Taxation II Module PDF Free
Taxation II Module PDF Free
Protector
Ang Swat Lin Lindawati, S.E., M.Com (Hons)., Ph.D., CSRS.,
CSRA., CMA
Responsible Person
Maya Safira Dewi, S.E., Ak., M.Si
Editor
Levana Dhia Prawati, S.E., M.Si., Ak
Author
Feronika (Coordinator)
Della Viola
Felix Juwono Kusuma
Fiona Tivanni
Hellen Chintya Devi
Contents ..................................................................................................................................................... i
Module 1 - Corporate annual income tax ( Tax rate, DE, NDE, depreciation, calculation) ............. 1
Module 4 - General provisions and tax procedures , VAT and sales tas on luxury goods
(definition, DPP,factur, VAT IN, VAT Out) ....................................................................................... 23
Module 5 - VAT and sales tas on luxury goods ( Calculating and prepare VAT Tax
Return) .................................................................................................................................................... 34
Module 6 - Tax on land and bulidings (regulation, calculation) Tax acquitisions of land and
buildings (regulation, calculation) ........................................................................................................ 45
References .............................................................................................................................................. 58
ii
Module 1
Corporate Annual Income Tax
1
Penghasilan ini sering disebut dengan istilah active income.
b. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak atau pun harta tak gerak, seperti bunga,
dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan
untuk usaha. Penghasilan ini sering disebut passive income.
c. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah. Penghasilan ini sering disebut
dengan istilah other income.
2
a. Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b
Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b merupakan tarif umum untuk wajib pajak badan dalam
negeri. Tarif umum PPh Badan yang berlaku untuk tahun pajak 2009 adalah sebesar 28%.
Sedangkan untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya sebesar 25%.
3
PKP dari bagian bruto yang memperoleh
fasilitas:
fasilitas:
Contoh soal:
= Rp 480.000.000
= Rp 2.520.000.000
=Rp 630.000.000
4
c. Peredaran Bruto lebih dari Rp. 50.000.000.000,-
PPh terutang = 25% x Seluruh PKP
d. Penerapan PPh Final UMKM (PP No. 23 Tahun 2018) untuk WP Badan
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang
memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dalam
jangka waktu tertentu.
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan final
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan:
a. Wajib Pajak orang pribadi; dan
b. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan
terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)
Tahun Pajak.
Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
0,5% (nol koma lima persen).
5. Pengurangan Penghasilan
Dalam perpajakan, pengeluaran, beban, atau biaya dibedakan menjadi 2, yaitu:
5
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP;
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu;
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
6
b. Deductible expense (Biaya yang diperkenankan sebagai Pengurang Penghasilan bruto)
Biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai
hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak (Pasal 9 ayat 1).
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali (PMK No.81/PMK.03/2009 dan
PMK No.219/PMK.011/2012);
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
7. Aset yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
8. Pajak Penghasilan;
7
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
6. Amostisasi
Amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu aktiva tidak berwujud secara
bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu di setiap periode akuntansi.
Pengelompokkan aset tak berwujud, masa manfaat, dan tarif amortisasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
7. Depresiasi
Depresiasi atau penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang
diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin berkurang.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud
ditetapkan sebagai berikut:
8
Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan
Berwujud Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
9
Exercises
Problem
1. Tentukan organisasi atau badan di bawah ini termasuk subjek pajak atau bukan subjek pajak !
Koperasi
IMF
BUMN
ASEAN
WTO
Firma
2. PT. Niaga Makmur berdasarkan SPT Tahunan tahun 2014 melaporkan Peredaran brutonya
sebesar Rp. 2.500.750.000,-. Hitung Pajak Penghasilan yang terhutang !
3. PT. Prima Jaya adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang penjualan
Besi. Selama tahun 2016 peredaran bruto PT. Prima Jaya diketahui sebesar Rp.
30.000.000.000,- dengan laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak) sebesar
Rp.6.500.000.000,-. Hitunglah berapa Pajak terutang PT. Prima Jaya !
4. Selama tahun 2013 peredaran bruto PT. Metropolitan diketahui sebesar Rp.78.500.000.000,-.
Hitung berapa Pajak terutang PT. Metropolitan untuk tahun pajak 2013 ? (PKP = Rp.
