 180 derajat (Gambar 5-7). Prolin dan glisin
F y"rg berdekatan (Gambar 5-5). sering terdapat di belokan P.
Lembar-lembar p yang saling berinteraksi dapat tersusun Gelungan adalah regio yang mengandung residu melebihi
membentuk lembar B paralel, dengan segmen-segmen jumlah minimal yang diperiukan untuk menghubungkan
rantai polipeptida berdekatan yang memiliki arah amino regio-regio yang berdekatan pada struktur sekunder. Gelung-
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI /3s
<t

r{>

6t.fi\
;lF>

Gambar 5-5. Jarak dan sudut ikatan pada ikatan hidrogen lembar
B terlipat antiparalel dan paralel. Tanda panah menunjukkan
arah masing-masing untai. Atom cx,-nitrogen pendonasi hidrogen
diperlihatkan sebagai lingkaran berwarna. lkatan hidrogen
ditunjukkan dengan garis putus-putus. Agar penyajian jelas, gugus
Gamhar 5-4. lkatan hidrogen (garis titik-titik) yang terbentuk antara R dan hidrogen dihilangkan. Atas: Lembar B antiparalel. Pasangan
atom H dan O menstabilkan suatu polipeptida dalam konformasi ikatan hidrogen berselang-seling antara saling berdekatan dan
o-heliks. (Dicetak ulang dengan izin dari Haggis CH, et al: lntroduction berjauhan serta berorientasi agak tegak lurus terhadap rantai utama
to Molecular Biology. \Niley, 1964. Dicetak ulang dengan izin Pearson polipeptida. Bawah: Lembar B paralel. lkatan hidrogen berjarak
Education Limited.) teratur tetapi miring dengan arah berlainan.

an yang kbnformasinya ireguler memiliki peran biologis di terminal amino atau karboksil ekstrem dan ditandai oleh
penting. Pada banyak enzim, gelungan yang menjembatani fleksibilitas konformasi yang tinggi. Pada banyak keadaan,
domain-domain yang berperan dalam pengikatan substrat bagian yang "berantakan" ini menjadi teratur setelah berikatan
sering mengandung residu aminoasil yang ikut serta dalam dengan ligan. Fleksibilitas struktural ini memungkinkan
katalisis. Pada protein pengikat DNA, misalnya represor bagian ini bekerja sebagai tombol pengendali ligan yang
dan faktor transkripsi, motif heliks-gelungan-heliks mem- memengaruhi struktur dan fungsi protein.
bentuk bagian pengikat oligonukleotida. Motif struktural,
misalnya motif heliks-galungan-hehks yang berada di an- Struktur Tersier & Kuqterner
tara struktur sekunder dan tersier sering dinamai struktur
supersekunder. Karena terletak di permukaan protein se- Istilah "struktur tersier" merujuk pada konformasi tiga-
hingga terpajan oleh pelarut, banyak geiungan dan tekukan dimensi keseluruhan suatu polipeptida. Dalam ruang tiga-
membentuk bagian yang mudah diakses, atau epitop untuk dimensi, struktur ini menunjukkan bagaimana gambaran
pengenalan dan pengikatan antibodi. struktur sekunder-heliks, lembaran, tekukan, belokan, dan
Meskipun tidak memiliki regularitas struktural yang gelungan-tersusun membentuk domain dan bagaimana
jelas, namun gelungan terdapat dalam konformasi spesifik domain-domain ini berhubungan satu sama lain dalam
yang distabilkan melalui ikatan hidrogen, jembatan garum, ruang. Domain adalah suatu bagian dari struktur protein
dan interaksi hidrofobik dengan bagian lain protein. yang mampu melakukan tugas kimia atau fisika tertentu,
Namun, tidak semua bagian protein selalu teratur. Protein misalnya mengikat substrat atau ligan lain. Domain lain dapat
dapat mengandung bagian-bagian yang "berantakan", sering berfungsi menghubungkan protein dengan membran atau
36 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

n -/too*
HlcH
LN-
t /
,., ,/ -co>- H
" --
H-N
7""-"')' \
U C:O
\./^-^ -... u*N
CH
"'\ ,/ \r /'cHoH

Gambar 5-7. Suatu betokan 0 (p-turn) yang menghubungkan dua


segmen pada lembar p antiparalel. Caris putus-putus menunjukkan
ikatan hidrogen .antara asam amino pertama dan keempat pada
segmen empat-residu Ala-Cly-Asp-Ser.

