Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No.

3, September 2017

PENANGANAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HIDUP


DENGAN MENGGUNAKAN ES SEBAGAI PENGAWET
Mafrian Kris Marajaˡ, Netty Salindeho², Jenki Pongoh²
1)
Mahasiswa pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado
2)
Staf pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK Unsrat Manado

ABSTRACT
The research of Tilapia fish handling (Oreochromis niloticus) by using ice as a preservative has
been done. Immortalization fish is one way of handling technique by using low temperature that is
cooling to be applied for live fish transportation, so that fish do not stress during transportation and also
can press load weight to be lighter than wetland system transpotation that use w ater, by returning the fish
to its habitat pool with the help of sufficient aeration in order for the fish to regain consciousness and to
calculate the mortality rate of the storage. The optimum time for immortalization tilapia fish is at 8°C in
8.19 minutes at 2 hours storage. The media used in this research is rice husks. For re -awareness, the
optimum time is 48 seconds in 2 hours storage period was obtained. Storage temperature in ±14 –16°C
obtained the best mortality rate because until the storage of 6 hours, mortality rate only in 20.8% level,
but until the maximum storage has reached 87.5% in 8 hours storage. Compared with storage in
temperature ±10–12°C at 6 hours storage, the mortality has reached 50% and at maximum storage 8
hours mortality rate has reached 100%.

Keyword: Handling Technique, Aeration, Immobilization, Storage, Awareness and Mortality.

ABSTRAK
Penelitian mengenai penanganan ikan Nila (Oreochromis niloticus) hidup dengan menggunakan
es sebagai pengawet telah dilakukan. Pemingsanan ikan merupakan salah satu cara teknik handling
dengan menggunakan suhu rendah yaitu pendinginan untuk diaplikasikan pada transportasi ikan hidup
agar ikan tidak mengalamai stress selama transportasi dan juga dapat menekan berat beban agar lebih
ringan dibandingkan dengan transpotasi sistem basah yang menggunakan air, setelah dipingsankan ikan
kembali disadarkan dengan mengembalikan ikan ke kolam air habitatnya dengan dibantu aerasi yang
cukup agar ikan kembali sadar dan dapat dihitung tingkat mortalitas dari penyimpanan tersebut. Waktu
optimum untuk pemingsanan ikan nila pada suhu 8°C adalah 8,19 menit pada penyimpanan 2 jam. Media
yang digunakan pada penelitian ini ialah sekam padi. Untuk penyadaran kembali, didapatkan waktu
optimum 48 detik pada lama penyimpanan 2 jam. Pada penyimpanan suhu ±14–16°C didapat tingkat
mortalitas terbaik karena sampai penyimpanan 6 jam tingkat motalitasnya 20,8%, namun sampai
penyimpanan maksimum sudah mencapai 87,5% yaitu di penyimpanan 8 jam. Dibandingkan dengan suhu
penyimpanan ±10–12°C pada penyimpanan 6 jam mortalitasnya sudah mencapai 50% dan pada
penyimpanan maksimal 8 jam tingkat mortalitasnya sudah mencapai 100%.

Kata Kunci: Teknik handling, Aerasi, Pemingsanan, Penyimpanan, Penyadaran dan Mortalitas .

PENDAHULUAN Asia Tenggara, ikan nila banyak dibudidayakan,


terutama Filipina, Malaysia, Thailand dan
Salah satu jenis ikan yang potensial
Indonesia. Di Indonesia, ikan ini sudah tersebar
untuk dipasarkan dalam keadaan hidup adalah
hampir ke seluruh pelosok wilayah tanah air
ikan nila, cara yang biasa dilakukan dalam
(Khairuman dan Amri 2008).
pengangkutan ikan nila hidup adalah dengan
Pada transportasi ikan hidup sistem
sistem basah, cara ini untuk keperluan jarak
kering perlu dilakukan proses penanganan atau
dekat dan kurang efektif jika digunakan untuk
pemingsanan terlebih dahulu. Kondisi ikan
jarak jauh, karena dibutuhkan tempat yang lebih
yang tenang dapat mengurangi stress, menekan
besar sehingga menjadi berat. Transportasi ikan
kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen.
hidup sistem kering dapat menjadi pilihan untuk
Pada kondisi ini tingkat kematian selama
distribusi ikan nila hidup dengan waktu
transportasi rendah, sehingga memungkinkan
pengangkutan yang relatif lebih lama. Ikan nila
jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas
(Oreochromis niloticus) sangat dikenal oleh
angkut dapat meningkat. Metode pemingsanan
masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di
ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan
negara berkembang maupun di negara maju. Di

