Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL LBM 1

“REFLEKS MUNTAH”

BLOK DIGESTIVE 1

Disusun Oleh :

Nama : Denek Bini Chlara Suhesti

NIM : 020.06.0015

Kelas : A

Dosen : dr.Sukandriani Utami, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
kami dapat melaksanakan dan menyusun laporan LBM 1 ini, yang berjudul “Refleks
Muntah”tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD (Small Group
Discussion). Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr.Sukandriani Utami, S.Ked. selaku tutor dan fasilitator SGD (Small Group Discussion)
kelompok 6.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
3. Serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 28 Juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Skenario

Andi adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran, di suatu hari yang cerah, Andi dan
teman-temannya melakukan wisata keliling Lombok dengan menggunakan mobil. Ditengah
perjalanan teman Andi tiba-tiba merasakan perutnya tidak nyaman disertai mual dan lansung
memuntahkan semua makanan yang ia telah makan. Andi penasaran dengan apa yang terjadi
dengan temannya. Kebetulan saat ini Andi sedang menempuh blok pencernaan di tahap pertama.
Karena tidak membawa buku kedokterannya, Andi kemudian mencari menggunakan search
engine handphonenya dan menemukan gambar
Deskripsi Masalah

Seluruh makhluk hidup, termasuk manusia, membutuhkan makanan untuk hidup.


Makanan menyediakan gizi yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan tetap aktif.
Makanan yang dimakan tidak dapat langsung dipergunakan oleh tubuh, dan terlebih dahulu harus
diubah menjadi sari makanan melalui proses pencernaan. Sistem pencernaan manusia merupakan
suatu proses kompleks yang memecah dan mengurai bahan organik menjadi partikel-partikel
kecil yang digunakan tubuh sebagai energi. Proses ini melibatkan organ-organ tubuh yang
termasuk dalam sistem pencernaan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar
sampai ke saluran pembuangan akhir (anus).

Sistem pencernaan merupakan serangkaian jaringan organ yang memiliki fungsi untuk
mencerna makanan. Makanan-makanan tersebut akan diproses secara mekanik ataupun secara
kimia. Pencernaan secara mekanik yaitu pencernaan yang terjadi di dalam lambung yang
melibatkan gerakan fisik dalam tubuh. Tujuan pencernaan ini adalah untuk mengubah ukuran
molekul makanan menjadi bentuk lebih kecil atau halus. Sedangkan pencernaan secara kimia
yaitu pencernaan yang melibatkan enzim.

Organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
saluran pencernaan dan organ pencernaan tambahan. Sistem pencernaan memiliki fungsi utama
mengubah makanan menjadi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Nutrisi tersebut diperlukan untuk
proses perkembangan, perbaikan sel tubuh, termasuk sebagai sumber energi sehari-hari. Ketika
proses itu selesai, organ pencernaan kemudian dengan mudah mengemas limbah padat makanan
untuk dibuang sebagai feses.

Pada skenario di atas dijelaskan bahwa Andi dan teman-temannya melakukan wisata
keliling Lombok dengan menggunakan mobil dan ditengah perjalanan teman Andi tiba-tiba
merasakan perutnya tidak nyaman disertai mual dan lansung memuntahkan semua makanan yang
ia telah makan. Peritiwa tersebut terjadi karena Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan
pusing bergoyang, akibat guncangan selama perjalanan. perubahan arah atau irama gerakan
tubuh yang cepat dapat menyebabkan orang tertentu muntah. Mekanisme untuk fenomena ini
adalah meliputi Gerakan merangsang reseptor-reseptor di dalam labirin vestibuler pada telinga
dalam, dan dari sini impuls ditransmisikan terutama lewat jalur nuklei vestibuler batang otak ke
dalam serebelum, kemudian ke zona pencetus kemoreseptor, dan akhirnya ke pusat muntah
untuk menyebabkan muntah.