akan lembar B, mengikat AIB sementara domain terminal


karboksil, yangkaya akan heliks cr, mengikat peptida atau
substrat protein (Gambar 5-8). Gugus yang mengatalisis
pemindahan fosforil terletak di gelungan yang berada di
pertemuan kedua domain.
Pada sebagian kasus, protein tersusun oleh lebih dari satu
polipeptida, atau protomer. Struktur kuaterner menentukan
komposisi polipeptida pada suatu protein dan, untuk protein
oligomerik, hubungan spasial antara subunit-subunitnya
atau protomer-protomernya. Protein monomerik terdiri
dari satu rantai polipeptida. Protein dimerik mengandung
dua rantai polipeptida. Homodimer mengandung dua
salinan dari rantai polipeptida yang sama, sedangkan pada
heterodimer polipeptidanya berbeda. Huruf Yunani (o' F,
Gambar 5-6. Contoh struktur tersier protein. Atas: Enzim triosa y, dst) digunakan untuk membedakan subunit-subunit yang
fosfat isomerase. Perhatikan susunan yang elegan dan simetris berbeda pada suatu protein heterooligomerik, dan subskrip
dari lembar B dan heliks cr yang berselang-seling. (Sumbangan J menunjukkan jumlah masing-masing jenis subunit. Sebagai
Richardson.) Bawah: Dua struktur domain dari subunit suatu contoh, ct, menunjukkan protein homotetramerik, dan
enzim homodimerik, HMC-KoA reduktase kelas ll bakteri. Seperti
cx.2pzT adalah suatu protein dengan lima subunit dari tiga
ditunjukkan oleh residu bernomor, polipeptida tunggal berawal di
domain besar, masuk domain kecil, dan berakhir di domain besar. tipe berbeda.
(Sumbangan C Lalvrence, V Rodwell, dan C Stauffacher, Purdue University.) Karena bahkan protein kecil mengandung ribuan atom,
penggambaran struktur protein yang menunjukkan posisi
setiap atom umumnya terlalu rumit untuk diinterpretasi.
berinteraksi dengan molekul regulatorik yang memodulasi Oleh karena itu, diagram skematis sederhana digunakan
fungsi protein tersebut. Suatu polipeptida kecil misalnya untuk melukiskan fitur-fitur kunci pada struktur tersier
triosa fosfat isomerase (Gambar 5-6) atau mioglobin (Bab 6) dan kuaterner protein. Diagram pita (Gambar 5-6 dan 5-
dapat mengandung satu domain. Sebaliknya, protein kinase 8) menelusuri konformasi rantai utama polipeptida' dengan
mengandung dua domain. Protein kinase mengatalisis silinder dan tanda panah masing-masing menunjukkan
pemindahan sebuah gugus fosforil dari ATP ke peptida atau regio heliks cr dan lembar B. Pada penggambaran yang lebih
protein. Bagian terminal amino pada poiipeptida, yang kaya sederhana lagi, segmen-segmen garis yang menghubungkan
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI / 37

tipikal (80-120 kkal/mol), secara kolektif interaksi ini


menimbulkan derajat stabilitas yang tinggi pada konformasi
protein yang fungsionai secara biologis, sepertt Wl.cro fastener
yang memanfaatkan kekuatan kumulatif banyak simpul dan
I kait.
Sebagian protein mengandr-ing ikatan disulfida (S-S)
kovalen yang menghubungkan gugus-gugus suifhidril residu
sisteinil. Pembentukan ikatan disulfida melibatkan oksidasi
gugus sulfhidril sisteinil dar.r memerlukan oksigen. Ikatan
disulfida intrapolipeptida semakin meningkatkan stabilitas
konformasi berlipat suatu peptida, sementara ikatan disulfida
antarpolipeptida menstabilkan struktur kuaterner protein
oligomerik tertentu.

STRUKTUR TIGA.DIMENSI DITENTUKAN


DENGAN KRISTATOGRAFI SINAR-X
ATAU SPEKTROSKOPI NMR

Kristologrqfi Sinqr'X
Seteiah John Kendreu' berhasil memecahkan misteri struktur
tiga-dimensi miogiobin pada tahun 1960, kristalograsi
sinar-X mulai digunakan untuk mengetahui struktur ribuan
protein dan banyak virus. Agar strukturnya dapat diketahui
dengan kristalografi sinar-X, suatu protein mula-mula
harus diendapkan dalam kondisi yang dapat membentuk
kristal-kristal besar teratur. Untuk menciptakan kondisi
Gambar 5-B. Struktur domain. Protein kinase mengandung dua yang sesuai, dilakukan percobaan dengan menggunakan
domain. Domain terminal amino atas mengikat donor fosforii beberapa mikroliter larutan protein dan suatu matriks
ATP (warna terang). Domain terminal karboksil di sebelah bawah variabel (suhu, pH, keberadaan garam atau zat terlarut
diperlihatkan mengikat suatu substrat peptida sintetik (warna organik misainya polietilen glikol) untuk menciptakan
gelap).
kondisi optimal bagi pembentukan kristal. Kristal yang
telah diletakkan pada kapiler quartz mula-mula diradiasi
karbon cx, menunjukkan jaiur rantai utama polipeptida. monokromatik dengan panjang gelombang
dengar.r sinar-X
Diagram skematis ini sering mencakup rantai samping asam- sekitar 0,15 nm untuk memastikan bahwa kristal tersebut
asam amino tertentu yang menekankan hubungan spesifik adalah protein bukan garam. Kristal protein kemudian
antara struktur dan fungsi. dibekukan dalam nitrogen cair untuk pengumpulan data
beresolusi-tinggi selanjutnya. Pola difraksi yang terbentuk
BANYAK FAKTOR YANG MENSTABILKAN sewaktu sinar-X dibiaskan oleh atom dalam perjalanannya
STRUKTUR TERSIER & KUATERNER direkam pada sebuah lempeng fotografik atau ekuivalen
komputernya sebagai pola titik-titih melingkar dengan
Ordo-ordo tinggi pada struktur protein distabilkan intensitas beragam. Data yang didapatkan dalam titik-titik
terutama-dan sering secara eksklusif-oleh interaksi ini kemudian dianalisis dengan menggur.rakan pendekatan
nonkovalen. Hal yang utama dari berbagai interaksi tersebut matematis yang disebut sintesis Fourier yang menjumlahkan
adalah interaksi hidrofobik yang mendorong kebanyakan fungsi gelombang. Amplitudo gelombang berkaitan dengan
rantai samping asam amino hidrofobik ke bagian interior intensitas titik, tetapi karena gelombang tidak berada
protein yang melindunginya dari air. dalam fase yang sama, hubungan antara fase-fasenya harus
Kontributor signifikan lain adalah ikatan hidrogen ditentukan. Pendekatan tradisional yang dilakukan untuk
dan jembatan garam antara karboksilat asam aspartat dan mengatasi "masalah fhse" adalah dengan menggunakan
giutamat dan rantai samping dengan muatan berlawanan isomorphous displacement. Sebelum iradiasi ke dalam
dari residu lisil, arginil, dan histidil berproton. Sementara kristal dimasukkan atom dengan karakteristik sinar-X
secara individual relatif lemah dibandingkan ikatan kovalen tertentu di posisi-posisi tertentu di struktur primer protein.
38 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

