Anda di halaman 1dari 49

Studi Tanaman Hias Multifungsi dan Persepsi Masyarakat di

Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota


Malang

Suhadi Syamsuddin, Bagyo Yanuwiadi


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya
2021

ABSTRAK
Tanaman hias merupakan salah satu pengelompokkan
tanaman berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultural, sehingga
secara umum, tanaman sayuran, tanaman obat atau tanaman buah
dapat dikelompokkan ke dalam tanaman hias. Masyarakat
membudidayakan tanaman hias untuk dinikmati nilai estetikanya,
namun secara ekologis tanaman hias juga memiliki peran yang
penting dalam ekosistem, sehingga tanaman hias menjadi prospek
untuk dikaji lebih lanjut. Tanaman hias jika dimanfaatkan dengan
baik, dapat memberikan dampak positif secara ekologis terhadap
lingkungan. Persepsi diartikan sebagai sebuah cara pandang
seseorang terhadap sebuah objek. Dari persepsi ini akan berlanjut
untuk memberikan penilaian (judgment) atau membangun kesan
(impression) terhadap berbagai hal, sehingga persepsi memiliki peran
yang penting terhadap penentuan sikap seseorang. Tujuan dari
penelitian ini untuk menginventaris tanaman hias di Kelurahan
Tunggulwulung dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap
tanaman hias multifungsi. Metode yang digunakan adalah sensus
untuk menganalisis vegetasi tanaman hias, sedangkan untuk analisis
persepsi masyarakat melalui wawancara langsung. Data vegetasi
tanaman hias dianalisis secara kualitatif dan data survei sosial
dianalisis secara statistik. Inventarisasi tanaman hias di Kelurahan
Tunggulwulung sebanyak 68 spesies. Spesies yang memiliki INP
tertinggi yaitu Chlorophytum comosum dengan INP 12.96%.
Masyarakat memahami jenis tanaman hias serta manfaat menanam
tanaman hias di pekarangan rumah, namun sebagian besar tidak
memahami manfaat tanaman hias secara ekologis dalam ekosistem.

Kata kunci: multifungsi, persepsi, tanaman hias

i
Study of Multifunctional Ornamental Plants and Community
Perceptions in Tunggulwulung Village, Lowokwaru District,
Malang City

Suhadi Syamsuddin, Bagyo Yanuwiadi


Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Brawijaya University
2021

ABSTRACT
Ornamental plants are a group of plants based on the
function of horticultural plants. In general, vegetable plants,
medicinal plants or fruit plants can be grouped into ornamental
plants. People cultivate ornamental plants to enjoy their aesthetic
value, but ecologically, ornamental plants also have an important role
in the ecosystem. This makes ornamental plants a prospect for further
study, because if used properly. Ornamental plants can play a
positive ecological role in the environment. Perception is defined as a
person's perspective on objects. Perception will continue towards
giving judgment or building impressions on various things, so that
perception has an important role in determining one's attitude. The
purpose of this study was to make an inventory of ornamental plants
in Tunggulwulung Village and to analyze people's perceptions of
multifunctional ornamental plants. The method used is a census for
the inventory of ornamental plant vegetation, while the analysis of
public perceptions is carried out through direct interviews.
Ornamental plant data were analyzed qualitatively and social survey
data were analyzed statistically. The inventory of ornamental plants
in the Tunggulwulung Village was 68 species, with the highest IVI
being the Chlorophytum comosum species with an IVI of 12.96%.
People understand the types of ornamental plants and the benefits of
planting ornamental plants in their yards, but most do not understand
the ecological benefits of ornamental plants in the ecosystem.

Key words: multifunction, perception, ornamental plants

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang


Maha Kuasa, atas segala limpahan berkah, taufik, dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Tanaman Hias Multifungsi dan Persepsi Masyarakat di Kelurahan
Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang” yang
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dalam
bidang Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Bagyo Yanuwiadi selaku Dosen Pembimbing
yang telah mendampingi, memberikan arahan serta
tambahan ilmu dan saran-saran yang berguna bagi
penulis.
2. Ibu Zulfaidah Penata Gama, S.si., M.Si., Ph.D dan
Bapak Dr. Jati Batoro, M.Si selaku Dosen Penguji atas
saran dan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
penyusunan skripsi.
3. Pihak Kelurahan Tunggulwulung atas kerja samanya
hingga penelitian lapang berjalan lancar.
4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu
memberikan dukungan, doa dan motivasi yang tidak
terkira.
5. Rekan-rekan Biologi angkatan 2014, khususnya geng
Jablay dan seluruh civitas akademik Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi
NAMA NADIA TIDAK ADA!!!!
Penulisan skripsi ini merupakan upaya optimal penulis
sebagai sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menjadikan karya
ini semakin bermanfaat.

Malang, 14 Juni 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................i
ABSTRACT.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.................................ix

BAB I PENDAHULUAN................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................2
1.3 Tujuan......................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................3


2.1 Tanaman Hias..........................................................3
2.2 Pengelompokkan Tanaman Hias..............................3
2.2.1 Tanaman Hias Berdasarkan Bagian Tanaman
yang Dinikmati..............................................3
2.2.2 Tanaman Hias Berdasarkan Tujuan Budidaya3
2.3 Fungsi Tanaman Hias...............................................4
2.4 Nilai Ekonomis Tanaman Hias.................................7
2.5 Persepsi Masyarakat.................................................8
2.6 Faktor Terbentuknya Persepsi..................................9

BAB III METODE PENELITIAN...............................................11


3.1 Waktu dan Tempat.................................................11
3.2 Lokasi Penelitian....................................................11
3.3 Penentuan Responden............................................12
3.4 Pengumpulan Data.................................................12
3.5 Instrumen dan Variabel Penelitian.........................12
3.6 Analisis Data..........................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 15


4.1 Analisis Vegetasi....................................................15
iv
4.2 Persepsi Masyarakat tentang Tanaman Hias..........24
4.2.1 Pengetahuan Masyarakat tentang Tanaman
Hias..............................................................25
4.2.2 Sikap Masyarakat tentang Tanaman Hias....26

BAB V PENUTUP.........................................................................28
5.1 Kesimpulan..................................................................28
5.2 Saran............................................................................28

DAFTAR PUSTAKA....................................................................29
LAMPIRAN...................................................................................33

v
DAFTAR TABEL
Nomo Halaman
r
1 Variabel dan indikator 12
penelitian.........................

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Peta lokasi penelitian ......................................... 11
2 Indeks nilai penting vegetasi tanaman hias........ 16
3 Kelimpahan vegetasi tanaman hias.................... 17
4 Tanaman Lili Paris (Chlorophytum comosum).. 19
5 Tanaman Puring (Codiaeum variegatum) ........ 20
6 Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema crispum) ...... 22
7 Tanaman Andong Merah (Cordyline fruticosa
(L.) A Chev)....................................................... 23
8 Pengetahuan masyarakat tentang tanaman 20
hias..................................................................... 25
9 Sikap masyarakat tentang tanaman hias ............ 26

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Pedoman wawancara ...................................... 33
2 Jadwal penelitian ............................................ 35
3 Spesies tanaman hias di kelurahan
Tunggulwulung .............................................. 36
4 Dokumentasi pengambilan data dan
wawancara ...................................................... 39

viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Keterangan
INP indeks nilai penting
KR kelimpahan relatif
FR frekuensi relatif
mdpl meter di atas permukaan laut

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah dan iklim di Indonesia termasuk dalam wilayah tropis
menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik, salah
satunya tanaman hias (Lestari, 2009). Menurut Direktorat Budidaya
Tanaman Hias (2005), tanaman hias merupakan jenis tanaman yang
berasal dari kelompok tanaman daun atau tanaman bunga yang ditata
untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih
artistik dan menarik. Tanaman hias umumnya dimanfaatkan
masyarakat untuk memperindah lingkungan. Masyarakat
membudidayakan tanaman hias untuk dinikmati keindahannya yang
terpancar dari keseluruhan tajuk tanaman, bentuk, warna bunga, dan
kerangka tanaman (Waty, 2010). Selain memberikan nilai estetik,
tanaman hias juga berfungsi sebagai habitat kehidupan fatwa
(wildlife habitat), pengontrol erosi (erosion control), pengontrol
penglihatan, (visual control), pembatas fisik (physical barries) dan
pengontrol iklim mikro (climate control) (Carpenter dkk, 1975).
Kelurahan Tunggulwulung secara geografis berada diantara
Kota Batu dan Kota Malang. Kelurahan Tunggulwulung berada pada
ketinggian 495-529 meter di atas permukaan laut (mdpl) sehingga
termasuk dalam kategori dataran tinggi yang cocok untuk budidaya
tanaman hias, karena menurut Bjora dkk. (2008) tanaman hias dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian 400-1600 mdpl atau di bawah
2000 mdpl. Tanaman hias daun maupun bunga dapat tumbuh dengan
baik bila dibudidayakan di kondisi lingkungan yang tepat, seperti
ketinggian tempat, kebutuhan air, dan cahaya (Ratnasari, 2007).
Secara berkala pihak kelurahan sedang melakukan penataan kawasan
yang berbasis desa wisata, sehingga selain Kota Batu,
Tunggulwulung dapat menawarkan wisata kepada pengunjung.
Kebijakan tentang penataan tanaman hias sedang dikaji lebih lanjut,
meskipun masyarakat sudah menanam tanaman hias di pekarangan
rumah.
Persepsi secara umum diartikan sebagai cara pandang
masyarakat atau seseorang terhadap suatu objek, baik itu objek fisik
maupun sosial. Menurut Pahlevi (2007), persepsi merupakan suatu
proses untuk membuat penilaian (judgment) atau membangun kesan

