davitsipayung.com
2. Vektor
2.1 Representasi grafis sebuah vektor
Berdasarkan nilai dan arah, besaran dibagi menjadi dua bagian yaitu besaran skalar dan besaran
vektor. Besaran skalar adalah besaran yang memiliki nilai dan tidak memiliki arah, seperti panjang,
massa, waktu, temperatur, frekuensi, daya, dan usaha. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki
nilai dan arah, seperti perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, momen gaya, momentum, luas,
impuls dan berat. Vektor adalah obyek geometri yang memiliki besar dan arah. Vektor sangat
bermanfaat untuk menjelaskan besaran fisika yang memiliki besar dan arah. Operasi besaran skalar
berbeda dengan dengan operasi vektor. Kita akan mempelajari vektor menggunakan pendekatan grafis
dan pendekatan analitis.
Secara grafis, sebuah vektor disimbolkan oleh sebuah anak panah, seperti Gambar 2.1. Panjang
anak panah menunjukkan besar vektor dan mata panah menunjukkan arah vektor. Titik A disebut titik
asal vektor atau titik tangkap vektor, dan titik B disebut titik arah vektor atau ujung vektor. Ada
perbedaan cara penulisan besaran skalar dan besaran vektor. Besaran vektor dituliskan dengan huruf
cetak tebal (bold ) yaitu, F atau menuliskan anak panah di atas huruf, yaitu F . Nilai vektor
diberikan oleh F atau |F | . Vektor Gambar 2.1 juga dapat dituliskan dalam bentuk AB .
B
F
A
Gambar 2.1 : Simbol sebuah vektor
Kalau sebuah anak panah mendekati pengamat, maka pengamat akan melihat ujung anak panah
sebagai tanda titik. Karena itu, simbol vektor mendekati pengamat atau vektor keluar bidang adalah
. Kalau sebuah anak panah mejauhi pengamat, maka pengamat akan melihat ujung anak panah
sebagai tanda silang. Karena itu, simbol vektor menjauhi pengamat atau vektor masuk bidang adalah
.
2.2 Representasi analitis sebuah vektor
Sebuah vektor dalam sistem koordinat kartesian dinyatakan dalam komponen-komponenya
disebut representasi analitis vektor. Skalar hanya memiliki satu komponen, sedangkan vektor
memiliki tiga komponen. Vektor digunakan untuk menentukan arah gerak partikel dalam garis (satu
dimensi), bidang (dua dimensi) dan ruang (tiga dimensi). Sebuah vektor direpresentasikan secara
analitis menggunakan notasi vektor satuan.
2.2.1 Komponen-komponen sebuah vektor dalam dua dimensi
Sebuah vektor A terletak pada bidang xy seperti pada Gambar. 2.2. Vektor A membentuk sudut
terhadap sumbu x positif. Vektor A dapat diuraikan menjadi komponen Ax pada sumbu x dan
komponen Ay pada sumbu y.
Ay
Ax
Ay
Ax
A Ax2 Ay2
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Contoh 2.1 :
Tentukan komponen vektor kecepatan v1 dan v2 dalam arah sumbu x dan sumbu y ! Besar kecepatan
v2
v1
370
300
Pembahasan :
Komponen vektor kecepatan v 1 :
v1,x v1 cos300 20 12 3 m s 10 3 m s
v1,y v1 sin300 20 12 m s 10 m s
Komponen vektor kecepatan v 2 :
v 2,x v2 sin370 10 53 m s 6 m s
v 2,y v2 cos370 10 54 m s 8m s
2.2.2 Komponen-konponen sebuah vektor dalam tiga dimensi
Sebuah vektor A terletak dalam ruang kartesian seperti pada Gambar 2.3. Vektor A membentuk
sudut terhadap sumbu x positif, sudut terhadap y positif, dan sudut terhadap sumbu z positif .