Isomorp hous disp lacement atom berat biasanya menggunakan dua-dimensi memungkinkan kita memperoleh gambaran
air raksa atau uranium, yarrg mengikat residu sistein. tiga-dimensi suatu protein yang akan dibuat dengan
Pendekatan alternatif adalah dengan menggunakan protein menentukan kedekatan nukleus-nukleus ini satu sama lain.
rekombinan yang disandi oleh plasmid dengan selenium yang Spektroskopi NMR menganalisis protein dalam larutan air
menggantikan sulfur pada metionin. Ekspresi menggunakan yang menghindari keharusan membentuk kristal. Karena
suatu pejamu bakteri yang auksotrofik untuk biosintesis itu, dengan menggunakan spektroskopi NMR kita dapat
metionin dan medium tertentu dengan selenometionin mengamati perubahan dalam konformasi yang menyertai
yang menggantikan metionin. Pendekatan paling mutakhir pengikatan ligan atau katalisis. Namun, hanya spektrum
adalah dengan memanfaatkan semakin banyaknya struktur protein yang relatif kecil, berukuran <30 kDa, yang dapat
tiga-dimensi yang telah diketahui. Jika struktur yang sedang dianalisis dengan teknologi yang ada sekarang.
diteliti serupa dengan struktur yang telah dipecahkan, maka
digunakan molecular rE lacement pada model yang sudah Pembentukqn Model Molekul
ada sebagai pengganti isomorphous displacement dengan
memakai atom berat serta merupakan cara menarik untuk Metode lain yang semakin sering digunakan untuk
memperoleh data. Yang terakhiq hasil dari penentuan fase melengkapi penentuan empiris struktur tiga-dimensi protein
dan penjumlahan Fourier adalah profil densitas elektron adalah pemakaian teknologi komputer untuk membentuk
atau peta tiga-dimensi mengenai mekanisme pengikatan model molekular. Jika struktur tiga-dimensi telah diketahui,
atau hubungan atom satu sama lain. program dinamika molekul (molecular dynamics) dapat
digunakan untuk menyimulasikan dinamika konformasi
suatu protein serta cara faktor, seperd suhu, pH, kekuatan
Kristologrqfi Sinqr'X Lque
ionik, atau substitusi asam amino dalam memengaruhi
Kemampuan sebagian enzim yang telah mengkristal untuk gerakan-gerakan tersebut. Program molecular doching
mengataiisis reaksi kimia merupakan petunjuk kuat bahwa menyimulasikan interaksi yang terjadi ketika suatu protein
struktur yang diketahui melalu'i kristalografi memang menjumpai substrat, inhibitor, atau ligan lain. Penapisan
mewakili struktur yang terdapat bebas dalam larutan. virtual untuk mencari molekul yang kemungkinan besar
Namun, kristalografi klasik memberikan gambaran suatu berinteraksi dengan bagian-bagian kunci suatu protein yang
protein yang pada dasarnya statik yang dapat mengalami penting dari segi biomedis saat ini digunakan secara luas
perubahan struktural bermakna seperti yang menyertai untuk mempermudah penemuan obat baru. Pada homologlr
katalisis enzim. Pendekatan Laue menggunakan difraksi modeling, struktur tiga-dimensi suatu protein digunakan
sinar-X polikromatik, dan banyak kristal. Proses memutar sebagai cetakan untuk membuat sebuah model protein lain.
kristal dalam berkas sinar-X yang memakan waktu dapat Pada akhirnya, par^ ilmuwan berharap dapat merancang
dihindari sehingga waktu pajanan dapat berlangsung sangat suatu program komputer y^ng dapat memerkirakan
singkat. Untuk mendeteksi gerakan residu atau domain suatu konformasi tiga-dimensi suatu protein secara langsung dari
enzim sewaktu katalisis digunakan kristal yang mengandung sekuens primernya.
analog substrat inaktif atau "terkurung" yang menjadi
substrat hanya setelah terpajan oleh cahaya tampak. Hal ini PELIPATAN PROTEIN
memicu katalisis. Data yang diperoleh bahkan dalam waktu
sesingkat beberapa nanodetik kemudian dapat dianalisis Protein adalah molekul yang konformasinya dinamis dan
untuk memperlihatkan perubahan struktur yang terjadi dapat mengalami pelipatan lfolding) dan penguraian dalam
selama kataiisis. kisaran waktu milidetik, serta dapat mengalami pelipatan-
penguraian ratusan atau ribuan kali selama hidupnya.
Spekrroskopi Nucleo r l$agnelic Resonqnce Bagaimana proses pelipatan yang luar biasa ini dicapai?
Pelipatan membentuk keadaan asli tidak memerlukan
Spektroskopi nuclear magnetic resonAnce (NMR), suatu pencarian yang melelahkan terhadap semua struktur yang
pelengkap kristalografi sinar-X yang sangat bermanfaat, mungkin terbentuk. Protein yang mengalami denaturasi
mengrtkur ab so r b ance energi elektromagnetik frekuensi radio bukanlah sekadar gulungan acak. Kontak-kontak asli tetap
oleh nukleus atom tertentu. Isotop "aktif-NMR'dari unsur- disukai, dan regio-regio struktur asli akan menetap bahkan
unsur yang secara bioiogis relevan antara lain adalah
rH, 13C, pada keadaan denaturasi. Ribosom dapat ikut serta dalam
15N, dan 3tP. Frekuensi, atau pergeseran kimia, saat suatu pelipatan awal suatu protein, tetapi tidak pada pelipatan
nukleus tertentu menyerap energi adalah fungsi dari gugus berikutnya atau setelah protein dipindahkan ke dalam suatu
fungsional tempat nukleus tersebut berada dan kedekatan organel. Konsentrasi protein yang sangat tinggi di dalam
dengan nukleus aktif-NMR lainnya. Spektroskopi NMR sel juga dapat memengaruhi kinetika pelipatan protein.
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI / 39

