Anda di halaman 1dari 3

Nama : Celine Alfiona

Kelas : IPA 1

NPM : 1810303086

Pembelajaran Etika Lingkungan “Keputusan Etik”

Keputusan etis adalah keputusan yang baik secara legal dan moral diterima oleh masyarakat luas
(Atok,Dkk.2019). Keputusan etis melibatkan proses penalaran etis yang di dalamnya terdapat
kesadaran moral dan kemampuan moral kognitif seseorang yang pada akhirnya diwujudkan di
dalam proses bertindak sebagai bentuk implementasi keputusan yang diambil (Wisesa, 2011).
Kemampuan mengidentifikasi dan pengambilan keputusan etis adalah hal yang mendasar.
Kemampuan tersebut adalah hal yang sangat penting, maka hal itu perlu diajarkan kepada
mahasiswa karena mereka hidup di lingkungan masyarakat luas (Drumwright et al., 2015).
Pengambilan keputusan etis terhadap problematika etika lingkungan sangat beragam karena
tergantung dari model pengambilan keputusan etis yang ditetapkan. Pengambilan keputusan etis
yang dicontohkan dalam buku ini merujuk pada pengambilan keputusan etis berdasarkan
tinjauan Islami menurut Mustofa (2009) yang terdiri dari 6 langkah, yaitu:

1. Prinsip I: Keadaan Darurat, bahwa keputusan etik yang mengandung unsur haram
menggunakan pedoman (dalam kondisi normal diharamkan), menjadi diperbolehkan ketika
darurat, yakni ketika tidak ada pilihan lain dan semata-mata hanya untuk menjaga dan
melestarikan kehidupan.

2. Prinsip II: Menjaga dan Melestarikan Kehidupan, bahwa keputusan etik yang diambil harus
berdasarkan tujuan utama untuk sematamata menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk
maksud lain.

3. Prinsip III: Untuk Kepentingan yang Lebih Besar, bahwa keputusan etik yang diambil harus
terkandung maksud untuk kepentingan yang lebih besar.

4. Prinsip IV: Peluang Keberhasilan, bahwa keputusan etik yang diambil harus sudah
memperhitungkan kemungkinan atau peluang keberhasilannya.
5. Prinsip V: Manfaat dan Mudlarat, bahwa keputusan etik yang diambil harus sudah
memperhitungkan keuntungan dan kerugian, kemaslahatan dan kemudlaratan.

6. Prinsip VI: Tidak Ada Pilihan Lain, bahwa keputusan etik yang diambil harus sudah
memperhitungkan tidak adanya pilihan lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil.

Pertimbangan etis memiliki pengertian pembuatan sebuah pemikiran/ pertimbangan mengenai


kebenaran yang pasti dari tindakan secara etis seperti apa yang seharusnya dilakukan dan dipilih.
eksperimen semua penelitian, terutama yang melibatkan penelitian klinis dengan tujuan
terapeutik, harus dilakukan dengan persetujuan subjek. Kumpulan pedoman ini menyatakan
bahwa:

• Sifat, tujuan dan risiko penelitian klinis harus dijelaskan.

• Penelitian klinis pada manusia tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan orang tersebut setelah
diberi tahu.

• Peserta dalam penelitian klinis harus dalam keadaan mental, fisik dan hukum sedemikian rupa
untuk dapat menggunakan sepenuhnya kekuatan pilihan.

• Persetujuan harus, sebagai suatu peraturan, diperoleh secara tertulis

Penyidik harus menghormati hak setiap individu untuk menjaga integritas pribadinya, terutama
jika subjek berada dalam hubungan ketergantungan dengan penyidik. Setiap saat selama
penelitian klinis subjek atau wali subjek harus bebas untuk menarik izin untuk melanjutkan
penelitian. Lamanya waktu antara menulis dan mengajukan aplikasi untuk persetujuan etis dan
dimulainya pengumpulan data bisa sangat lama.

Protokol ini menyatakan bahwa kepengarangan adalah partisipasi substansial, di mana semua
kondisi berikut terpenuhi:

a) konsepsi dan desain, atau analisis dan interpretasi data;

b) menyusun artikel atau merevisinya secara kritis untuk konten intelektual yang penting; dan

c) persetujuan akhir dari versi yang akan diterbitkan. Partisipasi semata-mata dalam perolehan
dana atau pengumpulan data tidak membenarkan hasil karya tulis. Pengawasan umum penelitian,
atau kelompok penelitian, tidak cukup untuk kepenulisan. Jelas, sementara keputusan mengenai
kepengarangan akhir dapat dibuat hanya dalam hubungannya dengan penulisan naskah,
klarifikasi kriteria untuk dimasukkan sebagai penulis dapat dan harus ditentukan dan disepakati
oleh semua anggota tim peneliti sedini mungkin

Aplikasi harus dibaca oleh semua anggota komite, ditinjau dan dibahas pada pertemuan
(biasanya diadakan sebulan sekali), rekomendasi termasuk permintaan informasi lebih lanjut atau
penyusunan ulang harus dikomunikasikan kepada pemohon dan amandemen selanjutnya ditinjau
sebelum final persetujuan yang diberikan. Penundaan waktu ini dapat membuat frustasi peneliti,
karena peserta tidak dapat direkrut atau data dikumpulkan sampai persetujuan diberikan, maka
dimulainya mungkin tertunda dan dalam beberapa kasus, kemajuan proyek penelitian terhenti.
Sehubungan dengan pengalaman dan kekhawatiran mengenai perbedaan dan keterlambatan
dalam menerima.(Lindsay,2021)

DAFTAR PUSTAKA

Lindsay A. Lentona,*, Victoria Smithb. (2021). Ethical considerations for committees,


supervisors and student researchers conducting qualitative research with young people in the
United Kingdom. forda a School of Psychology, University of Plymouth, UK Pathway Care
Fostering, UK. blished by Elsevier Ltd. Diakses pada tanggal 18 juni 2021 pada pukul 23.15
WIB. https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S2590260121000072?
token=79A91C594C034F324FC0341A117956EBBE921E6C11B91BA86C6999D37991F65BD
E8A609AD1A68B04309156693DAA2541&originRegion=eu-west-
1&originCreation=20210618160240

Atok Miftachul Huda,Dkk. (2019). Etika Lingkungan (Teori dan praktik Pembelajarannya).
Malang: UMM Press. Universitas Muhammadiyah Malang.

Awang, S. A. (2015). Berakhirnya alam dan penyadaran melek ekologi. Yogyakarta: UGM.

Anda mungkin juga menyukai