Vektor A dapat diuraikan menjadi komponen Ax pada sumbu x, komponen Ay pada sumbu y , dan
komponen Az pada sumbu z .
z
Az
Ay
Ax
x
Gambar 2.3: Ko mponen-komponen vektor
dimensi
A dalam t iga
Komponen-komponen vektor A :
cos
Ax
Ax A cos
A
cos
Ay
cos
Az
Az A cos
A
Ay A cos
(2.5)
(2.6)
(2.7)
Besar vektor A :
(2.8)
tan
Ay2 Az2
Ax
(2.9)
Ax2 Az2
Ay
(2.10)
tan
Ax2 Ay2
(2.11)
Az
Sudut , dan disebut sudut cosinus arah. Hubungan antara , dan :
(2.12)
(2.13)
Vektor satuan tidak memiliki satuan. Vektor satuan A menunjukkan arah vektor A . Koordinat
kartesian memiliki tiga vektor satuan i, j dan k saling tegak lurus.
i atau x : vektor satuan searah sumbu x
z
y
Az
Ay
A
i
Ax
Az k
Ax i
Ay
A y j
x
Gambar 2.4: Vektor satuan dalam koord inat kartesian
Sebuah vektor dapat direpresentasikan menggunakan vektor-vektor satuan sistem koordinat . Vektor
(2.14)
A Ax2 Ay2
(2.15)
(2.16)
(2.17)
Vektor posisi adalah vektor berasal dari titik asal 0,0,0 . Vektor posisi A Axi Ay j Az k dapat
dituliskan dalam bentuk titik A Ax , A y , Az . Vektor nol disimbolkan dengan 0 atau 0 . Semua
komponen vektor nol sama dengan nol. Jadi, panjang vektor nol sama dengan nol.
Contoh 2.2 :
Sebuah objek dilempar dengan kecepatan 10 m/s membentuk sudut 600 terhadap sumbu x positif.
Tuliskanlah kecepatan awal benda dalam vektor satuan i dan j .
y
v0
600
Pembahasan :
Komponen vektor kecepatan objek searah sumbu x dan searah sumbu y :
v0, x v0 cos 10cos60 0 5m s
v 0, y v 0 sin 10sin 60 0 5 3 m s
Contoh 2.3 :
Sebuah partikel memiliki vektor posisi r (i 2 j 2k) m . Tentukanlah vektor satuan dari vektor r .
Pembahasan :
Besar vektor r :
Penjumlahan vektor cara grafis berarti tidak menggunakan sistem koordinat. Dua buah vektor A
dan B , ditunjukkan oleh Gambar 2.7.
R= A + B
(2.19)
Cara grafis dibagi menjadi dua aturan, yaitu metode segitiga dan aturan jajargenjang.
a. Metode segitiga (metode poligon)
Lihat kembali Gambar 2.5. Untuk menghitung resultan vektor A dan B , pertama hubungkan
titik tangkap vektor B ke titik arah vektor A . Resultan vektor diperoleh dengan menggambarkan
sebuah vektor menghubungkan titik tangkap vektor A ke titik arah vektor B , seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.6.
B
A
Misalkan adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Nilai resultan vektor diperoleh
menggunakan hukum kosinus.
180
B
Gambar 2.7 : Resultan vektor metode segitiga
Catatan :
(2.20)
A2 B 2
C
R
(a)
(b)
(2.21)
A B C A B C
(2.22)
C A -B A - B
(2.23)
-B
A B
|A-B| A2 B 2 2 AB cos
(2.24)
Contoh 2.4 :
Dua buah gaya F1 dan F2 memiliki besar berturut-turut adalah 80 N dan 60 N bekerja pada sebuah
balok. Tentukan nilai resultan gaya yang dialami oleh balok jika sudut antara kedua vektor adalah
sama dengan 00 , 600 ,900 dan 1800 .
F1
F2
Pembahasan :
Diketahui bahwa F1 = 80 N dan F2 = 60 N. Rumus resultan vektor :
FR |F1 F2 |= F1 F2 140 N
Jika = 600 , maka
FR |F1 F2 |= F1 F2 20 N
b. Metode jajargenjang
Lihat kembali Gambar 2.5. Untuk mendapatkan resultan vektor A dan B dengan metode
jajargenjang, pertama hubungkan titik tangkap vektor A dan titik tangkap vektor B . Resultan vektor
ditunjukkan pada Gambar 2.10.
B
B
Gambar 2.10: Metode jajargenjang
Misalkan adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Nilai resultan vektor diperoleh
menggunakan hukum kosinus.
P
R
180
Q
R |A+B| A2 B 2 2 AB cos(1800 -)
R A2 B 2 2 AB cos
(2.25)
Sudut adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dan vektor R . Sudut adalah sudut yang
dibentuk oleh vektor B dan vektor R . Nilai sudut dan ditemukan menggunakan hukum sinus.