15.800.000.000)
5. Berikut dibawah ini merupakan aset tetap dari perusahaan PT. Mitra Anda. Dengan metode
saldo menurun, hitunglah nilai sisa pada akhir tahun 2015 !
10
Module 2
Corporate Fiscal Reconciliation
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan
laba menurut akuntansi (komersial) dan laba menurut perpajakan (fiskal).
11
o Penghasilan menurut fiskal lebih besar daripada menurut komersial atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut komersial.
o Biaya menurut fiskal lebih kecil daripada menurut komersial atau suatu biaya atau
pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut komersial.
12
penghitungan kompensasi kerugian. Kompensasi kerugian juga tidak berlaku bagi Wajib
Pajak yang keseluruhan penghasilannya bersifat final dan atau bukan objek.
Contoh soal :
5. Menghitung PPh kurang bayar atau lebih bayar (PPh pasal 29) =
13
Exercises
Multiple Choices
14
Problem
Koreksi Fiskal
1. Analisa apakah kegiatan keuangan berikut termasuk koreksi fiskal positif atau koreksi
fiskal negati!
15
Module 3
Corporate Annual Tax Return Preparation (SPT)
A. Dasar Hukum
B. Pengertian SPT
SPT adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
Bagi wajib pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak terutang. SPT untuk Badan disebut
SPT Badan Formulir 1771.
16
7. Lampiran – V
- Daftar Pemegang Saham atau Pemilik Modal dan Jumlah Dividen yang
Dibagikan
- Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris
8. Lampiran – VI
- Daftar Penyertaan Modal pada Perusahaan Afiliasi
- Daftar Utang dari Pemegang Saham dan atau Perusahaan Afiliasi
- Daftar Piutang kepada Pemegang saham dan atau Perusahaan Afiliasi
17
Exercises
Problem
PT. Sinar Makmur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha dagang barang
elektronik. Perusahaan telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) sejak 2010.
Berikut informasi yang berkaitan dengan data perusahaan
1. Data perusahaan
Nama Perusahaan : PT. Sinar Makmur
NPWP : 01.128.234.2.567.000
Alamat : Jalan Sudirman No. 21, Jakarta Pusat, 14323
Telp : (021) 7893456
E-mail : sinarmakmur@gmail.com
Jenis Usaha : Usaha dagang barang elektronik
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)
Direktur : Budi Kurniawan
2. Kegiatan Usaha
Pada tahun 2018, PT. Sinar Makmur memperoleh penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Berikut ini laporan laba rugi komersial pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Biaya usaha :
Gaji, upah, THR, tunjangan 2.785.000.000
18
Biaya perlengkapan kantor 14.000.000
Biaya transportasi 40.000.000
Biaya telepon 11.500.000
Biaya makan kantor 30.200.000
Biaya promosi 130.000.000
PBB dan bea materai 15.000.000
Pajak Penghasilan 25.000.000
Biaya akomodasi 190.000.000
Biaya representasi 57.000.000
Biaya sewa 35.000.000
Cadangan Kerugian Piutang 26.000.000
Biaya penyusutan 35.150.000
Sumbangan 120.000.000
Kerugian kurs mata uang asing 10.500.000
Biaya lain – lain 215.000.000
Total biaya usaha Rp
Laba usaha Rp
19
2. Informasi yang digunakan sebagai penyesuaian perhitungan laba (rugi) fiskal:
a. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kredit kepada karyawan sebesar Rp
21.000.000 yang penagihannya melalui gaji setiap bulan.
b. Dalam gaji, upah dan tunjangan hari raya (THR) terdapat pengeluaran pembelian
seragam satpam dan bingkisan sebesar Rp 75.000.000
c. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti pengeluaran direktur ke Korea Rp
16.000.000
d. Biaya telepon digunakan untuk fasilitas keperluan kantor dan pribadi karyawan.
e. Biaya promosi yang sesuai tagihan Rp 85.000.000, sisanya diskon dari perusahaan
iklan
f. Pajak Penghasilan merupakan PPh pasal 25 merupakan angsuran pajak selama tahun
2018.
g. Biaya akomodasi terdapat Rp 7.000.000 pengeluaran istri komisaris untuk menginap
di hotel.
h. Cadangan kerugian piutang mengikuti aturan pajak terbaru.
i. Dalam biaya lain – lain terdapat biaya denda pajak Rp 2.576.000 dan Rp 500.000
tidak didukung bukti pengeluaran.
j. Dalam akun sumbangan terdapat Rp 86.000.000 sebagai sumbangan bencana
Gempa Lombok yang merupakan bencana alam nasional.
k. Perusahaan mempunyai aset tetap:
Sebuah mobil dibeli pada tanggal 1 Januari 2012, harga perolehan
Rp150.000.000, umur ekonomis 10 tahun, dengan nilai residu 10%. Perusahaan
menggunakan metode garis lurus secara akuntansi. Menurut pajak, barang ini
termasuk golongan II (umur ekonomis 8 tahun), perusahaan menggunakan metode
saldo menurun menurut pajak.