80
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 3, September 2017

zat anestesi atau dapat juga menggunakan es batu ±1,8kg per cool box, air dan sekam
penurunan suhu. Zat anestesi yang biasa padi.
digunakan untuk proses pemingsanan ikan
berupa bahan kimia seperti MS-222 (tricaine Prosedur Penelitian
methane sulphonate), CO 2 dan quinaldine serta Analisis data yang digunakan dalam
bahan alami seperti eksrak biji karet dan penelitian ini ialah metode Rancangan Acak
ekstrak cengkeh. Penggunaan bahan kimia Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 perlakuan
seperti MS-222 cukup popular digunakan, tetapi yaitu perlakuan metode penyimpanan (A) yang
harganya mahal. Perlu diperhatikan bahwa ikan terdiri atas 2 taraf, A 1: penyimpanan dengan
yang akan dipingsankan nantinya akan suhu 10–12°C, A2: penyimpanan dengan suhu
dikonsumsi, sehingga pemilihan metode 14–16°C. Perlakuan lama penyimpanan (B)
pemingsanan harus memperhatikan aspek terdiri atas 4 taraf: B 1: 2 jam, B 2: 4 jam, B 3: 6
kesehatan. Metode pemingsanan menggunakan jam dan B 4: 8 jam.
penurunan suhu menjadi salah satu pilihan yang
aman karena tidak mengandung residu kimia di Pengukuran Kualitas Air
dalamnya (Pratisari, 2010). Pengukuran kualitas air terlebih dahulu
Selain itu media penyimpanan setelah dilakukan sebelum digunakan dalam penelitian.
ikan dipingsankan merupakan salah satu faktor Hal ini diperlukan karena kualitas air
penentu, hal yang perlu diperhatikan dalam merupakan salah satu faktor yang perlu
penggunaan media penyimpanan yaitu faktor diperhatikan bagi kelangsungan hidup ikan
keamanan untuk ikan karena apabila selama proses aklimatisasi dan penyadaran
mengandung senyawa berbahaya dapat kembali. Pengukuran kualitas air meliputi
menyebabkan ikan keracunan atau kematian pengukuran suhu, kadar oksigen terlarut (DO)
selama penyimpanan, serta faktor ekonomis dan pH terhadap air yang akan digunakan
karena metode ini dikembangkan agar sebagi media pemingsanan ikan.
pengusaha dapat mengurangi biaya transpotasi Tabel 1. Standar Kualitas Air Untuk Budidaya
yang dibutuhkan. Sehingga sekam padi menjadi Ikan Nila.
pilihan media penyimpanan yang baik. Sekam Parameter Standar kualitas
padi merupakan limbah pertanian yang cukup Suhu 20–25°C
melimpah di Sulawesi Utara, dengan Oksigen terlarut (DO) >5 mg/lt
penggunaan limbah tersebut sebagai media pH 7–8
penyimpanan akan memberikan nilai tambah Sumber: BBPBAT, 2015.
ekonomis di bidang pertanian, sedangkan Pengukuran karakteristik DO media air
transportasi ikan hidup dalam wadah tanpa air dilakukan dengan menggunakan alat ukur
dapat memberikan nilai tambah ekonomis di elektronik DO-meter. Prosedur diawali dengan
bidang perikanan (Suwetja, dkk. 2016). kalibrasi alat dengan membandingkan hasil
pengukuran dengan cara titrasi standar Enkler
METODOLOGI PENELITIAN terhadap air contoh yang sama. Setelah proses
Tempat dan Waktu Penelitian kalibrasi selesai, air sampel dimasukkan ke
Penelitian ini telah dilaksanakan selama dalam gelas erlenmeyer sebanyak 25 ml. Proses
5 bulan yaitu Maret–Mei 2017 di laboratorium selanjutnya adalah magnetic stirrer dimasukkan
Pengendalian Mutu Hasil Perikanan dan ke dalam sampel untuk menghomogenkan
Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan kandungan oksigen dalam air, kemudian
Unsrat Manado, Fakultas Perikanan dan Ilmu dilakukan pengukuran dengan DO-meter
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. (Nasution 2012).
Nilai pH diukur dengan menggunakan
Alat dan Bahan alat pH-meter. Sebelum digunakan, pH-meter
Alat-alat yang digunakan dalam dikalibrasi terlebih dahulu dengan akuades yang
penelitian ini adalah timbangan, kotak memiliki nilai derajat keasaman 6 dan 8, seba-
Styrofoam berukuran 50x40x40 cm sebanyak 4 nyak 25 ml air sampel selanjutnya dimasukkan
buah , thermometer, pengukur waktu, aerator, ke dalam erlenmeyer untuk diukur derajat ke-
baskom plastik dan kertas/plastik pembungkus. asamannya dengan alat pH-meter yang telah
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dikalibrasi terlebih dahulu (Nasution 2012).
ini adalah ikan nila berukuran ±250g per ekor,