1
(impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat dalam
lapangan pengindraan seseorang. Persepsi individu terhadap
lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut
menjadi respon yang menentukan tindakan individu Kamal, 2009).
Persepsi masyarakat sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
yang dimiliki setiap individu, karena pengetahuan merupakan
konsepsi dasar dan modal untuk perkembangan perilaku (Asmara &
Suhirman 2012). Perilaku inilah yang akan menggambarkan sikap
seseorang terhadap persepsinya, karena sikap adalah kesiapan,
kesediaan untuk bereaksi terhadap suatu objek, sehingga masih
berupa kecenderungan dalam bertindak demi seseorang (Rahayu,
2010). Sikap sangat menentukan perilaku dan tanggapan seseorang
terhadap lingkungan sekitar, sehingga persepsi masyarakat tentang
multifungsi tanaman hias sangat erat kaitannya dengan
kebermanfaatan dari tanaman hias.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apa saja jenis tanaman hias yang ditanam masyarakat
Kelurahan Tunggulwulung?
2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap tanaman hias
multifungsi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menginventaris vegetasi tanaman hias di Kelurahan
Tunggulwulung
2. Untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap tanaman
hias multifungsi

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai sarana edukasi
kepada masyarakat tentang fungsi ekologis tanaman hias, sehingga
tumbuh kesadaran masyarakat untuk membudidayakan tanaman hias.
Selain itu, data penelitian dapat dijadikan sebagai rujukan atau
referensi untuk aparat desa atau kelurahan maupun kota sebagai
pedoman dalam pengelolaan lingkungan yang berbasis kota wisata.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Hias


Tanaman hias merupakan salah satu kelompok tanaman yang
digolongkan dalam hortikultura non pangan. Tanaman hias menjadi
jenis tanaman yang dibudidayakan atau ditanam untuk dinikmati
nilai estetika atau keindahannya (Waty, 2010). Menurut Soedarmono
(1997), tanaman hias merupakan jenis tanaman tertentu baik dari
tanaman daun maupun tanaman bunga yang ditata untuk
memperindah lingkungan, sehingga suasana menjadi lebih menarik
dan artistik. Definisi lain dari tanaman hias yang dikemukakan oleh
Ashari (1995), tanaman hias merupakan tanaman yang keindahannya
terpancar dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga
dan kerangka tanaman. Tanaman hias memiliki banyak fungsi dan
kegunaan. Dalam lanskap, tanaman hias memiliki fungsi sebagai
tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan dan
penutup tanah. Tanaman hias juga memberikan suasana indah
mempesona, melembutkan pandangan, dan memberikan
kecemerlangan sepanjang waktu (Waty, 2010).

2.2 Pengelompokkan Tanaman Hias


2.2.1 Tanaman Hias Berdasarkan Bagian Tanaman yang
Dinikmati
Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis.Tanaman hias
berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati terbagi menjadi dua
jenis yaitu, tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman
hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki warna-warni
daun yang indah dengan bentuk dan tajuk bervariasi, unik, dan
eksotik, sehingga meskipun tidak berbunga tetapi keindahan warna
dan bentuk daunnya mampu menghadirkan keasrian di lingkungan
sekitar. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias yang memiliki
kemampuan menghasilkan bunga dengan bentuk, warna, dan
keharuman yang unik (Endah, 2007).

2.2.2 Tanaman Hias Berdasarkan Tujuan Budidaya


Menurut Wiraatmaja (2016), tanaman hias berdasarkan
industri komersial digolongkan menjadi bunga potong (Cut Flowers),

3
bunga hias dalam ruang (Indoor Plants) dan tanaman hias taman
(Outdoor Plants).
1. Tanaman hias bunga potong (Cut Flowers)
Tanaman hias bunga potong lebih banyak dibudidayakan di
kebun. Pola penanaman bervariasi, baik dengan pola hamparan,
berselang-seling maupun dengan pola kombinasi atau perpaduan
beberapa jenis bunga. Budidaya tanaman hias potong umumnya
bertujuan untuk menghasilkan kuntum bunga dengan tangkainya
yang akan dikemas dalam bentuk karangan bunga.
2. Tanaman hias dalam ruang (Indoor Plants)
Tanaman hias dalam ruangan adalah tanaman hias yang
ditanam di dalam pot. Umumnya tanaman hias dalam pot berukuran
kecil. Selain dinikmati nilai estetika yang terpancar dari tanaman
hiasnya, unsur estetika juga dipadukan dengan keindahan dari
potnya.
3. Tanaman hias taman (Outdoor Plants).
Tanaman hias untuk taman umumnya merupakan jenis
tanaman kombinasi dari bunga, pepohonan atau rerumputan.
Kombinasi ini jika ditata dengan rapi, maka akan memancarkan nilai
estetika yang menciptakan lingkungan sekitar menjadi nyaman
(Zulkarnain, 2009).

2.3 Fungsi Tanaman Hias


Tanaman hias banyak dimanfaatkan untuk memperindah
lingkungan sekitar baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor). Sebagai penghias dalam ruangan, tanaman hias
diletakkan dalam pot yang ditempatkan di meja atau area rumah,
apartemen, hotel dan perkantoran, sedangkan pemanfaatan di luar
ruangan dapat dijadikan sebagai tanaman pelindung, penghias taman,
centre point, bedengan dan penutup tanah. Selain itu, tanaman hias
juga dapat berperan dalam kesehatan lingkungan yaitu sebagai
penyaring udara baik di dalam maupun di luar ruangan. (Sinar Tani,
2011).
Tanaman hias, ditinjau berdasarkan fungsinya menurut
Dirjentaru (2008), memiliki dua fungsi, yaitu fungsi intrinsik dan
ekstrinsik. Fungsi intrinsik meliputi fungsi ekologis, sedangkan
fungsi ekstrinsik meliputi fungsi sosial, budaya, ekonomi serta
estetika atau unsur keindahan. Dalam pemanfaatan tanaman hias,

4
empat fungsi utama ini, dapat dikombinasikan berdasarkan
kebutuhan dan keberlanjutan lingkungan yang sehat, seperti
perlindungan air tanah, keseimbangan ekologis dan konservasi
hayati. Tanaman hias selain dinikmati nilai estetikanya, juga
dimanfaatkan masyarakat dalam kegiatan kebudayaan seperti
kegiatan adat. Secara tradisonal tanaman hias seperti bunga selalu
digunakan dalam berbagai kegiatan seperti acara tujuh bulanan,
perkawinan, pemakaman, perayaan 17 Agustus dan acara khitanan
(Rukmana, 1997). Wungkar (2005), menggolongkan fungsi tanaman
hias berdasarkan karakteristik dalam sembilan bagian sebagai
berikut:
1. Fungsi Pengarah
Tanaman berfungsi mengarahkan dan memudahkan
sirkulasi. Komposisi penanaman berkelompok dan bentuk
linier. Biasanya terdiri dari jenis perdu dengan ketinggian
tiga meter sampai enam meter dan pohon dengan ketinggian
lebih dari enam meter. Ditanam secara massal atau berbaris.
Jarak tanam rapat dan berkesinambungan agar berkesan rapi
dan memudahkan orientasi.
2. Fungsi Pembatas
Tanaman berfungsi sebagai tabir untuk pembatas
pemandangan, pembatas fisik seperti gerak manusia dan
kendaraan. Susunan penanaman berbaris membentuk massa
padat. Biasanya terdiri dari tanaman tinggi, perdu, atau
semak lebih dari satu meter. Massa daun rapat dan
percabangan lentur. Ditanam berbaris atau membentuk
massal dengan jarak tanam lebih dari tiga meter. Tanaman
pagar di perkotaan berfungsi sebagai antisipasi lingkungan
yaitu sebagai filter suara dari kebisingan lalu lintas,
penyaring udara dari polusi. Disamping itu pagar tanaman
juga berfungsi sebagai kontrol pandangan dari lingkungan
luar, untuk itu tanaman pagar dibuat dengan ketinggian
tertentu agar dapat menciptakan ruang pribadi.
3. Fungsi Peneduh
Tanaman berfungsi memberi keteduhan dan sebagai
penyaring terik matahari. Penanaman tanaman dengan
massa padat, bentuk tajuk pohon spreading, round, dome,
dan lain-lain. Pohon dengan ukuran sedang sampai tinggi

