Anda di halaman 1dari 10

Kinematika dan Dinamika (Teknik

Mesin)

KONSEP DASAR

Penerbit:
Polinema Press

1
Konsep Dasar

1.1 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar kinematika dan dinamika,
diagram kinematika, dan vektor.

1.2 Pendahuluan
Di dalam sistem perancangan dan pergerakan suatu mesin, perlu dilakukan
analisa gerak yang terjadi pada setiap elemen-elemen di dalam sistem tersebut.
Gerak yang terjadi pada tiap elemen dapat disebabkan gaya-gaya dinamik yang
diterima dari luar sistem. Kinematika merupakan studi tentang gerakan bagian-
bagian mesin dengan meninjau lintasan, kecepatan, dan percepatan tanpa disertai
penyebabnya. Sedangkan dinamika merupakan studi tentang gerakan bagian-
bagian mesin dengan meninjau lintasan, kecepatan, dan percepatan disertai
dengan penyebabnya.
Sistem yang terdiri dari beberapa struktur yang bergerak disebut
mekanisme. Untuk mempelajari gerak bagian-bagian dari sistem di dalam
permesinan diperlukan gambaran bagian-bagian tersebut dalam bentuk sketsa
sederhana sehingga hanya bagian-bagian yang memberi efek gerakan yang
diperhatikan. Sketsa ini dinamakan diagram kinematik.

(sumber Nugraha 2018)


Gambar 1.1(a) Engkol Piston pada Motor Bakar (b) Diagram Kinematik
dari Engkol Piston pada Motor Bakar

Perhatikan gambar 1.1 (a), bagian penting dalam gerakan engkol piston
hanya terdiri dari nomor 1 yaitu frame (bagian yang diam), nomor 2 batang
engkol, nomor 3 connecting road, dan nomor 4 piston. Pada gambar 1.1 (a) di atas
sebuah engkol piston pada motor bakar disederhanakan menjadi sebuah digram
kinematik (Gambar 1.1 b) sehingga hanya bagian-bagian gerakan saja yang
digambarkan. Pada gambar 1.1 (b) batang engkol dan connecting road
digambarkan dengan suatu garis lurus berupa batang pengubung 2 dan 3, frame
diberi berupa batang penghubung 1, dan piston sebagai batang penghubung 4.
Batang penghubung (link) adalah suatu nama yang diberikan pada setiap benda
yang mempunyai gerak relatif terhadap benda lainnya. Karena frame dan piston

2
Kinematika dan Dinamika (Teknik
Mesin)
tidak memiliki gerak relatif antara satu dan lainnya maka disebut sebagai batang
penghubung tunggal. Lebar dan ketebalan dari batang tidak mempengaruhi posisi,
kecepatan, percepatan sudutnya sehingga hanya panjang dan posisi sudut dari
bagian-bagian tersebut yang harus diperhatikan dalam analisa kinematis.

1.3 BIDANG GERAKAN


Sebuah benda memiliki bidang gerakan jika tiap titik benda bergerak
terhadap referensinya. Bidang gerakan dibagi menjadi 3 tipe, gerak translasi,
gerak rotasi, dan kombinasi dari keduanya. Sebuah benda dikatakan bergerak
transalasi apabila setiap titik bagian dari benda bergerak secara lurus dan sejajar.
Gerak rotasi terjadi bila setiap titik bagian dari benda bergerak menurut lintasan
berupa lingkaran. Kebanyakan bagian dari mesin memiliki gerak kombinasi dari
translasi dan rotasi. Seperti pada gambar 1.1 (b) batang penghubung nomor 3 di
ujung yang terhubung dengan batang penghubung 2 memiliki gerak rotasi
sedangkan diujung lainnya yang berbatasan terhubung dengan piston (4) bergerak
translasi.

(sumber Nugraha 2018)


Gambar 1.2 Bidang Gerakan

1.4 VEKTOR
Dalam ilmu Fisika, terdapat dua macam besaran yaitu besaran skalar dan
besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki besar/harga
saja. Contohnya seperti jarak, luas, isi, waktu, dan lain sebagainya. Besaran vektor
adalah suatu besaran yang memiliki besar/harga dan arah. Misalnya
lintasan/perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan lain-lain.
Sebuah besaran vektor dinyatakan dalam suatu garis lurus dengan panah
seperti dilukiskan di gambar 1.2. Besar/harga dari sebuah vektor dinyatakan oleh
panjangnya, yang digambarkan dengan skala tertentu. Contohnya apabila kita
memiliki kecepatan 60 km/jam dan kita akan menggambar dalam kertas kita
haruslah membuat suatu skala. Misalkan di dalam kertas kita gunakan tiap 1cm si
2
5
0o 3
Konsep Dasar

kertas sama dengan 10 km/jam, maka kita akan menggambarkan vektor kecepatan
60 km/jam tersebut sepanjang 6 cm. Arah panah menyatakan kepala atau ujung
vektor dan ujung lainnya disebut ekor atau asal. Arah dari suatu vektor
digambarkan dalam suatu sudut dalam derajat yang dibuat oleh vektor tersebut
berlawanan arah jarum jam terhadap sumbu x positif (horizontal). 2
9
0
o

30o 120o

Gambar 1.3 Arah Vektor

1.4.1 Penguraian Vektor


Sebuah vektor dapat diuraikan dalam sumbu x dan sumbu y. Sebuah vektor
F memiliki arah ϴ dapat dijabarkan pada sumbu x dengan cara menarik garis
pada ujung F menuju x dan tegak lurus sumbu x sehingga didapat Fx yang
memiliki besar Fcos ϴ. Dengan cara yang sama menuju sumbu y didapat Fy
sebesar F sinϴ.
y
ϴ

