Anda di halaman 1dari 16

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) PERUSAHAAN AIR MINUM

DALAM KEMASAN CV. LAM – LAM DESA NDANO KECEMATAN


MADAPANGGA KABUPATEN BIMA

LINK YOUTUBE PRESENTASI https://youtu.be/9XZeak_B3nM

Oleh:
Zaedan Maulana. 191710201066

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari sebanyak 598,5 ribu usaha hasil Sensus Ekonomi 2016, Kota Bima
memiliki jumlah usaha sebanyak 21,8 ribu. Dari sebanyak 598,5 ribu usaha
tercatat sebanyak 144,8 ribu usaha yang menempati bangunan khusus untuk
tempat usaha. Dengan demikian, sebanyak 453,7 ribu usaha tidak menempati
bangunan khusus usaha, seperti pedagang keliling, usaha di dalam rumah
tempat tinggal, usaha kaki lima, dan lain sebagainya (Badan Pusat Statistik
Provisnsi NTB, 2016).
Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) masih agresif dalam
menyuntikkan modal di dalam negeri. Pasar industri AMDK di Indonesia
beberapa tahun terakhir ini semakin berkembang seiring meningkatnya
kebutuhan masyarakat. Peningkatan kebutuhan akan konsumsi air minum
dalam kemasan (AMDK) dilatar belakangi oleh pertumbuhan jumlah penduduk
dan peningkatan jumlah masyarakat berpendapatan menengah ke atas.
Peningkatan kebutuhan akan air bersih juga dipicu oleh semakin terbatasnya
akses air bersih layak minum akibat penurunan kualitas air yang disebabkan
oleh kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Alasan kepraktisan dalam mengkonsumsi air mineral mendorong
konsumsi AMDK bertumbuh rata-rata sebesar 12,5% per tahun selama 2009-
2014 (Bank Mandiri, 2015). Kepraktisan dan kehigienisan AMDK menjadi
sesuatu yang penting bagi masyarakat dengan gaya hidup serta mobilitas yang
tinggi dalam mencukupi kebutuhan konsumsi air minum sehari-hari.
Perkembangan teknologi dan tuntutan pekerjaan dalam era globalisasi
membuat tingkat mobilisasi masyarakat dalam segala aktivitas semakin tinggi,
sehingga segala kebutuhan akan komponen nilai hidup menuntut serba praktis
dan instant. Tuntutan yang didasari pengetahuan untuk selalu dapat hidup
sehat menjadikan masyarakat sangat selektif dalam mengkonsumsi produk
minuman. Industri air minum di indonesi yang dimulai tahun 1975, yang
memperkenalkan produk air minum dalam kemasan yang higenis dan sangat
praktis, mudah didapat dan dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja.
Dari masa itu sampai dengan saat ini telah banyak industri yang
dibangun, bahkan menurut data ASPADIN (Asosiasi Produsen Air Minum
Indonesia) tercatat lebih dari 300 pabrik yang tersebar di wilayah indonesia
yang masih terus berproduksi, sehingga produk ini menjadi trend seller karena
mempunyai segment dari semua golongan konsumen. Bahkan akan terus
menjadi industri strategis yang menguntungkan jika di kelola dengan tepat
dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, berikut merupakan rumusan masalah pada
penulisan makalah.
a. Bagaimana analisis BEP pada CV. Lam Lam?
b. Bagaimana grafik BEP pada CV. Lam Lam?
c. Jelaskan apakah CV. Lam Lam layak beroperasi berdasarkan BEPnya?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan praktikum dan penulisan laporan
ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui analisis BEP pada CV. Lam Lam
b. Memahami grafik BEP pada CV. Lam Lam
c. Mengetahui dan memahami kelayaka operasi pada perusahaan CV. Lam
Lam
1.4 Manfaat
a. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui cara menganalisis BEP pada perusahaan
masing masing perihal kelayakan operasi perusahaan dan titik impas
perusahaan.
b. Bagi perkembangan IPTEK
Manfaat yang dapat diperoleh bagi pengembangan IPTEK yakni adanya
pengetahuan terkait analisis BEP secara otomatis.
c. Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat mengatahui informasi tentang analisis BEP pada
suatu perusahaan sehingga mampu dijadikan sebagai pertimbangan
dalam pembuatan kebijakan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Break Event Point


Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan perusahaan dimana
dengan keadaan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian juga
perusahaan tidak mendapatkan laba sehingga terjadi keseimbangan atau
impas. hal ini bisa terjadi bila perusahaan dalam pengoperasiannya
menggunakan biaya tetap dan volume penjualannya hanya cukup untuk
menutup biaya tetap dan biaya variabel (Alwi, 1990).
Menurut Pujawan (2004) dalam bukunya yang berjudul “Ekonomi
Teknik“ Analisa break even point adalah salah satu analisa dalam ekonomi
teknik yang sangat popular digunakan terutama pada sektorsektor industri
yang padat karya. Analisa ini akan berguna apabila seorang akan
mengambil keputusan pemilihan alternatif yang cukup sensitif terhadap
parameter atau variabel dan bila variabel-variabel tersebut sulit diestimasi
nilainya.
Menurut Sigit (1990) dalam bukunya yang berjudul “Analisa Break
Even“ Analisa break even point adalah “ perhitungan rugilaba dari suatu
periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak
memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian”.
Menurut Samryn (2002) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi
Manajerial” break even point adalah titik di mana total pendapatan sama
dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama
ddengan total biaya tetap.
2.2 Manfaat Break Event Point
Menurut Alwi (1990) bahwa analisa break even point dapat
membantu pimpinan dalam mengambil keputusan antara lain :
1) Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu.
3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan
tidak menderita rugi.
4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual,
biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang akan
diperoleh.
Menurut Harahap (2008) dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1) Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba.
2) Struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3) Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4) Hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Industri pada dasarnya mencari laba selain itu juga mempunyai
tujuan untuk perkembangan industri, industri berusaha semaksimal
mungkin menghindari kerugian atau kebangkrutan atau industri berusaha
untuk tidak rugi walaupun tidak mendapat keuntungan, dalam keadaan
break even point
2.3 Analisa Break Event Point
Analisis impas atau analisis hubungan biaya, volume, dan laba
merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan dan
menafsirkan data produksi dan distribusi untuk membantu manajemen
dalam mengambil keputusan. Impas sendiri diartikan keadaan suatu usaha
yang tidak memperoleh laba dan tidakmenderita rugi. Dapat pula dengan
kata lain suatu usaha dikatakan impas jika pendapatan sama dengan jumlah
biaya. Dengan demikian analisis impas (break even) adalah suatu alat yang
digunakan untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel
keuntungan, dan volume penjualan (Riyanto, 1995).
Menurut Samryn (2002), dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi
Manajerial” Analisa break even adalah: “titik dimana total pendapatan sama
dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama
dengan total biaya tetap.
Aplikasi analisa titik impas pada permasalahan produksi biasanya
digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan
perusahaan berada pada kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini
maka harus dicari fungsi-fungsi biaya maupun pendapatannya. Pada saat
kedua fungsi tersebut bertemu maka total biaya sama dengan total total
pendapatan. Dalam melakukan analisa titik impas, sering kali fungsi biaya
maupun fungsi pendapatan diasumsikan linier terhadap volume produksi.
Ada tiga komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisa BEP yaitu :
1) Biaya-biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Beberapa
yang termasuk biaya tetap adalah biaya gedung, biaya tanah,
biaya mesin dan peralatan, dan sebagainya.
2) Biaya-biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya-biaya yang
besarnya tergantung (biasanya secara linier) terhadap
volume produksi. Biayabiaya yang tergolong biaya variabel
diantaranya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
3) Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya-biaya tetap
dan biayabiaya variabel.
Bila dimisalkan X adalah volume produksi yang dibuat, dan c adalah
ongkos variabel yang terlibat dalam pembuatan satu buah produk maka
ongkos variabel untuk membuat X buah produk adalah:
VC = cX
Karena ongkos total adalah jumlah dari ongkos-ongkos tetap dan
ongkosongkos variabel maka berlaku hubungan:
TC = FC + VC
= FC + cX
Dengan :
TC = ongkos total untuk membuat X produk (Rp)
FC = ongkos tetap (Rp)
VC = ongkos variabel untuk membuat X produk (Rp)
c = ongkos variabel untuk membuat satu produk (Rp)
Dalam analisa titik impas selalu diasumsikan bahwa total pendapatan
(total revenue) diperoleh dari penjualan semua produk yang diproduksi. Bila
satu buah produk adalah p maka harga X buah produk akan menjadi total
pendapatan, atau :
TR = pX
Dengan :
TR = Total pendapatan dari penjualan X buah produk.
p = Harga jual per satuan produk.
Titik impas akan diperoleh apabila total ongkos-ongkos yang terlibat
persis sama dengan total pendapatan, atau :
TR = TC
Atau
pX = FC + cX
2.4 Aplikasi Break Event Point Untuk Menghitung Laba Yang
Diinginkan
Analisa break even point dengan perencanaan laba mempunyai
hubungan kuat sebab analisa break even point dan perencanaan laba sama-
sama berbicara dalam hal anggaran atau di dalamnya mencakup anggaran
yang meliputi biaya, harga produk, dan volume penjualan, yang kesemua itu
mengarah ke perolehan laba. Untuk itu dalam perencanaan perlu penerapan
atau menggunakan analisa break even point untuk perkembangan ke arah
masa datang dan perolehan laba. Selain itu analisa break even point dapat
dijadikan tolak ukur untuk menaikkan laba atau untuk mengetahui
penurunan laba yang tidak mengakibatkan kerugian pada industri.
Menurut Matzh (1997) perencanaan laba atau penganggaran sangat
bermanfaat karena :
1) Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan
permasalahan.
2) Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan
penelaahan terhadap masalah yang dihadapinya.
3) Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada
pencapaian laba, mengarahkan penggunaan modal.
4) Mendorong standar prestasi yang tinggi dengan merangsang
kegairahan untuk bersaing.
Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka rumus
yang dapat digunakan adalah :
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilakukan selama bulan April sampai dengan Juni
2021. Pengambilan data dilakukan metode studi pustaka pada tanggal 13
Juni 2021. Setelah survey awal dilakukan dan mendapatkan data-data yang
dibutuhkan, barulah lokasi penelitian tersebut dapat ditentukan. Penelitian
ini di lakukan di CV. LAM-LAM di wilayah Desa Ndano, Kecamatan
Madapangga, Kabupaten Bima, NTB. Mengolah data di Laboratorium
Rekayasa Proses Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain
questioner, manual praktikum, peralatan dokumentasi (kamera), ATK dan
software pengolah angka (Microsoft Excel atau Calc Spreadsheet).
3.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap pelaksanaan praktikum disajikan pada Gambar 3.1
Mulai

Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan

Penentuan Lokasi

Pengumpulan Data

Profil Inventaris Peralatan Biaya-biaya Keuntungan


Usaha dan Mesin Produksi Produksi Penjualan Produk/Jasa

Pengolahan Data

Titik
Impas

Analisis Data dan


Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3.1 Tahap pelaksanaan praktikum


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah Produk Air Minum Dalam Kemasan Yang Dihasilkan


Per Bulan Pada Tahun 2015
Jumlah produk air minum dalam kemasan yang dihasilkan tiap bulannya
berbeda-beda disebabkan oleh hari libur dan hari-hari besar.
Tabel 1. Jumlah produk air minum dalam kemasan (AMDK) yang
dihasilkan setiap bulannya pada periode (2015-2016)

Dari data diatas, menunjukan jumlah produksi dus dan galon per bulan.
Adapun data produksi per harinya sebagai berikut :
a. Untuk kemasan cup 220 ml jumlah rata-rata produksi per hari
5000 dus.
b. Untuk kemasan botol 600 ml jumlah rata-rata produksi per hari 30
dus.
c. Untuk kemasan botol 1.500 ml jumlah rata-rata produksi per hari
20 dus.
d. Untuk kemasan galon 19.000 ml jumlah rata-rata produksi per hari
2000 galon.
4.2 Jumlah Produksi dan Harga Jual Rp. 1.144,29 / liter
Jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan tiap bulannya
dipengaruhi oleh jumlah hari kerja tiap bulan. Berdasarkan penelitian,
jumlah produk AMDK yang dihasilkan rata-rata 2.427.287,00 liter per bulan.
Dengan harga jual produk yang telah siap dipasarkan yaitu :
Harga Jual Per Liter (p) = Rp. 1.144,29 / liter
Besarnya pendapatan per bulan yang diterima oleh perusahaan adalah
merupakan hasil kali antara jumlah rata-rata produk AMDK yang dihasilkan
per bulan dengan harga jual per liter.

Tabel 3. Total pendapatan air minum dalam kemasan (AMDK) pada


CV.Lam-Lam
Berdasarkan tabel 3 dapat dibuat grafik break even point seperti pada
gambar 3.