Sebuah printer dibeli pada tanggal 1 Januari 2005, harga perolehan Rp 3.000.000,
umur ekonomis 5 tahun. Menurut pajak, barang ini termasuk golongan I (umur
ekonomis 4 tahun), perusahaan menggunakan metode garis lurus menurut
akuntansi dan pajak.
Bangunan Non Permanen berupa booth pameran digunakan pada tanggal 1 Juli
2016 dengan harga perolehan Rp 8.000.000. Secara komersial, bangunan non
permanen ini menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis 12 tahun.
Bangunan permanen siap digunakan pada tanggal 1 Januari 2015 seharga Rp
3.550.000.000, taksiran umur ekonomis 25 tahun, dengan perkiraan nilai residu
sebesar 25 % dari harga perolehan dengan metode garis lurus. Menurut peraturan
pajak, bangunan ini termasuk golongan aktiva tetap kelompok bangunan
permanen dengan metode garis lurus dan umur ekonomis 20 tahun.
20
l. Penghasilan deviden sebesar Rp 150.000.000 yang merupakan dividen kas dari
penyertaan saham 20% pada PT. Sukses sebesar Rp 50.000.000; Sebesar Rp
70.000.000 deviden kas dari penyertaan 15 % pada PT. Abadi; dan sisanya sebesar
Rp 30.000.000 merupakan deviden kas yang diterima dari penyertaan saham 35 % di
PT. Sejahtera.
m. Penghasilan sewa merupakan penghasilan sewa bangunan
n. Penghasilan bunga merupakan deposito dari Bank Mandiri.
21
7. Data Komisaris :
Nama Komisaris : Putri Kirana
Alamat : Jalan Wahidin No. 46, Jakarta Selatan
NPWP : 04.367.283.3.555.000
Jabatan : Komisaris Utama
Diminta :
22
Module 4
General Provisions and Tax Procedures
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) merupakan ketentuan formal yang mendasari
pelaksanaan perundang-undangan perpajakan. KUP memuat bentuk atau tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan.
Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah:
a. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri.
Pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan;
c. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini
administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapih, terkendali, sederhana,
dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.
1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam satu SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan).
2. Mengajukan keberatan dan banding.
3. Memperpanjang waktu penyampaian SPT .
4. Membetulkan SPT.
5. Mangajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
23
6. Mengajukan keberatan atas SKP (Surat Ketetapan Pajak).
7. Mengajukan permohonan banding.
8. Menunjuk seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban.
9. Memperoleh pengurangan/penghapusan sanksi administrasi.
2. Wajib Pajak yang melakukan Pekerjaan Bebas dan Wajib Pajak Badan.
Wajib Pajak Badan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1
bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
Tempat Pendaftaran
Pada prinsipnya Wajib Pajak orang pribadi dan Badan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
25
Kena Pajak (JKP) yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya.
Fungsi NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak):
1. Untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak.
2. Untuk pengawasan administratif perpajakan.
3. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM.
Untuk mendapat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak, seorang
pengusaha, bisnis, atau perusahaan harus memenuhi syarat:
Memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku mencapai Rp 4,8 miliar. Tidak
termasuk pengusaha, bisnis, atau perusahaan dengan pendapatan bruto kurang dari Rp 4,8
miliar, kecuali pengusaha tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Melewati proses survei yang dilakukan KPP atau KP2KP tempat pendaftaran.
Melengkapi dokumen dan syarat pengajuan PKP atau pengukuhan PKP.
Sanksi-Sanksi
Pengenaan sanksi perpajakan dari pelanggaran bagi perusahaan yang tidak mendaftarkan diri
untuk dikukuhkan sebagai PKP, antara lain:
1. Dikenakan sanksi perpajakan
26
Sesuai dengan Pasal 39 UU KUP, yaitu sanksi pidana paling rendah 6 bulan penjara dan
paling lama 6 tahun penjara dan denda paling rendah 2 kali jumlah pajak terhutang dan
paling tinggi 4 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang bayar.
