Anda di halaman 1dari 23

Makalah Statistik Pendidikan

“Validitas Data”

Kelompok 1

Dodi Dermawan (19129107)


Hazizah Zafira (19129124)
Ira Oktaviani (19129027)

19 BKT 08

Dosen Pengampu
Dr.Hj.Yanti Fitria,S.Pd.,M.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Statistik Pendidikan yang
berjudul “Validitas Data”.Salawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
karena berkat beliau lah kita bisa merasakan ilmu pengetahuan pada sekarang ini.Pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada ibuk sebagai dosen pengampu mata
kuliah Statistik Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada
kami.

Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasanya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah
ilmu pendidikan. Terima kasih.

Bukittinggi,7 november 2021

Kelompok 1

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Validitas ............................................................................. 2


B. Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar ..................................... 2
1. Pengujian validitas tes secara rasional ........................................... 2
a. Validitas isi .............................................................................. 3
b. Validitas konstruksi ................................................................. 3
2. Pengujian Validitas Tes Secara Empiri.......................................... 3
a. Validitas ramalan ..................................................................... 4
b. Validitas bandingan ................................................................. 11
C. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar ............................. 16
1. Pengertian Validitas Item ............................................................... 16
2. Teknik pengujian validitas item tes hasil belajar ........................... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19

Daftar Rujukan ................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran
yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini
memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak
mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bisa,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman.
Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta
pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya
tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja
harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan
disebut dengan validitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka didapatkan rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian validitas!
2. Jelaskan bagaimana teknik pengujian validitas hasil belajar!
3. Jelaskan bagaimana teknik pengujian validitas item hasil belajar!
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian validitas
2. Menjelaskan teknik pengujian validitas hasil belajar
3. Menjelaskan teknik pengujian validitas item hasil belajar

1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu
instrument. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

B. Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar


Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berfikir secara
rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua,
penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris,
diamana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empiricial analysis.
1. Pengujian validitas tes secara rasional
Tes hasil belajar yang setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata
memiliki daya ketepatan mengukur disebut tes hasil belajar yang telah memiliki
validitas logika (logical validity) .Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh
atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis.
Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas
rasional apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes
hasil belajar itu (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional
ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu segi isinya dan segi
susunan atau konstruksinya.
a. Validitas isi
Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai
alat ukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur
hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara respresentatif
terhadap keseluruan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya.
b. Validitas konstruksi
Secara etimologis, kontruksi mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan.
Dengan demikian, validitas kontruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik
dari segi susunan, kerangka atau rekaan.
Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan telah
memiliki validitas kontruksi, apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi
susunan,kerangka atau rekaannya.
Istilah validitas kontruksi (susunan) bukan berarti bahwa tes yang
bersangkutan dipandang sudah baik susunan kalimat soalnya, atau keruntutan
butir-butir soalnya. Melainkan apabila butir-butir soal atau item yang membangun

2
tes tersebut benar-benar dapat secara tepat mengukur aspek-aspek psikomotorik
(seperti; aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan sebagainya)

2. Pengujian validitas tes secara empiric


Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang dihasilkan dari analisis yang
bersifat empirik. Validitas yang diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.Untuk
mengetahui hasil belajar sudah memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat
dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu: dari segi daya ketepatan meramalnya
(predictive validity) dan daya ketepatan bandingnya (concurrent validity).

Dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan mengkukur yang didasarkan


pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah
validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.
Bertitik tolak dari itu, maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas
empirik apabila berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di
lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur
hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empirik
ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi daya
ketepatan meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya
(concurrent validity).
a. Validitas Ramalan (predictive validity)
Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan”, maka di dalamnya akan
terkandung pengertian mengenai “sesutau yang bakal terjadi di masa mendatang”
atau “sesuatu yang pada saat sekarang ini belum terjadi, dan baru akan terjadi
pada waktu-waktu yang akan dating”. Apabila istilah “ramalan” itu dikaitkan
dengan validitas tes, maka yang dimaksud dengan validitas ramalan dari suatu tes
adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat
dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang
bakal terjadi pada masa mendatang.
Tes seleksi penerimaan calon mhasiswa baru pada sebuah perguruan tinggi
misalnya, adalah suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan
studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan di perguruan
tinggi pada masa-masa yang akan datang. Berdasarkan nilai-nilai hasil tes seleksi
yang tinggi (= baik) yang berhasil diraih oleh para peserta tes seleksi tersebut,
maka mereka dinyatakan lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa pada
perguruan tinggi tadi; sedangkan (= jelek), dinyatakan tidak lulus dan karenanya
tidak dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru di perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Kalau saja kita mau menyimak keputusan yang telah diambil oleh Panitia
Pelaksana Tes Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru untuk meluluskan para
peserta tes yang memiliki nilai-nilai yang tinggi atau aik itu, maka dalam
keputusan itu sebenarnya telah terkandung adanya ramalan atau prediksi; yaitu
bahwa mereka yang dinyatakan lulus dalam tes seleksi itu, diramalkan kelak akan