R
A
B
(2.26)
Contoh 2.5 :
Sebuah beban beratnya w = 200 N digantungkan menggunakan tali seperti ditunjukkan pada gambar.
Beban dalam keadaan setimbang seperti pada gambar. Tentukanlah tegangan tali T1 dan T2
menggunakan aturan sinus.
300
T2
T1
w = 300 N
Pembahasan :
Kita dapat menggambarkan hubungan vektor T1 , T2 dan w memenuhi hubungan
600
T2
w
300
900
T1
w 200 3 N
1
sin 300 sin 600
sin 300
w
T2
sin 900
w 400 N
1
sin 300 sin 900
sin 300
A B Ax Bx i Ax Bx j Ax Bx k
(2.27)
A B A (B) Ax Bx i Ax Bx j Ax Bx k
(2.28)
Dua buah vektor F1 dan F2 diberikan dalam grafis. Cara menjumlahkan vektor dengan metode
analitis, yaitu :
Uraikan komponen vektor dalam komponen-komponen skalarnya.
Jumlahkan semua komponen vektor pada sumbu yang sama.
Rx F1x F2 x Fx
(2.29)
R y F1y F2 y Fy
(2.30)
R Rx2 R y2
(2.31)
tan
Ry
(2.32)
Rx
Cara analitis lebih mudah menyelesaikan perhitungan resultan vektor dibandingkan cara grafis untuk
kasus lebih dari dua vektor
Contoh 2.6 :
Tentukan besar resultan dari tiga buah vektor gaya pada gambar di bawah ini!
y
10 3 N
10 N
300
600
5N
Pembahasan :
Misalkan F1 = 10 N, F2 = 10 3 N, dan F3 = 10 N. Uraikan masing-masing vektor gaya pada sumbu
x dan sumbu y, kita peroleh
0
0
Fx F1x F2 x F3x F1 cos30 F2 cos60 5 3 5 3 0
0
0
Fy F1y F2 y F3 y F1 sin 30 F2 sin 60 5 5 15 5 15
Fx Fy
2
15 2 0 2 15 N
Contoh 2.7 :
Diketahui dua buah vektor
r1 3i j 2k m
r2 3i 4k m
Tentukan :
a. besar vektor r1 dan r2
b.
c.
d.
r1 r2
r1 r2
2r1 3r2
Pembahasan :
a. Besar vektor r1 adalah
r1 3 2 12 2 2 14 m
b.
c.
d.
r r 3i j 2k 3i 4k 3 3 i j 2 4 k j 2k
2r 3r 2 3i j 2k 33i 4k 6i 2 j 4k 9i 12k 15i 2 j 16k
r1 r2 3i j 2k 3i 4k 3 3 i j 2 4 k 6i j 6k
1
AB
(2.33)
atau
Ax i Ay j Az k B x x B y y B z z
(2.34)
atau
Ax Bx
Ay B y
Az Bz
(2.35)
Satuan vektor A dan B juga harus sama. Sebuah vektor tetap sama jika dipindahkan ke posisi yang
lain asalkan tidak mengubah nilai dan arah vektor tersebut. Vektor A dikatakan berlawanan dengan
vektor A , seperti pada Gambar 2.12b. Dua vektor dikatakan berlawanan jika kedua vektor memiliki
nilai yang sama tetapi arahnya berlawanan .
A
A= 5cm
B= 5cm
(a)
(b)
Gambar 2.12 : (a) Kesamaan vektor A dan B (b) Vektor A berlawanan dengan A
(2.36)
Perkalian vektor A dan skalar k akan menghasilkan vektor yang baru, yaitu kA . Konstanta k akan
mempengaruhi besar dan arah vektor A . Jika k konstanta positif, maka vektor yang baru searah
dengan vektor A . Jika k konstanta negatif, maka arah vektor yang baru berlawanan dengan arah
vektor A . Misalkan kita ambil nilai konstanta k = -1, 2, 1/2, -2, dan -1/2, hasil perkalian ditunjukkan
oleh Gambar 2.6. Jika k = -1, maka arah vektor A berlawanan dengan vektor A . Contoh perkalian
vektor dan skalar adalah bentuk hukum kedua Newton, F ma .