81
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 3, September 2017

Media Sekam Padi Dingin ikan pingsan pada menit ke 8,11. Pengamatan
Media penyimpanan yang digunakan yang dilakukan selama waktu pemingsanan,
dalam penelitian ini adalah sekam padi dingin. ikan mulai mengalami perubahan gejala mema-
Sebelum digunakan sekam padi dicuci dengan suki fase pingsan atau mengalami kondisi mulai
air lalu kemudian dijemur sampai kering, sekam roboh saat memasuki menit ke 9, dimana ikan
yang sudah kering kemudian direndam dengan yang tadinya masih mampu untuk berenang
air di dalam ember yang kemudian ditambahkan dengan aktif, perlahan sudah bergerak tidak
es batu dan diaduk sampai suhu sekam padi beraturan dan bahkan sudah ada yang roboh.
sesuai dengan suhu pembiusan ikan nila, hal ini Untuk dapat mengetahui ikan yang telah sudah
diperlukan karena sekam padi berfungsi sebagai pingsan total kita dapat memeriksa dengan
bantalan untuk ikan selama penyimpanan memberikan sedikit rangsangan di bagian perut
maupun nantinya bila nantinya diangkut untuk ikan dan dapat melihat dari aktivitas operkulum
ditransportasikan ke tempat tujuan, serta sekam dari ikan tersebut, bila ikan sudah tidak ber-
tersebut bertujuan agar menjaga suhu di dalam gerak maka dapat langsung segera dibungkus
kemasan tetap dingin agar kondisi ikan tetap pada bagian kepala sampai menutupi setengah
dalam keadaan imotil atau pingsan. badan ikan kemudian disimpan dalam wadah
Styrofoam dengan menggunakan media sekam
Ikan Nila padi yang sudah didinginkan sebagai alas atau
Sampel ikan yang digunakan untuk bantalan agar ikan tidak bergerak selama
penelitian telah dipilih dalam kondisi yang penyimpanan.
sehat, gerakannya aktif dan responsif terhadap
Lama Waktu Pemingsanan
0.25

0.20

0.19
0.18

0.18
rangsangan. Ikan yang baru dibeli dalam

0.16
0.20

0.15

0.14
keadaan hidup dari kolam petani ikan dan
dipindahkan pada wadah kolam aklimatisasi 0.15 0.13
(Menit)

yang telah diberi aerasi terus menerus terlebih 0.10


dahulu sebelum digunakan untuk karantina
selama satu malam atau kurang lebih 24 jam. 0.05