3
menjadi mahasiswa yang sukses dalam mengikuti program pendidikan di
perguruan tinggi tersebut. Begitu pula halnya dengan keputusan yang telah
diambil oleh panitia untuk menyatakan tidak lulus bagi para peserta tes seleksi
yang nilai-nilai hasil tes seleksinya rendah, sebenarnya di dalam keputusan itu
juga telah terkandung adanya ramalan, bahwa dengan nilai-nilai hasil tes seleksi
yang rendah itu, adalah tidak mungkin mereka akan memperoleh prestasi puncak
dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tadi, atau akan
mengalami kendala dalam studi.
Yang menjadi pokok permasalahan sekarang ialah, bagaimana cara yang dapat
ditempuh agar kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa suatu tes telah memiliki
validitas ramalan? Apabila kita perhatikan contoh yang telah dikemukakan di
atas, dimana para peserta tes seleksi dengan nilai-nilai yang baik diramalkan
kelak akan menjadi mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang baik pula,
maka dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa validitas ramalan
itu ditandai dengan adanya kesejajaran, kesesuaian, atau kesamaan arah antara
nilai-nilai hasil tes seleksi yang diperoleh pada masa kini dengan nilai-nilai hasil
belajar mereka kelak (setelah mereka diterima menjadi mahasiswa).
Apabila tes seleksi yang telah dikemukakan di atas adalah merupakan tes yang
sedang dipersoalkan validitas ramalannya, sedang nilai-nilai hasil belajar para
mahasiswa di perguruan tinggi itu ditetapkan sebagai kriterium, tolak ukur, atau
alat pembandingnya, maka dengan kenyataan-kenyataan seperti telah
dikemukakan di atas, ternyata terdapat kesesuaian atau kesejajaran arah antara tes
yang sedang diselidiki atau diuji validitasnya dengan kriteriumnya. Dengan kata
lain terdapat hubungan searah yang sangat erat antara tes yang sedang diuji
validitasnya dengan kriterium yang telah ditentukan.karena nilai-nilai hsil tes
seleksi itu berjalan searah atau sejajar dengan nilai-nilai hasil belajar di perguruan
tinggi, maka hubungan di antara kedua variabl tersebut adalah termasuk dalam
kategori hubungan searah, yang dalam ilmu statistik dikenal dengan istilah
korelasi positif.
Berlandaskan pada uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa untuk mengetahui
apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas ramalan ataukah belum, dapat ditempuh dengan cara: mencari kolerasi
antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium
yang ada. Jika di antara kedua variabel tersebut terdapat kolerasi positif yang
signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu,
dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang
tepat, artinya: apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata
dalam praktek.
Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji
validitas ramalannya dengan kriterium yang telah ditentukan itu, cara sederhana
yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis
Korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Hipotesis nihil (HO) yang akan
diuji, dirumuskan dalam susunan kalimat sebagai berikut: “Tidak terdapat
korelasi positif yang signifikan, antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas

4
ramalannya (= variabel X), dengan kriterium yang telah ditentukan (= variabel
Y)”.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh, misalnya Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan pada sebuah perguruan tinggi, ingin menguju validitas
ramalan dari tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik
1988/1989. Sebagai sampelnya ditetapkan 100 orang peserta tes seleksi tahun
akademik 1988/1989.
Hasil pengumpulan dan pencatatan data berupa nilai-nilai hasil tes seleksi
dalam mata ujian bahasa Arab (= variabel X) dan nilai rata-rata hasil ujian akhir
semester I sampai dengan semester IV dalam mata kuliah bahasa Arab (= variabel
Y) dari 100 orang mahasiswa yang telah ditetapkan secara random sebagai
sampel penelitian adalah seperti tertera pada table 5.1. berikut ini:
Tabel 5.1 Nilai hasil tes seleksi bahasa Arab (variabel X) dan nilai rata-rata
hasil belajar bahasa Arab di fakultas (variabel Y) yang berhasil
dicapai oleh 100 orang mahasiswa.