2A
-2A
-A
1
2
12 A
Gambar 2.13: Perkalian vektor A dengan skalar k =-1, 2, 1/ 2, -2, dan -1/2
A B AB cos
(2.37)
dimana sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B . Cara membaca A B adalah A dot B . Hasil
perkalian titik adalah skalar, yang dapat bernilai positif 0 900 atau negatif 90 0 180 0 .
Jika = 0 (vektor A searah dengan vektor B ), maka A B AB .
Jika = 90 (vektor A tegak lurus dengan vektor B ), maka A B 0 .
Jika = 180 (vektor A berlawanan arah dengan vektor B ),, maka A B AB .
Secara grafis, perkalian titik adalah proyeksi vektor A ke vektor B atau proyeksi vektor B ke vektor
A.
A B A B cos A cos B AB cos
(2.38)
A cos
B
B cos
A
(b)
(a)
Hasil perkalian titik dua vektor yang saling tegak lurus sama dengan nol. Jika vektor A tegak
lurus B , maka vektor A dikatakan ortogonal terhadap vektor B . Vektor satuan i, j dan k saling
ortogonal. Perkalian dot antara vektor satuan koordinat kartesian mengikuti aturan :
i i j j = k k = 11 cos0 1
(2.39)
i j j k = i k = 11 cos90 0 0
(2.40)
B Bxi B y j B z k
maka perkalian titik vektor A dan B adalah
A B Ax i Ay j Az k B x i B y j B z k
Ax B x i i Ax B y i j Ax B z i k Ay B x j i Ay B y j j A y B z j k
Az B x k i Az B y k j Az B z k k
Jadi,
A B Ax B x A y B y Az B z
(2.41)
(2.42)
atau
A A A
(2.43)
1
1
2
AB A A 2 A 2 2 B 2 B 2 B 2 2
x
y
z
x
y
z
(2.44)
Catatan :
1.
A B B A
Hukum komutatif
A B C A B AC
Hukum distributif
3.
k A B kA B A kB A B k
4.
i i j j = k k = 1, i j j k = i k 0
5.
A B Ax B x A y B y Az B z
2.
6.
A B 0 dimana A dan B adalah bukan vektor nol, maka A dan B tegak lurus
7.
A A A2
Usaha
Aplikasi perkalian dot adalah konsep usaha. Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F bekerja
pada benda yang mengalami perpindahan d diberikan oleh
W F d Fd cos
(2.45)
dimana adalah sudut yang dibentuk vektor gaya dan perpindahan benda. Usaha adalah
perkalian besar gaya dan perpindahan dikali kosinus sudut yang dibentuk oleh gaya dan
perpindahan.
F
2.
Energi kinetik
Energi kinetik sebanding dengan kuadrat kelajuan benda.
Ek
1
1
mv v mv 2
2
2
(2.46)
Contoh 2.8 :
Jika A 2i 2 j k dan B 6i 3 j 2k , hitunglah A B dan sudut antara vektor A dan B .
Pembahasan :
Menghitung nilai A B :
A B 2i 2 j k 6i 3 j 2k (2)(6) (2)(3) (1)(2) 12 6 2 4
A 2 2 12 2 2 3
B 6 2 32 2 2 7
A B AB cos
cos
A B
4
4
AB (3)(7) 21
cos 1
4
0
79
21
Contoh 2.9 :
Contoh 2.10 :
Hitunglah usaha yang dilakukan gaya
perpindahan r 5i j 4k m .
Pembahasan :
Usaha = F r 2i j 2k 5i j 4k 10 1 8 19 joule.
b.
Perkalian Silang
Besar hasil perkalian silang dua vektor adalah perkalian antara dua besar vektor dan kemudian
dikalikan dengan sinus sudut yang dibentuk oleh kedua vektor. Perkalian silang dua vektor
menghasilkan vektor.
C A B dan C AB sin
(2.47)
Arah vektor hasil perkalian silang ditentukan menggunakan aturan tangan kanan. Keempat jari tangan
kanan diputar dari vektor A ke vektor B . Jempol akan menunjukkan arah vektor C .