0.00
Kemasan 2 4 6 8
Kemasan yang digunakan untuk Lama Waktu Penyimpanan (Jam)
penyimpanan ikan nila adalah kotak Styrofoam, A1 (Suhu 10-12°C) A2 (Suhu 14-16°C)
dimana persiapan media kemasan dilakukan Gambar 1. Diagram Lama Kecepatan Waktu
sebelum pelaksanaan percobaan penelitian. Pemingsanan Ikan Nila.
Kemasan dipersiapkan bersamaan dengan Ket.: A1: penyimpanan suhu 10–12°C, A2: penyimpanan suhu 14–
16°C, B1: 2 Jam, B2: 4 Jam, B3: 6 Jam, B5: 8 Jam.
berlangsungnya proses pemingsanan dengan
penurunan suhu rendah terhadap ikan nila, pada Teknik pemingsanan atau imotilisasi
saat pemingsanan telah dilakukan, pengemas berprinsip hibernasi, yaitu usaha menekan
sudah disiapkan sesuai dengan teknik metabolisme suatu organisme hingga kondisi
pengemasan sistem kering, sekam padi yang minimum untuk mempertahankan hidupnya
sudah siap digunakan diatur di dalam kotak lebih lama (Suryaningrum dkk, 2008 dalam
Styrofoam dan disusun berlapis dengan ikan Novesa, 2012). Pemingsanan tersebut dilakukan
dan pada bagian dasarnya terlebih dahulu agar dapat mengurangi ikan stress selama
diletakkan es batu sebanyak ±1.800 gram yang transportasi antar darat, kota bahkan pulau.
telah dibuat dalam kemasan botol plastik agar Telah dilakukan penelitian terdahulu tentang
lelehan es tidak menggenangi susunan ikan dan metode pemingsanan yang sudah diterapkan,
sekam padi (Suwetja, 2015). namun salah satu yang paling efisien dan aman
yaitu dengan menggunakan suhu rendah atau
HASIL DAN PEMBAHASAN suhu dingin, penggunaan suhu dingin
merupakan salah satu kunci dalam transportasi
Hasil Kecepatan Pingsan Ikan Nila ikan hidup dengan sistem kering ini, pada
Histogram pada Gambar 1 menunjukkan
kondisi ini tingkat metabolisme dan respirasi
nilai rata-rata lama pemingsanan ikan nila ber-
sangat rendah sehingga ikan dapat diangkut
kisar antara 13,43–20,07 menit. Waktu kecepat-
dengan waktu yang lama dan tingkat kelulusan
an pingsan yang paling optimum yaitu pada pe-
hidup yang tinggi (Berka, 1986).
nyimpanan B 1 ulangan 2 pada perlakuan A 2,

82
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 3, September 2017

Berdasarkan analisis data secara aerasi, proses aerasi tersebut menggunakan


statistik didapat bahwa perlakuan lama penyim- bantuan 2 aerator duduk, dengan melaukukan
panan tidak memberikan pengaruh yang nyata aerasi juga ikan dapat lebih cepat sadar
terhadap waktu kecepatan pingsan, hal itu dise- dibandingkan dengan kolam yang tanpa aerasi.
babkan karena perlakuan lama penyimpanan Data waktu penyadaran kembali yang
dilakukan setelah proses pemingsanan telah telah dilakukan, dapat dilihat bahwa metode
selesai, sehingga tidak memberikan pengaruh dengan penyimpanan suhu 14–16°C (A 2) lebih
yang nyata terhadap waktu kecepatan pingsan baik dibandingkan dengan penyimpanan suhu
dari ikan nila itu sendiri. 10–12°C karena pada lama penyimpanan 8 jam
(B4) ikan masih ada yang bertahan saat
Hasil Penyadaran Ikan Nila dilakukan penyadaran kembali dan dapat
Histogram hasil analisis waktu disimpulkan bahwa lama waktu penyimpanan
penyadaran dapat dilihat pada Gambar 2. mempengaruhi daripada lama kecepatan
14 penyadaran kembali dari ikan nila.
11.34
10.27
Lama Waktu Pemingsanan

0.10
9.75

12
0.08

0.08

10 Hasil Analisis Tingkat Mortalitas Ikan Nila


8 Histogram hasil analisis tingkat
(Menit)

6 mortalitas dapat dilihat pada Gambar 3.


0.03

100
4

87.5
2 100
90
0

Mortalitas (%)
0 80
2 4 6 8 70

50
60
Lama Waktu Penyimpanan (Jam) 50

20.85
40
A1 (Suhu 10-12°C) A2 (Suhu 14-16°C) 30
Gambar 2. Diagram Lama Kecepatan Waktu 20
10
0