(sumber Sulistyo 2003)


Gambar 1.4 Penguraian vektor di sumbu x dan y

1.4.2 Penjumlahan dan Pengurangan Vektor


Ada dua macam metode untuk menjumlahkan dan mengurangkan vektor.
Yang pertama adalah metode analitik dan yang kedua adalah metode grafis. Pada
metode analitik digunakan rumus untuk menghitung harga resultannya, sedangkan
metode grafis mengguanakan panjang garis dan skala untuk menghitung
resultannya. Pada buku ini digunakan metode grafis untuk menentukan harga

4
Kinematika dan Dinamika (Teknik
Mesin)
resultan, sehingga perlu diperhatikan dan dipertahankan panjang vektor dan
sudutnya sehingga didapatkan hasil yang sesuai.
Pada gambar 1.4 Vektor-vektor A dab B dapat ditambahkan dengan
meletakkan mereka dalam suatu cara yang ditunjukkan dalam gambar 1.4 (b).
Titik O adalah titik awal, dipilih dalam sembarang lokasi pada bidang gambar.
Ekor vektor A diletakkan di titik O kemudian digambar dengan panjang dan sudut
yang sama. Ekor Vektor B diletakkan di kepala vektor A, dan seterusnya berlaku
untuk penjumlahan beberapa vektor. Jumlah dari vektor A dan vektor B adalah
vektor yang dilukis dari titik O menuju kepala vektor yang terakhir dalam hal ini
vektor B. Vektor ini dinamakan Resultan ( A ↛ B=R)

(sumber George 1982)


Gambar 1.5 Penjumlahan Vektor

Pengurangan pada vektor-vektor dapat dikerjakan dengan cara yang sama


dengan penjumlahan vektor namun dengan arah sebaliknya misalkan resultan dari
A-B dapat dituliskan dengan A+(-B). Apabila dituliskan maka A → B=R . Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.5.

(sumber George 1982)


Gambar 1.6 (a) Vektor A dan B (b) Resultan vektor A-B (c) Resultan vektor
B-A

Penjumlahan vektor-vektor lebih dari dua dapat dilakukan dengan cara yang
sama dengan penjumlahan dua buah vektor. Urut-urutan bagaimana
meletakkannya tidak akan memberikan efek terhadap resultannya. Penjumlahan

5
Konsep Dasar

dengan cara menggambar vektor-vektor tersebut sesuai dengan skala disebut


penjumlahan dengan metode poligon.

(a) (b)

(c) (d)
(sumber George 1982)
Gambar 1.7 Poligon Vektor (a) Vektor A, B, dan C (b) Resultan Vektor
B+C+A (c) Resultan Vektor A+B+C (d) Resultan Vektor C+A+B
Seringkali diinginkan untuk menguraikan sebuah vektor ke dalam dua
komponen. Jika sebuah vektor diuraikan ke dalam dua komponen, tiap komponen
mempunyai besar dan arah. Jika dua dari empat besarannya diketahui, dua yang
lain dapat ditentukan

(sumber George 1982)


Gambar 1.8 Memperoleh Besarnya Vektor bila Diketahui Arahnya

Pada gambar di atas diketahui besar dan arah vektor A, sementara vektor B
dan C hanya diketahui arahnya saja, sehingga dengan metode penjumlahan gaya

6
Kinematika dan Dinamika (Teknik
Mesin)
besarnya vektor B dan C dapat diketahui dengan menghubungkan ketiga vektor
menjadi segitiga tertutup. Titik temu kedua arah vektor B dan C merupakan batas
vektor B dan C.
Latihan
Diketahui vektor-vektor berikut ini

C D
A
B

Tentukan Resultan vektor-vektor berikut


1. A↛B↛C↛ D
2. D ↛C ↛ A
3. B↛ D→ A
4. C → A → B
Jawab :

1. A↛B↛C↛ D 4. C → A → D

R
R

2. D ↛C ↛ A

3. B↛ D→ A

7
Konsep Dasar

1.5 Soal
1. Untuk setiap poligon vektor dalam gambar dibawah, tuliskan persamaan
vektor yang memberikan resultan R

2. Uraikan sebuah vektor A yang mempunyai besar 50 unit dan arah 130 o ke
dalam dua vektor B dan C. B dan mempunyai arah 80 o dan 210o bertutut-
turut. Gunakan skala 1cm = 10 unit
3. Uraikan sebuah vektor T yang mempunyai besar 50 unit dan arah 120o ke
dalam dua vektor R dan S. Besar R harus 30 unit dan besar S adalah 66 unit
4. Uraikan sebuah vektor A yang mempunyai besar 60 unit dan arah 345 o ke
dalam dua vektor B dan C. C mempunyai arah 315o. Besar dari B = 32.5 unit.
Nyatakan dalam gambar besar dari C
5. Uraikan sebuah vektor A yang mempunyai besar 20 unit dan arah 130 o ke
dalam dua vektor B dan C. B mempunyai arah 80o dan C mempunyai arah
210o. Tentukan besar dari B dan C

8
Kinematika dan Dinamika (Teknik
Mesin)
Lembar Jawaban

9
Konsep Dasar

Lembar Jawaban

10

Anda mungkin juga menyukai