C= A B
B
C=B A
B
A
(2.48)
i i j j = k k = 0
(2.49)
i j k , j k = i, k i j
(2.50)
j i k, k j = i, i k j
(2.51)
B Bxi B y j B z k
maka perkalian silang A dan B adalah
A B Ax i Ay j Az k B xi B y j B z k
Ax B x i i Ax B y i j Ax B z i k A y B x j i A y B y j j A y B z j k
Az B x k i Az B y k j Az B z k k
(2.52)
(2.53)
Untuk menentukan sumbu x positif, sumbu y positif, dan sumbu z positif dalam koordinat
kartesian digunakan aturan perkalian silang i j k . Vektor satuani searah sumbu x positif, vektor
satuan j searah sumbu y positif dan vektor satuan k searah sumbu z positif.
Catatan :
1.
A B B A
3.
k A B kA B A kB A B k
4.
i i j j = k k = 0, i j k, j k = i, i k j
5.
A B Ay Bz Az B y i Az Bx Ax Bz j Ax B y Ay Bx k
2.
A B C A B AC
Hukum distributif
dimana k adalah skalar
8.
A A 0
9.
A A B 0 dan B A B 0
y
B cos
B
B sin
2. Momen gaya
Perkalian komponen gaya (F) tegak lurus dengan lengan gaya dikali dengan panjang lengan gaya
(r) dinamakan momen gaya. Jika gaya dan lengan gaya sejajar maka momen gaya sama dengan
nol. Jika gaya dan lengan gaya tegak lurus, maka momen gaya sama dengan Fd. Jika gaya dan
lengan gaya membentuk sudut , maka maka sama dengan
rF sin
(2.54)
Jadi momen merupakan perkalian silang antara lengan gaya dan gaya.
r F
(2.55)
3. Kecepatan tangensial
Sebuah benda bermassa m bergerak melingkar dengan kecepatan sudut terhadap kerangka
acuan titik O yang diam. Titik P berjarak r dari titik O. Kecepatan tangensial v benda m di titik
P adalah
v r
(2.56)
Besar kecepatan tangensial :
v r r sin
(2.57)
r sin
P
r
O
Gambar 2.19 : Benda m bergerak melingkar
4. Momentum sudut
Sebuah benda bergerak melingkar seperti pada Gambar 2.19. Momentum sudut benda m
didefenisikan sebagai perkalian silang antara vektor posisi dan momentum linear.
L r p r mv
(2.58)
Contoh 2.11 :
Jika A 2i 3 j k dan B i 4 j 2k , hitung A B dan luas jajargenjang yang dibentuk oleh
vektor A dan B .
Pembahasan :
Metode 1 :
A B 2i 3 j k i 4 j 2k
2i i 4 j 2k 3 j i 4 j 2k k i 4 j 2k
2i i 8i j 4i k 3 j i 12 j j 6 j k k i 4k j 2k k
0 8k 4 j 3k 0 6i j 4i 0 10i 3 j 11k
Metode 2 :
i j
k
3 1
2 1
2 3
j
A B 2 3 1
i
k 10i 3 j 11k
4 2
1 2
1 4
1 4 2
Luas yang dibentuk oleh vektor A dan B sama dengan besar vektor A B .
Luas = A B 10 2 3 2 11 2 230 satuan
Contoh 2.12 :
F 3i 2 j 4k N
Sebuah gaya
r 2i j 3k m . Tentukan momen gaya yang bekerja pada benda terhadap titik asal.
Pembahasan :
Momen gaya yang bekerja pada benda :
i j k
2 4
3 4
3 2
j
r F 3 2 4
i
k 2i j k
1 3
2 3
2 1
2 1 3
2.6 Perkalian tiga buah vektor
Perkalian tiga buah vektor dinamakan perkalian triple. Perkalian triple dibagi menjadi dua
macam, yaitu perkalian triple skalar (triple scalar product) dan perkalian triple vektor (triple vector
product).
2.6.1 Perkalian triple skalar
Perkalian triple skalar memiliki bentuk kombinasi
A B C
(2.59)
Perkalian triple skalar akan menghasilkan skalar. Hasil perkalian triple skalar adalah
A B C Ax B y C z B z C y Ay B z C x B x C z Az B x C y B y C x
B C A C A B
(2.60)
(2.61)
Hasil perkalian triple skalar A B C menunjukkan volume ruang yang dibentuk oleh vektor
A, Bdan C , seperti terlihat dalam Gambar 2.20.