5
lebih dari dua meter. Tajuk bersinggungan dan massa daun
rapat. Percabangan biasanya lima meter di atas tanah.
Ditanam secara berkesinambungan atau teratur.
4. Fungsi Kontrol Angin
Tanaman berfungsi sebagai penahan, pemecah, pengarah
dan mengalirkan angin. Penanaman tanaman ini berbaris
membentuk massa, tajuk bersinggungan membentuk
koridor. Massa daun padat, tidak mudah rontok dan tidak
berdaun lebar. Ditanam berbaris membentuk massa dengan
jarak tanam lebih dari tiga meter.
5. Fungsi Kontrol Bunyi
Tanaman berfungsi dalam mengurangi bising kendaraan,
orang, dan lain-lain. Kombinasi jenis tanaman dengan massa
daun padat, terdiri dari beberapa lapis tanaman atau
kombinasi pohon, perdu atau semak yang bermassa daun
rapat, berdaun tebal dan terdapat variasi tajuk secara
vertikal.
6. Fungsi Kontrol Polusi
Tanaman berfungsi sebagai toleran dan dapat menyerap
polutan gas NO2 dan partikel lainnya. Terdiri dari beberapa
lapis tanaman atau kombinasi pohon, perdu atau semak yang
bermassa daun padat, cabang dan batang yang tinggi dan
bertekstur kasar, tepi daun kasar atau bergerigi, bersisik
serta berbulu dan biasanya memiliki zat perekat (getah,
resin, dan lain-lain) dengan jarak tanam rapat.
7. Fungsi Kontrol Visual
Tanaman berfungsi sebagai pengarah visual, pembingkai
pemandangan, membatasi pemandangan buruk. Penanaman
dengan komposisi rapi dan memudahkan orientasi
pemandangan, dan memiliki keseimbangan komposisi dan
memberi nilai estetika.
8. Fungsi Konservasi
Tanaman berfungsi untuk melindungi tanah dan air serta
mencegah erosi. Tanaman yang memiliki fungsi ini biasanya
dari jenis pohon yang ditanam secara massal dan
dikombinasikan bersama tanaman penutup tanah dengan
penutupan merata.

6
9. Fungsi Pemberi Identitas
Tanaman dapat memberikan identitas bagi pengguna jalan
untuk mengenal jalan tertentu. Umumnya dari jenis tanaman
pohon yang memiliki nilai sejarah atau memiliki ciri khas
serta ditanam dengan pola penanaman tertentu.

2.4 Nilai Ekonomis Tanaman Hias


Tanaman hias adalah gabungan dari berbagai jenis tanaman
hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan
untuk menciptakan keindahan, keasrian dan kenyamanan didalam
ruang tertutup atau terbuka. Tanaman florikultura merupakan salah
satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
dan memiliki prospek yang sangat cerah sebagai komoditas unggulan
ekspor maupun untuk pemasaran di dalam negeri (Rahardi & Eko,
1994). Dari 117 jenis tanaman florikultura, baru 24 jenis tanaman
yang terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan baru 10 jenis
tanaman yang di fasilitasi oleh pemerintah. Kementerian Pertanian
(Kementan) mencatat pencapaian kinerja florikultura yang
mengalami peningkatan pada tahun 2013 dengan 18 persentase
sebanyak 58,17% untuk bunga dan daun potong, 98,65% untuk
tanaman pot dan taman (landscape) dan 17,89% untuk bunga tabur
(Mattjik, 2010).
Kegiatan usaha tanaman hias berkembang di berbagai daerah di
Indonesia dan berperan menjadi pusat bertumbuhan ekonomi yang
cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias
dilakukan secara komersial yang mampu menggerakkan
pertumbuhan industri barang dan jasa. Berkembangnya kegiatan
usaha tanaman hias di dalam negeri berhubungan dengan
meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan
lingkungan, pembangunan industri pariwisata, pembangunan
kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran. Permintaan pasar
domestik dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam
menyebabkan sektor produksi tanaman hias di berbagai daerah
semakin aktif dan memandang hal tersebut sebagai peluang untuk

7
memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam rangka meningkatkan
persentase nilai tanaman hias dalam perekonomian nasional
dibutuhkan perbaikan budidaya melalui penerapan teknologi inovatif,
penguatan kelembagaan, peningkatan akses permodalan dan
pengembangan kawasan sentra produksi. Langkah tersebut
diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi yang pada
akhirnya dapat memenuhi kebutuhan ekspor. Penggalakan ekspor
tanaman hias perlu dilakukan dalam usaha peningkatan devisa negara
yang berguna untuk pemulihan kondisi perekonomian masyarakat
secara nasional (Mattjik, 2010).

2.5 Persepsi Masyarakat


Persepsi merupakan suatu proses mental yang rumit dan
melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang
masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus
tersebut (Marjiono, 2008). Persepsijuga diartikan sebagaisebuah
proses yang terdiri atas petunjuk-petunjuk indera (sensory) dan
pengalaman masa lalu yang kemudian diorganisasikan untuk
memberikan sebuah gambaran yang terstruktur dan bermakna kepada
seseorang (Ruch, 1967). Selain itu Gibson (1986), menambahkan
bahwa persepsi adalah sebuah proses pemberian arti yang dilakukan
seseorang terhadap suatu lingkungan.
Persepsi memiliki hubungan yang sangat erat dengan cara
yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan
khusus tentang kejadian pada saat tertentu. Persepsi dalam hal ini
diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan
kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989). Sebagai
cara pandang, persepsi tumbuh karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks. Mula-
mulastimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan serta diberi
makna melalui proses yang rumit hingga menghasilkan persepsi
(Atkinson &Hilgard, 1991). Persepsi dalam hal ini mencakup
penerimaan stimulus (input), pengorganisasian dan penafsiran
stimulus yang telah diorganisasi dengan cara tertentu, sehingga
seseorang cenderung menafsirkan sebuah objek sesuai dengan
keadaannya sendiri (Gibson, 1986). Perilaku seseorang pada

8
umumnya selalu didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan,
bukan pada kenyataan itu sendiri (Robbins, 2007).

2.6 Faktor Terbentuknya Persepsi


Persepsi seseorang dibentuk dari faktor kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan faktor-faktor personal. Faktor utama yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulasi, melainkan
karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rahmat,
1998). Persepsi juga meliputi pengetahuan (kongnisi) yang
mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman
yang bersangkutan (Gibson, 1986). Persepsi seseorang ditentukan
oleh dua faktor utama, yaitu pengalaman dan faktor pribadi
(Tjahjorini, 2001). Beberapa faktor secara umum dapat
mempengaruhi persepsi menurut Pieter & Lubis (2010), sebagai
berikut:
1. Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terhadap
suatuobjek atau peristiwa, maka semakin tinggi juga
minatnya dalam mempersepsikan objek atau peristiwa
tersebut.
2. Kepentingan, artinya semakin dirasakan penting
terhadap suatu objek atau peristiwa tersebut bagi diri
seseorang, maka semakin peka dia terhadap objek-objek
persepsinya.
3. Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering
dirasakan seseorang, maka semakin terbiasa dirinya
dalam membentuk persepsi.
4. Konstansi, artinya adanya kecenderungan seseorang
untuk selalu melihat objek atau kejadian secara konstan
sekalipun sebenarnya itu bervariasi dalam bentuk,
ukuran, warna, dan kecemerlangan.
Proses pembentukan persepsi bersifat fungsional, dimana
seseorang mempersiapkan stimulus melalui proses pemilihan
terdapat faktor personal dan struktural yang berhubungan dengan
persepsi. Faktor personal merupakan karakteristik individu baik
internal maupun eksternal (Jalaludin, 2011). Persepsi sendiri
merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi

9
disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi
yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu,
semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan
sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok
budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005).
Menurut Jalaludin (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya persepsi, sebagai berikut:
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-
faktor personal. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat
tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural yang menentukan persepsi berasal dari luar
individu, seperti lingkungan, budaya, hukum yang berlaku. Nilai-
nilai dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap seseorang
dalam mempersepsikan sesuatu.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember
2020 di Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang. Analisis data dilakukan di Laboratorium Konservasi
Biodiversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di Kelurahan Tunggulwulung,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Secara administratif
kelurahan Tunggulwulung sebelah utara berbatasan langsung dengan
Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Sedangkan di sebelah timur berbatasan langsung dengan Kelurahan
Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru. Sebelah selatan, Kelurahan
Tunggulwulung berbatasan langsung dengan Kelurahan Mojolangu,
Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan sebelah baratnya berbatasan
langsung dengan Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang. Kelurahan Tunggulwulung berada pada titik koordinat
7055’42”S, 112036’49”E
Berdasarkan peta pengambilan sampel penelitian (Gambar 1),
lokasi sempling dipetakkan menjadi tiga titik. Lokasi 1 berada di
RW1, lokasi ke 2 berada di RW 2 dan lokasi ke 3 berada di RW 5.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

11
3.3 Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode
random purposive sampling atau sampling bertujuan. Chadwick
dkk., (1984), menyatakan bahwa pengambilan sampel purposive atau
timbangan, adalah menggunakan keahlian peneliti untuk memilih
subjek yang akan mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Responden penelitian sebanyak 30 orang.
Kriteria responden adalah warga Kelurahan Tunggulwulung,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang berumur minimal 17
tahun.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan sensus.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat
tentang permasalahan yang diangkat peneliti menggunakan alat bantu
pedoman wawancara (Lampiran 1). Sensus dilakukan untuk
menganalisis vegetasi tanaman hias di Kelurahan Tunggulwulung,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

3.5 Instrumen dan Variabel Penelitian


Variabel penelitian meliputi variabel faktor internal yang
mempengaruhi persepsi yaitu aspek pengetahuan dan aspek sikap.
Variabel penelitian dan cara pengumpulan data dirumuskan pada
tabel sebagai berikut (Ardhanyswariputri, 2014).

Tabel 1. Variabel dan indikator penelitian


Variabel Indikator Cara Pengumpulan Data
Pengetahuan 1. Pengetahuan Angket dengan pertanyaan
2. Pemahaman tertutup
3. Analisa
Sikap 1. Penerimaan Angket dengan pertanyaan
2. Respon tertutup
3. Penilaian

12
3.6 Analisis Data
Analisis data hasil penelitian menggunakan analisis data
kualitatif. Analisis kualitatif diperoleh menggunakan skala likert.
Analisis data ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan
masyarakat terkait masalah yang diangkat oleh peneliti. Data hasil
wawancara dianalisis dengan memberikan skor pada setiap jawaban
menurut Skala Likert (Likert Scale).
Skor 1 : Sangat tidak mengetahui atau sangat tidak penting
Skor 2 : Tidak mengetahui atau tidak penting
Skor 3 : Ragu-ragu
Skor 4 : Mengetahui atau penting
Skor 5 : Sangat mengetahui atau sangat penting.
Skor masing-masing pertanyaan dihitung menggunakan
persamaan:

Ai= (a.5)+(b.4)+(c.3)+(d.2)+(e.1).................... (1)


a+b+c+d+e
Keterangan:
Ai: Persepsi masyarakat untuk pertanyaan ke-i
a: Jumlah responden yang memberi jawaban dengan skor 5
b: Jumlah responden yang memberi jawaban dengan skor 4
c: Jumlah responden yang memberi jawaban dengan skor 3
d: Jumlah responden yang memberi jawaban dengan skor 2
e: Jumlah responden yang memberi jawaban dengan skor 1

Skor yang diperoleh dari masing-masing jawaban


pertanyaan, selanjutnya dijumlahkan, dirata-rata dan dikelompokkan
untuk mengukur seberapa jauh tingkat persepsi masyarakat terkait
masalah yang diangkat:
1 < x ≤ 1,8= Sangat tidak mengetahui atau sangat tidak penting
1,8<x ≤ 2,6= Tidak mengetahui atau tidak penting
2,6< x ≤ 3,4= Netral
3,4< x ≤ 4,2=Mengetahui atau penting
4,2< x ≤ 5= Sangat mengetahui atau sangat penting.

Penentuan indeks nilai penting (INP) vegetasi tanaman hias


didasarkan pada data kelimpahan (K), kelimpahan relatif (KR),
frekuensi (F) dan frekuensi relatif (FR). Indeks nilai penting (INP)

13
menunjukkan taksa organisme yang mendominansi di suatu lokasi
penelitian. Taksa organisme yang paling tinggi merupakan
organisme yang paling dominan di lokasi penelitian tersebut. INP
didapatkan dengan menjumlahkan nilai kelimpahan relatif (KR) dan
frekuensi relatif (FR) dan dinyatakan dalam satuan persen (%),
sehingga persamaannya dapat dinyatakan dalam persamaansebagai
berikut (Barnes & Mann, 1994):

INP = KR + FR...........................(2)

Keterangan:
INP : Indeks Nilai Penting (%)
KR : Kelimpahan relatif (%)
FR : Frekuensi relatif (%)

Data selanjutnya disajikan dalam grafik dan deskriptif (naratif). Data


grafik diolah menggunakan software Microsoft Excel. Data naratif
diperoleh dari wawancara.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Vegetasi


Jumlah individu tanaman hias yang diidentifikasi ditiga lokasi
sebanyak 68 spesies. Selain melakukan inventaris jenis tanaman hias,
dilakukan bersamaan dengan menghitung nilai kelimpahan, frekuensi
dan Indeks Nilai Penting (INP). Spesies yang memiliki kelimpahan
tertinggi adalah Chlorophytum comosum dengan INP 12,96%.
Diikuti spesies lainnya seperti Codiaeum variegatum (L) dengan INP
8,79%, Aglonema crispum dengan INP 8,64%, (Cordyline fruticosa
(L) A. Chev) dengan INP 8,34%, Epipremnum aureum dengan INP
7,60%, Anthurium plowmanii croat dengan INP 7,45%, Anthurium
crystallinum dengan INP 7,15%, Adenium obesum dengan INP 5,6%,
Menstera adansonii dengan INP 6,11% dan Philodendron sp. dengan
INP 3,92%. Identifikasi yang dilakukan pada tiga lokasi, 10 spesies
ini memiliki INP tertinggi dengan frekuensi penyebarannya merata
ditiap lokasi, kecuali tanaman Adenium obesum yang tidak
ditemukan di lokasi 3 dan Philodendron sp. yang tidak ditemukan di
lokasi 2 dan 3.
Jenis tanaman C. comosum, C. variegatum (L), A. crispum, (C.
fruticosa (L) A. Chev), E. aureum, A. plowmanii croat, A.
crystallinum, A. obesum, M. adansonii dan Philodendron sp.
termasuk tanaman hias rumahan yang populer dibudidaya oleh
masyarakat, karena jenis tanaman ini memiliki kemampuan tahan
terhadap panas, toleran terhadap kondisi tidak kondusif untuk
tumbuh dan perawatannya yang mudah. Jenis tanaman ini juga
memiliki keindahan yang terpancar baik dari segi bentuk, warna,
maupun ukuran. Selain itu keberadaan suatu jenis tanaman
ditentukan oleh beberapa faktor seperti habitat, akan menyeleksi
terhadap suatu jenis spesies yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, waktu yang lama untuk menstabilkan pertumbuhan
suatu vegetasi, dan komposisi suatu vegetasi mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya (Niapele & Salim, 2020).
Jenis tanaman hias yang ditanam masyarakat umumnya
berjenis perdu dan semak, meskipun sebagian pekarangan rumah
dijumpai tanaman berupa pohon. Pemilihan tanaman yang ditanam
oleh masyarakat merujuk pada manfaat tanaman sebagai pelindung,

15
100%
Philodendrum sp
90%
M. adansonii
80% A. obesum
Indeks nilai penting (%)

70% A. crystallinum
60% A. plowmanii croat
50% E. aureum
8.34
40% C. fruticosa (L) A. Chev)
8.64 A. crispum
30%
8.79 C. variegatum (L)
20%
C. comosum
10% 12.96
#REF!
0%
Kelurahan Tunggulwulung
penutup tanah, border dan estetik. Tanaman lanskap pada bagian
pekarangan rumah harus memenuhi aspek efisiensi, keamanan, dan
kenyamanan serta penampilan yang menarik. Fungsi tanaman dapat
dijadikan panduan dalam memilih tanaman. Jenis tanaman yang
ditanam pada pekarangan rumah sebaiknya memiliki lebih dari satu
manfaat. Selain memiliki fungsi intrinsik seperti estetikatau
keindahan, sosial budaya dan ekonomi juga memiliki fungsi dari
aspek ekologis yang memberikan keamanan dan kenyamanan.
Pemilihan jenis tanaman sebaiknya disesuaikan dengan fungsi yang
akan dimunculkan sesuai dengan tempat dimana tanaman tersebut
akan ditanam. Tanaman yang ditanam pada pekarangan rumah
umumnya berfungsi sebagai pembatas, tanaman pelindung dan
penutup tanah. Selain itu fungsi untuk pelindung dari sinar matahari
juga menjadi pilihan yang tepat untuk jenis tanaman berupa pohon.
(Murdaningsih, 2010).
Gambar 2. Indeks nilai penting vegetasi tanaman hias

