“Validitas Data”
Kelompok 1
19 BKT 08
Dosen Pengampu
Dr.Hj.Yanti Fitria,S.Pd.,M.Pd
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Statistik Pendidikan yang
berjudul “Validitas Data”.Salawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
karena berkat beliau lah kita bisa merasakan ilmu pengetahuan pada sekarang ini.Pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada ibuk sebagai dosen pengampu mata
kuliah Statistik Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada
kami.
Kami telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun kami menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasanya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini. Kiranya isi makalah ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah
ilmu pendidikan. Terima kasih.
Kelompok 1
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran
yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini
memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak
mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bisa,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman.
Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta
pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya
tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja
harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan
disebut dengan validitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka didapatkan rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian validitas!
2. Jelaskan bagaimana teknik pengujian validitas hasil belajar!
3. Jelaskan bagaimana teknik pengujian validitas item hasil belajar!
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian validitas
2. Menjelaskan teknik pengujian validitas hasil belajar
3. Menjelaskan teknik pengujian validitas item hasil belajar
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu
instrument. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
2
tes tersebut benar-benar dapat secara tepat mengukur aspek-aspek psikomotorik
(seperti; aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan sebagainya)
3
menjadi mahasiswa yang sukses dalam mengikuti program pendidikan di
perguruan tinggi tersebut. Begitu pula halnya dengan keputusan yang telah
diambil oleh panitia untuk menyatakan tidak lulus bagi para peserta tes seleksi
yang nilai-nilai hasil tes seleksinya rendah, sebenarnya di dalam keputusan itu
juga telah terkandung adanya ramalan, bahwa dengan nilai-nilai hasil tes seleksi
yang rendah itu, adalah tidak mungkin mereka akan memperoleh prestasi puncak
dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tadi, atau akan
mengalami kendala dalam studi.
Yang menjadi pokok permasalahan sekarang ialah, bagaimana cara yang dapat
ditempuh agar kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa suatu tes telah memiliki
validitas ramalan? Apabila kita perhatikan contoh yang telah dikemukakan di
atas, dimana para peserta tes seleksi dengan nilai-nilai yang baik diramalkan
kelak akan menjadi mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang baik pula,
maka dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa validitas ramalan
itu ditandai dengan adanya kesejajaran, kesesuaian, atau kesamaan arah antara
nilai-nilai hasil tes seleksi yang diperoleh pada masa kini dengan nilai-nilai hasil
belajar mereka kelak (setelah mereka diterima menjadi mahasiswa).
Apabila tes seleksi yang telah dikemukakan di atas adalah merupakan tes yang
sedang dipersoalkan validitas ramalannya, sedang nilai-nilai hasil belajar para
mahasiswa di perguruan tinggi itu ditetapkan sebagai kriterium, tolak ukur, atau
alat pembandingnya, maka dengan kenyataan-kenyataan seperti telah
dikemukakan di atas, ternyata terdapat kesesuaian atau kesejajaran arah antara tes
yang sedang diselidiki atau diuji validitasnya dengan kriteriumnya. Dengan kata
lain terdapat hubungan searah yang sangat erat antara tes yang sedang diuji
validitasnya dengan kriterium yang telah ditentukan.karena nilai-nilai hsil tes
seleksi itu berjalan searah atau sejajar dengan nilai-nilai hasil belajar di perguruan
tinggi, maka hubungan di antara kedua variabl tersebut adalah termasuk dalam
kategori hubungan searah, yang dalam ilmu statistik dikenal dengan istilah
korelasi positif.
Berlandaskan pada uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa untuk mengetahui
apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas ramalan ataukah belum, dapat ditempuh dengan cara: mencari kolerasi
antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium
yang ada. Jika di antara kedua variabel tersebut terdapat kolerasi positif yang
signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu,
dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang
tepat, artinya: apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata
dalam praktek.
Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji
validitas ramalannya dengan kriterium yang telah ditentukan itu, cara sederhana
yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis
Korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Hipotesis nihil (HO) yang akan
diuji, dirumuskan dalam susunan kalimat sebagai berikut: “Tidak terdapat
korelasi positif yang signifikan, antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas
4
ramalannya (= variabel X), dengan kriterium yang telah ditentukan (= variabel
Y)”.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh, misalnya Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan pada sebuah perguruan tinggi, ingin menguju validitas
ramalan dari tes seleksi penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik
1988/1989. Sebagai sampelnya ditetapkan 100 orang peserta tes seleksi tahun
akademik 1988/1989.
Hasil pengumpulan dan pencatatan data berupa nilai-nilai hasil tes seleksi
dalam mata ujian bahasa Arab (= variabel X) dan nilai rata-rata hasil ujian akhir
semester I sampai dengan semester IV dalam mata kuliah bahasa Arab (= variabel
Y) dari 100 orang mahasiswa yang telah ditetapkan secara random sebagai
sampel penelitian adalah seperti tertera pada table 5.1. berikut ini:
Tabel 5.1 Nilai hasil tes seleksi bahasa Arab (variabel X) dan nilai rata-rata
hasil belajar bahasa Arab di fakultas (variabel Y) yang berhasil
dicapai oleh 100 orang mahasiswa.
5
Dari peta
korelasi diatas telah diketahui:
Langkah III : Mencari (menghitung) nilai koreksi pada y’ atau Cy’ dengan rumus:
6
Langkah IV : Menghitung SDx’ dengan rumus:
7
Langkah VII : Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi hasil
perhitungan (rxy) atau robservasi (r0) , dengan menggunakan derajat
kebebasan(db) sebesar N-nr,yaitu 100-2 = 98 .Dengan memeriksa tabel nilai
“r” product moment ternyata bahwa db sebesar 98 tidak terdapat dalam
tabel,sehingga kita gunakan db yang terdekat dengan db 98,yaitu db sebesar
100.
8
1. Dikatakan saat sama, sebab validitas tes itu ditentukan atas dasar data
hasil tes yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang sama (=
jangka pendek).
2. Dikatakan validitas pengalaman, sebab validitas tes tersebut ditentukan
atas dasar pengalaman yang telah diperoleh.
3. Validitas tes ada sekarang, sebab setiap kali kita menyebut istilah
pengalaman, maka istilah itu akan selalu kita kaitkan dengan hal-hal yang
telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu, sehingga
data mengenai pengalaman masa lalu itu pada ssat sekarang ini sudah ada
di tangan.
TABEL 5.2.
Nilai-nilai hasil tes formatif dalam mata pelajaran Dirasah Islamiah
yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN, pada tanggal 1 Agustus 1994.
9
Dua minggu kemudian, yaitu pada tanggal 15 Agustus 1994, tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, 20 orang siswa Madrasah Aliayah tersebut di atas
dihadapakan pada tes formatif kedua dalam mata pelajaran yang sama dan dengan
menggunaka butir-butir soal yang sama dengan butir-butir soal yang telah
dikeluarkan pada tes formatif pertama. Dari tes formatif kedua itu, diperoleh
nilai-nilai hasil tes sebagaimana disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :
TABEL 5.3.
Nilai-nilai hasil tes formatif II dalam mata pelajaran Dirasah Islamiah
yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN, pada tanggal 15 Agustus 1994.
Dalam rangka menguji validitas bandingan dari tes formatif di atas, diajukan
hipotesis nihil : “Tidak terdapat korelatif positif yang signifikan antara nilai-nilai
hasil tes formtif I (variabel X) dengan nilai-nilai hasil tes formtif II (variabel Y).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari angka korelasi “r” product
moment (𝑟𝑥𝑦 ), dengan derajat kebebasan sebesar (N-2), pada taraf signifikansi
1%, dengan ketentuan bahwa jika 𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟𝑜 sama atau lebih besar daripada
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝑟𝑡 maka hipotesis ditolak : berarti diantara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi positif yang signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat
dinyatakan valid, dalam arti telah memiliki validitas bandingan yang mantap atau
meyakinkan.
Sebaliknya, jika 𝑟𝑥𝑦 atau 𝑟𝑜 lebih kecil daripada 𝑟𝑡 , maka hipotesis nihil
disetujui, berarti tidak terdapat korelasi positif yang sigifikan diantara kedua
validitas bandingannya itu kita nyatakan sebagai tes yang invalid (belum
memiliki validitas bandingan yang mantap). Untuk mengetahui besarnya 𝑟𝑜
terlebih dahulu dilakukan perhitungan-perhitungan sebagaiman tertera Tabel 5.4
berikut ini :
10
TABEL 5.4 : Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh angka indeks
korelasi 𝑟𝑥𝑦 .
Nama Siswa X Y XY X2 Y2
A 5 5 25 25 25
B 7 7 49 49 49
C 4 5 20 16 25
D 8 9 72 46 81
E 6 7 42 36 49
F 3 4 12 9 16
G 8 10 80 64 100
H 7 8 56 49 64
I 9 9 81 81 81
J 4 6 24 16 36
K 6 8 48 36 64
L 5 6 30 25 36
M 6 7 42 36 49
N 5 6 30 25 36
O 6 7 42 36 49
P 7 7 49 49 49
Q 4 5 20 16 25
R 6 7 42 36 49
S 5 7 35 25 49
T 9 9 81 81 81
20 = N 120 = 130 = 880 = 774 = ∑X 1087 = ∑Y2
2
∑X ∑Y ∑XY
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
(20 x 880)−(120 x 130)
=
√{20 x 774− 1202 } {20 x 1087− 1302 }
17600−15600
=
√{15480−14400} {21740−16900}
2000 2000
= = 2286,3071 = 0,875
√1080 x 4840
Interpretasi : db = N-nr
= 20 – 2
= 18 (konsultasi tabel nilai “r” product moment)
Dengan db sebesar 18, diperoleh harga “r” tabel sebagai berikut :
Pada taraf signifikansi 5% : 𝑟𝑡 = 0,444
Pada taraf signifikansi 1% : 𝑟𝑡 = 0,561
Dengan demikian 𝑟𝑜 lebih besar daripada 𝑟𝑡 (0,444 [0,875] 0,561). Dengan
demikian hipotesis nihil ditolak ; berarti antara variabel X dengan variabel Y terdapat
korelasi positif yang signifikan.
11
Kesimpulan : Karena terdapat hubungam searah (korelasi positif) yang signifikan,
maka tes formatif yang sedang diuji validitas bandingannya itu dapat
dinyatakan sebagai tes yang valid.
C. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS ITEM TES HASIL BELAJAR
1. Pengertian Validitas Item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur
yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes
sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut.
Apabila kita mau memperhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil belajar
yang dibuat atau dsusun oleh para pengajar, baik guru, dosen, staf pengajar lainnya,
sebenarnya adalah kumpulan dari sekian banyak butir-butir item; dengan item mana
para penyusun tes ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai
oleh masing-masing individu peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pernyataan ini mengandung makna,
bahwa sebenarnya setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu adalah bagian
tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu totalitas.
Validitas tes akan sangat dipengaruhi oleh atau sangat tergantung pada
validitas yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang membangun tes tersebut.
Makna yang terkandung dalam pernyataan itu lebih lanjut adalah, bahwa validitas dari
masing-masing butir item yang membangun tes itu, akan dapat diketahui dengan jalan
melihat besar kecilnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing butir item yang
bersangkutan terhadap tes sebagai keseluruhan.
Persoalan validitas akan muncul jika setelah dlakukan uji validitas tes terhadap tes
yang dijadikan alat pengukur itu ternyata menghasilkan kesimpulan tes hasil belajar
itu validitasnya sangat rendah, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori tes hasil
belajar yang invalid.
Dalam rangka “mawas diri”, penyusun tes hasil belajar perlu melakukan
penelusuran kembali terhadap tes hasil belajar yang telah dijadikan sebagai alat
pengukur hasil belajar bagi peserta didik, yang ternyata tidak memiliki daya ketepatan
mengukur seperti yang diharapkan. Penelusuran atau pelacakan kembali itu dilakuakn
oleh penyusun tes, guna mengetahui butir-butir item mana sajakah dari keseluruhan
butir item yang telah dikeluarkan dalam tes hasil belajar, yang telah menyebabkan
rendahnya validitas tes tersebut sebagai suatu totalitas.
12
Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti
mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Persoalan berikutnya ialah, memilih dan menentukan jenis teknik korelasi
yang dipandang tepat untuk digunakan dalam rangka uji validitas item itu. Seperti
diketahui, pada tes obyektif makna hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul
dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1 (satu),
sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini,
yaitu: betul-salah, ya-tidak atau yang sejenis dengan itu, dalam dunia ilmu statistik
dikenal dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Sedangkan skor total
yang dimiliki oleh masing-masing individu testee adalah hasil penjumlahan dari setiap
skor yang dimiliki oleh masing-masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1 + 0 + 1 + 0 + 1
+ 1 + 0 + 0 + 1 = 6) itu adalah data kontinyu.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data diskret murni atau data
dikotomik, sedangkan variabel II berupa data kontinu, maka teknik korelasi yang
tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II itu
adalah teknik korelasi point biserial, di mana angka indeks korelaso yang diberi
lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
𝐌𝐩−𝐌𝐭 𝐩
𝐫𝐩𝐛𝐢 = √𝐪
𝐒𝐃𝐭
Dimana:
Tebel 5.5. Penyebaran skor hasil tes yang diikuti oleh 20 orang testee dengan
menyajikan 10 butir item bentuk multiple choice item.
13
Dalam rangka uji validitas item untuk 10 butir item tes hasil belajar tersebut di
atas, maka tabel di atas perlu diubah dan disempurnakan menjadi tabel analisis
yang dapat digunakan untuk mencari: MP , Mt , SDt , p, dan q.
Langkah 1:
Langkah II:
14
130
Mt = = 6,5
20
Langkah III:
Jadi:
Langkah IV:
Mencari (menghitung) Mp untuk butir item nomor 1 sampai dengan nomor 10,
yang untuk meringkas pembicaraan, dituangkan dalam Tabel 5.7.
Langkah V:
Mencari (mengitung) koefisien korelasi rpbi dari item nomor 1 sampai dengan
nomor 10, dengan menggunakan rumus:
𝐌𝐩−𝐌𝐭 𝐩
Rumus: 𝐫𝐩𝐛𝐢 = √𝐪
𝐒𝐃𝐭
15
Untuk meringkas pembicaraan, hasil-hasil perhitungan rpbi disajikan dalam Tabel
5.8 berikut ini:
16
*Catatan:
Bertitik tolak dari hasil analisis tersebut di atas, ternyata dari sebanyak 10
burtir soal yang diuji validitasnya, 7 butir item diantaranya telah dapat dinyatakan
sebagai item yang valid, yaitu item nomor 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10. Sedangkan 3 butir
item lainnya, yakni butir item nomor 2, 3, dan 6 merupakan item yang invalid.
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang
berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan.
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi
(content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen
yang digunakan dalam suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal
maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor
Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir
soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya
B. Saran
Semoga pembahasan tentang validitas data diatas,dapat menambah khazanah
ilmu tentang bagaimana mencari validitas data.
19
Daftar Rujukan
20