Sinyal sensorik yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung,
dan bagian atas usus halus. impuls saraf ditransmisikan oleh saraf aferen vagus maupun oleh
saraf aferen simpatis ke berbagai nuklei yang tersebar di batang otak, khususnya area postrema,
yang semuanya bersama-sama disebut "pusat muntah" atau Central Vomiting Centre (CVC).
Dari sini, impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari
pusat muntah melalui jalur saraf kranial ke traktus gastrointestinal bagian atas, melalui saraf
vagus dan simpatis ke traktus bagian bawah, dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot-otot
abdomen. Sehingga, Otot otot abdomen dan diafragma berkontraksi, kemudian Gerakan
peristaltik terbalik mulai terjadi dan menyebabkan isi usus mengalir balik kedalam lambung serta
menimbulkan distensi lambung. Lalu, Lambung mendorong diafragma kearah kavum toraks
sehingga terjadi kenaikan tekanan intratorakal, dan Tekanan ini memaksa sfingter esofagus
bagian atas untuk terbuka, glottis menutup, dan palatum mole menyekat nasofaring. Tekanan
tersebut juga memaksa isi lambung melewati sfingter untuk disemburkan keluar melalui mulut,
sehingga terjadi muntah.

Selain itu, pada skenario diatas juga ditampilkan gambar mengenai saluran pencernaan atas
(upper taktus digestivus). Traktus digestiv atas terdiri atas rongga mulut (cavum oris), pharynx,
esofagus, dan lambung (gaster), yang masing-masing memiliki struktur anatomi serta histologi
yang berbeda, sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam proses pencernaan.
BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi sistem pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Fisiologi
sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC

Tubuh dalam mempertahankan kehomeostasis-annya akan melakukan suatu tindakan untuk


mengeluarkan serat-serat atau zat-zat yang sudah tidak dibuttuhkanlagi oleh tubuh, tindakan ini
disebut sebagai refleks muntah. Muntah adalah cara saluran pencernaan bagian atas membuang
isinya sendiri bila usus teriritasi, teregang, atau terangsang berlebih. Rangsangan ini
menyebabkan muntah dapat terjadi pada setiap bagian saluran pencernaan, mesikupan pada
gaster dan intestinum memberikan rangsangan yang paling kuat. Tortora, G.J., Derrickson,
Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC

Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla
oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau deudonum dan muncul sebagai respon
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap
rangsangan kimiawi oleh emetic (bahan yang menyebabkan muntah), misalnya ipekak. Refleks
muntah memiliki beberepa jalur yang di lalui di dalam system pencernaan dalam tubuh manusia
seperi gester (lambung), esophagus, faring (tenggorokan), dan oral (mulut). (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

1. Oral (Mulut)

Oral Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Pada anatomi oral atau mulut terdapat rongga mulut yang disebut sebagai cavum oris. Rongga
mulut (cavum oris) adalah bagian tubuh yang merupakan awal dari saluran pencernaan. Bagian
depan rongga mulut dibatasi oleh bibir, bagian atas dibatasi palatum durum hingga palatum
mole, bagian bawah terdapat otot-otot yang membentuk bagian mulut dan lidah serta pipi.
Cavum oris terbagi menjadi dua yakni vestibulum oris (rongga pada mulut yang berada pada
depan gigi) dan vestibulum oris propria. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar
Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Rongga mulut terdiri dari lidah (lingua) bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah),
palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal,
‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
membatasi rongga mulut. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga
mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian
internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak
terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di
antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir.
Pada cavum oris juga terdapat uvula dan palatine tonsil. Terdapat beberapa otot di dalam cavum
oris, yang di mana disebut sebagai otot pengunyah. Otot-otot pengunyah tersebut antara lain ada
m.masseter, m.temporallis, m,pterygoideus medial dan lateral. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan.
2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Vaskularisasi dari cavum oris sendiri berasal dari rami labialis superior yang merupakan cabang
dari a.infra orbitalis dan a.facialis. Selain itu juga vaskularisasi dari cavum oris berasal dari rami
labialis inferior yang merupakan cabang dari a.mentalis dan a.facialis. Adapun inervasi dari
cavum oris yakni berasal dari rami labialis superior yang merupakan cabang dar n.Infraorbitalis
(v2) dan rami labialis inferior yang merupakan cabang dari n.mentalis (v3). (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)
2. Faring