2. Pengusaha yang wajib dikukuhkan sebagai PKP namun tidak melaporkan kegiatan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, maka dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
3. Jika WP sudah memenuhi persyaratan untuk dikukuhkan sebagai PKP namun tidak
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP), maka kepada WP yang bersangkutan dapat diterbitkan NPPKP secara jabatan.
E. SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak, dan atau
harta dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.
SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terhutang.
Wajib SPT
Setiap pihak yang terdaftar di KPP pada dasarnya wajib mengisi SPT dan menandatangani
serta menyampaikan ke kantor Dirjen Pajak tempat WP terdaftar atau dikukuhkan. Namun
ada pihak yang dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT yaitu:
1. WP orang pribadi yang penghasilan nettonya tidak melebihi PTKP. WP ini dikecualikan
untuk penyampaian SPT Masa dan Tahunan.
2. WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. WP ini hanya
dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT Masa.
Jenis SPT
SPT bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. SPT Masa
27
SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa pajak. Adapun yang dimaksud masa pajak adalah
jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan takwim atau jangka waktu lain yaitu 3
bulan takwim.
2. SPT Tahunan
SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. Adapun yang
dimaksud dengan tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun takwim atau tahun pajak.
28
G. SSP
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
H. SKP
Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu
yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data
fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak berfungsi sebagai :
Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak tertentu yang nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terhutang.
29
J. STP
Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan surat yang digunakan aparat pajak untuk melakukan
penagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak,
sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa.
Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam STP sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk paling
lama 24 bulan. Sanksi tersebut dihitung sejak saat terhutangnya pajak atau Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkanya STP.
K. Tax Audit
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan
atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
30
Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
31
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek
yang terhutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan, barang
bergerak dan atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terhutang
pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberikan keterangan lisan dan atau tertulis yang diperlukan;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.
32
Exercises
1. Surat Pemberitahuan Tahun Pajak Penghasilan tahun 2017 yang disampaikan pada
tanggal 31 Maret 2018 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar sebesar Rp 2.500.000. Atas kekurangan
pajak penghasilan tersebut diterbitkan STP pada tanggal 13 Juli 2018. Berapakah total
jumlah yang harus dibayar?
3. Wajib Pajak merupakan pihak yang melaksanakan kewajiban perpajakan untuk seluruh
jenis pajak, sedangkan Pengusaha Kena Pajak merupakan pihak yang melaksanakan
kewajiban perpajakan terkait…
A. PPh
B. PPN
C. PPnBM
D. PBB
4. Dokumen pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak disebut…
A. SKPKB
B. STP
C. SKPLB
D. SKPN
5. Jika dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis
dan/atau salah hitung. Maka akan diterbitkan…
A. SKPKB
B. STP
C. SKPLB
D. SKPN
33
Module 5
VAT and Sales Tax on Luxury Goods
Dasar Hukum
1. PPN
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di
dalam daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Pada dasarnya, setiap barang dan jasa
adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan oleh Undang-Undang
PPN.
34
Karakteristik PPN:
1. Pajak objektif
2. Pajak tidak langsung
3. Multistage tax
4. Nonkumulatif
5. Tarif tunggal
6. Credit method/invoice method/indirect substruction method
7. Consumption type value added tax (VAT)
8. Pajak atas konsumsi dalam negeri
2. PPnBM
Selain dikenakan PPN, pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong mewah
juga dikenakan PPnBM. Yang dikenakan PPnBM adalah:
a. Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok.
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukan status.
e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat serta menganggu
ketertiban masyarakat.
4. Subjek Pajak
Pajak PPN dan PPnBM dikenakan kepada pengusaha, pengimpor atau pedagang yang
menjual barang-barang yang termasuk dalam objek pajak PPN dan PPnBM.
35
5. Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha,
b. Impor barang kena pajak,
c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha,
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean,
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai didasarkan atas
kelompok-kelompok barang berikut ini:
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya.
d. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai didasarkan atas
kelompok-kelompok jasa berikut ini:
a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis.
b. Jasa di bidang pelayanan sosial.
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna dengan hak opsi.
e. Jasa di bidang pendidikan.
f. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.
g. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.
h. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air.
i. Jasa di bidang tenaga kerja.
j. Jasa di bidang perhotelan.
36
k. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum.
6. Tarif Pajak
a. Tarif PPN adalah 10%
b. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas:
Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud
Ekspor BKP Tidak Berwujud
Ekspor Jasa Kena Pajak
c. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi
200%
d. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0%
e. Tarif PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri adalah 10% dengan DPP 20% x jumlah
Biaya yang dikeluarkan setiap bulannya.
37
Tata cara mengisi SSP:
1. Isikan NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak.
2. Isikan nama Wajib Pajak.
3. Isikan alamat Wajib Pajak.
4. Isikan Nomor Objek Pajak, bila ada.
Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat dengan NOP
adalah nomor identitas objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diberikan oleh
DJP Pajak pada saat dilakukan pendaftaran dan/atau pendataan objek pajak PBB dan
digunakan dalam administrasi perpajakan serta sebagai sarana wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
5. Isikan alamat Objek Pajak, bila Anda.
6. Isikan Kode Akun Pajak (KAP). Kode Akun Pajak adalah kode dari nama pajak yang
akan Anda setorkan. Misalnya, Kode Akun Pajak untuk PPh Pasal 21 adalah KAP
411121.
7. Isikan Kode Jenis Setoran (KJS). Kode Jenis Setoran adalah kode jenis setoran pajak
yang hendak Anda bayarkan. Misalnya Kode Jenis Setoran untuk penyetoran SPT Masa
adalah 300.
8. Isikan uraian pembayaran berupa keterangan yang Anda perlu tuliskan.
9. Berikan tanda silang (X) pada masa pajak atau bulan yang pajaknya hendak Anda
setorkan.
10. Isikan tahun dari pajak yang hendak bayarkan.
11. Isikan nomor ketetapan, bila ada denda yang hendak harus dibayarkan, yaitu STP (Surat
Tagihan Pajak), SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) atau SKPKBT (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan).
12. Isikan jumlah pembayaran pajak dalam mata uang rupiah.
13. Isikan jumlah terbilangnya.
14. Terakhir, bubuhkan tanda tangan Anda beserta tanggal penyetoran pajak.
38
9. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai-1111
Pengertian
SPT Masa PPN merupakan formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak Badan untuk melaporkan
perhitungan jumlah pajak baik untuk melapor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maupun Paajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang terhutang.
39
Fungsi
Fungsi dari SPT Masa PPN selain untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, namun
juga dapat digunakan untuk melaporkan harta dan kewajiban serta penyetoran pajak dari
pemotong atau pemungut.
40
Exercises
2. Bapak Budi adalah seorang Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pada suatu masa, ia
melakukan kegiatan sebagai berikut :
- Membeli Barang Kena Pajak Rp. 50.000.000
- Menjual BKP ke PKP Rp. 40.000.000
- Menjual BKP ke bukan PKP Rp. 100.000.000
- Menjual BKP ke Luar negeri Rp. 235.000.000
Hitung :
a. Pajak Masukan
b. Pajak Keluaran
c. PPN lebih atau kurang bayar
3. Perusahaan PT. Jaya Maju adalah Pengusaha Kena Pajak melakukan pembangunan
gudang seluas 550 m2 dengan total biaya sebesar Rp 2.225.500.000. Berapakah DPP dan
PPN nya ?
4. LESTARI adalah perusahan yang bergerak di bidang reklame yang telah dikukuhkan
sebagai PKP sejak tahun 2016. Berikut adalah transaksi yang dilakukan LESTARI
selama bulan Maret 2018.
- Tanggal 2 Maret melakukan pemasangan Baliho di Jalan Nusa Indah dengan harga
Rp. 460.000.000,-
41
- Tanggal 4 Maret melunasi tagihan PT. Cepat atas pembelian alat PRINTER bulan
Januari 2010 sebesar Rp. 150.000.000,-
- Tanggal 10 Maret menerima pembayaran senilai Rp. 440.000.000,- atas jasa yang
dilakukan pada PT. Senang. (sudah termasuk PPN)
- Tanggal 16 Maret membayar rekening listrik bulan ini sebesar Rp. 2.750.000,-
(termasuk PPN) kepada PLN.
- Tanggal 19 Maret membayar sewa ruang kantor sebesar Rp. 105.000.000,- kepada
PT. Angin Lalu.