Data indeks nilai penting vegetasitanaman hias di Kelurahan


Tunggulwulung menunjukkan, tanaman C. Comosom merupakan
spesies dengan nilai INP tertinggi, yaitu 12,96% selanjutnya diikuti
spesies C. variegatum (L) denagn INP 8,79, A. crispum dengan INP
16
8,64% dan(C. fruticosa (L) A. Chev) dengan INP 8, 34. Perbedaan
nilai INP yang tidak terlalu jauh menunjukkan adanya kodominansi,
karena terdapat beberapa spesies yang dominan dalam komunitas.
Adanya dominansi beberapa spesies ini menunjukkan bahwa
diversitas tanaman hias di Kelurahan Tunggulwulung tergolong
rendah. Sebagaiaman yang dinyatakan Oka (2005), semakin banyak
jumlah spesies dan makin merata penyebaran dalam kelimpahannya,
maka keragaman komunitas tersebut semakin tinggi. Dalam
komunitas yang keanekaragamannya tinggi, suatu populasi spesies
tertentu tidak dapat menjadi dominan. Sebaliknya dalam komunitas
yang keanekaragamannya rendah, satu atau dua spesies dapat
menjadi dominan.

80 71

60
43 42 40
40 35 34 32
27 25
Jumlah Individu

21
20

0
) ) t ii sp
um (L pu
m ev eu
m
ro
a um su
m
on
os ris
h
ur ic lli
n
be ns um
om um .C a ni da dr
at c
)A E. sta A.
o
c g A. a ry .a de
n
C. ie (L m c
ar a ow A.
M
hi
lo
v os pl
C. ic A.
P
ut
fr
C.

Nama spesies
Kelimpahan

Gambar 3. Kelimpahan vegetasi tanaman hias

Nilai kelimpahan vegetasi tanaman hias berbanding lurus


dengan nilai INP. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi
oleh hubungan antar spesies, tetapi dipengaruhi juga oleh jumlah
individu dari organisme. Hal ini menyebabkan kelimpahan relatif
suatu spesies dapat mempengaruhi frekuensi suatu komunitas, fungsi
suatu komunitas, distribusi individu antar spesies dalam komunitas,
bahkan dapat mempengaruhi keseimbangan sistem dan akhirnya
17
akan berpengaruh pada stabilitas komunitas (Niapele & Salim,
2020).
Data kelimpahan vegetasi tanaman hias di Kelurahan
Tunggulwulung (Gambar 3) menunjukkan spesies tanaman hias
dengan nilai kelimpahan tertinggi yaitu C. Comosum dengan nilai 71
individu, diikuti C. variegatum (L) dengan nilai kelimpahan 43
individu, A.Crispum dengan nilai kelimpahan 42 individu, (C.
fruticosa (L) A. Chev) dengan nilai kelimpahan 40 individu, E.
Aureum dengan nilai kelimpahan 35 individu, A. plowmanii croat
dengan nilai kelimpahan 34 individu, A.Crystallinumdengan nilai
kelimpahan 32 individu, A.Obesum dengan nilai kelimpahan 27
individu, M. Adansonii dengan nilai kelimpahan 25 individu dan
Philodendron sp. dengan nilai kelimpahan 21 individu. Nilai
kelimpahan spesies C. Comosumyang tinggi, karena masyarakat di
Kelurahan Tunggulwulung banyak memanfaatkan tanaman lili paris
sebagai tanaman pembatas (border) taman dan estetik seperti
digantung dan ditata diteras rumah. Tanamanlili paris (C. Comosum)
tergolong jenis tanaman rumahan yang berbentuk semak rendah dan
berumpun yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini termasuk
semak rendah karena tingginya kurang dari satu meter. Tanaman lili
paris menjadi tanaman rumahan yang banyak diminati karena
selain pemeliharaannya yang mudah, tanaman ini sangat mudah
beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya dan dapat tumbuh
subur di tempat yang panas atau cuaca ekstrem sekalipun. Selain
itu tanaman lili paris memiliki nilai estetik yang dapat mempercantik
pekarangan rumah. Kehadiran tanaman jenis ini juga berguna untuk
meningkatkan kualitas udara di sekitar rumah (Lestari & Ira, 2008).
Tanaman lili paris (Chlorophytum comosum) merupakan
tanaman hias yang secara morfologi memiliki bentuk daun pita,
memiliki daun berwarna hijau dengan kombinasi warna putih pada
bagian tepi, daun memanjang dengan ukuran lebar kurang lebih 4
cm, berbatang dengan ukuran tinggi berkisar 10 cm. Lili paris
merupakan tanaman hias berdaun indah yang bentuknya mirip
rumput-rumputan. Anakan dari tanaman ini tumbuh dengan tangkai
memanjang menjulur ke bawah sehingga tanaman ini sering
dijadikan tanaman hias dalam pot yang digantung. Dalam lanskap
tanaman lili paris berfungsi sebagai tanaman pembatas (border),
sebagai penutup tanah, tanaman pot gantung dan sebagai pelengkap

18
dalam terrarium (Lestari & Ira, 2008). Berdasarkan studi Bjora dkk.,
(2008), di Gunung Kilimanjaro, spesies C. comosum dapat tumbuh
pada dua tipe, yaitu pada ketinggian rendah (1028 ± 123 mdpl) dan
pada ketinggian tinggi (2016 ± 212 mdpl). C. comosum tipe
ketinggian rendah dapat ditemukan pada habitat dengan rata-rata
temperatur tahunan 19,4 – 21,3 0C sementara untuk tipe ketinggian
tinggi pada rentang 12,4 – 18 0C.

Gambar 4. Tanaman Lili Paris (Chlorophytum comosum)

Tanaman lili paris merupakan salah satu tanaman yang toleran


dan berpotensi untuk fitoremediasi dari polutan udara. Tanaman lili
paris efektif digunakan sebagai absorben timbal (Pb), sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya
timbal (Pb) yang dihasilkan dari emisi kendaraan (Wang dkk., 2011).
Taksonomi tanaman lili paris menurut (Lestari & Ira, 2008).
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliaceae
Family : Antharicaceae
Genus : Chlorophytum
Species : Chlorophytum comosum

Tanaman puring (Codiaeum variegatum) merupakan jenis


tanaman hias yang memiliki tinggi 90 cm-3,5 m dengan naungan 90
cm-1,8 m dan tekstur kasar. Tanaman ini memiliki susunan daun

19
spiral dengan tipe daun bulat dan bergelombang. Keindahan tanaman
ini terletak pada bentuk daunnya yang sangat variatif, keragaman
corak dan warnanya. Tanaman puring memiliki warna daun
bermacam-macam seperti hijau, kuning, orange, merah, dan ungu
dengan corak daun bintik-bintik atau garis. Bentuk daun puring juga
bervariasi, ada yang berbentuk burung walet, ekor ayam, dasi,
keriting spiral, dan anting-anting (Rahman, 2008). C. variegatum
atau tanaman puring dapat tumbuh pada elevasi rendah dalam
rentang 800 – 1200 mdpl. Penelitian Prabowo (2019), telah
menemukan C. variegatum di Hutan agrowisata Taman Eden 100
yang terletak di kawasan Lumbang Rang, Desa Sionggang Utara,
Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir pada ketinggian 1200 mdpl.
Selain itu, C. variegatum juga tumbuh baik sebagai koleksi di Kebun
Raya Liwa, Lampung pada ketinggian 890 – 948 mdpl (Munawaroh
dkk., 2017).