Di bawah akan dibahas faktor-faktor yang mempermudah bahan kaotropik, .atau detergen. Namun, tidak seperti
pelipatan dan penguraian lipatan, serta konsep terkini dan in vivo, pelipatan ulang dalam kondisi
proses pelipatan
kemtrngkinan mekanismenya didasarkan pada lebih dari 40 laboratorium tersebut berlangsung jauh lebih lambat. Selain
tahun eksperimen yang umumnya in vitro. itu, sebagian protein gagal melipat kembali secara sponran in
vitro sering membentuk agregat taklarut, yaitu kompleks
Konformosi Asli Suqtu Protein acak polipeptrda yang tidak melipat atau hanva melipat
Menguntungkqn Secorq Termodinqmis sebagian serta disatukan oleh interaksi hidrofobik. Agregat
ini mencerminkan jalan buntu yang tak-produktif dari
Jumlah kombinasi sudut phi dan psi yang menentukan proses pelipatan. Sel-sel menggunakan protein tambahan
kemungkinan konformasi bahkan suatu polipeptida yang (auxiliary proteins) wtuk mempercepat proses pelipatan dan
relatif kecil-l5 kDa-sangatlah besar. Protein dituntun menuntunnya menuju kesimpulan yang produktif.
melalui labirin kemungkinan yang sangat luas ini oleh
termodinamika. Karena konformasi suatu protein yang Chaperones
secara biologis relevan-atau asli-umumnya merupakan
konformasi yafig secara energetis menguntungkan, Protein chaperones (pendamping) ikut serta dalam pelipatan
pengetahuan tentang konformasi asli diperinci dalam sekuens lebih dari separuh protein mamalia. Famlli chaperone hsp70
primer. Namun, jika kita menunggu suatu polipeptida (heat shock proteinT\-kDa) mengikat sekuens pendek asam-
menemukan konformasi aslinya melalui eksplorasi acak asam amino hidrofobik di polipeptida yang baru disintesis
terhadap semua kemungkinan konformasi, proses ini yang melindungi polipeptida ini dari pelarut. Chaperone
memerlukan waktu miliaran tahun untuk selesai. Jelaslah, mencegah agregasi sehingga memberikan kesempatan untuk
pelipatan protein di sel berlangsung secara lebih teratur dan terbentuknya elemen struktural sekunder yang sesuai serta
terarah. penataan selanjutnya menjadi globulus cair. Famili chaperone
hsp60 yang kadang-kadang disebut cbaperonins, berbeda
Pelipofon Bersifot Modulqr dalam sekuens dan struktur dari hsp70 dan homolognya.
Hsp60 bekerja pada tahap lanjut proses pelipatan. sering
Pelipatan protein umumnya terjadi melalui proses bertahap. bersama dengan chaperone hsp70. Rongga di bagian tengah
Pada tahap pertama, sewaktu polipeptidayang baru dibentuk chaperone hsp60 yang berbentuk donat memberikan suatu
keluar dari ribosom, segmen-segmen pendek protein lingkungan terlindung tempat suatu polipeptida dapat
tersebut mengalami pelipatan membentuk unit struktural melipat sampai semua regio hidrofobik terbenam di bagian
sekunder yang menghasilkan regio-regio lokal struktur interiornya sehingga tidak terjadi agregasi.
teratur. Pelipatan kini direduksi menjadi pemilihan susunan
yang sesuai untuk elemen struktur sekunder yang jumlahnya Disulfido lsomerqge Protein
relatif sedikit. Pada tahap kedua, gaya-gaya yangmendorong
regio hidrofobik ke bagian dalam protein menjauhi pelarut Ikatan disulfida antaradan di dalam polipeptidamenstabilkan
mendorong polipeptida yang telah sebagian terlipat menjadi struktur tersier dan kuaterner. Namun, pembentukan
"globulus cair" tempat modul-modul struktur sekunder ikatan disulfida tidaklah spesifik. Dalam kondisi oksidasi,
tertata-ulang untuk mencapai konformasi matang protein. suatu sistein dapat membentuk ikatan disulfida dengan
Proses ini teratur, tetapi tidak kaku. Terdapat cukup residu sisteinil manapun yangdapat dialses. Dengan
fetsibilitas dalam cara dan urutan bagaimana elemen- -SH
mengatalisis pertukaran disulfida,pemutusan ikatan S-S
elemen struktur sekunder dapat ditata ulang. Secara dan penyambungannya kembali dengan pasangan sistein
umum, setiap elemen struktur sekunder atau supersekunder yang berbeda, protein disulfida isomerase mempermudah
mempermudah pelipatan dengan mengarahkan proses
pelipatan menuju konformasi alami dan menjauhi alternatif-
alternatif yang ddak produktif. Untuk protein oligomerik, O O --,ZrO
masing-masing protomer cenderung mengalami pelipatan
..^. l]
:''\
-il-"[
-h -li
N /-+ ,/-ftr
Ai
6i + i \t-i
sebelum protomer tersebut berikatan dengan subunit lain.