- Tanggal 24 Maret menerima pembayaran atas pengiriman Baliho sebesar Rp.
160.000.000,- kepada PT. Sedap Wangi.
- Tanggal 27 Maret melunasi tagihan PD. Sukses atas pembelian kertas Vynil bulan
lalu sebesar Rp. 990.000,- (termasuk PPN)
- Tanggal 29 Maret menerima pembayaran dari Dinas Pendidikan atas pemasangan
Baliho bulan Februari 2018 senilai Rp. 55.000.000,-
- Tanggal 30 Maret membayar jasa akuntan bulan Februari total tagihan Rp.
40.000.000,-
5. CV. METAMORV adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian dan sejak
tanggal 1 Januari 2013 dikukuhkan sebagai PKP.
1. Identitas Pengusaha Kena Pajak
Nama : CV. METAMORV
Alamat : Jl. Ganesha No. 15 Bandung
NPWP : 01.333.444.5.091.000
No. Telepon : (022) 735202.
42
2. Penjualan/ penyerahan selama Juni 2017
1) Tanggal 1 Juni melakukan penyerahan tunai 800 helai kemeja @ Rp. 70.000,- ke
CHOCOLATE BOUTIQUE yang beralamat di Jalan Tanjung Pura no. 5
Pontianak. NPWP 01.222.333.5.465.002. Harga belum termasuk PPN. No Faktur
Pajak 010.000.17.00000121
2) Tanggal 3 Juni menerima pesanan 100 lusin kaos putih @ Rp. 30.000,- dari
Kantor DJP Kementrian Keuangan. Alamat kantor: Jalan Medan Merdeka Barat
no. 3 Jakarta Pusat. NPWP Bendaharawan 00.011.882.8.075.000. No Faktur
Pajak 020.000.17.00000122
3) Tanggal 12 Juni melakukan penjualan ke Toko Riverdale yang beralamat di
Jalan Kehidupan Bandung senilai Rp. 33.000.000,- NPWP
01.222.333.5.465.003. Harga sudah termasuk PPN. No. Faktur Pajak
010.000.17.00000123
4) Tanggal 15 Juni melakukan pembagian jaket gratis dalam rangka ulang tahun
perusahaan sebanyak 50 helai @ Rp. 100.000,- harga belum termasuk PPN,
tetapi termasuk laba Rp. 20.000 per helai. No Faktur Pajak 010.000.17.00000124
5) Tanggal 24 Juni melakukan penjualan ke PT. Modelano yang beralamat di Jalan
Asia Tenggara Makassar senilai Rp. 75.000.000,- Harga belum termasuk PPN.
NPWP 01.333.444.5.011.000. No Faktur Pajak 010.000.17.00000125
43
4) Tanggal 22 Juni membeli secara tunai 1 unit mobil seharga Rp. 210.000.000
dari CV, ASTRA. diterima faktur pajak 010.000.12.00001342. Mobil tersebut
untuk kepentingan pribadi direktur.
5) Tanggal 27 Juni membeli secara tunai bahan pakaian senilai Rp. 27.500.000
dari PT. Citra. NPWP 01.333.222.5.090.001. Harga sudah termasuk PPN.
Diterima faktur pajak 010.000.12.00006789
Informasi tambahan:
- Pada bulan Juni, CV. Metamorv membangun gudang tanpa menggunakan jasa
kontraktor. Luas bangunan 450 m2, biaya yang dikeluarkan pada bulan Juni
sebesar Rp. 250.000.000,-
- Pada Mei 2017 terdapat data PPN lebih bayar sebesar Rp. 250.000 yang
dikompensasikan untuk masa pajak Juni 2017.
Laporkan PPN dan PPnBM dalam bentuk SPT Masa PPN dan akan disampaikan
pada tanggal 25 Juli 2017!
44
Module 6
Tax on Land and Bulidings (PBB)
Tax Acquitisions of Land and Buildings (BPHTB)
A. PENDAHULUAN
Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD).
Pajak Bumi Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) adalah pajak atas bumi
dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
45
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) : Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain
ke kas daerah atau bank atau melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah.
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) : Surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) : Surat yang digunakan untuk
memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang
terutang kepada Wajib Pajak.
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) : Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administratif berupa bunga dan atau denda.