0
Penyadaran Kembali Ikan Nila. 0
Ket.: A1: penyimpanan suhu 10–12°C, A2: penyimpanan suhu 14– 2 4 6 8
16°C, B1: 2 Jam, B2: 4 Jam, B3: 6 Jam, B5: 8 Jam.
Lama Waktu Penyimpanan (Jam)
Data pada Gambar 2 menunjukkan nilai Suhu 10-12°C Suhu 14-16°C
rata-rata penyadaran kembali ikan nila berkisar Gambar 3. Diagram Tingkat Mortalitas Ikan
dari 3,19–11,34 menit. Pada perlakuan dengan Nila.
suhu penyimpanan 14–16°C (A 2) dapat dilihat Ket.: A1: penyimpanan suhu 10–12°C, A2: penyimpanan suhu 14–
16°C, B1: 2 Jam, B2: 4 Jam, B3: 6 Jam, B5: 8 Jam.
ikan masih mampu bertahan hidup sampai
dengan penyimpanan 8 jam, sedangkan pada pe- Pada Gambar 3 menunjukkan nilai rata-
nyimpanan suhu 10–12°C sudah tidak terdapat rata tingkat mortalitas ikan nila berkisar antara
ikan yang hidup pada lama penyimpanan lebih 0–100%, untuk analisis uji statistik yang telah
dari 6 jam saat dilakukan penyadaran. Penya- dilakukan, menunjukkan bahwa perlakuan me-
daran yang optimum terdapat pada penyimpan- tode suhu penyimpanan terhadap lama waktu
an B 1 ulangan 2 pada perlakuan A 2, ikan sadar penyimpanan memberikan pengaruh yang nya-
saat 43 detik ketika ikan dikembalikan ke air ta, begitupun dengan interaksi kedua perlakuan
habitatnya. tersebut terhadap tingkat mortalitas ikan nila.
Saat proses penyadaran ikan yang yang Dari pengamatan yang telah dilakukan
disimpan dalam media sekam padi terlebih da- dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
hulu dicuci bagian badannya yang masih ter- penyimpanan dengan suhu 14–16°C (A 2) sam-
dapat sisa sekam padi. Pencucian ini dilakukan pai dengan penyimpanan 6 jam (B 3 ) mencapai
dalam wadah baskom kecil dengan cara diusap 20,85% namun saat penyimpanan 8 jam (B 4)
perlahan agar sekam padi terlepas dari badan sudah mencapai 87,5%, dibandingkan dengan
ikan dan saat dimasukkan ke dalam kolam pe- penyimpanan suhu 10–12°C (A 1) pada penyim-
nyadaran tidak terdapat sekam padi yang ter- panan 6 jam (B 3) sudah mencapai 50% dan
tempel pada badan ikan. Pada kolam penya- bahkan di penyimpanan maksimal 8 jam (B 4)
daran terlebih dahulu diberikan aerasi terlebih sudah mencapai 100%, sehingga dapat disim-
dahulu 30 menit sebelum dilakukan penyadaran, pulkan bahwa semakin lama penyimpanan
agar kadar oksigen terlarutnya lebih banyak dilakukan dan suhu penyimpanan yang semakin
dibandingkan dengan air yang tanpa diberikan dingin dapat memberikan pengaruh semakin

