Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 2 PKN SD

RANGKUMAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Konsep Dasar PKn SD

Yang diampu oleh Putri Mahanani, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Khalidya Raysalma (210151601645)

A5H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

OKTOBER 2021
I. SEJARAH PKN

A. Kewarganegaraan Kuno
Istilah Kewarganegaraan dikenal dalam buku “Politics” milik Aristoteles. Gagasan
kewarganegaraan diperjelas dalam dua periode formatif.
1. Kewarganegaraan Yunani Kuno (city-state) abad ke-7 SM
 Berdasar pada komunitas politik (hak dan kewajiban manusia diatur oleh hukum
buatan manusia)
 Kewarganegaraan sebagai achieved status (bukan ascribed status)
 Warga negara adalah orang yang menjalankan proses pengadilan dan pemegang
jabatan (kriterianya terbatas)
 Tujuan pendidikan lebih pada intitusionalisasi atau pelembagaan pendidikan di
sekolah, memiliki kurikulum untuk menjadikan warga negara yang loyal.
2. Kewarganegaraan Kekaisaran Romawi abad ke-4 SM
 Memiliki persyaratan khusus untuk mejadi warga negara (budak, anak “haram”,
dan pendatang tidak bisa memiliki kewarganegaraan)
 Tujuan pendidikan berkeyakinan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga.

B. Kewarganegaraan Modern
Kewarganegaraan diimplemetasikan melalui “sistem perwakilan politik yang
rumit dari kejauhan” atau lebih seperti demokrasi perwakilan pasif. Di Eropa modern
awal, status warga negar lemah dan lebih bermacam. Seperti tidak ada negara nasional
terpusat dan mayoritas penduduk adalah petani buruh dan berada di tangan kekuasaan
penguasa lokal.
Pertengahan abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-18 masyarakat Eropa
dan Amerika lebih tertutup dan dikuasai kaum elit. Melalui perkemabangn-
perkembangan selajutnya negara-negara di Amerika dan Eropa memberikan hak-hak
dan kewajiban pada semua anggota negara. 3 contoh kewarganegaraan modern di
negara besar:
1. Kewarganegaraan Modern di Amerika
 Tahun 1970 sampai abad ke-20 kriteria rasial menetapkan dan mengatur
kewarganegaraan yang akan dinaturalisasi.
 UU Keimigrasian dan Kebangsaan tahun 1965 mengubah sistem agar
tidak diskrimintatif
2. Kewarganegaraan Modern di Rusia
Konstitusi Rusia revolusioner 1918 (Soviet Federasi Republik Sosialis Rusia)
memberikan kewarganegaraan pada warga asing berdasarkan:
a. “Terlibat dalam pekerjaan dan untuk kelas bekerja”
b. Mengakui “Hak yang sama terlepas dari hubungan ras mereka”
c. Menyatakan “Peninadasan terhadap ras minoritas bertentangan dengan dasar
Republik”
3. Kewarganegaraan Modern di Jerman
Pada abad ke-20 nazisme Jerman oleh fasisme menyatakan kependudukan dalam
3 kategori hierarkis utama:
a. Warga negara, diberikan hanya pada laki-laki yang menyelesaikan dinas
militer
b. Subjek, semua orang asing yang lahir dalam batas-batas negara dengan
kriteria yang tidak sesuai dengan kewarganegaraan dan semua wanita.
Subjek tidak meiliki hak suara dan posisi dalam negara bagain
c. Orang asing, mereka yang merupakan warga negara lain dan mereka tidak
meiliki hak

C. Kewarganegaraan Sesudah Orientalisme


PKn dalam perkembangannya akan mengalami percampuran dan peleburan
dengan bidang lain, dengan ini PKn selalu mengikuti perkembangan global. PKn
sebagai bagian dari dispilin ilmu sosial mengalami intabilitas sehingga
kewarganegraan mencapai kompetisinya yang global atau menyeluruh. Diimbangi
dengan pikiran yang kritis dan literasi digital yang akan mengiringi pergantian
kurikulum, pendalaman materi, dan perkembangan maupum pergantian metode,
model, maupun media pembelajaran.
D. Skema yang Merangkum Kewarganegraan di Masa Depan
1. Learn (Belajar atau Mempelajari)
Warga negara harus selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan
zaman dengan mempelajari hal-hal baru.
2. Thrive (Berkembang)
Warga negara harus mengembangkan potensi yang mereka miliki. Dan dengan
litersi digital yang baik akan mengarahkan keterampilan dan pemanfaatan
teknologi yang produktif.
3. Serve (Mengabdi dan Melayani)
Dengan edukasi dan keterampilan yang baik dan terus berkembang yang
dimanfaatkan oleh warga negara, PKn akan terus berinovasi kedepannya.
II. ESENSI DOMAIN PARADIGMA PKN: STATUS PKN
DAN KOMPONEN PKN

A. Lima Status PKn


1. Sebagai Mata Pelajaran Di Sekolah
2. Sebagai Mata Kuliah Di Perguruan Tinggi
3. Salah Satu Cabang Pendidikan Disipli Ilmu Sosial Dalam Kerangka Program
Pendidikan Guru
4. Program Pendidikan Politik
5. Sebagai Landasan Dan Kerangka Perpikiri Tentang Kewarganegaraan

B. Komponen PKn (Knowlegde, Skill, Dispotion)


1. Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civil knowledge)
Terkait kemapuan akademik keilmuan dan dikembangkan dari teori politik,
hukum, dan moral.
2. Keterampilan kewarganegaraan (civil skill)
Mencakup keterampilan intelektural dan keterampilan berpartisipasi dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
3. Watak kewarganegraan (civil dispotion)
Melalui visi, misi, tujuan mata pelajaran PKn maka ciri khusus dari PKn ditandai
dengan pemfokusan pada watak, karakteristik, sikap, dan potensi lain yang sesuai.

Selain status dan komponen PKn, esensi PKn juga mencangkup:


1. Pengertian PKn (Depdiknas, 2006;49)
2. Tujuan PKn
3. Ruang Lingkup PKn (Persatuan dan kesatuan bangsa; Norma, Hukum, dan
Perturan; HAM; Kebutuhan Warga negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan
Politik; Pancasila; dan Globalisasi)
III. LANDASAN, FUNGSI, RUANG LINGKUP, TUJUAN
PPKN, DAN PERWUJUDAN DALAM KURIKULUM
PPKN SD

A. Landasan
1. Landasan Ilmiah
1) Dasar Pemikiran (Penguasaan ipteks berdasarkan nilai-nilai dan moral)
2) Objek Material (Berbagai hal tentang warga negara)
3) Objek Formal (Hubungan warga negara dan negara)
4) Rumpun keilmuan
2. Landasan Yuridis
Landasan yurudis berkaitan dengan pandangan-pandangan dan kebijakan
yang boleh dilakukan. Belandaskan UUD 1945, Pancasila, Sisdiknas No.20
Tahun 2003,
“(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.”
3. Landasan Historis
PKn belum ada pada kurikulum tahun 1946, kurikulum 1957, dan
kurikulun 1961. Dalam tingkat SMP dan SMA diajarkan pada mata pelajaran
Tata Negara dan di SD dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan umum untuk
kurikulum 1946 dan kurikulum 1957.
Meninjau Undang Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. PMP berubah menjadi PKn. Dengan tujuan
mengembangkan kebijaksanaan warganegara (civic virtue) dan
pembudayaan/pembiasaan keterampilan (civic culture) dalam hidup
bermasyarakat. Kurikulum 1994 didominasi dengan Pendidikan Moral Pancasila
dengan nama PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang terus
dilanjutkan sampai saat ini.
B. Fungsi
1. Mengembangkan rasa keagamaan
2. Mendorong peserta didik untuk memiliki cinta kasih dan rasa kekeluargaam
3. Sebagai pendidikan politik
4. Sebagai pendidikan hukum dan kemasyarakatan
5. Menciptakan warga negara yang bernilai dan bermoral berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945

C. Ruang Lingkup
1. Persatuan dan kesatuan bangsa
2. Norma, Hukum, dan Perturan
3. HAM
4. Kebutuhan Warga negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Politik
7. Pancasila
8. Globalisasi

D. Tujuan
Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri mengacu pada perwujudan
fungsi pendidikan kewarganegraan. Tujuan akhirnya memberikan pendidikan yang
dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. Good Citizenship
sendiri bermaksud bahwa kita dapat menjadi masyarakat yang baik berpegang pada
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

E. Perwujudan Dalam Kurikulum PPKn SD


Dalam suatu sistem pendidikan di sekolah dasar pelajaran akan diwujudkan
dalam suatu kompetensi dasar yang terbentuk sesuai dengan target dan beban belajar
dalam struktur kurikulum yang tealah ditetapakan.
IV. STRUKTUR PPKN SD BERDASARKAN KURIKULUM
YANG BERLAKU DI SD

A. Konsep Tematik Integratif


Konsep tematik integratif memadukan berbagai kompetensi mata pelajaran lain dalam
satu tema tertentu. Memiliki tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Rusman (2012: 258) tematik integratif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman secara langsung
3. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. Bersifat fleksibel
6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

B. Konsep Sainfik
Konsep sainfik merupakan pembelajaran yang terancang agar peserta didik ikut aktif
membangun dan mepelajari konsep, hukum, atau prinsip melalui pendekatan ilmiah, jadi
pembelajaran ini terfokus pada siswa. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam
mencapai suatu permasalahan, menciptakan kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
sedang belajar, dan melatih siswa bertukar dan mengemukakan ide-ide.

C. Tema PPKn dalam Kaitannya dengan Muatan Bidang Studi Lainnya


Keterkaitan PPKn bisa dilihat dengan tujuan pembelajaran pendidikan
kewarganegraan, hubungan PPKn dan sosiologi seperti keteraturan berperilaku agar tidak
terjadi penyimpangan sosial, pembelajaran latar belakang PPKn dengan sejarah, dan mata
pelajaran lain. Sebagai pendidik kita dapat menerapkan dengan berbagai model pembelajaran.
V. PENDEKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN SERTA
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF KHAS PPKn

Menurut sanjaya (2007:177-286) ada beberapa strategi yang dapat diterapkan guru saat
pembelajaran yaitu:
A. Ekspositori
Strategi pendekatan berupa penyampaian materi dari guru ke peserta didik.
(metode ceramah, metode demonstrasi, metode sosiodrama).
B. Inquiry
Menekankan ke proses berfikir kritis dan anlistis untuk mengemukakan penyelesaian
suatu permasalahan yang diberikan.
(metode diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, dan metode tanya jawab)
C. Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada bagaimana penyelesaian masalah dilakukan secara ilmiah .
(metode problem splving dan metode diskusi)
D. Peningkatan kemapuan berfikir
Strategi ini memfokuskan pada kemampuan peserta didik untuk berpikir dengan
pemberian bimbingan tanpa pemberian materi terlebih dahulu.
(metode diskusi, metode tanya jawab, metode eksperimen)
E. Kooperatif
Kegiatan bealajar dilakukan secara kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan
pembelajaran yang telah dirangkai
(metode diskusi, metode karya wisata, metode eksperimen, metode tugas)
F. Kontekstual/CTL (Contextual Teaching Learning)
Dalam pembelajaran ini guru mengaitkan pembelajaran dengansituasi nyata dan
penerapannya pada kehidupan siswa dalam sehari-hari.
(metode demonstrasi dan metode sosiodrama)
G. Afektif
Strategi pembelajran ini mengerahkan seluruh potensi atau kemampuan siswa dan
menekankan nilai dan sikap yang akan diukur.
(metode eksperimen, metode karya wisata, metode latihan, metode tugas)
VI. PENDEKATAN TEMATIK SAINTIFIK DAN PERMASALAHAN

Pendekatan saintifik ialah pembelajaran dimana siswa sebagai pusatnya, bukan


kepada guru. Pendekatan sainfik dirancang agar siswa belajar aktif melewati tahapan-
tahapan. Pendekatan ini berproses tentang bagaimana metode pembelajaran akan diterapkan
berdasarkan teori tertentu.
Contoh pembelajaran saintifik pada PKn dengan guru dituntut memberi gambar
simbol sila pancasila, dengan pembelajaran metode saintifik akan berjalan seperti: siswa
mengamati gambar, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar, dan
berkomunikasi di depan kelas.
Permasalahan pada pendekatan tematik saintifik ialah:
1. Kompetensi guru yang terbats
2. Kurangnya sarana dan prasarana
3. Kurangnya kreativitas dan inovasi
4. Kurangnya antusiasme, motivasi, dan rasa ingin tahu peseerta didik
5. Kurangnya penerpan 4c
6. Minat baca yang rendah
7. Minimnya literasi teknologi
VII. Strategi Pembelajaran yang Menekankan Kepedulian,
Pertimbangan, Tindakan

Untuk menekan aktivitas belajar siswa yang mencangkup akan kepedulian dengan
lingkungan, ketakwaan pada Tuhan, berilmu, dan lain-lain, penerapan model Problem Based
Learning (PBL) bisa menjadi strategi pembelajaran yang tepat.
Menurut Mohammad Nur (Rusmono, 2014:81) langkah-langkah
atau tahapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa kepada masalah.
Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Tahap 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Kelebihan dari model PBL menurut Hamruni yaitu:


1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebeh memahami isi pelajaran
2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan yang baru bagi siswa
3. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4. Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata
5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun
proses belajarnya
7. Lebih menyenangkan dan disukai siswa.Mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan kemampuan mereka
8. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata
Learning (PBL) juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1. Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai
kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari,
maka mereka cenderung tidak mau untuk mencoba karena takut salah
2. Perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik
3. Proses pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu yang
lebih lama atau panjang
DAFTAR PUSTAKA

Parwono, Pargito, Darsono (2013) Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Mengembangkan Kepedulian Sosial dan Lingkungan Hidup Siswa di akses pada 13
Oktober 2021 dari https://media.neliti.com/media/publications/40969-ID-penerapan-
modelproblem-based-learning-untuk-mengembangkan-kepedulian-sosial-dan.pdf

Wijaya Rini, Fahreza Febry, Kistian Agus (2019) Penerapan Model Pembelajaran Prolem
Based Learning (PBL) untuk Mengembangkan Karekter Toleransi dan Demokratis
Siswa pada Pembelajaran PKN Kelas V di SD Negeri Paya Peunaga di akses pada
13 Oktober 2021 dari http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=604433&val=6820&title=PENGINTEGRASIAN%20NILAINILAI
%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20IP

Anda mungkin juga menyukai