Faring adalah tenggorok atau kerongkongan yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan
sistem pernapasan. Faring adalah tabung fibromuskular yang terdapat persis didepan tulang leher
yang berhubungan dengan rongga hidung, rongga telinga tengah, dan laring. Faring terbagi
menjadi tiga yakni nasopharynx (yang berhubungan dengan rongga hidung, oropharynx (yang
berhubungan dengan rongga paru-paru), dan laryngopharynx (yang berhubungan dengan
epiglottis dari llaring serta menuju ke esophagus). Selain itu terdapat epiglottis di dalamnya yang
berfungsi sebagai katup pencegah masuknya makanan menuju ke saluran pernapasan. Fungsi
utama faring adalah sebagai saluran alat pencernaan yang membawa makanan dari rongga mulut
hingga ke esofagus. Hubungan faring dengan rongga hidung dan laring ini membuat faring
menjadi cukup penting dalam produksi suara, serta memungkinkan manusia untuk bernapas
menggunakan mulut serta jika diperlukan secara medis memasukkan makanan melalui hidung.
Vaskularisasi dari faring sendiri terdiri dari a.palatina ascenden, cabang tonsil a.facialis,
a.faringeal ascenden, dan cabang dari a.maxilaris interna. Sedangkan untuk inervasinya terbagi
menjadi dua yakni motoric dan sensorik, mototrik berasal dari n.assesorius yang melalui fleksus
pharyngeal dan sensorik berasal dari fleksus pharyngeal dari n.glossopharyngeal. (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

3. Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju
gaster, esophagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu
leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan diantara trakea dan kolumna vertebralis.
Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai
dibelakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di
samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga
perut melalui hiatus esophagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang
berkisar 2-4 cm. Pada esophagus terdapat sphincter. Sphincter pada esophagus terbagi menjadi
dua yakni sphincter esophagus inferior dan sphinter esophagus superior. (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Esofagus terbagi menjadi 3 bagian yakni bagian servikal, bagian torakal, dan
bagian abdomen. Untuk bagian servikal sendiri esophagus memiliki panjang 5-6 cm,
setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebrathoracalis I, pada bagian anterior melekat
pada thracea, pada bagian anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid, pada posterior
berbatasan dengan hipofaring, dan pada bagian lateral terdapat carotid sheath beserta
isinya. Pada bavian sinistra dan dextra diinervasi oleh nervus recurren laryngeus.
Pada bagian thorakal, esophagus sepanjang 16-18 cm, setinggi thorakalis II-IX
yang berada pada mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis. Dalam
rongga toraks, esofagus disilang oleh arcus aorta setinggi vertebra torakalis IV dan
bronkus utama sinistra setinggi vertebra torakalis V. Adapun a.pulmonalis dextra
menyilang di bawah bifurcatio trachealis. Pada bagian distal antara dinding posterior
esofagus dan ventralcorpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan
vena intercostalis. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi.
Edisi 13. EGC)
Pada abdomen, terdapat pars diapraghmatica sepanjang 1-1,5 cm, setinggi
thorakal X sampai ke lumbal III. Selain itu terdapat pars abdominal sepanjang 2-3 cm
yang bergabung dengan cardia gaster, disebut sebagai gastroesophangeal junction.

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing
tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal,
dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah.
Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus
aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal. (Tortora,
G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

4. Gaster (Lambung)

Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang berada di intra abdominal,
terletak di antara esophagus dan duodenum. Terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke
hipokhondrium kiri, berbentuk melengkung seperti huruf “J” dengan mempunyai paries anterior
(superior) dan paries posterior (inferior). Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga
peritoneum dan ditutupi oleh omentum. Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik, yaitu : pars
cardiaca, bagian gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat ostium
cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang berlokasi pada bagian kiri
dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi pada bagian gastroesofageal junction. Korpus
gaster, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling
bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf “J”. Pars pilori, terdiri dari dua bangunan
yaitu anthrum pyloricum dan pylorus. Didalam antrum pyloricum terdapat canalis pyloricus dan
didalam pylorus terdapat ostium pyloricum yang dikelilingi m.sphincter pyloricus. Dari luar
m.sphincter pylorus ini ditandai adanya v.prepylorica (Mayo). Otot dinding gaster dikatakan
terdiri dari tiga lapis otot yaitu obliq, sirkuler, longitudinal, namun lapis-lapis ini saling menyatu
pada bidang temunya dan tidak jelas batas-batasnya. Kontraksi muskularis diatur dengan amat
tepat oleh pleksus saraf otonom di antara lapis-lapis ini. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014.
Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Gaster mendapat suplai darah melalui Truncus coeliacus. Truncus coeliacus kemudian bercabang
menjadi arteri gastrica sinistra, arteri hepatica komunis, dan arteri splenica, ketiganya berperan
dalam suplai darah ke lambung. Di omentum minus terdapat arteri dan vene gastrica sinistra,
sedangkan di omentum majus terdapat arteri vena gastroomentalis sinistra dan arteri vena
gastroomentalis dextra. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi.
Edisi 13. EGC)

Setelah megetahui bagaimana struktur anatomi dari sistem digestive, selanjutnya laporan ini akan
membahas mengenai struktur histologi dari sistem digestive.