83
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 3, September 2017

tinggi tingkat mortalitas dari ikan nila yang (Oreochromis sp.). http://help.lycos.com/newticket.
dipingsankan dan suhu penyimpanan 14–16°C php. diakses pada 15 Februari 2017.
merupakan metode terbaik untuk diterapkan Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan
Jilid I. CV. Paripura. Jakarta.
selama lama penyimpanan ikan nila.
Jailani. 2000. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Pelepah
Pisang Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Tingkat
KESIMPULAN DAN SARAN Kelulusan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio)
[skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kesimpulan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar
dapat disimpulkan bahwa: Swadaya. Jakarta.
1. Waktu kecepatan pingsan ikan nila paling Nasution, H.S. 2012. Pemingsanan Lobster Air Tawar
optimum yang didapat yaitu 8,11 menit. (Cherax quadricarinatus) Dengan Ekstrak Akar Tuba
2. Waktu kecepatan penyadaran kembali ikan (Derris elliptica Roxb. Benth) dan Kelulusan
nila paling optimum yang didapat yaitu 43 Hidupnya Selama Penyimpanan Dalam Media Serbuk
Gergaji. [Skripsi] Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
detik. Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3. Metode penyimpanan pada suhu 14–16°C
Nirwansyah, G. A. 2012. Pembiusan Lobster Air Tawar
merupakan cara penyimpanan yang lebih (Cherax quadricarinatus) Dengan Suhu Rendah
baik, karena tingkat mortalitasnya pada Secara Bertahap dan Cara Pengemasannya pada
lama penyimpanan 6 jam baru mencapai transportasi Hidup Sistem Kering. [Skripsi] Bogor:
20,85%. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
4. Penyadaran kembali ikan nila dengan
Nitibaskara R, Wibowo S, Uju. 2006. Penanganan dan
menggunakan bantuan aerasi dapat memper- Transportasi Ikan Hidup untuk Konsumsi. Bogor:
cepat proses pembugaran ikan yang telah Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas
dipingsankan, hal tersebut dikarenakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
dengan bantuan aerator kadar oksigen Bogor.
terlarut di air lebih banyak dibandingkan Novesa, A. 2012.Pembiusan Ikan Bawal Air Tawar
dengan air yang tanpa bantuan aerasi. (Colossoma macropomum) Dengan Suhu Rendah
Secara Bertahap Dalam Transportasi Sistem Kering.
[Skripsi] Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Saran Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya Miranti, S., Abadi, R. M dan Marlinda, S. 2011. Studi
untuk aplikasi transportasi ikan hidup yang Transportasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Meng-
sebenarnya, dengan menggunakan hasil gunakan System Kering Dengan Media Busa [PKM].
optimum yang telah dilakukan pada tahap Institut Pertanian Bogor.
penanganan ikan nila hidup. Pramono. 2002. Penggunaan Ekstrak Caulepa Racemosa
Sebagai Bahan Pembius Pada Pra Trasnportasi Ikan
Nila. [Skripsi] Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Achmadi D. 2005. Pembiusan ikan nila (Oreochromis Pratisari, D. 2010. Transportasi Ikan Nila (Oreochremis
niloticus) dengan tegangan listrik untuk transportasi niloticus) Hidup System Kering Dengan Menggunkan
sistem kering [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Pembiusan Suhu Rendah Secara Langsung [Skripsi]
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Anggraini, D., Taqwa, F. H dan Yulisman. 2014. Pertanian Bogor.
Mortalitas Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio) pada Rinto. 2012. Transportasi Ikan Hidup http://
Ketinggian Dasar Media Gabus Ampas Tebu dan teknologipascapanen.blogspot.co.id/2012/02/
Lama Waktu Pengangkutan Yang Berbeda. Jurnal transportasi-ikan-hidup.html. Diakses pada 27
Perikanan dan Kelautan (8): 78–89. Februari 2017.
[BBPBAT] Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar. Septiarusli,I.E., Haetami, K., Mulyani, Y dan Dono, D.
2015. Baku Mutu Kualitas Air Budidaya. 2012. Potensi senyawa Metabolit Sekunder Dari
http://www.bbpbat.net/index.php/artikel/60-baku- Ekstrak Biji Buah Keben (Baringgtonia asiatica)
mutu-kualitas-air-budidaya. Diakses 23 Februari Dalam Proses Anestesi Ikan Kerapu Macan
2017. (Ephinephelus fuscoguttatus). Jurnal Perikanan dan
Berka, R. 1986. The Transport Of Life Fish. A Review. Kelautan Vol. 3(3): 295–299.
FAO of The United Nations. Roma. Khairuman dan Amri, K. 2008. Budidaya 15 Ikan
Boyd. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Birmingham Publishing Company. Birmingham, Suyanto AR. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila.
Alabama. Jakara: Penebar Swadaya.
Hidayah AM. 1998. Studi Penggunaan Gas CO 2 sebagai Suwetja, I.K., Rogi, S dan Pongoh, J. 2012. Studi
Bahan Pembius untuk Transportasi Ikan Nila Merah Pemanfaatan Serbuk Gergaji Untuk Transportasi Ikan

84
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 3, September 2017

nila Hidup Dalam Wadah Tanpa Air. Laporan Studi. Suwetja, I.K., Salindeho, N., dan Prabawa, I.G., 2016.
Universitas Sam Ratulangi Manado. Pengembangan Teknik Handling Ikan Mas Hidup
Suwetja, I.K., Pongoh, J dan Prabawa I.G. 2015. Dalam Wadah Styrofoam Tanpa Air Untuk Pemasaran
Pemanfaatan Serbuk Gergaji Untuk Transportasi Ikan Antar Kabupaten, Kota, dan Pulau Dalam Upaya
nila Hidup Dalam Wadah Stereofoam Tanpa Air. Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi. [laporan
[laporan akhir]. Lembaga Penelitian dan Pengabdian akhir]. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
kepada Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Manado.

85

Anda mungkin juga menyukai