Gambar 3 Grafik Break Even Point


Berdasarkan hasil perhitungan analisis break even point pada
pembuatan air minum dalam kemasan (AMDK) CV.Lam Lam didapatkan
jumlah yang harus diproduksi untuk mencapai nilai titik impas (Break Even
Point) dengan biaya tetap (Fixed Cost) (FC) Rp. 3.021.905.500,00 dan
biaya tidak tetap (Variable Cost) (VC) Rp.41.157.681.118,05 pada jumlah
produksi yang dihasilkan adalah 38.608.733 liter pada bulan ke 16 dengan
biaya total (Total Cost) (TC) Rp. 44.179.586.618,05. Pada titik ini
perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) CV.Lam-Lam tidak
mengalami kerugian dan tidak pula mengalami keuntungan, sehingga
perusahaan ini dinyatakan layak beroperasi.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah dipaparkan,
kesimpulan yang didapatkan sebagai berikut:
1. CV.Lam-Lam akan mengalami Break Even Point saat memproduksi
38.608.733 liter air minum dalam kemasan (AMDK) dengan biaya
tetap (Fixed Cost) (FC) sebesar Rp. 3.021.905.500,00 dan biaya
tidak tetap (Variable Cost) (VC) Rp. 41.157.681.118,05.
2. CV.Lam-Lam akan mengalami Break Even Point dalam waktu 16
bulan dengan menggunakan harga jual saat ini yaitu Rp. 1.144,29 /
liter dan total biaya pengeluaran (TC) sama dengan total
pendapatan (TR) yaitu Rp.44.179.586.618,05.
3. Pada saat memproduksi 38.608.733 liter atau dalam waktu 16 bulan,
perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) CV.Lam-Lam dapat
mencapai Break Even Point (BEP), sehingga perusahaan ini
dinyatakan layak beroperasi.
5.2 Saran
Mahasiswa perlu melakukan perhitungan menggunakan kalkulator
atau dengan bantuan Microsoft Excel untuk mempermudah dalam
pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2011, Pengertian, Definisi, Macam, Jenis, dan Penggolongan


Industri di Indonesia, http : // pusatukm. com / pengertian – definisi
– macam – jenis - dan - penggolongan - industri - di - indonesia /
(diakses 7 Februari 2018).
Akbar, P.H., 2015, Prototype Pengolahan Air Laut Menjadi Air Minum
Dengan Pretreatment Variasi Multimedia Filter Pada Proses
Desalinasi Dengan Analisa (Konduktivitas, TDS, Salinitasi dan pH),
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Alwi, S., 1990, Alat-Alat Dalam Pembelanjaan. Andi Offset, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2016, Pendaftaran Usaha
Sensus Ekonomi 2016 Tahap Awal di Provinsi NTB,
http://ntb.bps.go.id/webs/brs_ind/brsI nd-20160901140856.pdf
(diakses 11 Desember 2017).
Bank Mandiri, 2015, Industry Update volume 11,
http://mandiriinstitute.id/industry-update2015/?upf=dl&id=1636
(diakses 19 Maret 2018)
Dumai, B., 2012, Proposal Air Minum Dalam Kemasan,
https://www.scribd.com/doc/8372210 1/Proposal-Air-Minum-
DalamKemasan (diakkses 20 Maret 2018).
Harahap, S.S., 2008, Teori Akutansi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2002, Tentang
SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=
a1Z0mf4Q9q9dxgpeP05%2BboKZrR 3JgodhGLULhqjxcR4%3D
(diakses 28 Maret 2018).
Kurnianti, W.S., 2013, Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Laba Pada Perusahaan Pabrik Gula Ngadiredjo Kediri, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Matzh, A., 1997, Akuntansi Biaya, Jilid Kedua, PT Erlangga, Jakarta.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum,
http://www.brpamdki.org/file.php?id =78 (diakses 28 Maret 2018)
Poerwanto, H., 2011, Manfaat Analisis Break Even Point,
https://sites.google.com/site/pengang garanperusahaan/analisis-
dan-asumsibreakeven/manfaat-analisisbreakeven (diakses 19
Maret 2018)
Pujawan,I.N., 2004, Ekonomi Teknik, Guna Widya, Surabaya.
Respati, D.D., 2013 Analisis Biaya Produksi Air Minum Dalam Kemasan Dan
Minuman Madu Di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Dan Banten,
Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Kholiq, M., 2015, Aplikasi Break Even Point (BEP) Pada Pembuatan Roti
Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah (UKM) Roti (Rotiku Rotimu)
Desa Babakan, Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
Riyanto B., 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, UGM.
Samryn, L.M.,2002, Akuntansi Manajerial, Suatu Pengantar, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Sigit, S., 1990, Analisa Break Even, Edisi
Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai