Anda di halaman 1dari 10

Sains Peternakan Vol.

12 (2), September 2014: 76-85


ISSN 1693-8828    
 

Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap Penampilan


Kambing Kacang (Capra hircus)

A. Jaelani, T. Rostini, M. I. Zakir, Jonathan

Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan MAB


Jl. Adhyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin
Email : ach_jaelaniborneo@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penggunaan hijauan rawa fermentasi terhadap penampilan


Kambing Kacang telah dilaksanakan di kota Maraban dari Agustus sampai September 2013. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3
perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan (3×4) sehingga diperoleh 12 unit. Perlakuannya adalah
K1 (menggunakan 100% hijauan segar), K2 (menggunakan silase hijauan rawa), K3 (menggunakan
hijauan rawa haylage). Bobot badan kambing adalah rata-rata 11-14 kg. Hasil tes ANOVA
menunjukkan bahwa penggunaan hijauan rawa fermentasi lebih nyata mempengaruhi konsumsi pakan
(570,8 g/ekor/hari), dan berpengaruh nyata pada bobot badan akhir (16.3 kg) tetapi tidak berpengaruh
nyata pada rata-rata pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Perlakuan silase dari hijaun rawa
dapat meningkatkan konsumsi dan bobot badan akhir kambing kacang.

Kata kunci: hijauan rawa, silase, haylage, kambing kacang

Effect of Using Swamp Forages Fermentation to Kacang Goat (Capra hircus)Performance

ABSTRACT

The study effect of using swamp forages fermentation to Kacang Goat performance was
conducted in Marabahan City from August till September 2013. This study was used an experimental
method. The design used was a completely blocked design with 3 treatments and 4 Block as
replications (3x4) to obtain 12 units. The Treatment are K1 (using 100% fresh forage), K2 (using
silage of swamp forage), K3 (using haylage of swamp forage). The goat was average 11-14 kg body
weight.ANOVA test results showed that using of swamp forages fermentation more significantly affect
the feed consumption (570.8 g.goat-1.day-1), and significantly to final bodyweight (16.3 kg), but did not
significantly affect to average daily gain, and feed convertion. Treatment Silage of forage swamp
could be raise feed consumption and final body weight of Kacang goat.

Key words: Swamp forage, silage, haylage, Kacang goat

PENDAHULUAN hijauan melimpah, sedangkan pada musim


kemarau ketersediaan hijauan berkurang.
Pemenuhan kebutuhan pakan baik Hijauan rawa beragam jenisnya, sebagian
dari segi kualitas maupun kuantitas sangat dari yang telah teridentifikasi ternyata dapat
diperlukan karena pakan merupakan salah dikonsumsi ternak dan cukup disukai oleh
satu faktor penting dalam menunjang ternak ruminansia. Contoh hijauan rawa
produktifitas ternak kambing kacang. yang telah teridentifikasi adalah rumput
Kondisi ketersediaan hijauan di Indonesia kumpai minyak (Hymenachne
saat ini berfluktuatif, ketika musim hujan, amplexicaulis), rumput kumpai tembaga

76
 
 

(Hymenachne acutigluma), rumput bento ini dikarenakan, selain produk yang


rayap (Leersia hexandra SW.), rumput padi- dihasilkan lebih tahan lama, teknologi
padian (Oryza rufipogon), rumput aleman fermentasi bertujuan untuk meningkatkan
(Echinochloa polystachya), dan rumput daya cerna dan efisiensi pakan serta
kolonjono (Brachiaria muticum), (Mannetje mensyaratkan kadar air tinggi yang secara
and Jones, 1992). Walaupun demikian alami dimiliki oleh bahan pakan setelah
ketersediaan hijauan rawa baik rumput dipanen keadaan ini berdampak pada lebih
maupun leguminosa masih sangat terbatas ekonomisnya teknologi fermentasi.
karena musim, pada saat musim surut Tujuan Penelitian adalah
hijauan rawa sulit ditemukan. Hijauan rawa untukMengetahui pengaruh penggunaan
alami ini pada umumnya mengandung hijauan rawa fermentasi terhadap
keterbatasan dalam kandungan proteinnya, penampilan kambing kacang.
seperti yang dinyatakan oleh Martawijaya
(1990), rumput alam sangat terbatas MATERI DAN METODA
kandungan proteinnya yaitu berkisar 4%
dengan kandungan serat kasar yang cukup Waktu dan Tempat Penelitian
tinggi. Penelitian ini dilaksanakandi
Kambing kacang merupakan salah Kelurahan Barimba Kecamatan Kapuas Hilir
satu kambing asli Indonesia yang banyak Kabupaten Kapuas dan Laboraturium
dipelihara oleh masyarakat di pedesaan. Fakultas Pertanian Uniska, selama 8 minggu
Beberapa keunggulan kambing kacang dari bulan Agustus sampai dengan
adalah mudah beradaptasi dengan September 2013.
lingkungan baru terutama didaerah tropis,
kambing kacang adalah ternak ruminansia Ternak Percobaan
kecil yang efisien dalam mengkonversi Kambing kacang sebanyak 12 ekor
rumput menjadi daging, tahan terhadap dengan jenis kelamin jantan, umur 12-14
penyakit, dan reproduksi baik (Devendra dan bulan dengan kisaran bobot badan antara 11
Burns, 1994).Namun potensi ini belum sampai dengan 14 kg. Penentuan umur
optimal karena pertumbuhan kambing ternak didasarkan pada kondisi gigi seri
kacang relatif lambat, untuk itu perlu kambing yang masih temporer dan dalam
penerapan pola pemeliharaan ternak keadaan renggang. Kambing tersebut
kambing yang lebih intensif dengan diperoleh dari peternak dari Kapuas dan
pemeliharaan ternak dalam waktu singkat Banjarbaru.
dan menggunakan pakan bernutrien
tinggidengan pemberian hijauan rawa Kandang
fermentasi pada kambinguntuk Kandang yang digunakan pada
mendapatkan konsumsi pakan serta penelitian ini adalah kandang individual tipe
pertambahan bobot badan yang baik. panggung yang disekat dengan ukuran setiap
Sehubungan dengan kondisi tersebut, petak kandang untuk kambing kacang 0,7 ×
maka diperlukan teknologi yang dapat 1 m dan tinggi 1 m. Adapun bahan rangka
menyediakan pakan ternak secara dari kayu, lantai bambu dan atap daun
berkelanjutan dan berkualitas. Beberapa cara rumbia, bahan tersebut diperoleh dari sekitar
pengawetan hijauan untuk menyediakan lokasi penelitian,masing-masing kandang
hijauan sepanjang tahunantara lain: dilengkapi dengan bak pakan memanjang
pembuatan silase dan haylage (proses yang terbuat dari kayudan sebuah baskom
pengawetan hijauan dengan teknologi plastik tempat untuk kambing minum.
fermentasi anaerob). Dibandingkan dengan
teknologi pengeringan (hay), teknologi Pakan Ternak
fermentasi anaerob lebih sesuai untuk Pakan ternak yang diberikan selama
diterapkan dalam penyediaan pakan, kondisi penelitian terdiri dari hijauan rawa

 Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi … (Jaelani et al.) 77


 

jeniskumpai minyak (Hymenachne Rumput (60%) + Legum (40%)


amplexicaulis), rumput kumpai tembaga dipotong 3-5 cm
(Hymenachne acutigluma), rumput padi-  
padian (Oryza rufipogon), hijauan
leguminosa yang ada adalah beberasan dan
bebatungan (Desmodium scalpe, Dilayukan selama 24 jam
Cassiathra), yang diperoleh dari lokasi untuk mendapatkan kadar air ± 30%
sekitar tempat penelitian. Adapun hijauan
rawa fermentasi yaitu silase dan haylage
hijauan rawa di peroleh dengan mengacu
Ditambahkan dedak 3% dari BK
petunjuk hasil penelitian Rostini (2013).

Rumput (60%) + Legum (40%) Ditambahkan molases 3% dari BK  


dipotong 3-5cm
 

Semua bahan dicampurkan secara rata


Dilayukan selama 12 jam
untuk mendapatkan kadar air ± 60%

Dimasukan sambil dipadatkan kedalam


wadah berupa drum plastik dengan
Ditambahkan dedak 3% dari BK kondisi anaerob untuk fermentasi
 

Ditambahkan molases 3% dari Proses fermentasi selama 21 hari


 

Semua bahan dicampurkan secara rata


Pemanenan Haylage

Dimasukan sambil dipadatkan kedalam Gambar 2. Diagram alir prosedur pembuatan


wadah berupa drum plastik dengan haylage hijauan rawa
kondisi anaerob untuk fermentasi

Pemberian pakan tersebut dilakukan


Proses fermentasi selama 21 hari
sesuai perlakuan sebanyak 10 % dari bobot
badan dan berdasarkan 3 % dari bobot badan
yang dihitung berdasarkan kebutuhan bahan
kering. Adapun pemberian hijauan rawa,
Pemanenan Silase silase dan haylage hijauan rawa dilakukan
dua kali sehari yaitu pukul 08.00 WIB dan
Gambar 1. Diagram alir prosedur pembuatan 15.00 WIB, pemberian air minum dilakukan
silase hijauan rawa secara secara ad libitum. Pembuatan Silase
dan Haylage hijauan rawa dilakukan dengan
prosedur pada Gambar 1 dan 2.

   
78     Sains Peternakan Vol. 12 (2), 2014
 
 

Peralatan Penelitian Pelaksanaan Penelitian


Adapun peralatan yang digunakan Pelaksanaan penelitian dibagi
dalam mendukung kegiatan penelitian ini menjadi tiga tahap yaitu:
adalah: 1. Tahap Persiapan
1. Timbangan kapasitas 100 kg merk Pada tahap persiapan ternak
Dunlop dengan skala ketelitian 100 g percobaan dibiasakan terhadap lingkungan
untuk menimbang ternak, sedangkan kandang dan pakan, serta menimbang
untuk menimbang pakan digunakan kambing kacang untuk mengetahui bobot
timbangan elektronik SCA-301, badan awal.Adaptasi dilakukan selama dua
kapasitas maksimal 5 kg dengan skala minggu, adapun tujuan dari tahap
ketelitian d=1 g. pendahuluan (adaptasi) adalah, untuk
2. Alat pengukur suhu di kandang merk membiasakan ternak dengan keadaan
GEA. lingkungan dan pakan yang baru (pakan
3. Parang dan sabit, untuk memotong yang diberikan pada waktu penelitian) serta
hijauan. untuk menghilangkan pengaruh pakan
4. Tempat pakan dari kayu dan baskom sebelumnnya.
sebagai tempat minum ternak. Sebelum proses penelitian
5. kompor khusus pemanas suhu kandang pemeliharaan kambing, kandang dan
yang terbuat dari plat besi. peralatan dibersihkan dan disucihamakan.
Kandang dibersihkan dengan menggunakan
Metode Penelitian Rodalon dengan dosis 15 ml/10 liter air,
Sebelum pelaksanaan penelitian, beserta tempat pakan dan minum. Persiapan
terlebih dahulu dilakukan pengelompokan kambing yang digunakan dalam penelitian
ternak berdasarkan bobot badan, kemudian ini ditimbang terlebih dahulu untuk
dilakukan pengacakan terhadap kambing mengetahui bobot awalnya dan dipilih
sesuai dengan perlakuan yang diberikan. kambing kacang dengan bobot badan yang
Untuk memudahkan identifikasi kambing relatif sama (homogen).
penelitian, maka kandang masing-masing Kambing kacang sebelum digunakan
diberi label huruf serta nomor. untuk penelitian diberi obat cacing merk
Rancangan yang digunakan adalah (merk Cavita) secara oral dengan dosis 1ml
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan per 1,5 kg bobot badan untuk
tiga perlakuan (K1, K2, K3), dengan K1 menghilangkan parasit dalam saluran
sebagai kontrol. Masing-masing perlakuan pencernaan.
dikelompokan kedalam 3 kelompok bobot 2. Tahap Pemeliharaan
badan dengan kisaran 11-14 kg (yang Tahap pemeliharaan dilakukan
berfungsi sebagai ulangan) dan setiap dengan pemberian pakan sesuai dengan
ulangan terdiri dari 2 ekor kambing Kacang, perlakuan dalam penelitian. Adapun
sehingga kambing yang digunakan dalam pemberian hijauan rawa, silase dan haylage
penelitian ini sebanyak 18 ekor. Adapun hijauan rawa dilakukan dua kali sehari yaitu
Perlakuannya adalah: pukul 08.00 WIB dan 15.00 WIB,
K1 = Kambing yang diberi 100% Hijauan pemberian air minum dilakukan secara
Rawa. secara ad libitum
K2 = Kambing yang diberi 100% Silase 3. Tahap Koleksi Data
Hijauan Rawa. Tahap koleksi data dilakukan selama
K3 = Kambing yang diberi 100% Haylage 8 minggu dengan pemberian pakan sesuai
Hijauan Rawa. dengan perlakuan dalam penelitian.
Kegiatan koleksi data yaitu menimbang
Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian bobot badan kambing kacang, dilakukan
tersaji pada Tabel 1. setiap dua minggu sekali dan setiap hari

 Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi … (Jaelani et al.) 79


 

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian


Jenis Pakan
Kandungan Nutrisi
Hijauan Rawa Segar (%) Silase (%) Haylage (%)
Bahan Kering 94.05 91.19 92.95
Bahan Organik 88.57 88.20 88.46
Protein Kasar 12.1 14.02 14.25
Lemak Kasar 6.11 8.13 7.79
Kadar Abu 6.37 6.87 7.31
Serat Kasar 15.23 13.81 14.52
Bet-N 60.19 57.17 56.13
TDN 74.3 74.48 75.38
Keterangan : Hasil Lab. Nutrisi dan Teknologi Pakan Fapet IPB (2013)

Tabel 2. Hasil Penelitian Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi Terhadap


Penampilan Kambing Kacang
Perlakuan
Parameter
K1 K2 K3
Konsumsi pakan (BK) (g/ekor/hari) 534.15ª 570.80ª 406.73!
Bobot badan akhir (kg) 15.13ª 16.13! 15.10ª
Pertambahan bobot badan Harian
50.00 61.9 48.82
(g/ekor/hari)
Efisiensi pakan 0.09 0.11 0.12
Keterangan:
K1 = Kambing Kacang yang diberi 100% Hijauan Rawa.
K2 = Kambing Kacang yang diberi 100% Silase Hijauan Rawa.
K3 = Kambing Kacang yang diberi 100% Haylage Hijauan Rawa.
*Huruf superskrip yang berbeda pada baris rata-rata menunjukanberpengaruh nyata pada taraf (P<0,05)

menimbang pakan yang diberikan dan Efisiensi pakan dihitung dengan cara
mencatat konsumsi serta pakan yang tersisa. membagi angka rata-rata pertambahan
bobotbadan harian per gram/ekor/hari
Parameter yang Diamati dengan angka rata-rata konsumsi pakan
dalam bahan kering.
Konsumsi Pakan (dalam bahan kering)
Konsumsi pakan harian (g/ekor/hari) Analisis Data
dihitung berdasarkan selisih antara jumlah
pakan yang diberikan dengan jumlah pakan Data yang diperoleh dianalisis
yang tersisa setiap hari selama penelitian. denganmenggunakan analisis ragam sesuai
dengan rancangan yang digunakan. Model
Bobot Badan Akhir (kg/ekor) linier analisis keragaman pada penelitian ini
Diperoleh dari penimbangan ternak adalah:
kambing pada akhir penelitian. Yij = µ + τ i + ßj + εij
Keterangan:
Pertambahan Bobot Badan Harian Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i,
(g/ekor/hari) dan kelompok ke-j
Pertambahan bobot badan harian µ = nilai tengah populasi
diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi τ i = pengaruh perlakuan ke-i
dengan bobot badan awal dibagi dengan ßj = pengaruh kelompok ke -j
lama waktu pemeliharaan. εij = pengaruh galatpada perlakuan ke-i
kelompok ke-j
Efisiensi Penggunaan Pakan