Profein Tombohon Membontu Pelipoton U1


^J
\
Pada kondisi in vitro yang sesuai, banyak protein akan secara
spontan kembali melipat setelah sebelumnya didenaturasi Gambar 5-9.lsomerisasi ikatan N-cr, prolil peptida dari konfigurasi
(yi. penguraian lipatan) dengan pemberian asam atau basa, crs ke trans secara relatif terhadap rantai utama polipeptida.
40 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

pembentukan ikatan disulfida yang menstabilkan konformasi ini tidak diketahui. Saat ini, diketahui bahwa penyakit prion
asli protein. adalah penyakit konformasi protein yang ditularkan melalui
perubahan konformasi, dan karenanya sifat fisik, suatu
Prolin -cis, frons'lsomerose protein yang endogen bagi tubuh manusia. Pada manusia,
protein terkait-prion, PrB adalah suatu glikoprotein yang
Semua ikatan peptidx f,-p16-lsmpat X mewakili semua disandi oleh iengan pendek kromosom 20 dan dalam keadaan
residu-disintesis dalam konfigurasi trans. I\amun, pada normal bersifat monomerik serta kaya heliks a. Protein
sebagai cetakan bagi perubahan
prion patologis berfungsi
ikatan X-pro protein matang, sekitar 60lo adalah cis.
Konfigurasi cis paling sering pada belokan B. Isomerisasi konformasi PrP normal yang dikenal sebagai PrPc, menjadi
dari trans menjadi czi dikatalisis oleh enzim prolin-cis,rrans' PrPsc. PrPsc kaya akan lembar B dengan banyak rantai
isomerase (Gambar 5-9). samping aminoasil hidrofobik yang terpajan oleh pelarut.
Oleh karena itu, molekul PrPsc berikatan secara kuat satu
sama lain yang membentuk agregat resisten protease tak-
Pelipoton Adoloh Suqtu Proses Dinqmik
larut. Karena satu prion patologis atau protein terkait-prion
Protein adalah molekul yattg secara konformasional dapat menjadi cetakan bagi perubahan konformasi banyak
dinamis serta dapat melipat dan terurai ratusan atau ribuan molekul PrPc, penyakit prion dapat ditularkan hanya melalui
kali dalam masa hidupnya. Bagaimana protein kembali protein tanpa keterlibatan DNA atau RNA.
melipat dan memulihkan konformasi fungsionalnya setelah
lipatannya terurai? Pertama-tama, penguraian lipatan jarang Penyokir Alzheimer
menyebabkan randomisasi total rantai polipeptida di dalam
sel. Oleh karena itu, protein yang telah terurai tersebut Pelipatan ulang atau kesalahan pelipatan protein lain yang
mempertahankan sejumlah kontak dan regio struktur endogen bagi jaringan otdk manusia, B-amiloid adalah
sekunder yang mempermudah proses pelipatan ulang. Kedua, gambaran utama pada penyakit Alzheimer. Sementara kausa

protein "pendamping" dapat "menyelamatkan' protein yang utama penyakit Alzheimer masih belum diketahui, nalnun
telah terurai yang secara termodinamis terperangkap dalam plak senilis khas dan berkas neurofrbril (neurof'brilkry
"jalan-buntu" pelipatan dengan menguraikan regio-regio bundles) mengandung agregat protein B-amiloid, suatu
hidrofobik dan memberikan kesempatan kedua agar protein polipeptida 43-kDa yang dihasilkan oleh pemutusan
tersebut kembali melibat secara produktie dan glutation proteolitik protein yang lebih besar yang dikenal sebagai

dapat mengurangi ikatan disulfida yang tidak sesuai dan protein prekursor amiloid. Pada pasien penyakit Alzheimer,
terbentuk sewaktu terjadi pajanan oleh bahan pengoksidasi kadar p-amiloid meningkat, dan protein ini mengalami
misalnya Or, hidrogen peroksida, atau superoksida (Bab 51). transformasi konformasional dari keadaan kaya-heliks cr
yang mudah larut menjadi keadaan yangkaya akan lembar
F y"rg rentan mengalami penggumpalan. Apolipoprotein
E
GANGGUAN KONFORMASI PROTEIN diperkirakan berperan sebagai mediator potensial perubahan
DAPAT MEMILIKI KONSEKUENSI konformasi ini.
PATOTOGIS

Prion Tqlqsemio Beto

Ensefalopati spongiform yang dapat menular, atau penyakit Talasemia disebabkan oleh cacat genetik yang mengganggu
prion adalah penyakit neurodegeneratif fatal yang ditandai sintesis salah satu subunit polipeptida hemoglobin (Bab 6)'
oleh perubahan spongiform, glioma astrositik, dan Selama "ledakan" sintesis hemoglobin yang terjadi sewaktu
lenyapnya neuron akibat pengendapan agregat protein tak- pembentukan sel darah merah, suatu molekul pendamping
larut dalam sel neuron. Ensefalopati ini mencakup penyakit (chaperone) spesifik yang disebut u-hemoglobin+tabilizing
Creutzfeldt-Jakob pada manusia, scrapie pada domba, dan protein (AHSP) mengikat subunit cr hemoglobin bebas

bouine spongiform encephalopathy (penyakit sapi gila) pada yang menunggu penyatuan ke dalam multimer hemoglobin'
hewan ternak. vCJD, suatu varian dari penyakit Creutzfeldt- Tanpa moiekul pendamping ini, subunit-subunit ct-
Jakob yang mengenai pasien lebih muda, berkaitan dengan
hemoglobin bebas akan menggumpal, dan endapan yang
gangguan perilaku dan psikiatrik yang timbul dini. Penyakit terjadi menimbulkan efek sitotolaik pada eritrosit yang
prion dapat bermanifestasi sebagai penyakit infeksi, genetik' sedang terbentuk. Penelitian dengan menggunakan mencit
atau sporadik. Karena tidak ada gen virus atau bakteri yang yang telah dimodifikasi secara genetis mengisyaratkan adanya
rnenyandi protein prion patologis yang dapat ditemukan, peran AHSP dalam memodulasi keparahan talasemia-p
sumber dan mekanisme penularan penyakit prion selama pada manusia.
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI / 4l

KOTAGEN MERUPAKAN CONTOH kus satu sama iain secara kinan untuk membentuk heliks tri-
PERAN PENGOTAHAN PASCATRANSTASI pel kolagen. Puntiran yang saling bertentangan (kida1-kinan)
DATAM PEMATANGAN PROTEIN pada superheliks dan polipeptida-polipeptida komponennya
menyebabkan heliks tripel kolagen sangat resisten terhadap
Pemotongqn Protein Sering Meliborkqn penguraian (unwinding)-prinsip serupa digunakan dalam
Pembentukon & Pemutusqn lkoton Kovolen kabel baja penyangga jembatan gantung. Heliks tripel kola-
gen memiliki 3,3 residu per puntiran dan satu kenaikan per
Pematangan protein menjadi struktur akhirnya sering residu hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kenaikan-
melibatkan pemutusan atau pembentukan (atau keduanya) nya pada heliks cr. Gugus R masing-masing untai polipep-
ikatan kovalen, suatu proses modifikasi pascatranslasi. tida pada heliks tripel terkemas sedemikian rapat sehingga
Banyak polipeptida pada awalnya disintesis sebagai supaya pas, salah satunya harus glisin. Oleh karena iru, setiap
prekursor berukuran besar yang disebut proprotein. residu asam amino ketiga pada kolagen adalah residu glisin.
Segmen-segmen polipeptida "tambahan' pada proprotein Pengaturan bergiliran ketiga untai menghasilkan posisi yang
ini sering berfungsi sebagai leader sequence (sekuens sesuai untuk glisin di seluruh heliks. Kolagen juga kaya akan
pemimpin/pendahulu) yang membawa polipeptida ke prolin dan hidroksiprolin, sehingga terbentuk pola Gly-X-Y
organel tertentu atau mempermudah polipepdda melewati berulang (Gambar 5-10) dengan Y yang umumnya berupa
membran. Segmen-segmen lain menjamin bahwa aktivitas prolin atau hidroksiprolin.
protein yang berpotensi membahayakan, misalnya protease Heiiks tripel kolagen distabilkan oleh ikatan hidrogen
tripsin dan kimotripsin tetap terhambat sampai protein antara residu di rantai polipeptida yang berbeda. Gugus
tersebut mencapai tujuan akhirnya. Namun, jika kebutuhan- hidroksil residu hidroksiprolil juga ikut serta membentuk
kebutuhan transien tersebut telah terpenuhi, regio-regio ikatan hidrogen antar-rantai. Stabilitas juga diperkuat
pepdda yang mubazir tersebut kemudian dihilangkan dengan oleh ikatan silang kovalen yang rerbentuk antara residu
proteolisis selektif. Modifikasi kovalen lain dapat terjadi lisil modifikasi baik di dalam maupun di antara rantai
yang menyebabkan fungsi kimia prorein yang bersangkutan polipeptida.
bertambah. Pematangan kolagen merupakan contoh kedua
proses tersebut. Kologen Disintesis Sebogoi Suotu
Prekursor Besqr
Kologen Adqloh Protein Fibroso
Kolagen pada awalnya disintesis sebagai sebuah polipeptida
Kolagen adalah protein fibrosa (berserar) yangpaling banyak prekursor besar, yaitu prokolagen. Banyak residu prolil
dan membentuk lebih dari 25o/o massa protein dalam tubuh dan lisil prokolagen mengalami hidroksilasi oleh prolil
manusia. Protein fibrosa penting lainnya adalah keratin hidroksilase dan lisil hidrolailase, yang enzim yang
dan miosin. Protein-protein fibrosa ini merupakan sumber memerlukan asam askorbat (vitamin C; lihat Bab 27 tx
utama kekuatan struktural sel (yi. sitoskeleton) dan jaringan. 44). Residu hidroksiprolil dan hidroksi-lisil menghasilkan
Kulit memperoleh kekuatan dan kelenturannya dari jalinan ikatan hidrogen tambahan yang mampu menstabilkan
serat kolagen dan keratin yang bersilangan, semenrara rulang protein matang. Selain itu, glukosil dan galaktosil transferase
dan gigi diperkuat oleh jaringan serat kolagen yang analog melekatkan residu glukosil atau galaktosil pada gugus
dengan kawat baja yang memperkuat beton. Kolagen juga hidroksil residu hidroksilisil tertentu.
terdapat di jaringan ikat, misalnya ligamentum dan tendon. Bagian tengah polipeptida prekursor ini kemudian
Perlunya kekuatan regang yang tinggi untuk memenuhi berikatan dengan molekul lain untuk membentuk heliks
kebutuhan peran struktural ini memerlukan bentuk protein tripel yang khas. Proses ini disertai oleh pengeluaran
memanjang yang ditandai oleh sekuens asam amino berulang
dan struktur sekunder yang reguler.
Sekuens
-Gly- X -Y- Gly * X-Y- Gly * X -Y -
asam amino
Kologen Membenfuk Heliks Tripelyong Unik
topokolagen terdiri dari tiga serat, masing-masing mengan- Slruktur20 4efi:cqsftfryftr.
dung sekitar 1000 asam amino, yang disatukan dalam suatu
konformasi unik, heliks tripel kolagen (Gambar 5-10). Serat
Heliks lripel
kolagen matang membentuk suatu batang memanjang de-
ngan rasio aksial sekitar 200. Grdapat tiga untai polipeptida
yang saling menjalin, memuntir ke kiri, dan saling membung- Gamhar 5-10, Struktur primer, sekunder, dan tersier kolagen.
42 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