Rongga Mulut

Rongga mulut (pipi) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap mulut tersusun atas
palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya diliputi oleh epitel gepeng berlapis. Uvula
palatina merupakan tonjolan konis yang menuju ke bawah dari batas tengah palatum lunak.
(Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Lidah

Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Serabut-
serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkas-
berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran
mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-
tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut
dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.

1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan
terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap
(reseptor).
2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai tangkai sempit
dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang tersebar
pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae filoformis
yang banyak jumlahnya.
3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir
lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.
4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih
meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah “V” pada bagian
posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke
dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan yang
menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting
kecap yang terdapat sepanjang sisi papila ini. Aliran sekresi ini penting untuk
menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat
menerima dan memproses rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-kelenjar
serosa yang berkaitan dengan jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil
yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan
sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap.

Pharynx
Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan dan pencernaan.
Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx dibatasi oleh epitel berlapis
gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami
abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel
goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx
juga mempunyai banyak kelenjar-kelenjar mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.
(Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Oesofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.
Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang mensekresikan
mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada
bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel
otot lurik.
Gaster (Lambung)

Secara umum dinding gaster terdiri atas empat lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna dan serosa. Mukosa gaster dilapisi oleh epitel kolumner simpleks dan
terdapat sel goblet. Lapisan epitel ini berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman
bervariasi yang disebut dengan foveola gastrica. Di dasar foveola gastrica terdapat kelenjar
gastric tubuler yang bervaginasi ke lamina propia hingga mukosa muscularis. Sel epitel lambung
menghasilkan glikoprotein yang mengalami hidrasi dan bercampur dengan lipid dan ion
bikarbonat menghasilkan lapisan hidrofobik kental yang disebut mukus. Mukus ini berfungsi
sebagai pelumas dan pelindung epitel kerusakan. Baik kerusakan karena zat yang masuk ke
lambung maupun akibat asam dan enzim hidrolitik getah lambung.
Submukosa adalah yang terdiri dari jaringan ikat padat dengan bundel kolagen tebal dan
banyak serat elastin. Pada lapisan ini terdapat banyak arteriol, sebuah pleksus venosus, dan
jalinan pembuluh limfe.

Tunika muskularis adalah lapisan otot pada dinding gaster yang terdiri dari tiga lapisan
otot polos, yaitu oblique di bagian dalam, sirkuler di bagian tengah, dan longitudinal di bagian
luar. Namun lapisan-lapisan ini saling menyatu pada bidang temunya dan tidak jelas batas-
batasnya. Tunika serosa merupakan lapisan yang melapisi gaster.

Secara mikroskopis, gaster dapat dibedakan menjadi empat daerah : kardia, fundus,
korpus dan pilorus. Kardia adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3cm pada peralihan antara
esofagus dan gaster. Kardia merupakan zona atau area peralihan dari esofagus ke gaster. Pada
bagian kardia, yang dominan adalah sel penyekresi mukus dan lisozim serta ada beberapa sel
parietal (oksintik). Struktur kelenjar ini serupa dengan kelenjar kardia bagian akhir esofagus.