C. OBJEK PBB
Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah bumi dan atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
46
Tempat penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
Fasilitas lain yang memberikan manfaat
Subjek pajak yang dikenai pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang dapat
mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau
memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Wajib pajak yang dikenai pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau
memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
F. PBB TERUTANG
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP).
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap
tahun sesuai perkembangan daerahnya. NJOP PBB P2 ditetapkan oleh Kepala Daerah
(Bupati/Walikota).
47
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling
rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak
(selanjutnya ditetapkan masing-masing daerah berdasarkan Perda).
Tarif PBB P2 ditetapkan paling tinggi 0,3% dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(Pasal 80 UU PDRD).
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim, yaitu dari 1 Januari sampai
dengan 31 Desember.
Saat terutangnya pajak adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Tempat terutangnya pajak adalah wilayah daerah yang mencakup letak objek pajak.
48
2. BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
A. PENDAHULUAN
Dasar Hukum : UU no. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD).
Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
B. ISTILAH – ISTILAH DALAM BPHTB
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan.
Hak atas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan,
beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar adalah
surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar.
Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah surat yang oleh
Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara
atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
Menteri dan sekaligus untuk melaporkan data perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan.
49
2) Tukar menukar;
3) Hibah;
4) Hibah wasiat;
5) Waris;
6) Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;
7) Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8) Penunjukan pembeli dalam lelang;
9) Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
10) Penggabungan usaha;
11) Peleburan usaha;
12) Pemekaran usaha;
13) Hadiah.
50
c. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;
d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama;
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah;
g. Objek pajak tertentu.
51
Apabila NPOP sebagaimana yang dimaksud diatas tidak diketahui atau lebih rendah
daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan,
DPP yang digunakan adalah NJOP PBB.
Dalam hal perolehan hak waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih
dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami atau istri,
NPOPTKP ditetapkan secara regional paling rendah Rp 300.000.000.
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
(NPOP) dikurangi dengan NPOPTKP.
Tarif BPHTB : paling tinggi 5%. Tarif BPHTB selanjutnya ditetapkan dengan Perda.
Jika perolehan hak atas tanah dan bangunan karena waris/hibah wasiat/pemberian hak
pengelolaan, maka BPHTB yang harus dibayar adalah
BPHTB TERUTANG = 50% x TARIF x (NPOP-NPOPTKP)
52
d. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke
Kantor Pertanahan;
e. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal
dibuat dan ditandatanganinya akta;
f. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
g. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang, yaitu tanggal
ditandatanganinya Risalah Lelang oleh Kepala Kantor Lelang Negara atau kantor
lelang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
memuat antara lain nama pemenang lelang;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap;
i. hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya
ke Kantor Pertanahan;
j. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
k. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal ditandatangani dan
diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
l. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-tanganinya akta;
m. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-tanganinya akta;
n. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-tanganinya akta;
o. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.
Tempat terutang BPHTB : wilayah kabupaten, kota, atau provinsi yang meliputi letak tanah dan
bangunan.
53
Exercises
Multiple Choices
1. PBB terutang sebesar Rp 120.000 dengan jatuh tempo pembayaran adalah 1 Agustus 2017.
Wajib Pajak baru membayar pada 1 Desember 2017. Besarnya pajak yang harus dibayar
adalah
a. Rp 128.900
b. Rp 8.900
c. Rp 129.600
d. Rp 9.600
2. Pada 1 Januari 2016, Rina mempunyai objek pajak tanah dan bangunan dengan NJOP sebesar
Rp 260.000.000. Pada 11 Agustus 2016, bangunan yang ia beli senilai Rp 100.000.000
terbakar. Maka berapa nilai NJOP yang digunakan Rina dalam perhitungan PBB terutang?
a. Rp 260.000.000
b. Rp 100.000.000
c. Rp 160.000.000
d. Rp 280.000.000
4. Objek pajak BPHTB yang terutang sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke Kantor Pertanahan adalah
a. Hadiah
b. Hibah wasiat
c. Pemberian hak baru di luar pelepasan hak
d. Jual beli
54
5. Dalam hal apa terjadi kelebihan pembayaran BPHTB ?
a. BPHTB yang dibayar lebih besar daripada yang seharusnya terutang.
b. BPHTB yang dibayar seharusnya terutang.
c. Permohonan pengurangan dikabulkan.
d.Pengajuan keberatan atas ketetapan BPHTB dikabulkan seluruhnya atau sebagian.