Hipotesis nihil(Ho) yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan


sebagai berikut: “Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan ,antara
variabel X dengan variabel Y”

Adapun langkah-langkah perhitungan dalam rangka penganalisian validitas tes


seleksi penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik 1988/1989 itu adalah
sebagai berikut:

Langkah 1 : Menyiapkan Peta Korelasi(Scatter Diagram) dalam rangka mencari angka


indeks korelasi rxy .

5
Dari peta
korelasi diatas telah diketahui:

Langkah II : Mencari(menghitung) nilai korelasi pada x’ atau Cx’ dengan rumus :

Telah diketahui : fx’= - 28 dan N=100


−28
Jadi C𝑥′ = = -0,28
100

Langkah III : Mencari (menghitung) nilai koreksi pada y’ atau Cy’ dengan rumus:

Telah diketahui : fy’ = -168 dan N=100

6
Langkah IV : Menghitung SDx’ dengan rumus:

Telah diketahui: i=1 fx’2 = 680 fx’= 18 N=100

Langkah V : Menghitung Sdy’ dengan rumus

Telah diketahui i=1 fy’2 = -168 N=100

Langkah VI : Menghitung angka indeks korelasi rxy dengan rumus:

7
Langkah VII : Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi hasil
perhitungan (rxy) atau robservasi (r0) , dengan menggunakan derajat
kebebasan(db) sebesar N-nr,yaitu 100-2 = 98 .Dengan memeriksa tabel nilai
“r” product moment ternyata bahwa db sebesar 98 tidak terdapat dalam
tabel,sehingga kita gunakan db yang terdekat dengan db 98,yaitu db sebesar
100.

Dengan db sebesar 100 diperoleh harga rtabel atau rt sebagai berikut:

Pada taraf signifikansi 5% rt = 0,195

Pada taraf signifikansi 1% rt = 0,254

Ternyata r hasil observasi(r0) sebesar 0,581 adalah jauh lebih besar


ketimbang r hasil perhitungan (rt) ; atau: 0,195 [0,581] 0,254 .Dengan
demikian hipotesis nihil(H0) ditolak.Berarti diantara variabel X dan
Variabeel Y terdapat korelasi positif yang signifikan,baik pada taraf
signifikansi 5% maupun 1%.

Langkah VIII : Menarik Kesimpulan

Bertitik tolak dari hasil-hasil perhitungan diatas,pada akhirnya dapat ditarik


kesimpulan bahwa tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru tahun
akademik 1988/1989 yang sedang diuji validitas ramalannya,ternyata secara
empirik telah dapat dibuktikan kebenarannya,dalam arti bahwa tes tersebut
sudah memiliki validitas ramalan yang mantap atau meyakinkan.

b. Validitas Bandingan (Concurrent Validity)


Tes sebagai alat pengukur yang dapat dikatakan telah memiliki
validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan
secara tepat telah menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes
pertama dengan tes berikutnya. Validatas bandingan juga sering dikenal
dengan istilah : sama saat, validitas pengalaman atau validitas ada sekarang.

8
1. Dikatakan saat sama, sebab validitas tes itu ditentukan atas dasar data
hasil tes yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang sama (=
jangka pendek).
2. Dikatakan validitas pengalaman, sebab validitas tes tersebut ditentukan
atas dasar pengalaman yang telah diperoleh.
3. Validitas tes ada sekarang, sebab setiap kali kita menyebut istilah
pengalaman, maka istilah itu akan selalu kita kaitkan dengan hal-hal yang
telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu, sehingga
data mengenai pengalaman masa lalu itu pada ssat sekarang ini sudah ada
di tangan.

Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan


pengalaman yang diperoleh pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil
tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai
hubungan searah deng hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang
memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan.
Apabila pernyataan di atas dikaitkan dengan uraian tentang validitas ramalan
(predictitive validity), maka dapat dipahami bahwa baik validitas ramalan
maupun validitas bandingan, kedua-duanya merupakan validitas yang ditinjau
dalam hubungannya dengan alat pengukur lain yang dipandang sebagai kriterium,
sebagai pegangan atau patokan dalam menentukan tinggi rendahnya validitas alat
pengukur yang sedang diteliti. Jika kriterium yang dihubungkan itu terdapat pada
waktu yang akan datang, maka validitasnya disebut validitas ramalan. Sebaliknya,
apabila kriterium itu terdapat atau tersedia pada saat sekarang atau pada kurun
waktu yang bersamaan dengan alat pengukur yang sedang diuji validitasnya,
maka validitas seperti itu disebut validitas bandingan.
Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada/tidaknya
hubungan yang searah antara tes pertama denga tes berikutnya, dapat digunakan
teknik analisis korelasi product moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara
variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan
signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas bandingan.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh bagaimana cara melakukan pengujian
validitas bandingan. Misalnya pada tanggal 1 Agustus 1994 sebanyak 20 orang
siswa Madrasah Aliyah dihadapkan pada tes formatif dalam mata pelajaran
Dirasah Islamiah. Nilai-nilai hasil tes yang berhasil mereka peroleh adalah
sebagaimana tertera pada Tabel 5.2. berikut ini :

TABEL 5.2.
Nilai-nilai hasil tes formatif dalam mata pelajaran Dirasah Islamiah
yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN, pada tanggal 1 Agustus 1994.

9
Dua minggu kemudian, yaitu pada tanggal 15 Agustus 1994, tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, 20 orang siswa Madrasah Aliayah tersebut di atas
dihadapakan pada tes formatif kedua dalam mata pelajaran yang sama dan dengan
menggunaka butir-butir soal yang sama dengan butir-butir soal yang telah
dikeluarkan pada tes formatif pertama. Dari tes formatif kedua itu, diperoleh
nilai-nilai hasil tes sebagaimana disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :
TABEL 5.3.
Nilai-nilai hasil tes formatif II dalam mata pelajaran Dirasah Islamiah
yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN, pada tanggal 15 Agustus 1994.

Dalam rangka menguji validitas bandingan dari tes formatif di atas, diajukan
hipotesis nihil : “Tidak terdapat korelatif positif yang signifikan antara nilai-nilai
hasil tes formtif I (variabel X) dengan nilai-nilai hasil tes formtif II (variabel Y).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari angka korelasi “r” product
moment (𝑟𝑥𝑦 ), dengan derajat kebebasan sebesar (N-2), pada taraf signifikansi
1%, dengan ketentuan bahwa jika 𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟𝑜 sama atau lebih besar daripada
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝑟𝑡 maka hipotesis ditolak : berarti diantara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi positif yang signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat
dinyatakan valid, dalam arti telah memiliki validitas bandingan yang mantap atau
meyakinkan.
Sebaliknya, jika 𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟𝑜 lebih kecil daripada 𝑟𝑡 , maka hipotesis nihil
disetujui, berarti tidak terdapat korelasi positif yang sigifikan diantara kedua
validitas bandingannya itu kita nyatakan sebagai tes yang invalid (belum
memiliki validitas bandingan yang mantap). Untuk mengetahui besarnya 𝑟𝑜
terlebih dahulu dilakukan perhitungan-perhitungan sebagaiman tertera Tabel 5.4
berikut ini :

10
TABEL 5.4 : Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh angka indeks
korelasi 𝑟𝑥𝑦 .
Nama Siswa X Y XY X2 Y2
A 5 5 25 25 25
B 7 7 49 49 49
C 4 5 20 16 25
D 8 9 72 46 81
E 6 7 42 36 49
F 3 4 12 9 16
G 8 10 80 64 100
H 7 8 56 49 64
I 9 9 81 81 81
J 4 6 24 16 36
K 6 8 48 36 64
L 5 6 30 25 36
M 6 7 42 36 49
N 5 6 30 25 36
O 6 7 42 36 49
P 7 7 49 49 49
Q 4 5 20 16 25
R 6 7 42 36 49
S 5 7 35 25 49
T 9 9 81 81 81
20 = N 120 = 130 = 880 = 774 = ∑X 1087 = ∑Y2
2