80         Sains Peternakan Vol. 12 (2), 2014


 
 

Apabila terdapat pengaruh nyata maka 3, yang menunjukkan bahwa konsumsi


dilanjutkan dengan uji wilayah berganda perlakuan K2 silase hijauan rawa (570,80
Duncan (DMRT) menurut (Steel dan Torrie, g/ekor/hari) paling tinggi dari K1 hijauan
1993). rawa segar (534,15 g/ekor/hari) dan K3
haylage (406,73 g/ekor/hari).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan Akhir
Berdasarkan hasil analisis ragam dan
Uji wilayah Berganda Duncan pada semua Hasil analisis ragam menunjukkan
peubah penelitian, disajikan pada Tabel 2. bahwa penggunaan hijauan rawa fermentasi
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot
Konsumsi Pakan badan akhir kambing kacang. Hasil uji
Duncan, yaitu rata-rata perlakuan pada K2
Hasil analisis ragam menunjukkan silase hijauan rawa (16,13 kg/ekor)
bahwa penggunaan hijauan rawa fermentasi berpengaruh nyata pada taraf (P<0,05)
berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi dengan K1 hijauan rawa segar (15,13
bahan kering pakan kambing kacang. Pada kg/ekor) dan K3 haylage hijauan rawa
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata dengan bobot badan akhir yang paling
konsumsi pada perlakuan K1 (534,15 rendah (15,10 kg/ekor), Hal ini diduga
g/ekor/hari) dan K2 (570,80 g/ekor/hari) karena ada hubungannya antara tingkat
berbeda nyata dengan K3 yang jumlah rata- konsumsi pakan pada perlakuan K3.
rata konsumsi pakan yang paling rendah Hasil rata-rata konsumsi pakan
(406,73 g/ekor/hari). Adapun perlakuan jenis dalam bahan kering pada Tabel 2
pakan silase hijauan rawa K2 menghasilkan menunjukan perlakuan K3 (406,73
konsumsi pakan yang tertinggi (570,80 g/ekor/hari) lebih rendah dari K1dan K2,
g/ekor/hari). sehingga ini juga berpengaruh terhadap
Peningkatan konsumsi pakan pada perolehan bobot badan akhir. Hal ini sesuai
perlakuan silase hijauan rawa, hal ini diduga dengan pendapat Martawijaya (1999), yaitu
karena tingkat kesukaan ternak kambing pertambahan bobot hidup ternakerat
terhadaptekstur, bau, rasa, dan suhu dari kaitannya dengan konsumsi pakan.
pakan yang diberikan, mempengaruhi Kartadisastra (1997), mengemukakan bahwa
tingkat konsumsi. Hal ini sesuai dengan bobot tubuh ternak senantiasa berbanding
pendapat Sofyan dan Febrisiantosa (2007), lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
bahwa silase memiliki sifat bau harum dan Makin tinggi bobot tubuhnya, maka semakin
asam sehingga lebih disukai ternak tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan
(palatable). dan bobot badan dapat diketahui dengan
Dengan kandungan serat kasar yang penimbangan (Kartadisastra, 1997).
lebih rendah (13,81%), jika dibandingkan Grafik pengaruh penggunaan hijauan
dengan hijauan segar (15,23%) dan haylage rawa fermentasi terhadap bobot badan akhir
(14,52%) sehingga konsumsi silase hijauan disajikan pada Gambar 4, yang
rawa lebih tinggi dari hijauan rawa segar menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan
sebagai kontrol maupun haylage. Parakkasi akhir perlakuan K3 haylage hijauan rawa
(1995), mengemukakan bahwa tingkat (15,10 kg/ekor) paling rendah dari K1
konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh hijauan rawa segar (15,13 kg/ekor). Adapun
sifat fisik dan komposisi kimia makanan perolehan bobot badan akhir tertinggi adalah
yang dapat memengaruhi kecernaan yang pada perlakuan K2 silase hijauan rawa
selanjutnya mempengaruhi konsumsi. (16,13 kg/ekor).
Grafik pengaruh penggunaan hijauan
rawa fermentasi terhadap konsumsi pakan Pertambahan Bobot Badan Harian
dalam bahan kering disajikan pada Gambar

 Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi … (Jaelani et al.) 81


 

Hasil analisis ragam menunjukkan secara statistik berpengaruh sangat nyata.


bahwa penggunaan hijauan rawa fermentasi Dari konsumsi ransum tersebut, kambing
tidak berpengaruh nyata terhadap dengan perlakuan ransum K2 (61,90
pertambahan bobot badan harian pada g/ekor/hari) menghasilkan pertambahan
kambing kacang. Berdasarkan hasil uji bobot badan harian tertinggi, sedangkan
Anova menunjukkan bahwa pertambahan terendah pada perlakuan ransum K3 (48,82
berat badan harian kambing kacang tertinggi g/ekor/hari), dengan demikian teknologi
yaitu pada perlakuan yang diberi jenis pakan pakan dalam bentuk silase hijauan rawa
K2 silase hijauan rawa (61,900 g/ekor/hari), masih dapat menghasilkan pertambahan
K1 hijauan rawa tanpa fermentasi (50,00 bobot badan yang baik.
g/ek/hr), dan terendah pada perlakuan K3 Hasil tersebut sesuai menurut Tilman
haylage (48,82 g/ekor/hari). Hal ini diduga et al. (1983), bahwa semakin tinggi
karena pertambahan bobot badan kambing, konsumsi bahan kering maka akan semakin
erat kaitannya dengan konsumsi pakan. banyak zat-zat makanan yang dikonsumsi
Telah diuraikan di atas bahwa konsumsi yang akan digunakan untuk pertumbuhan
pakan dalam bahan kering antar perlakuan dan produksi sehingga berpengaruh pada
ransum K1 (534,15 g/ekor/hari), K2 (570,80 berat badan.
gram/ekor/hari) dan K3 (406,73 g/ekor/hari),

1000  
900  
800  
700  
g/ekor/hari  

600  
500  
400  
300  
200  
100  
K1   K2   K3  

Gambar 3. Pengaruh penggunaan hijauan rawa fermentasi terhadap konsumsi pakan


dalam bahan kering.

20  
16.13  
Bobot  Badan  Akhir  (Kg/

19  
18  
17  
15.13 15.10  
16  
15  
ekor)  

14  
13  
12  
11  
10  
9  
8  
7  
6  
5  
4  
3  
2  
1  
K  1   K  2   K  3  

Gambar 4. Pengaruh penggunaan hijauan rawa fermentasi terhadap bobot badan akhir
kambing kacang (kg/ekor)

   
82     Sains Peternakan Vol. 12 (2), 2014
   
 

Grafik pengaruh penggunaan hijauan Hasil analisis ragam menunjukkan


rawa fermentasi terhadap pertambahan bobot bahwa penggunaan hijauan rawa fermentasi
badan harian disajikan pada Gambar 3, yang tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi
menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan penggunaan pakan pada kambing kacang.
bobot badan harian perlakuan K3 haylage Rataan efisiensi pakan pada perlakuan K1,
hijauan rawa (48,82 g/ekor/hari) paling K2 dan K3 berturut-turut 0,09; 0,11 dan
rendah dari K1 hijauan rawa segar (50,00 0,12. Efisiensi pakan yang tinggi
g/ekor/hari). Adapun pertambahan bobot menunjukkan penampilan yang lebih baik.
badan harian tertinggi adalah pada perlakuan Kondisi ini dikarenakan, semakin tinggi nilai
K2 silase hijauan rawa (61,90 g/ekor/hari). efisiensi pakan, maka pakan yang
dikonsumsi oleh kambing tersebut lebih
Efisiensi Penggunaan Pakan sedikit, namun menghasilkan pertambahan
Hasil perhitungan pada pengaruh bobot badan yang tinggi.
perlakuan hijauan rawa fermentasi terhadap Efisiensi pakan diukur dari unit pertambahan
efesiensi penggunaan pakan pada kambing bobot badan per satuan waktunya dibagi
kacang selama penelitian disajikan pada dengan jumlah pakan dalam bahan kering
Gambar 6. yang dikonsumsi.
Pertambahan  Bobot    Badan  Harian  (kg/ekor/hari)  