Gambar 5.Tanaman Puring(Codiaeum variegatum)

Tanaman puring memiliki metabolisme sekunder dengan


kandungan kimia berupa alkaloid, terpen dan flavonoid. Tanaman ini
juga memiliki kemampuan meningkatkan turbulensi dan mengurangi
kecepatan angin, sehingga tanaman puring dikategorikan dalam flora
antipolusi (Henny dkk., 2007). Tanaman puring juga dapat
digunakan sebagai tanaman obat, antara lain rebusan daun hijau yang
sudah tua digunakan untuk menurunkan demam dan rebusan akarnya
sebagai obat pencahar. Bagi kalangan tertentu, aura tanaman puring
dipercaya memancarkan nilai-nilai positif sehingga diyakini sebagai
pelindung untuk ketentraman dan kesejahteraan dalam rumah tangga

20
(Suryani, 2008). Selain itu, bagian pepagan kulit batang jika diseduh
dengan air panas lalu diminum dapat mengurangi rasa sakit perut
akibat diare. Akar dan kulit batang tanaman puring dapat
dimafaatkan untuk mengobati penyakit kulit (Munawaroh dkk.,
2007). Tanaman ini tergolong dalam jenis tanaman yang memiliki
daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah
hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka yaitu sebesar 2,05
mgr/liter (Rahman, 2008). Taksonomi tanaman puring menurut
(Henny dkk., 2007).
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Codiaeum Juss
Species : Codiaeum variegatum (L.) Rumph

Tanaman Aglaonema merupakan salah satu jenis tanaman hias


daun karena keindahan tanaman ini terletak pada bentuk, corak dan
warna daunnya. Tanaman ini berasal dari negara Asia seperti Cina
bagian selatan, Indonesia, Malaysia, Birma, Thailand dan Philipina.
Habitat aslinya tanaman ini hidup di hutan dengan pencahayaan yang
terbatas. Tanaman sri rejeki (Aglaonema crispum) termasuk tipe
tanaman yang tumbuh tegak. Tanaman ini memiliki tangkai daun
panjang yang tersusun secara teratur di batang dan memiliki ukuran
daun besar berbentuk clips dengan ujung meruncing. Selain itu
tanaman sri rejeki memiliki ciri yang mudah untuk dikenali, yaitu
tanda bercak putih yang menyebar ke permukaan daunnya yang hijau
gelap (Leman, 2005). Tanaman seperti genus Aglaonema pada
umumnya dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300–400 mdpl,
namun dapat tumbuh dalam rentang 0–800 mdpl. Aglaonema dapat
tumbuh optimal pada habitat dengan kelambaban sekitar 50% – 75%.
Kelembaban di bawah 50% akan menyebabkan daun kering,
sementara kelembaban di atas 75% menyebabkan tumbuh jamur
(Subono & Andoko, 2005).

21
Gambar 6. Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema crispum)

Tanaman Aglaonema jika dikombinasikan dengan tanaman


lidah mertua dapat menggantikan fungsi dari AC dalam memfilter
udara. Perpaduan keduanya dapat menyerap polutan di udara, seperti
asap rokok dan menetralisirnya. Selain itu, tanaman sri rejeki juga
memiliki khasiat sebagai anti bakteri yang dapat menekan jumlah
populasi spora jamur hingga 50%. Tanaman sri rejeki merupakan
tanaman hias pekarangan, ruangan dan dekorasi, namun di Afrika,
tumbukan bagian tumbuhan ini dijadikan racun panah (Munawaroh
dkk., 2007). Taksonomi tanaman sri rejeki menurut (Rukmana,
2007).
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arales
Family : Araceae
Genus : Aglaonema
Species : Aglaonema crispum

Tanaman andong (Cordyline fruticosa (L.) A Chev) merupakan


jenis tanaman perdu tegak dengan tinggi 2-4 m, jarang bercabang,
batangnya bulat dan keras. Tanaman ini memiliki daun tunggal
dengan warna hijau, ada juga yang berwarna merah kecoklatan.
Letak daun tanaman andong tersebar pada batang, terutama
berkumpul di ujung batang. Helaian berbentuk lanset dengan panjang
20-60 cm dan lebar 5-13 cm. Ujung dan pangkalnya runcing, tepinya
22
rata, pertulangannya menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang.
Tanaman andong memiliki bunga bermalai besar, muncul dari
tengah-tengah kluster daun. Panjang bunga antara 30-38 cm,
melengkung dan bercabang dengan bunga berwarna keunguan dan
terdiri dari kelopak bunga yang sempit (Dalimartha, 2006). Tanaman
andong ditemukan dan tumbuh baik pada ketinggian di bawah 2000
mdpl dengan temperatur di antara 18 – 29 0C. Pada temperatur yang
lebih dingin, tumbuhan ini akan menampilkan warna yang lebih
intens pada daunnya (Kobayashi dkk., 2007).

Gambar 7. Tanaman Andong Merah (Cordyline fruticosa (L.) A


Chev).

Daun tanaman andong banyak digunakan sebagai obat tradisonal


untuk mengobati sakit kepala, diare, disentri, Tuberkulosis (TBC),
asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit punggung, rematik, dan
encok. Tanaman ini juga berkhasiat untuk menghentikan perdarahan
(hemostatis) dan menghancurkan darah beku pada memar. Selain itu
tanaman andong juga berkhasiat sebagai obat luka dan wasir
(Bogoriani dkk., 2007). Kandungan senyawa kimia pada tanaman
andong merah yaitu pada ekstrak kasar etanol adalah fenol, saponin
dan steroid. Ekstrak fraksi n-heksana hanya mengandung senyawa
steroid (Dalimartha, 2006). Daun andong merah juga memiliki
aktivitas sebagai antibakteri yaitu pada ekstrak fraksi etil asetat
mampu menghambat pertumbuhan dua jenis bakteri pada konsentrasi
minimum 2% dengan diameter zona bening 6,4 mm pada bakteri
Bacillus cereus dan 6 mm pada bakteri Escherichia coli. Berdasarkan

23
uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
diperoleh nilai LC50 sebesar 26,8788 ppm pada ekstrak kasar etanol
(Sitanggang, 2011).
Tanaman andong merah merupakan tanaman perdu dari kelas
Monocotyledoneae yang biasanya ditanam sebagai tanaman hias di
pekarangan, taman, maupun kuburan, serta dipakai sebagai tanaman
pagar atau pembatas di perkebunan teh (Dalimartha, 2006).
Taksonomi tanaman andong merah menurut (Dalimartha, 2006).
Kingdom : Plantae
Phylum : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Asparagales
Family : Asparagaceae
Genus : Cordyline
Species : (Cordyline fruticosa (L.) A Chev).

4.2 Persepsi Masyarakat Tentang Tanaman Hias


Kajian persepsi masyarakat terhadap tanaman hias dilakukan
melalui wawancara dengan bantuan kuesioner sebagai panduan
wawancara. Menurut Boldreston (2012), sebuah kuesioner
wawancara perlu disusun berdasarkan sebuah aturan. Susunan
pertanyaan didalam sebuah kuesioner alangkah baiknya dimulai dari
perkenalan meliputi nama responden, nama pewawancara, dan
alamat responden. Tahap kedua adalah merujuk pada ciri-ciri
demografi didalam sebuah kuesioner yang meliputi usia responden,
pendidikan responden, jenis kelamin, dan lain-lain. Hal ini sesuai
dengan kuesioner yang disusun yaitu mencantumkan nama, usia,
pendidikan, serta jenis kelamin. Karena data tersebut dibutuhkan
dalam mengenal responden dan sebagai cara dalam menganalisa
jawaban responden agar lebih mudah.
Variabel yang digunakan dalam kajian persepsi yaitu variabel
pengetahuan dan variabel sikap. Tiap variabel di breakdown menjadi
6 pertanyaan untuk pengetahuan dan 4 pertanyaan untuk sikap.
Jawaban dari tiap pertanyaan selanjutnya dikelompokkan
menggunakan skala Likert dengan 5 skala. Untuk angka 1
merupakan nilai jawaban terendah dan angka 5 diberikan untuk

24
jawaban tertinggi. Jumlah responden yang diwawancara sebanyak30
orang dengan kriteria usia minimal 17 tahun.

4.2.1 Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Hias


Masyarakat kelurahan Tunggulwulung yang menjadi
responden dalam wawancara sebanyak 30 orangdengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 15 orang dan perempuan 15 orang. Rata-rata
responden yang diwawancara berumur ≤ 40 tahun.

Gambar 8. Pengetahuan masyarakat tentang tanaman hias

Variabel pengetahuan masyarakat tentang tanaman hias


terukur dari masing-masing pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan 1
(P1) dengan nilai sebesar 4,67 menunjukkan masyarakat tahu dengan
nama tanaman hias yang mereka tanam di pekarangan rumah.
Masyarakat juga tahu manfaat tanaman hias yang mereka tanam yang
terukur dari nilai pertanyaan 2 (P2) sebesar 4,00, namun masyarakat
tidak seluruhnya mengetahui jika menanam tanaman hias dapat
memberikan manfaat secara ekologis terhadap lingkungan sekitar
atau mereka bersikap netral yang ditunjukkan dengan pertanyaan 3
(P3) dengan nilai sebesar 2,83. Salainitu masyarakat juga tidak
seluruhnya mengetahui jika menanam dan merawat tanaman hias
dengan baik dapat dimanfaatkan nilai ekonomisnya atau mereka

25
lebih bersikap netral yang terukur dari nilai pertanyaan 6 (P6)
sebesar 3,20. Hasil wawancara lagsung di lapangan menunjukkan
sebagian besar masyarakat memang menanam tanaman hias untuk
dinikmati nilai estetiknya, tidak untuk diperjual belikan. Disisi lain,
masyarakat tidak mengetahui dan tidak memahami menanam
tanaman hias dapat memberikan manfaat ekologis terhadap
ekosistem yang ditunjukkan dengan nilai pertanyaan 4 (P4) sebesar
2,43 dan nilai pertanyaan 5 (P5) sebesar 2,33.