C
B
y
A
x
Gambar 2.20 : Perkalian triple skalar
Contoh 2.13 :
Pembahasan :
i j
k
1 1
1 1
1 1
j
i
k 1i 2 j 3k
r2 r3 1 1 1
0 1
3 1
3 0
3 0 1
Volume = r1 r2 r3 2i 3 j 1i 2 j 3k 2 6 0 4m 3
2.6.2 Perkalian triple vektor
Perkalian triple vektor memiliki bentuk
A B C
(2.62)
A B C B A C -C A B
(2.63)
Pers.(2.63), sebuah hubungan yang dikenal sebagai aturan BAC - CAB . Perkalian triple vektor
menghasilkan vektor.
Contoh aplikasi perkalian triple vektor adalah momentum sudut. Sebuah partikel bermassa m
bergerak dengan kecepatan sudut relatif terhadap kerangka acuan yang diam O. Momentum sudut
partikel m terhadap titik O , seperti ditunjukkan Gambar 2.19 :
L r p r mv mr v
(2.64)
(2.65)
Kita dapat membuat analogi bahwa A r , B dan C r , dengan menggunakan aturan BAC-CAB,
kita peroleh
L m r r r r
(2.66)
Jika kecepatan sudut tegak lurus dengan vektor posisi r , maka r 0 . Kita peroleh,
L m r 2
(2.67)
Besar momentum sudut untuk kasus vektor posisi tegak lurus dengan kecepatan sudut :
L mr 2 mvr
(2.68)
Contoh 2.14 :
A B C B A C - C A B 3 j 2 j k 0 6 j
2.7 Turunan vektor
Sebuah partikel bergerak dari posisi awal r t ke posisi akhir r t t dalam selang waktu t
(lihat Gambar 2.21).
r t t
r
r
x
Gambar 2.21 : Perubahan vektor posisi partikel
r r t t r t
(2.70)
(2.71)
0
dt
t
t
(2.69)
r t x t i y t j z t k
(2.72)
i
j
k
dt dt
dt
dt
(2.73)
d 2r d 2 x d 2 y d 2 z
2 i 2 j 2 k
dt 2
dt
dt
dt
v
(2.74)
dv d 2 r
dr
menunjukkan kecepatan partikel dan a
menunjukkan percepatan partikel.
dt dt 2
dt
Catatan :
Jika A, B dan C adalah turunan vektor bergantung waktu t dan fungsi skalar bergantung waktu t,
maka
1.
d
dA dB
A+B
dt
dt dt
2.
d
dB dA
A B A
dt
dt dt
3.
d
dB dA
A B A
dt
dt dt
5.
d
dA d
A
dt
dt dt
Jika A Ax i Ay j Az k , maka dA dAx i dAy j dAz k
6.
d A B A dB dA B
7.
d A B A dB dA B
4.
Contoh 2.15 :
Sebuah partikel bergerak memiliki vektor posisi r r cos t i r sin t j , dimana r dan adalah
konstan. Tunjukkan bahwa (a) kecepatan v tegak lurus terhadap r , (b) percepatan a arahnya ke titik
pusat lingkaran dan memiliki nilai sebanding dengan jarak partikel dari pusat lingkaran, (c)
r v vektor konstan .
y
v
Pembahasan :
a. r r cos t i r sin t j
v
dr
r sin t i r cos t j
dt
d 2 r dv
b.
c.
Dua vektor memiliki besar yang sama dengan F membentuk sudut . Jika besar resultan kedua
vektor sama dengan F. Hitung nilai !
2. Sebuah pesawat bergerak dengan kecepatan 5 m/s ke arah Utara. Pada saat yang bersamaan, angin
bertiup pada sudut 370 dari Utara dengan kecepatan 2 m/s. Tentukan resultan kecepatan dan arah
gerak pesawat dari arah Utara!
3. Sebuan balok bermassa 20 kg didorong oleh gaya F = 100 N membentuk sudut 300 terhadap
sumbu vertikal, seperti ditunjukkan pada gambar. Hitung komponen gaya pada sumbu x dan
sumbu y!
y
F = 100 N
300
20 kg
x
4.
Tentukan vektor dan besar resultan gaya yang bekerja pada partikel P!
5.
Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 90 m dan kecepatan arus sungai 4 m/s. Bila
perahu diarahkan menyilang tegak lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s. Tentukan resultan
kecepatan perahu dan sudut yang dibentuk oleh lintasan perahu terhadap arah tegak lurus sungai!
6.
A B A2 B 2 A B
10. Buktikan bahwa cos cos cos sin sin mengunakan perkalian dot!