Problem
SOAL PBB
1. Pak Beni mempunyai tanah dan bangunan yang berlokasi di Kota X berupa:
a. Tanah seluas 2.000 meter persegi dengan nilai jual objek pajak Rp 170.000 per meter
persegi.
b. Bangunan seluas 600 meter persegi dengan nilai jual objek pajak Rp 2.300.000 per meter
persegi.
c. Taman seluas 300 meter persegi dengan nilai jual objek pajak Rp 1.500.000 per meter
persegi.
d. Pagar sepanjang 400 meter persegi dengan nilai jual objek pajak Rp 500.000 per meter
persegi.
Besarnya NJOPTKP di Kota tersebut adalah Rp 10.000.000. Tarif PBB ditetapkan sebesar
0.2 persen. Hitung PBB terutang!
SOAL PBB
2. Tuan Robi seorang PNS yang memiliki 2 buah rumah pada suatu kawasan real estate. Objek
pertama terletak di Citra Raya Estate dengan NJOP Bumi sebesar Rp 28.000.000 dan NJOP
Bangunan sebesar Rp 23.500.000. Untuk Objek kedua terletak di Bogor dengan NJOP Bumi
sebesar Rp 31.000.000 dan NJOP Bangunan sebesar Rp 10.000.000. NJOPTKP ditetapkan
sebesar Rp 12.000.000 dan tarif 0.01%. SPPT diterima Tuan Robi pada tanggal 1 Januari
55
2007. Hitunglah PBB terutang pada tahun 2007 dari Tuan Robi dan kapan tanggal jatuh
tempo nya!
SOAL BPHTB
3. Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya dengan nilai pasar Rp 500.000.000,- NJOP
yang tercantum dalam SPPT Rp 700.000.000,-. NPOP TKP Rp 300.000.000,- Berapa
besarnya BPHTB terutangnya ?
SOAL BPHTB
4. PT. A mempunyai aktiva berupa tanah dan diatasnya didirikan bangunan pabrik dengan total
NJOP menurut SPPT PBB tahun 2016 menunjukkan Rp 15.000.000.000. PT. B mempunyai
aktiva berupa tanah dan diatasnya didirikan bangunan pabrik dengan total NJOP menurut
SPPT PBB tahun 2016 menunjukkan Rp 30.000.000.000.
Kemudian pada 1 Juni 2016 kedua perusahaan tersebut sepakat melakukan peleburan usaha
dengan memberi nama PT C dengan nilai pasar Rp 60.000.000.000 dengan ditandatanginya
akta peleburan usaha pada 10 Oktober 2016. Berdasarkan informasi, NPOPTKP sebesar Rp
80.000.000 dan tarif BHPTB sebesar 5 %.
Berdasarkan kasus diatas,
a. Hitunglah BPHTB atas peleburan perusahaan tersebut!
b. Kapan saat terutangnya BPHTB pada kasus tersebut!
SOAL BPHTB
5. Pada tanggal 5 Januari 2003, Ibu Susi membeli sebidang tanah di Yogyakarta dengan harga
transaksi sebesar Rp 300.000.000 dan BPHTBnya telah dibayar lunas pada tanggal tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan PBB Yogyakarta Satu pada
tanggal 7 Februari 2003, ternyata NJOP PBB atas tanah tersebut adalah sebesar Rp
350.000.000.
56
Pada tanggal 1 Maret 2003 diperoleh data baru, ternyata transaksi yang benar atas tanah
tersebut adalah sebesar Rp 400.000.000. Atas temuan-temuan tersebut diatas Kepala Kantor
Pelayanan PBB Yogyakarta Satu telah menerbitkan SKBKB (Surat Ketetapan BPHTB
Kurang Bayar) pada tanggal 7 Februari 2003 dan SKBKBT (Surat Ketetapan BPHTB Kurang
Bayar Tambahan) pada tanggal 1 Maret 2003.
Berapa BPHTB yang harus dibayar oleh Ibu Susi tersebut berdasarkan SKBKB dan SKBKBT
yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan PBB tersebut bila NPOPTKP ditentukan
sebesar Rp 60.000.000 ?
57
References
https://www.beecloud.id/
https://www.online-pajak.com/
http://www.ortax.org/ortax/
http://www.pajak.go.id/
http://www.pajak.go.id/peraturan-pemerintah-nomor-23-tahun-2018
58