4.2.2 Sikap Masyarakat Tentang Tanaman Hias


Data variabel sikap masyarakat terhadap tanaman hias
menunjukkan grafik dengan nilai yang baik.

Gambar 9.Sikap masyarakat tentang tanaman hias

Data sikap masyarakat tentang tanaman hias (Gambar 9)


menujukkan masyarakat sangat setuju tanaman hias harus
dilestarikan. Sikap ini ditunjukkan dengan nilai sikap 4 (S4) sebesar
4,93. Masyarakat juga memberikan respon yang sama terhadap sikap
1 (S1) dengan nilai sebesar 4,60 yang menunjukkan bahwa
masyarakat sangat setuju tanaman hias perlu ditanam di pekarangan
rumah. Selain itu masyarakat juga setuju dengan menanam tanaman
hias di pekarangan rumah dapatmemberikan manfaat secara
ekonomis. Sikap ini ditunjukkan dengan nilai sikap 2 (S2) sebesar

26
3,63. Sedangkan masyarakat tidak seluruhnya setuju atau bersikap
netral jika menanam tanaman hias dapat memberikan manfaat secara
ekologis terhadap lingkungan sekitar yang ditunjukkan dengan nilai
sikap 3 (S3) sebesar 3,20. Menurut Demuth (2013), persepsi dapat
memberikan suatu proses berupa kognitif yang mampu menafsirkan
dan juga memahami sekitarnya. Hal ini dijelaskan karena persepsi
dapat diartikan sebagai proses dalam pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu. Maka, setiap individu akan memberikan
suatu respon yang berbeda meskipun objek yang diamatinya sama.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tanaman hias yang ditemukan di Kelurahan Tunggulwulung
sebanyak 68 spesies. Terdapat 10 spesies dengan indeks nilai penting
tertinggi yaitu C. comosum, C. variegatum (L), A.crispum, C.
fruticosa (L) A. Chev), E. aureum, A. plowmanii croat, A.
crystallinum, A. obesum, M. adansonii, dan Philodendron sp.
Masyarakat kelurahan Tunggulwulung mengetahui jenis
tanaman hias dan manfaat dari menanam tanaman hias di pekarangan
rumah. Masyarakat sangat setuju tanaman hias perlu dilestarikan,
karena tanaman hias yang ditanam dapat dinikmati nilai estetikanya,
namun masyarakat tidak mengetahui dan tidak memahami manfaat
tanaman hias secara ekologis dalam ekosistem.

5.2 Saran
Wawancara terhadap responden sebaiknya dilakukan pada
waktu sore hari, karena pagi sampai siang hari sebagian besar
masyarakat tidak berada di rumah. Peneliti sebaiknya tidak terlalu
fokus atau berpatokan pada kuesioner, harus lebih kreatif untuk
mengembangakan pertanyaan sehingga mudah menggali lebih dalam
pengetahuan masyarakat tentang tanaman hias. Selain itu perlunya
dilakukan edukasi ke masyarakat tentang manfaat ekologis tanaman
hias terhadap lingkngan sekitar, sehingga tumbuh kesadaran
masayarakat untuk membudidayakan tanaman hias.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ardhanyswariputri., B. Yanuwiadi & A. S. Leksono. 2014. Potensi


halaman sekolah sebagai mikrohabitat, serta persepsi
masyarakat sekitar Sekolah tentang Undur-undur
(Myrmeleonsp.) sebagai predator di Kecamatan Campurdarat,
Kabupaten Tulungagung.Jurnal Biotropika. 2(2):78-86.
Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Asmara, Y. & Suhirman. 2012.Persepsi dan sikap masyarakat
terhadap kegiatan ekowisata Kampung Cikidang, Desa
Lagensari Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 2: 568-579.
Atkinson, R. C. & E. R. hilgard. 1991. Pengantar Psikologi.
Temahkan Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana.Erlangga.
Jakarta.
Barnes, R, S.K & K.H. Mann. 1994. Fundamental of Aquatic
Ecology. Backwell Scientific Publications. Backwell.
Bjora, C., H. Andreas, G. Hoell, I. Nordal. 2008. A taxonomic and
ecological analysis of two forest Chlorophytum taxa
(Anthericaceae) on Mount Kilimanjaro, Tanzania. Plant
Systematics and Evolution 274(3): 243-253
DOI:10.1007/s00606-008-0032-0.
Bogoriani., Sri Rahayu Santi & I. A. R. Astiti Asih. 2007. Olasi
senyawa sitotoksik dari daun Andong (Cordyline terminalis
Kunth). 1(1):1-6.
Bolderston, A. 2012. Conducting a Research Interview. Journal of
Medical Imaging and Radiation Sciences. 43(12): 66-76
Carpenter, P.L, T.D Walker, & F.OLanphear. 1975. Plants in
theLandscape. W.H.Freeman and Company. San Fransisco.
Chaplin, C. P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan
Kartini Kartono. Rajawali Press. Jakarta.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid IV.
Puspa Swara. Jakarta.
Demuth, A. 2013. Preception Theories. Towarzystwo Słowaków
Polsce. Krakow.
Dirjentaru. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
29
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Departemen Pekerjaan Umum.Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Gibson, J. 1986. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses.
Terjemahan Djoerban Wahid. Erlangga. Jkarta.
Henny, R.J., L.S. Orbone & A.R. Chase. 2007. Classification for
Kingdom Plantae Down to Species Codiaeum variegatum(L)
Blume. Plants Database Natural Resources Conservation
Service, United States Departement of Agriculture.
Iwayan Wiraatmaja. 2016. Bahan Ajar Teknologi Budidaya
Tanaman Hias. Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universits Udayana. Bali.
Jalaludin Rakhmat. 2011. Psikologi Komunikasi.PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Kamal, f. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah
Dengan Prilaku Pembuangan Sampah pada Masyarakat
Sekitar Sungai Bringin di RW 07 Kelurahan Wonosari,
Kecamatan Ngeliyun, Kota semarang tahun 2009. Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Skripsi.
Kobayashi, K., J. Griffis, A. Kawabata, G. Sako. 2007. Hawaiaan Ti.
Cooperative Extension Services. University of Hawai. Online
pada: https://www.ctahr.hawaii.edu/oc/freepubs/pdf/of-33.pdf.
Diakses tanggal 7 Juni 2021.
Leman. 2005. Aglaonema Tanaman Pembawa Keberuntungan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lestari G. & Ira P.K. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lestari, SB. 2009. Optimalisasi Produksi Adenium dan
Aglaonema pada PT Istana. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mardijoni. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan Terhadap
Pengelaolaan Kawasan Konservasi Laut Kota Batam.
Pasca Sarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas
Diponegoro. Semarang. Tesis.
Mattjik, N. A. 2010. Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mulyana, Deddy. 2005.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Remaja
Rosdakarya. Bandung.
30
Munawaroh Esti., Yuzammi., Solihah M.S& Suhendar. 2007.
Tumbuhan Berpotensi Sebagai Tanaman Hias. LIPI Press.
Jakarta.
Munawaroh, E., Y. Yuzammi, S.M. Solihah, S. Suhendar. 2017.
Koleksi Kebun Raya Liwa, Lampung; Tumbuhan
Berpotensi Sebagai Tanaman Hias. LIPI Press. Jakarta.
Murdaningsih. 2010. Evaluasi Aspek Fungsi, Estetika dan
Agronomis Tanaman Tepi Jalan di Jalan Ijen Kota Malang.
Jurnal Agrica 1(1): 15- 26
Niapele, S & T. Salim. 2020. Analisis Vegetasi Hutan Lindung
Tagafura di Kota Tidore Kepulauan. AGRIKAN. 13(2):426-
434.
Oka, I. D. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Pahlevi, T. 2007. Persepsi masyarakat terhadap tanaman wisata alam
sicikhe-cikeh di Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole II,
Kecamatan Perbuluan, Kabupaten Dairi Sumatra
Utara.Universitas Sumatra Utara. Skripsi.