Kardia adalah suatu pita melingkar yang sempit dengan lebar 1,5-3 cm, pada peralihan antara
esofagus dan lambung. Pilorus merupakan regio berbentuk terowongan yang terbuka ke dalam
usus halus. Mukosa kedua regio tersebut mengandung kelenjar tubular yang biasanya bercabang
dengan bagian sekretorik bergelung yang disebut kelenjar kardia dan kelenjar pilorus. Celah
yang bermuara ke dalam kelenjar tersebut berukuran lebih panjang di pilorus. Di kedua regio
tersebut, kelenjar ini menyekresikan banyak mukus dan lisozim. (Tortora, G.J., Derrickson,
Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Pada fundus dan korpus lamina propria mukosa dipenuhi kelenjar gastrik tubular
bercabang. Kelenjar gastrik mencurahkan isinya ke dalam dasar foveola gastrika. Setiap kelenjar
gastrik memiliki bagian isthmus, leher, dan bagian dasar. Distribusi sel-sel epitel dalam kelenjar
gastrik tidak merata. Bagian isthmus, mengandung sel-sel mukosa berbeda yang bermigrasi dan
menggantikan sel mukosa permukaannya sedikit sel punca yang tidak terdiferensiasi, dan sel
parietal (oksintik). Bagian leher kelenjar terdiri atas sel-sel punca, sel leher mukosa, dan se1
parietal. dasar kelenjar mengandung sel parietal dan sel zimogen (chief). (Tortora, G.J.,
Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Dari scenario disebutkan bahwa teman Andi merasakan perutnya tidak nyaman disertai
mual dan lansung memuntahkan semua makanan yang ia telah makan ditengah perjalanan.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?selanjutnya akan dijelaskan mengenai mekanisme reflex
muntah.
Ada dua daerah anatomis di medula yang berperan dalam refleks muntah, yaitu CTZ
dan central vomiting centre (CVC). CTZ terletak di area postrema pada dasar ujung kaudal
ventrikel IV di luar sawar darah otak. Reseptor di daerah ini diaktifkan oleh zat-zat proemetik di
dalam sirkulasi darah atau di cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid, CSF). Sinyal eferen dari
CTZ dikirim ke CVC dan selanjutnya melalui nervus vagus sebagai jalur eferen, terjadilah
serangkaian reaksi simpatis- parasimpatis yang diakhiri dengan refleks muntah. CVC terletak
dekat nukleus traktus solitarius dan di sekitar formasio retikularis medula tepat di bawah CTZ.
Chemoreceptor trigger zone mengandung reseptor reseptor untuk bermacam-macam senyawa
neuroaktif yang dapat menyebabkan refleks muntah. (Guyton & Hall, 2012).

Muntah dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu fase preejeksi, fase ejeksi, dan fase
postejeksi. Fase preejeksi didominasi oleh rasa mual dan berhubungan dengan perubahan
otonomik dan gastrointestinal. Gejala awal yang terjadi adalah saliva kental, berkeringat, pucat
dan takikardi. Fase preejeksi bisa berakhir dalam menit, jam bahkan sampai beberapa hari,
seperti tampak pada pasien yang mendapat kemoterapi dan kehamilan, serta tidak selalu berakhir
dengan muntah. Fase ejeksi terdiri dari retching dan muntah. Retching merupakan aksi gerakan
inspiratori untuk melawan glottis yang menutup. Pada muntah kontraksi rektus abdominalis dan
otot obliquus eksternal menyebabkan lambung mengeluarkan isinya. Berbeda dengan retching,
muntah diikuti oleh peninggian diafragma dan gelombang tekanan positif thorak. Sfingter atas
esofagus dan esofagus relaksasi, otot abdomen dan diafragma berkontraksi, dan tekanan
intrathorak dan intraabdomen meningkat sekitar 100 mmHg. Fase postejeksi dinyatakan dengan
pemulihan muntah dan gejala sisa muntah. Muntah dapat muncul lagi dengan melalui fase
praejeksi dan ejeksi lagi (Guyton & Hall, 2012).

Rangsangan perifer dan sentral dapat mempengaruhi pusat muntah maupun CTZ.
Rangsang aferen yang berasal dari faring, traktus gastrointestinal, mediastinum, pelvis renalis,
peritoneum, dan genitalia dapat merangsang pusat muntah. Rangsangan sentral yang berasal dari
kortek cerebri, pusat kortek dan batang otak yang lebih tinggi, nukleus traktus solitarius, CTZ,
sistem vestibular di telinga tengah dan pusat penglihatan juga mempengaruhi pusat muntah
karena area postrema tidak memiliki sawar darah otak yang efektif, obat maupun bahan kimia
yang terdapat dalam darah atau cairan serebrospinal dapat secara langsung mempengaruhi CTZ.
Reseptor 5 hydroxytryptamine type 3 (5HT3), dopamin type 2 (D2), opioid dan neurokinin -1
(NK-1) ditemukan di CTZ. Nukleus traktus solitaries memiliki banyak reseptor enkefalin,
histaminergik (H1) dan muskarinik kolinergik (M). Reseptor-reseptor ini menyampaikan pesan
ke pusat muntah apabila terangsang (Guyton & Hall, 2012).