100  
90  
80  
70  
60  
50  
40  
30  
20  
10  
K1  

K2  

K3  

Gambar 5. Pengaruh penggunaan hijauan rawa fermentasi terhadap pertambahan


bobot badan harian (g/ekor/hari).

0.13  
Efisiensi  Penggunaan  Pakan    

0.11  

0.09  

0.07  

0.05  

0.03  

0.01  
K1   K2   K3  
Gambar 6. Pengaruh penggunaan hijauan rawa fermentasi terhadap
efisiensi penggunaan pakan

Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi … (Jaelani et al.) 83


 

Penelitian ini menghasilkan rata-rata Pakan. J. Ilmu-Ilmu Peternakan Ed.


efisiensi pakan 0,11 Hasil tersebut sesuai Khusus Seminar Nasional. Nov. 2005.
dengan penelitian terdahulu 0,11 pada 82—90.
kambing Beorka yang dilaporkan Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak
Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Simanahuruk dan Sirait (2010).
Badjoeri, M. dan Lukman 2002. Pemanfaatan
Efisiensi pakan tertinggi khususnya Tumbuhan Kumpai dari Danau
pada perlakuan haylage hijauan rawa K3 Semayang Sebagai Pakan Sapi. Jurnal
(0,12), diduga dipengaruhi oleh tingginya Tropic Animal Agriculture, 27 (2):125-
kandungan energi dalam pakan tersebut, hal 133.
ini selaras dengan pendapat Cheeke (1987), Devendra, R. J. dan Burns. 1994. Produksi
menyatakan bahwa kandungan energi Kambing di Daerah Tropis. Universitas
ransum mempengaruhi efisiensi penggunaan Udayana. Bali.
ransum yakni dengan semakin tinggi Dilaga, S. H. 2006. Kontribusi Potensial Padang
kandungan energi dalam ransum akan Rumput Sebagai Wadah dan Sumber
menurunkan konversi pakan dan Pakan Kerbau di Sumbawa. Proseding
Lokakarya Nasional: Usaha Ternak
meningkatkan efisiensi pakan.
Kerbau Mendukung Program
Grafik pengaruh penggunaan hijauan Kecukupan Daging Sapi. Hal. 227-233
rawa fermentasi terhadap efisiensi Ella, A. D. Pasambe dan Yusuf. 2001 Pengaruh
penggunaan pakan disajikan pada Gambar 6. Perbaikan Pakan Terhadap Peningkatan
Efisiensi penggunaan pakan pada perlakuan Pertumbuhan Kambing Lepas Sapih
K3 haylage hijauan rawa (0,12) lebih efisien Puslitbang. Bogor.
dari pada perlakuan K2 silase hijauan rawa Fahriani, A. dan Eviyati. 2008. Potensi Rumput
(0,11) dan perlakuan K1 hijauan rawa Rawa Sebagai Pakan Ruminansia :
(0,09). Produksi, Daya Tampung dan
Kandungan Fraksi Seratnya. Jurnal
SIMPULAN Indonesia Tropik Animal Agriculture, 33
(4) Desember.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan
Berdasarkan hasil dan pembahasan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.
maka disimpulkan bahwa: Kanisius. Yogyakarta
1. Perlakuan silase hijauan rawa fermentasi Lendrawati. 2008. Kualitas Fermentasi dan
pada kambing kacang, berpengaruh Nutrisi Silase Ransum Komplit Berbasis
sangat nyata terhadap konsumsi pakan Hasil Samping Jagung, Sawit, dan Ubi
dan berpengaruh nyata terhadap berat Kayu. Tesis. Bogor.
badan akhir sedangkan terhadap McDonald, P., A. R. Henderson, and S. J. E.
pertambahan bobot badan harian dan Heron. 1991. The Biochemistry of
efisiensi pakan tidak berpengaruh nyata. Silage. edisi ke-2. Marlow: Chalcombe.
2. Penggunaan hijauan rawa fermentasi Mannetje, L. T. 1992. Forage. Proses
Foundation. Bogor. Indonesia
dalam bentuk silase hanya dapat
Martawidjaja, M., Kuswandi dan B. Setiadi.
meningkatkan konsumsi pakan dalam 2001. Pengaruh Tingkat Protein Ransum
bahan kering, berat badan akhir, namun Terhadap Penampilan Kambing
tidak terhadap pertambahan bobot badan Persilangan Boer dan Kacang. Proc.
harian. Adapun haylage untuk efisiensi Seminar Nasional Teknologi Peternakan
penggunaan pakan terbaik kambing dan Veteriner. Puslitbang Pertanian.
kacang. Bogor.
Noor, M. I. L. 2007 Pengembangan Lahan Rawa
DAFTAR PUSTAKA Berkelanjutan Untuk Mendukung
Ketahan Pangan Nasional. Badan
Adriani. 2009. Bobot Badan dan Kecernaan Litbang Pertanian.
Nutrien Pada Kambing Peranakan NRC.1981. Nutrient Requirements of Goats:
Etawah Sebagai Respon Pemberian Angora, Dairy, and Meat Goats in
Konsentrasi Seng yang Berbeda Dalam Temperate and Tropical Countreis.