Pieter, Herri Zan & NamoraLumongga Lubis. 2012. Pengantar


Psikologi dalam Keperawatan. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Rahardi, F., Sri & Eko, M. 1994. Agribisnis Tanaman Hias.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahayu, W. M. 2010. Persepsi, Sikap dan Prilaku Masyarakat
Terhadap Kelestarian Hitan di Desa Cinagara dan Desa
Pasir Buncir, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.Institiut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Rahman. 2008. Hasil penelitian UII: Daun tanaman Puring efektif
serap timbal. Retrieved from http://langitlangit.com. Diakses
23 Maret 2021.
Rahmat, J. 1998. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya. Bandung.
Ratnasari. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Robbins, S. 2007. Prilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta
Ruch, F. L. 1967. Psychology and Life, 7 edt. Scoot. Foresman and
Company. Atlanta. USA.

31
Rukmana R.H. 2007. Teknik Perbanyakan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta.
Rukmana, R.H. 1997. Teknik Ptanaman Tanaman Hias. Kansus.
Yogyakarta. Kanisius.
Sinar Tani. 2018. Memetik Dolar dari Tanaman Hias.
http://www.sinartani.com. Diakses 20 September 2020.
Sitanggang, Heryani. 2011. Karakteristik Simplisia dan Uji Aktivitas
Antibakteri Fraksi n-Heksan, Etil Asetat dan Etanol Daun
Andong (Cordyline fruticosa Goepp.) Terhadap Bakteri
Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Staphylococcus
aureus. Jurusan Bilogi Fakultas MIPA Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara. Skripsi.
Subono, M. & A. Andoko. 2005. Meningkatkan Kualitas
Aglaonema. Agromedia Pustaka. Depok.
Sudarmono, A. S. 1997. Mengenal dan Merawat Tanaman Hias
Ruangan.Kanisisus. Yogyakarta.
Suryani, T.V. 2008. Galeri Puring. Penebar Swadaya. Jakarta
Tjahjorini, S. S. 2001. Persepsi Anak Jalanan Terhadap
Bimbingan Social Melalui Rumah Singgah di Kotamadya
Bandung.Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tesisi.
Wang Y., Jiemin T& Jie D. 2011. Lead tolerance and detoxification
mechanism of Chlorophytum comosum. African Journal of
Biotechnology.10(65): 14516-14518.
Waty GK. 2010. Penyusunan Strategi Bisnis Tanaman Hias pada
Tyas Orchid Bogor Jawa Barat. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi

32
LAMPIRAN

LT1.Pedoman Wawancara

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : PendidikanTerakhir :
Umur : Jenis kelamin:
Pekerjaan: Alamat:

B. DAFTAR PETANYAAN

1. Pengetahuan
1. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui nama-nama tanaman hias
yang ditanam di pekarangan rumah?
1 2 3 4 5

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui manfaat menanam tanaman


hias di pekarangan rumah?

1 2 3 4 5
3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui peranan tanaman hias secara
ekologis?
1 2 3 4 5
4. Apakah Bapak/Ibu tahu peranan tanaman hias dalam
ekosistem?

1 2 3 4 5

5. Apakah Bapak/Ibu memahami peranan tanaman hias dalam


ekosistem?

1 2 3 4 5

6. Apakah dengan adanya tanaman hias dalam ekosistem dapat


bermanfaat secara ekonomis?

33
1 2 3 4 5

2. Sikap
1. Apakah Bapak/ Ibu setuju jika di pekarangan rumah harus
ditanam tanaman hias?
1 2 3 4 5

2. Apakah Bapak/Ibu percaya jika menanam tanaman hias di


pekarangan rumah memberikan manfaat secara ekonomis?

1 2 3 4 5
3. Apakah Bapak/Ibu setuju jika menanam tanaman hias
berdampak secara ekologis?
1 2 3 4 5
4. Apakah Bapak/Ibu setuju jika tanaman hias harus
dilestarikan?
1 2 3 4 5

Tolak Ukur Skor Kuisioner


A.Pengetahuan
1. Sangat tidak mengetahui = Tidak menjawab pertanyaan
2. Tidak mengetahui = Menjawab pertanyaan dengan tidak tepat
3. Ragu-ragu = Menjawab pertanyaan dengan benar tetapi tidak
yakin akan jawaban tersebut
4. Mengetahui = Menjawab pertanyaan dengan benar tanpa ragu
5. Sangat mengetahui = Menjawab pertanyaan dan menyertakan

B. Sikap
1. Sangat tidak setuju = Menjawab tidak secara yakin
2. Tidak setuju = Menjawab tidak
3. Netral = Menjawab tidak setuju dan setuju
4. Setuju = Menjawab setuju tetapi tidak menyebutkan alasan
5. Sangat setuju = Menjawab setuju dengan menyebutkan alasan

34
LT2. Jadwal Penelitian

Bulan
Kegiatan
Mar Apr Agus Sep Okt Nov Des
Penyusunan
Proposal
Survei Lokasi
Seminar Proposal
Penelitian
Analisi Data
SHP
Revisi dan
Konsultasi

35
LT3. Spesies tanaman hias di Kelurahan Tunggulwulung

No. Nama Spesies Kelimpahan Frekuensi INP


1 Chlorophytum comosum 71 3 12.96
2 Codiaeum variegatum (L) 43 3 8.79
3 Aglonema crispum 42 3 8.64
4 Cordyline fruticosa (L) A.
Chev) 40 3 8.34
5 Epipremnum aureum 35 3 7.60
6 Anthurium plowmanii
croat 34 3 7.45
7 Anthurium crystallinum 32 3 7.15
8 Adenium obesum 27 2 5.61
9 Menstera adansonii 25 3 6.11
10 Philodendron sp 21 1 3.92
11 Aloe barbadensis 20 3 5.36
12 Syzygium oleosum 20 3 5.36
13 Dracaena reflexa 19 3 5.21
14 Ficus pumila (L) 17 3 4.91
15 Spathiphyllum
cochlearispathum 17 2 4.12
16 Pandanus amaryllifolius 14 3 4.47
17 Platycerium bifurcatum 13 3 4.32
18 Apium graveolens (L) 11 3 4.02
19 Curcuma longa 11 3 4.02
20 Sansevieria trifasciata 11 3 4.02
21 Dahlia juarezii 10 2 3.08
22 Caladium florida cardinal 8 3 3.57
23 Dendrobium bifale 8 3 3.57
24 Citrus limon 7 2 2.63
25 Bromelia alsodes 6 3 3.28
26 Ficus benjamina (L) 6 2 2.48
27 Murraya paniculata 6 2 2.48
28 Alocasia macrorrhizos 5 1 1.54
29 Eria cymbidifolia 5 1 1.54
30 Schefflera arboricola 5 1 1.54
31 Alocasia amazonica 4 2 2.18
36
32 Begonia sp 4 2 2.18
33 Caladium bicor 4 2 2.18
34 Citrus hystrix 4 2 2.18
35 Equisetum hyemale 4 2 2.18
36 Portulaca grandiflora 4 2 2.18
37 Allium cepa 3 1 1.24
38 Asplenium nidus (L) 3 1 1.24
39 Bongainvillae glabra 3 3 2.83
40 Cediaeum vareiegatum 3 1 1.24
41 Lycopodium carnuum 3 1 1.24
42 Philodendrum selloum
variegata 3 2 2.03
43 Anthurium andraeanum 2 1 1.09
44 Cananga odorata 2 1 1.09
45 Colacosia sp 2 1 1.09
46 Cybopongon citratus 2 1 1.09
47 Manggifera indica 2 2 1.89
48 Monstera deliciosa 2 1 1.09
49 Mussaenda frondosa 2 1 1.09
50 Nephrolepis fakata 2 1 1.09
51 Psidium guajava (L) 2 2 1.89
52 Plinia cauliflora 2 1 1.09
53 Ravenea sp 2 1 1.09
54 Rosa sp 2 2 1.89
55 Talinum paniculatum 2 1 1.09
56 Typhonium flagelliforme
(L) 2 1 1.09
57 Amorphophallus
paeoniifolius 1 1 0.94
58 Andrographis paniculata 1 1 0.94
59 Annona muricata (L) 1 1 0.94
60 Caladium rosebud 1 1 0.94
61 Citrus aurantiifolia 1 1 0.94
62 Cymbopong nardus (L) 1 1 0.94
63 Euphorbia milii 1 1 0.94
64 Kaempferia pundurata 1 1 0.94
65 Manilkara kauki 1 1 0.94
37
66 Scadoxus multiflorus 1 1 0.94
67 Spathoglottis plicata 1 1 0.94
68 Tamarindus Indica (L) 1 1 0.94

38
LG1. Dokumentasi pengambilan data dan wawancara

39
40

Anda mungkin juga menyukai