∑X ∑Y ∑XY

𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
(20 x 880)−(120 x 130)
=
√{20 x 774− 1202 } {20 x 1087− 1302 }
17600−15600
=
√{15480−14400} {21740−16900}
2000 2000
= = 2286,3071 = 0,875
√1080 x 4840
Interpretasi : db = N-nr
= 20 – 2
= 18 (konsultasi tabel nilai “r” product moment)
Dengan db sebesar 18, diperoleh harga “r” tabel sebagai berikut :
Pada taraf signifikansi 5% : 𝑟𝑡 = 0,444
Pada taraf signifikansi 1% : 𝑟𝑡 = 0,561
Dengan demikian 𝑟𝑜 lebih besar daripada 𝑟𝑡 (0,444 [0,875] 0,561). Dengan
demikian hipotesis nihil ditolak ; berarti antara variabel X dengan variabel Y terdapat
korelasi positif yang signifikan.

11
Kesimpulan : Karena terdapat hubungam searah (korelasi positif) yang signifikan,
maka tes formatif yang sedang diuji validitas bandingannya itu dapat
dinyatakan sebagai tes yang valid.
C. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS ITEM TES HASIL BELAJAR
1. Pengertian Validitas Item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur
yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes
sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut.
Apabila kita mau memperhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil belajar
yang dibuat atau dsusun oleh para pengajar, baik guru, dosen, staf pengajar lainnya,
sebenarnya adalah kumpulan dari sekian banyak butir-butir item; dengan item mana
para penyusun tes ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai
oleh masing-masing individu peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pernyataan ini mengandung makna,
bahwa sebenarnya setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu adalah bagian
tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu totalitas.
Validitas tes akan sangat dipengaruhi oleh atau sangat tergantung pada
validitas yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang membangun tes tersebut.
Makna yang terkandung dalam pernyataan itu lebih lanjut adalah, bahwa validitas dari
masing-masing butir item yang membangun tes itu, akan dapat diketahui dengan jalan
melihat besar kecilnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing butir item yang
bersangkutan terhadap tes sebagai keseluruhan.
Persoalan validitas akan muncul jika setelah dlakukan uji validitas tes terhadap tes
yang dijadikan alat pengukur itu ternyata menghasilkan kesimpulan tes hasil belajar
itu validitasnya sangat rendah, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori tes hasil
belajar yang invalid.
Dalam rangka “mawas diri”, penyusun tes hasil belajar perlu melakukan
penelusuran kembali terhadap tes hasil belajar yang telah dijadikan sebagai alat
pengukur hasil belajar bagi peserta didik, yang ternyata tidak memiliki daya ketepatan
mengukur seperti yang diharapkan. Penelusuran atau pelacakan kembali itu dilakuakn
oleh penyusun tes, guna mengetahui butir-butir item mana sajakah dari keseluruhan
butir item yang telah dikeluarkan dalam tes hasil belajar, yang telah menyebabkan
rendahnya validitas tes tersebut sebagai suatu totalitas.

2. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar


Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat
dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki
kesesuaian atau kesejajaran arah denga skor totalnya; atau dengan bahasa statistik:
ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor total
di sisni berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor
item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variable). Maka untuk
sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu
valid ataukah tidak, dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya.

12
Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti
mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Persoalan berikutnya ialah, memilih dan menentukan jenis teknik korelasi
yang dipandang tepat untuk digunakan dalam rangka uji validitas item itu. Seperti
diketahui, pada tes obyektif makna hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul
dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1 (satu),
sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini,
yaitu: betul-salah, ya-tidak atau yang sejenis dengan itu, dalam dunia ilmu statistik
dikenal dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Sedangkan skor total
yang dimiliki oleh masing-masing individu testee adalah hasil penjumlahan dari setiap
skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1
+ 1 + 0 + 0 + 1 = 6) itu adalah data kontinyu.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret murni atau data
dikotomik, sedangkan variabel II berupa data kontinu, maka teknik korelasi yang
tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II itu
adalah teknik korelasi point biserial, di mana angka indeks korelaso yang diberi
lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

