RANGKUMAN
Oleh :
A5H
OKTOBER 2021
I. SEJARAH PKN
A. Kewarganegaraan Kuno
Istilah Kewarganegaraan dikenal dalam buku “Politics” milik Aristoteles. Gagasan
kewarganegaraan diperjelas dalam dua periode formatif.
1. Kewarganegaraan Yunani Kuno (city-state) abad ke-7 SM
Berdasar pada komunitas politik (hak dan kewajiban manusia diatur oleh hukum
buatan manusia)
Kewarganegaraan sebagai achieved status (bukan ascribed status)
Warga negara adalah orang yang menjalankan proses pengadilan dan pemegang
jabatan (kriterianya terbatas)
Tujuan pendidikan lebih pada intitusionalisasi atau pelembagaan pendidikan di
sekolah, memiliki kurikulum untuk menjadikan warga negara yang loyal.
2. Kewarganegaraan Kekaisaran Romawi abad ke-4 SM
Memiliki persyaratan khusus untuk mejadi warga negara (budak, anak “haram”,
dan pendatang tidak bisa memiliki kewarganegaraan)
Tujuan pendidikan berkeyakinan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga.
B. Kewarganegaraan Modern
Kewarganegaraan diimplemetasikan melalui “sistem perwakilan politik yang
rumit dari kejauhan” atau lebih seperti demokrasi perwakilan pasif. Di Eropa modern
awal, status warga negar lemah dan lebih bermacam. Seperti tidak ada negara nasional
terpusat dan mayoritas penduduk adalah petani buruh dan berada di tangan kekuasaan
penguasa lokal.
Pertengahan abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-18 masyarakat Eropa
dan Amerika lebih tertutup dan dikuasai kaum elit. Melalui perkemabangn-
perkembangan selajutnya negara-negara di Amerika dan Eropa memberikan hak-hak
dan kewajiban pada semua anggota negara. 3 contoh kewarganegaraan modern di
negara besar:
1. Kewarganegaraan Modern di Amerika
Tahun 1970 sampai abad ke-20 kriteria rasial menetapkan dan mengatur
kewarganegaraan yang akan dinaturalisasi.
UU Keimigrasian dan Kebangsaan tahun 1965 mengubah sistem agar
tidak diskrimintatif
2. Kewarganegaraan Modern di Rusia
Konstitusi Rusia revolusioner 1918 (Soviet Federasi Republik Sosialis Rusia)
memberikan kewarganegaraan pada warga asing berdasarkan:
a. “Terlibat dalam pekerjaan dan untuk kelas bekerja”
b. Mengakui “Hak yang sama terlepas dari hubungan ras mereka”
c. Menyatakan “Peninadasan terhadap ras minoritas bertentangan dengan dasar
Republik”
3. Kewarganegaraan Modern di Jerman
Pada abad ke-20 nazisme Jerman oleh fasisme menyatakan kependudukan dalam
3 kategori hierarkis utama:
a. Warga negara, diberikan hanya pada laki-laki yang menyelesaikan dinas
militer
b. Subjek, semua orang asing yang lahir dalam batas-batas negara dengan
kriteria yang tidak sesuai dengan kewarganegaraan dan semua wanita.
Subjek tidak meiliki hak suara dan posisi dalam negara bagain
c. Orang asing, mereka yang merupakan warga negara lain dan mereka tidak
meiliki hak
A. Landasan
1. Landasan Ilmiah
1) Dasar Pemikiran (Penguasaan ipteks berdasarkan nilai-nilai dan moral)
2) Objek Material (Berbagai hal tentang warga negara)
3) Objek Formal (Hubungan warga negara dan negara)
4) Rumpun keilmuan
2. Landasan Yuridis
Landasan yurudis berkaitan dengan pandangan-pandangan dan kebijakan
yang boleh dilakukan. Belandaskan UUD 1945, Pancasila, Sisdiknas No.20
Tahun 2003,
“(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu
kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.”
3. Landasan Historis
PKn belum ada pada kurikulum tahun 1946, kurikulum 1957, dan
kurikulun 1961. Dalam tingkat SMP dan SMA diajarkan pada mata pelajaran
Tata Negara dan di SD dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan umum untuk
kurikulum 1946 dan kurikulum 1957.