Pusat muntah mengatur impuls aferen melalui nervus vagus, nervus phrenicus dan
nervus spinalis pada otot-otot nafas dan abdominal untuk memulai reflek muntah. Area
postrema memiliki dua fungsi utama pada proses muntah yaitu memberi respon pada aferen
vagal baik secara langsung maupun tidak langsung dan mendeteksi bahan kimia yang dapat
menstimuli muntah di sirkulasi atau cairan serebro spinalis . Bahan-bahan yang bersifat
emetogenik dapat bersifat endogen (dopamin, asetilkolin dan enkefalin) atau eksogen (cisplatin,
copper sulfat dan emetine). Muntah yang dipicu oleh stress mungkin berhubungan dengan
pengeluaran epinefrin yang berlebih pada cerebro spinal fluid (CSF), kemudian mengaktivasi
area postrema untuk merangsang muntah. Pemberian katekolamin secara intracerebroventrikular
juga menunjukkan bahwa hal ini dapat merangsang muntah. Agen endogen dapat berkumpul
didalam darah atau CSF selama tingkat patologis, seperti uremia, yang berhubungan dengan
mual dan muntah (Guyton & Hall, 2012).

Lalu apa saja faktor yang menyebabkan muntah? Namun sebelumnya alangkah lebih baik jika
mengetahui terlebih dahulu apa itu muntah.

Muntah adalah kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Berbeda dari
regurgitasi (keluarnya isi lambung tanpa kontraksi), muntah disertai kontraksi pada lambung dan
otot perut. Muntah sendiri sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi gejala bahwa seseorang
sedang mengalami gangguan kesehatan. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi
dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Mual dan muntah biasanya merupakan gejala yang bisa disebabkan oleh banyak hal.
Kondisi ini adalah cara tubuh untuk membuang materi yang mungkin berbahaya dari dalam
tubuh. Obat-obatan tertentu seperti kemoterapi untuk kanker dan agen anestesi sering
menyebabkan mual muntah. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan
Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Penyakit gastroenteritis adalah penyebab paling umum yang mengakibatkan terjadinya


mual dan muntah. Gastroenteritis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus di perut.
Selain menyebabkan mual dan muntah, gastroenteritis biasanya juga menyebabkan diare.
(Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Muntah dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Konsumsi minuman beralkohol atau
makan terlalu banyak, dapat menyebabkan muntah. Namun demikian, hal tersebut bukan
merupakan kondisi yang perlu dikhawatirkan. (Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar
Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC)

Sejumlah gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan muntah meliputi:

• Sakit maag
• Mabuk perjalanan
• Keracunan makanan
• Sakit kepala atau migraine
• Mual pada awal masa kehamilan (morning sickness)
• Apendisitis (radang usus buntu)
• Obstruksi usus akibat hernia, ileus paralitik, atau batu empedu
• Batu ginjal
• Efek samping antibiotik, obat bius, atau kemoterapi
• Hiperglikemia (gula darah tinggi)
• Hipoglikemia (gula darah rendah)
• Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan
• Infeksi ginjal
• Infeksi telinga dalam, seperti labirinitis
• Meningitis.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pencernaan terbagi


menjadi dua kelompok yaitu saluran pencernaan (bagian atas dan bawah) dan organ pencernaan
tambahan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinu berupa tabung yang dikelilingi
otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil dan
menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Pada LBM ini membahas saluran pencernaan
atas, yang dimana terdiri dari mulut, faring, esofagus, dan lambung baik dari segi anatomi,
maupun histologi.

Muntah adalah gejala yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Kondisi ini adalah cara
tubuh untuk membuang materi yang mungkin berbahaya dari dalam tubuh. Muntah dapat
dibedakan menjadi 3 fase, yaitu fase preejeksi, fase ejeksi, dan fase postejeksi. Ada dua daerah
anatomis di medula yang berperan dalam refleks muntah, yaitu CTZ dan central vomiting
centre (CVC).
DAFTAR PUSTAKA

Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Jakarta.
Sherwood,LZ. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 9. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, Bryan. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. EGC

Anda mungkin juga menyukai