perpanjangan terminal karboksil dan terminal amino Struktur tersier berkaitan dengan hubungan antara

globular dari polipeptida prekursor melalui proses proteolisis domain-domain struktural sekunder. Struktur kuaterner
Selektif, Residu lisil tertentu dimodifikasi oleh lisil oftsidase, protein dengan dua polipeptida atau lebih (protein
suatu protein yang mengandung tembagayang mengubah oligomerik) berkaitan dengan hubungan spasial antara
gugus s-amino menjadi aldehid. Aidehid kemudian dapat berbagai tipe polipeptida.
mengalami kondensasi aldol untuk membentuk ikatan Struktur primer distabilkan oleh ikatan peptida kovalen.
rangkap C-C atau membentuk basa Schiff (eneimin) Struktur dengan ordo yang lebih tinggi distabilkan
dengan gugus e-amino residu lisil yang belum termodifikasi oleh gaya-gaya lemah-ikatan hidrogen, ikatan
yang kemudian direduksi untuk membentuk ikatan tunggal garam (elektrostatik), dan asosiasi gugus R hidrofobik
C-N. Ikatan kovalen ini mengikatsilangkan masing-masing multipel.
polipeptida dan menyebabkan serat kolagen menjadi sangat Sudut phi (@) suatu polipeptida adalah sudut
kuat dan kaku. mengelilingi ikatan Co-N; sudut psi (V) adalah sudut
yang mengelilingi ikatan Co-Co. Sebagian besar kom-
binasi sudut phi-psi tidak dapat terjadi akibat hambatan
Penyokit Gizi & Genetik
Dopot Menggonggu Pemotongon Kologen sterik. Sudut phi-psi yang membentuk heliks cr dan
Iembar ct masing-masing terletak di kuadran kiri bawah
Rangkaian proses rumit dalam Pematangan kolagen dan atas plot Ramachandran.
merupakan suatu model yang menggambarkan konsekuensi- Pelipatan protein adalah suatu proses yang masih belum
konsekuensi biologis pematangan polipeptida yang tidak dipahami. Secara umum, segmen-segmen pendek
sempurna. Defek biosintesis kolagen yang paling dikenal dari polipeptida yang baru dibentuk akan melipat
adalah skorbut (scurty), akibat defisiensi vitamin C (dalam membentuk unit-unit struktural sekunder. Gaya-gaya
makanan) yang diperlukan oleh prolil dan lisil hidroksilase. yang membenamkan regio-regio hidrofobik dari pelarut
Berkurangnya jumlah residu hidroksiprolin dan hidroksilisin kemudian mendorong polipeptida yang separuh melipat
yang ditimbulkannya mengganggu stabilitas konformasi serat menjadi suatu "globulus cair" temPat modul-modul
kolagen sehingga timbul perdarahan gusi, pembengkakan struktur sekunder tertata-ulang untuk menghasilkan
sendi, gangguan penyembuhan luka, dan akhirnya kematian. konformasi asli protein.
Sindrom Menkes, yang ditandai oleh rambut kusut dan Protein yang membantu pelipatan antara lain adalah
retardasi pertumbuhan, mencerminkan defisiensi tembaga protein disulfi da isomerase, prolin- cis,nans-isomerase'
(dalam makanan) yang diperlukan oleh lisil oksidase, yang dan chaperonr-r (molekul pendamping) yang ikut serta
mengatalisis suatu tahap kunci dalam pembentukan ikatan- dalam pelipatan lebih dari separuh protein mamalia'
silang kovalen yang memperkuat serat-serat kolagen. Chaperone melindungi polipeptida yang baru dibentuk
Penyakit genetik pada biosintesis kolagen antara lain dari pelarut dan membentuk lingkungan yang
adalah beberapa bentuk osteogenesis imperfekta, yang memungkinkan munculnya elemen'elemen struktur
ditandai oleh kerapuhan tulang. Pada sindrom Ehlers- sekunder untuk kemudian menyatu membentuk
Danlos, sekelompok penyakit jaringan ikat yang berkaitan globulus cair.
dengan gangguan integritas struktur-struktur penunjang, Teknik-teknik untuk mempelajari struktur protein
defek pada gen yang menyandi o kolagen-l, prokolagen l/- ordo tinggi antara lain adalah kristalografi sinar-X,
peptidase, atau lisil hidrolailase menyebabkan sendi menjadi spektroskopi NMR, ultrasentrifugasi analitik, filtrasi
terlalu lentur dan kelainan kulit (lihat iugaBab 47)' gel, dan elektroforesis gel.
Kolagen merupakan contoh keterkaitan erat antara
RINGKASAN struktur protein dan fungsi biologisnya. Penyakit pem-
atangan kolagen antara lain adalah sindrom Ehlers-
. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, Danlos dan penyakit defisiensi vitamin C' skorbut-
bentuk, fungsinya, atau keberadaan suatu gugus Prion-partikel protein yang tidak memiliki asam