   
84     Sains Peternakan Vol. 12 (2), 2014
 
 
Nutrient Requirements of Domestic Sumantri B, Penerjemah. Jakarta:
Animals. No. 15. National Academy Sei, Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan
Washington.D.C. dari: The Principle and Procedure of
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Statistics.
Ternak. UI Press, Jakarta. Sofyan A. dan A. Febrisiantosa. 2007. Pakan
Rohaeni, E.S., I. S. Danu, dan A. Subhan. Profil Ternak Dengan Silase Komplit.
Usaha Ternak Kambing di Lahan Pasang UPT.BPPTK –LIPI, Yogyakarta.
Surut Kalimantan Selatan.Lokakarya Majalah INOVASI Edisi 5 Desember.
Nasional Kambing Potong. Balai Besar Tillman, A. D., H. Hartadi, R. Reksohadiprodjo,
Teknologi Pertanian Kalimantan S. Prawirokusumo, dan S.
Selatan. 5-170. Lebdosoekojo. 1983. Ilmu Makanan
Schroeder, J. W. 2004. Silage Fermentation and Ternak Dasar. Fakultas Peternakan.
Preservation. Extension Dairy Gajah Mada University Press,
Speciaslist. AS-1254. Yogyakarta.
www.ext.nodak.edu/extpubs/ansci/dairy/ Wahyudi. 2006. Pengaruh Substitusi Konsentrat
as 1254w. htm. [June 2013]. Dengan Campuran Ampas Brem dan
Setiadi. 1997. Penelitian Ternak Kambing dan Onggok Dalam Ransum Terhadap
Domba di Pedesaan. Puslitbang Performan Domba Lokal Jantan.
Peternakan. Bogor. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Soenardjo, Setiawati dan R. Mulyono. 1997. Woolford, M. K. 1984. The Silage Fermentation.
Usaha Peningkatan Kesuburan Ternak New York: Marcel Dekker Inc.
Kambing Bentuk Pellet. Laporan Bapeda Simanahuruk, dan H. Sirait. 2008. Penggunaan
Kabupaten Tegal. Tape Kulit Kakao Sebagai Pakan
Siregar, S. B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Kambing Sedang Tumbuh. Loka
Jakarta: Penebar Swadaya. Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip Sumatera Utara.
dan Prosedur Statistik. Ed ke-2.

 Pengaruh Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi … (Jaelani et al.) 85

Anda mungkin juga menyukai