Biografi Guberbur Suryo
Biografi Guberbur Suryo
Awal karirnya
karirnya dirintis saat
saat ia bekerja sebagai
sebagai pamong
pamongpraja
praja di Ngawi,
Ngawi, Kemudian sebagai
sebagai
mantri di Madiun, dan pada masa penjajahan belanda sebagai bupati Magetan. Pada
masa penjajahan jepang, suryo diangkat sebagai Syucokan (Residen) di Bojonegoro.
R.M. Suryo kemudian diangkat sebagai Gubernur Jawa Timur pertama setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ibukota Provinsi Jawa Timur ini berkedudukan di
kota Surabaya.
Sekutu menjadi amat marah dan mendatangkan pasukan tambahan di bawah pimpinan
Mayjend R.C. Mansergh. Tanggal 9 November 1945, sekutu mengultimatum agar para
pejuang surabaya menyerah. Masih di tanggal yang sama, R.M. Suryo segera
melakukan turun rembuk dengan tentara keamanan rakyat (TKR). Hasilnya, 9
November 1945, pukul 23.00 Wib melalui siaran radio R.M. Suryo menyatakan meolak
ultimatum inggris. R.M. Suryo juga memerintahkan rakyat surabaya untuk siap
berperang melakukan perlawanan. Maka pada tanggal 10 November 1945 terjadilah
pertempuran besar-besran yang sering disebut sebagai Pertempuran 10 November.
Tahun 1947, R.M. Suryo diangkat sebagai anggota Dewan Petimbangan Agung (DPA).
Tanggal 10 september 1948, R.M. Suryo di culik dan dibunuh oleh gerombolan PKI
disaat sedang melakukan perjalanan dinas ke Ngawi. Ketika itu PKI sedang bersiap
untuk melakukan pemberontakan. R.M. Suryo mendapat gelar Pahlawan Kemerdekaan
Nasional seperti
seperti tertera
tertera pada SK
SK Presiden RI Bo. 294 Tahun 1964.
Biografi Singkat :
Pada 22 Desember 1951, sebuah majalah ibu kota memuat artikel yang secara keras
mengkritik para tokoh Islam. Penulisnya adalah Ma’mun Bingung. Di bawah judul
tulisan “Umat Islam Indonesia Menunggu Ajalnya, tetapi Pemimpin -pemimpinnya Tidak
T ahu”
ahu” , Ma’mun Bingung menguraikan dua peristiwa yang dinilai mengandung isyarat
penting.
Peristiwa pertama adalah adanya konferensi yang dihadiri para profesor Kristen se-Asia
yang berlangsung di Priangan. Dan kedua, peristiwa peletakan batu pertama
pembangunan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang dilakukan
oleh presiden (rektor) universitas negeri itu, Prof. Dr. Sardjito. Dalam pertemuan
profesor se-Asia, secara terbuka disampaikan rencana menjadikan Indonesia sebagai
negara Kristen. Sedangkan dalam kegiatan peletakan batu pertama kampus UGM, ada
seorang tokoh yang mengusulkan sesuatu yang dinilai aneh. Karena kampus UGM
terletak di antara Candi Borobudur dan Candi Prambanan, maka demikian usulnya,
kelak dia harus bisa menjelmakan (reinkarnasi) kedua candi itu.