Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dila Legitalia

NPM : 230210200004

Kelas : Ilmu Kelautan A

“ Visualiasi dan Analisis data T-S Diagram di Perairan Teluk Meksiko (7209) “

I. Pendahuluan
Diagram Temperatur-Salinitas adalah diagram yang berfungsi untuk
menampilkan karakteristik arus dan massa air yang melewati suatu perairan.
keberagaman diagram T-S tergantung pada indikator-indikator yang menentukan
sifat perairan seperti arus, topografi perairan, suhu, salinitas, tekanan lokal yang
bekerja pada perairan dan kondisi geografis. Diagram temperatur-salinitas (T-S)
sangat perlu untuk dipahami oleh praktikan untuk dapat membedakan dan
mencirikan sumber-sumber massa air penyusun perairan yang ditentukan. Diagram
T-S dapat digunakan untuk mencirikan massa air pada 3 lapisan perairan,
permukaan atas (0-500 m), perairan tengah (500-1500), perairan laut dalam (1500
m - dasar perairan). Lapisan perairan atas mengandung air dengan suhu relatif
hangat, lapisan perairan tengah mengandung massa air dengan suhu campuran, dan
lapisan bawah mengandung air dengan suhu rendah (Worthington, 1981).
II. Metode Penelitian
Dengan memvisualisasikan data T-S diagram yang sudah ditentukan dan
menganalisis asal massa air serta variabel-variabel lain yang mungkin
mempengaruhi hasil akhir visualisasi yang didapatkan oleh praktikan sesuai dengan
cara yang sudah ditentukan. Data yang diambil adalah data yang berasal dari situs
https://www.nodc.noaa.gov/OC5/WOD/datawodgeo.html, pada bagian peta dipilih
bagian dengan nomor kotak 7209,. Data yang diunduh Oseanografi Fisika wilayah
itu adalah dataset CTD, MBT, dan OSD lalu diolah menggunakan perangkat lunak
ODV ( Ocean Data View). Setelah mengimpor dataset kedalam ODV, ubah
penampilan jendela odv menjadi SCATTER agar data dapat ditampilkan secara
vertikal. Setelah itu, siapkan variabel yang akan digunakan untuk membuat T-S
Diagram.
Untuk petunjuk lengkapnya : Pada peta terbentuk yang muncul warna biru
pada lokasi , klik properties di dalam peta lalu zoom, Klik kanan diluar peta, Layout
templates, 1 Scatter Window ditambahkan variable yang diinginkan yaitu potensial
temperatures dan time dengan klik view, derivied variables, physical properties klik
potential variables, add, time, year station date, add lalu ok. Untuk validasi data
secara rasional pada menu statistics, apabila data dinilai eror diubah di tools, find
outliers, range check, ganti range yang sesuai, save,inspec and edit outliers, ok,
delete value, apply to all.
Untuk membuat diagram T-S, klik kanan dli luar peta, properties lalu data
Kemudian, ubah skala X menjadi salinitas, Y menjadi potensial temperature, dan Z
menjadi kedalaman atau year station date (sesuai kebutuhan).
Untuk membuat wilayah massa air, klik kanan di dalam peta, extras, add
graphic object, rectangle, kemudian klik dua kali. Setelah muncul path object, isi X
dan Y sesuai rentang yang ada pada jurnal. Lalu buat keterangan tulisan massa air,
klik kanan di dalam peta, extras, dd graphic object, annotations, kemudian tulis
nama perairan yang membawa massa air tersebut, kemudiah unduh data dengan
save canva as.
III. Visualisasi Data
IV. Analisis Data
Gambar diatas merupakan hasil visualisasi diagram T-S pada stasiun nomor
7029 di daerah Teluk Meksiko. Data ini diperoleh dari website
http://nodc.noaa.gov/ dan telah diolah datanya melalui Ocean Data View. Skala di
kiri (y axis) menunjukkan skala temperatur potensial yang pada gambar dari 0-
30oC. Pada skala dibawah (x axis) menunjukkan skala salinitas dari 0-40 psu. Pada
skala dikanan (z axis) diagram menunjukkan skala kedalaman dimulai dari 0-800
m. Pada data ini diatur batas waktu pengambilan datanya yakni data 1940 – 2020.

Teluk Meksiko (Gulf of Mexico) adalah sebuah bagian dari Laut Karibia
yang dibatasi oleh Meksiko di sebelah barat dan selatan serta Amerika Serikat di
sebelah utara dan barat. New Orleans dan Houston merupakan kota pelabuhan
utama di teluk ini. Di Amerika Serikat, negara bagian yang melintasi teluk ini
adalah Florida, Alabama, Mississippi, Louisiana, dan Texas serta di Meksiko,
negara bagian yang melintasi teluk ini adalah Tamaulipas, Veracruz, Tabasco,
Campeche, Yucatán, dan Quintana Roo.
Luas teluk ini adalah 1,6 juta km&sup2 atau 615,000 mi². Hampir
setengahnya merupakan perairan dangkal di tepi benua. Volume teluk ini kira-kira
660 quadrillion gallons (2.5 × 106 km3). Diperkirakan terbentuk kurang lebih 300
juta tahun lalu karena pergerakan tektonika lempeng. Laut Meksiko juga disebut
Teluk Meksiko. Kedalaman rata-rata dari laut ini adalah 1.614 meter. Kalau bagian
terdalamnya mencapai 4.384 meter (Chisholm, 1911).
Dilihat dari letak geografis pada stasiun 7209, hal ini membuat praktikan
menyimpulkan agak tingginya batas bawah temperatur potensial pada daerah mixed
layer. Stasiun 7209 tidak dilewati oleh sabuk sirkum dunia (Ocean Conveyor Belt)
yang membawa air dingin, oleh karena itu batas atas temperatur potensial cukup
rapat dari batas bawahnya sebelum temperatur potensial menunjuk angka 10.
Pada kedalaman 600-800 m, distribusi temperatur potensial dan salinitas
semakin mengecil. Analisis praktikan terhadap data ini adalah karena semakin kecil
turbulen dari faktor eksternal, maka temperatur potensial dan salinitas semakin
stabil dan relatif sama. Adapun pada keadalaman sekitaran 800 m distribusinya
sedikit (kecil) dikarenakan semakin dalam suatu perairan, maka salinitas nya
semakin tinggi dikarenakan kerapatan (massa jenis air) yang makin besar. Ada pula
faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya salinitas air laut, yaitu
penguapan, curah hujan, air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angin, dan
kelembaban udara (Prunet dan Bornancin, 1989).