prostetik, misalnYa heme. nukleat-menyebabkan ensefalopati spongiformis in-


. Struktur primer suatu polipeptida yang disandi oleh gen feksiosa yang fatal seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob,
adalah sekuens asam-asaln aminonya. Struktur sekunder scrapie, dan bouine spongiform encephalopathy. Penyakit
terbentuk akibat pelipatan polipeptida menjadi motif- prion berkaitan dengan perubahan struktur sekunder-
motif yang disatukan oleh ikatan hidrogen, misalnya tersier suatu protein alami, PrPc. Jika PrPc berinteraksi
heliks a, lembar terlipat B, tekukan B, dan gelungan. dengan bentuk patologiknya, PrPSc, konformasinya
Kombinasi dari berbagai motif ini dapat menghasilkan berubah dari struktur yang dominan helila-ct menjadi
motif supersekunder. struktur lembar-cr yang khas untuk PrPSc.
BAB 5: PROTEIN: STRUKTUR ORDO TINGGI / 43

\ML: The many roles of computation in drug discovery.


REFERENSI lorgensen
Science 2004;303: 1 B I 3.
Branden C, Tooze J: Introduction to Protein Stntcture. Garland, Kong Y et al: Loss of alpha-hemoglobin-stabilizing protein impairs
1991' er1'thropoiesis and exacerbates beta-thalassemia. J Clin Invest
Burkhard B Stetefeld J, Strelkov SV: Coiled coils: A highly versatile 2004;174:1457.
protein folding moftif. tends Cell Biol 2001 ; :82.
11 Myers JK, Oas TG. Mechanism of fast protein folding. Annu Rev
Collinge J: Prion diseases of humans and animals: Their causes and Biochem 2002;71:783.
molecular basis. Annu Rev Neurosci 2001;24:519. Myllyharju J: Prolyl 4-hydroxylases, the key enzymes of collagen
Frydman J: Folding of newly translated proteins in vivo: The role of biosynthesis. Matrix Biol 2003;22:15.
molecular chaperones. Annu Rev Biochem 2001;70:603. Radord S. Protein folding: Progress made and promises ahead.
Gothel SF, Marahiel MA: Peptidyl-prolyl cis-trans isomerases, a Tiends Biochem Sci 2000;25:61i.
superfamily of ubiquitous folding catalysts. Cell Mol Life sci Sadana A, Vo-Dinh T: Biochemical implications of protein folding
1999;55:423. and misfolding. Biotechnol Appl Biochem 2001;33:7.
Hajdu J, et al: Analyzing protein functions in four dimensions. Nat Segrest MP et al: The amphipathic alpha-helix: A multifunctional
Struct Biol 2000;7:1006. structural morif in plasma lipoproteins. Adv Protein Chem
Hardy J: Toward Alzheimer therapies based on generic knowledge. 1995;45:1.
AnnuRevMed,2004;55:15. Stoddard BL et al: Millisecond Laue srrucrures of an enzyme-
Ho BK, Thomas A, Brasseur R: Revisiting the Ramachandran plot: product complex using photocaged substrate analogs. Nat
Hard-sphere repulsion, electrostatics, and H-bonding in the Struct Biol 1998;5:891.
cr-helix. protein Sci 2003;12:2509. young
JC, Moarefi I, Hartl FIJ: Hsp90: A specialized but essential
Ice GE et al: Polychromatic x-ray microdiffraction studies of protein-foldingtool.JCellBiol2001;154:267.
mesoscale sffucture and dynamics. J Synchrotron Rad
2005 12:155.
Irani DN, Johnson RT: Diagnosis and prevention of bovine
spongiform encephalopathy and variant Creutzfeldt-Jakob
disease. Annu Rev Med 2003;54:305.

Anda mungkin juga menyukai