𝐌𝐩−𝐌𝐭 𝐩
𝐫𝐩𝐛𝐢 = √𝐪
𝐒𝐃𝐭

Dimana:

rpbi = koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi


antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien
validitas item.
Mp = skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang
bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt = skor rata-rata dari skor total.
SDt = deviasi standar dari skor total.
p = proporsi testee yang mnejawab betul terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
Contoh:

Misalnya 20 orang testee dihadapkan pada tes obyektif bentuk Multiple


Choice Item yang menghidangkan 10 butir item, dimana untuk setiap item yang
dijawab betul diberi skor 1, sedangkan untuk setiap butir item yang dijawab salah
diberi skor 0.Setelah tes berakhir, dilakukan koreksi dan dihitung skornya, diperoleh
data hasil tes sebagaimana tertera pada tabel 5.5 berikut ini.

Tebel 5.5. Penyebaran skor hasil tes yang diikuti oleh 20 orang testee dengan
menyajikan 10 butir item bentuk multiple choice item.

13
Dalam rangka uji validitas item untuk 10 butir item tes hasil belajar tersebut di
atas, maka tabel di atas perlu diubah dan disempurnakan menjadi tabel analisis
yang dapat digunakan untuk mencari: MP , Mt , SDt , p, dan q.

Langkah 1:

Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas item no 1 sampai


dengan no 10. (Lihat Tabel 5.6)

Langkah II:

Mencari mean dari skor total, yaitu Mt dengan menggunakan rumus:


Σ Xt
Mt = N

Telah diketahui : ΣX𝑡 = 130 dan N = 20. Jadi :

14
130
Mt = = 6,5
20

Langkah III:

Mencari deviasi standar total, yaitu SDt dengan menggunakan rumus:

Telah diketahui: 𝛴xt2 = 934 ΣXt = 130 dan N= 20

Jadi:

Langkah IV:

Mencari (menghitung) Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 10,
yang untuk meringkas pembicaraan, dituangkan dalam Tabel 5.7.

Langkah V:

Mencari (mengitung) koefisien korelasi rpbi dari item nomor 1 sampai dengan
nomor 10, dengan menggunakan rumus:

𝐌𝐩−𝐌𝐭 𝐩
Rumus: 𝐫𝐩𝐛𝐢 = √𝐪
𝐒𝐃𝐭

15
Untuk meringkas pembicaraan, hasil-hasil perhitungan rpbi disajikan dalam Tabel
5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Perhitungan-perhitungan untuk mengetahui koefisien korelasi rpbi


dalam rangka uji validitas item nomor 1 sampai dengan nomor 10.

16
*Catatan:

Dalam pemberian interpretasi terhadap rpbi ini digunakan db sebesar (N-nr),


yaitu=20-2=18. Derajat kebebasan sebesar 18 itu lalu dikonsultasikan kepada
tabel nilai”r” product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi
1%. Hasilnya adalah sebagai berikut:

rtabel atau rt pada taraf signifikansi 5% = 0,444

rtabel atau rt pada taraf signifikansi 1% = 0,561

Bertitik tolak dari hasil analisis tersebut di atas, ternyata dari sebanyak 10
burtir soal yang diuji validitasnya, 7 butir item diantaranya telah dapat dinyatakan
sebagai item yang valid, yaitu item nomor 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10. Sedangkan 3 butir
item lainnya, yakni butir item nomor 2, 3, dan 6 merupakan item yang invalid.

Akhirnya, sebagai penutup dari pembicaraan mengenai validitas tes dan


validitas item, pada halaman berikut ini disajikan sebuah bagan yang merupakan
ikhtisar dari pembicaraan pada bab ini.

17
18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang
berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan.
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi
(content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen
yang digunakan dalam suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal
maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor
Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir
soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya

B. Saran
Semoga pembahasan tentang validitas data diatas,dapat menambah khazanah
ilmu tentang bagaimana mencari validitas data.

19
Daftar Rujukan

Afandi, Muhamad. 2013. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang : Sultan


Agung Press.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Sudijono,Anas.2009.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Usman,Husaini dkk.2011. Pengantar Statistika .Jakarta : Bumi Aksara.

20

Anda mungkin juga menyukai