Berdasarkan klasifikasi karakteristik massa air pada Teluk Meksiko,


terdapat 1 klasifikasi awal berdasarkan kedalaman yang ada di gambar , yakni pada
upper waters pada kedalaman 0-500 m. pada upper waters terbagi beberapa bagian
lagi yaitu Pacific Subarctic Upper Water (PSUW) dengan karakteristik 3.0–15.01C,
32.6–33.6%; Western North Pacific Central Water(WNPCW)(10.0–22.01C, 34.2–
35.2%); Eastern North Pacific Central Water (ENPCW) (12.0–20.01C, 34.2–
35.0%); Eastern North Pacific Transition Water (ENPTW) (11.0–20.01C, 33.8–
34.3%); Pacific Equatorial Water (PEW) (7.0–23.01C, 34.5–36.0%); Western
South Pacific Central Water (WSPCW) (6.0–22.01C, 34.5–35.8%); Eastern South
Pacific Central Water (ESPCW) (8.0–24.01C, 34.4–36.4%); dan Eastern South
Pacific Transition Water (ESPTW) (14.0–20.01C, 34.6–35.2%). (Morales &
Barton, 1996). Pada analisis praktikan gambar 1 terdapat WNPCW, ENPCW,
ENPTW, PEW, WSPCW, ESPCW, ESPTW pada Upper Waters.
Kesimpulan analisis praktikan terhadap diagram T-S adalah diagram T-S
menunjukkan bahwa pada upper waters, salinitas dan temperatur potensial cukup
beragam karena banyaknya faktor eksternal atau turbulen yang mempengaruhi
rentang distribusi salinitas dan temperatur potensialnya. Mengkarakterisi anomali
yang terjadi tidak adanya anomali tertentu yang disebabkan oleh Ocean Conveyor
Belt tetapi pada bagian surface nya Samudra Pasifik tepatnya Teluk Meksiko
mendapatkan pengaruh eksternal seperti pengaruh angin, El Nino Southern
Oscillation (ENSO), dan dinamika El Nino dan La Nina (Azis, 2006).
Selain itu ada pula faktor eksternal lainnya yakni arus permukaan laut di
samudera (Surface Circulation) adalah tiupan angin yang bertiup melintasi permukaan
Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan
samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin. Pola umum arus
permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel
seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut,
dan angin lokal. Interaksi berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan
samudera yang rumit Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut
bergerak melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah
gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan berlawanan
arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Karena
gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang
ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia (Weyl, P.K. 1970).
Sepanjang tahun, massa air dingin dalam jumlah besar mengalir menuju
samudra pasifik (Godfrey, 1996). Namun demikian besarnya aliran dari Samudera
Pasifik menuju Samudera Hindia tidak tetap sepanjang waktu, begitu pula
parameter-parameter fisik air laut seperti temperatur dan salinitas, dan
menyebabkan besarnya rentang suhu dan salinitas, karena arus laut selalu berubah
seiring dinamika aliran yang terjadi. Pada fase El-Nino Southern Oscillation yang
ekstrem, berpindahnya posisi kolom air dingin sepanjang garis menyebabkan
terjadinya fluktuasi parameter-parameter seperti: Sea Surface Temperature,
perubahan struktur vertical kolom air laut, perubahan tingkat salinitas , serta
perubahan vector arus. Pendekatan dengan berbagai parameter seperti proses flux
uap air dan energy antara atmosfir dan laut juga memegang peranan penting
sehingga perlu diparameterisasi dengan benar karena akan mempengaruhi nilai
SST dan besarnya mixing di lapisan permukaan. (Arifian, 2008)
Kesimpulan akhir pada analisis visualisasi stasiun 7209 adalah pada upper
waters faktor eksternal (perubahan struktur vertikal kolom air laut, perubahan
tingkat salinitas, serta perubahan vektor arus, proses flux uap air dan energy antara
atmosfer) turut memberikan pengaruh besar terhadap rentang yang besar pada
temperatur potensial dan salinitas.
Daftar Pustaka

Arifian, J. (2008). Variabilitas Thermohaline dan Arus Laut di Jalur Arlindo dan Hubungannya dengan
El-Nino Southern Oscillation (ENSO). Variabilitas Thermohaline, 87-91.
Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4: 9 – 21.
Chisholm, H. 1911. Encyclopædia Britannica, Ed 11. Cambridge University Press.
Godfrey, J. (1996). The Effect of the Indonesian Throughflow on ocean circulation and heat exchange
with the atmosphere. Geophys, 12217-12238.
Morales, R. A., & Barton, E. D. (1996). Variability of Water Masses in The Western Indian Ocean.
Journal of Geopyhsical Research, 14027-14038.\
Prunet, P dan M, Bornancin. 1989. Physiology of Salinity Tolerance in Tilapia : An Update of Basic and
Applied Aspects.
Weyl, P.K. 1970. Oceanography An Introduction to the Marine Environment. New York: John Wiley &
Sons Inc

Anda mungkin juga menyukai