Meninjau Undang Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. PMP berubah menjadi PKn. Dengan tujuan
mengembangkan kebijaksanaan warganegara (civic virtue) dan
pembudayaan/pembiasaan keterampilan (civic culture) dalam hidup
bermasyarakat. Kurikulum 1994 didominasi dengan Pendidikan Moral Pancasila
dengan nama PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang terus
dilanjutkan sampai saat ini.
B. Fungsi
1. Mengembangkan rasa keagamaan
2. Mendorong peserta didik untuk memiliki cinta kasih dan rasa kekeluargaam
3. Sebagai pendidikan politik
4. Sebagai pendidikan hukum dan kemasyarakatan
5. Menciptakan warga negara yang bernilai dan bermoral berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945
C. Ruang Lingkup
1. Persatuan dan kesatuan bangsa
2. Norma, Hukum, dan Perturan
3. HAM
4. Kebutuhan Warga negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Politik
7. Pancasila
8. Globalisasi
D. Tujuan
Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri mengacu pada perwujudan
fungsi pendidikan kewarganegraan. Tujuan akhirnya memberikan pendidikan yang
dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik. Good Citizenship
sendiri bermaksud bahwa kita dapat menjadi masyarakat yang baik berpegang pada
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
B. Konsep Sainfik
Konsep sainfik merupakan pembelajaran yang terancang agar peserta didik ikut aktif
membangun dan mepelajari konsep, hukum, atau prinsip melalui pendekatan ilmiah, jadi
pembelajaran ini terfokus pada siswa. Dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam
mencapai suatu permasalahan, menciptakan kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
sedang belajar, dan melatih siswa bertukar dan mengemukakan ide-ide.
Menurut sanjaya (2007:177-286) ada beberapa strategi yang dapat diterapkan guru saat
pembelajaran yaitu:
A. Ekspositori
Strategi pendekatan berupa penyampaian materi dari guru ke peserta didik.
(metode ceramah, metode demonstrasi, metode sosiodrama).
B. Inquiry
Menekankan ke proses berfikir kritis dan anlistis untuk mengemukakan penyelesaian
suatu permasalahan yang diberikan.
(metode diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, dan metode tanya jawab)
C. Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada bagaimana penyelesaian masalah dilakukan secara ilmiah .
(metode problem splving dan metode diskusi)
D. Peningkatan kemapuan berfikir
Strategi ini memfokuskan pada kemampuan peserta didik untuk berpikir dengan
pemberian bimbingan tanpa pemberian materi terlebih dahulu.
(metode diskusi, metode tanya jawab, metode eksperimen)
E. Kooperatif
Kegiatan bealajar dilakukan secara kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan
pembelajaran yang telah dirangkai
(metode diskusi, metode karya wisata, metode eksperimen, metode tugas)
F. Kontekstual/CTL (Contextual Teaching Learning)
Dalam pembelajaran ini guru mengaitkan pembelajaran dengansituasi nyata dan
penerapannya pada kehidupan siswa dalam sehari-hari.
(metode demonstrasi dan metode sosiodrama)
G. Afektif
Strategi pembelajran ini mengerahkan seluruh potensi atau kemampuan siswa dan
menekankan nilai dan sikap yang akan diukur.
(metode eksperimen, metode karya wisata, metode latihan, metode tugas)
VI. PENDEKATAN TEMATIK SAINTIFIK DAN PERMASALAHAN
Untuk menekan aktivitas belajar siswa yang mencangkup akan kepedulian dengan
lingkungan, ketakwaan pada Tuhan, berilmu, dan lain-lain, penerapan model Problem Based
Learning (PBL) bisa menjadi strategi pembelajaran yang tepat.
Menurut Mohammad Nur (Rusmono, 2014:81) langkah-langkah
atau tahapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa kepada masalah.
Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Tahap 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Parwono, Pargito, Darsono (2013) Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Mengembangkan Kepedulian Sosial dan Lingkungan Hidup Siswa di akses pada 13
Oktober 2021 dari https://media.neliti.com/media/publications/40969-ID-penerapan-
modelproblem-based-learning-untuk-mengembangkan-kepedulian-sosial-dan.pdf
Wijaya Rini, Fahreza Febry, Kistian Agus (2019) Penerapan Model Pembelajaran Prolem
Based Learning (PBL) untuk Mengembangkan Karekter Toleransi dan Demokratis
Siswa pada Pembelajaran PKN Kelas V di SD Negeri Paya Peunaga di akses pada
13 Oktober 2021 dari http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=604433&val=6820&title=PENGINTEGRASIAN%20NILAINILAI
%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20IP