Anda di halaman 1dari 16

PERAN MAHASISWA DALAM PEMENUHAN HAK

ANAK JALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH

THE ROLES OF STUDENTS IN FULFILLING THE RIGHT OF


STREET CHILDREN THROUGH HOUSE SHELTER

Retno Wihyanti
Institut Agama Islam Imam Ghazali
Jl. Kemerdekaan Barat No.15 Cilacap Jawa Tengah, Indonesia
email: wihyantiretno@gmail.com

Abstrak
Tujuan tulisan ini adalah untuk menganalisis peran mahasiswa dalam pemenuhan hak anak jalanan melalui
penyelenggaraan rumah singgah. Pendidikan merupakan suatu upaya meningkatkan potensi diri yang dimiliki oleh
setiap individu yang dibantu oleh orang yang lebih dewasa. Pendidikan di Indonesia sudah diatur dalam undang-
undang bahwa setiap anak mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun. Namun, pada
kenyataannya, masih banyak anak-anak usia sekolah pendidikan dasar di Indonesia menjadi anak jalanan. Metode
penelitian menggunakan studi pustaka. Sumber pencarian yang digunakan merupakan jurnal-jurnal ilmiah kampus
dan nasional. Jumlah literatur yang direview dalam penelitian ini ada 29 literatur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterlibatan mahasiswa sebagai calon pendidik, yaitu mendidik, mengajarkan, membimbing ilmu yang
telah didapatkan kepada perkumpulan anak jalanan melalui prosedur yang telah dirancang, dengan perencanaan,
persiapan, dan sebagianya juga dapat menjadikan mahasiswa memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peran serta
mahasiswa dalam program Rumah Singgah Calistung adalah sebagai pendidik, fasilitator, motivator, dan mediator
dalam membantu mengembangkan potensi anak jalanan. Program Rumah Singgah Calistung (akronim dari membaca,
menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia) ini secara umum mempunyai beberapa langkah dalam proses
pelaksanaannya, yaitu: 1) Perencanaan yang matang; 2) Melakukan penjajakan ke berbagai bidang yang perlu; 3)
Menentukan subjek yang akan di jadikan peserta didik; 4) Sosialisasi kepada berbagai pihak, mengenai apa itu Rumah
Singgah Calistung Anak Jalanan; 5) Evaluasi setiap saat. Melalui program Rumah Singgah Calistung ini diharapkan
akan dapat membantu meningkatkan potensi yang dimiliki serta meningkatkan motivasi belajar yang lebih tinggi. Hal
ini dilakukan, karena melalui calistung, anak-anak jalanan akan mempunyai kemampuan tambahan untuk bekal dalam
menjalankana kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: anak jalanan; literasi; peran mahasiswa; rumah singgah

Abstract
The purpose of the article was to analyze the role of students in fulfilling the rights of street children through holding
shelters. Education is an effort to improve the potential of each individual who is helped by more mature people.
Education in Indonesia has been regulated in the law that every child has an obligation to carry out 9-year basic
education. However, in fact, there are still many elementary school age children in Indonesia becoming street children.
The research method used literature review. Search engine was used nastional and campus scientific journals. The
amount of literature reviewed in this study was 29 literatures. The results of the study showed that the involvement of
students as prospective educators, especially students, namely educating, teaching, guiding knowledge that has been
obtained to street children’s associations through procedures that have been designed, with planning, preparation,
and some of them can also make students meet the Tri Dharma ( Three Commitments) of Higher Education. The
roles of students in this program are as educators, facilitators,motivators, and mediators in helping to develop the
potential of street children. The Calistung (the acronym of Reading, Writing, and Numeracy in Indonesian) House
Shelter programs generally has several steps in the implementation process, namely:1) Careful planning; 2) Explores
various fields that are necessary; 3) Determine the subject that will be made by students; 4) Socialization to various
parties, regarding what is The Calistung-House Shelter Street Children; 5) Evaluation at any time. Through this The
Calistung-House Shelter Street Children, program, it is hoped that it will be able to help increase their potential and

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 81
increase higher learning motivation. This is done, because through The Calistung-House Shelter, street children will
have the additional ability to provision in carrying out daily life.

Keywords: house shelter; literacy; street children; students’s roles.

PENDAHULUAN informasi tersebut juga tidak sedikit. Apalagi,


Fakta proses pendidikan di Indonesia secara keberadaannya hanya di beberapa kota saja,
umum belum mencapai tujuan pendidikan sedangkan anak jalanan hampir ada di berbagai
nasional dengan sempurna. Hal ini ditunjukkan tempat. Salah satu kegiatan yang penting bagi
dengan masih banyaknya anak-anak yang tidak anak jalanan, yaitu peningkatan kemampuan
mendapat akses pendidikan, seperti halnya anak budaya literasi, baik angka, baca, maupun tulis.
jalanan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
Adanya kegiatan pembelajaran membaca,
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
menulis dan menghitung diharapkan anak-
Nasional, disebutkan bahwa:
anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan masih dapat memenuhi kemampuan dasar yang
terencana untuk mewujudkan suasana dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari
belajar dan pross pembelajaran agar mereka. Tanpa dapat menulis, membaca, dan
peserta didik secara aktif mengembangkan berhitung dengan baik, anak-anak jalanan
potensi dirinya untuk mewakili kekuatan akan mendapatkan pengetahuan yang sedikit
spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta rawan menjadi korban kejahatan. Literasi
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, diperlukan agar anak dapat memberikan
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, gambaran yang ada dalam pikirannya (Lestari,
masyarakat, bangsa dan negara. 2013). Selain itu, berkaitan dengan kemampuan
literasi, dinyatakan pula bahwa dua pertiga
Pengertian tersebut, menjadi gambaran
penduduk buta aksara sekarang ini adalah
harapan terhadap hasil yang diperoleh generasi
perempuan. Perempuan buta aksara akan sulit
penerus setelah mengikuti pendidikan, baik
mencari pekerjaan dengan penghasilan yang
formal, informal, maupun non formal yang
layak sehingga dapat menyebabkan perempuan
dicita-citakan. Ketentuan hukum mengenai
itu miskin. Selain itu, perempuan buta aksara
pendidikan anak harus memiliki keserasian
rentan terhadap kekerasan, terkucilkan,
regulasi baik ditingkat peraturan yang
dan seringkali terpinggirkan dalam proses
dikeluarkan oleh pemerintah, pemerintah
pengambilan keputusan-keputusan penting
provinsi, dan pemerintah kota dan kabupaten
(Wahyuni, et al., 2017). Dengan demikian,
yang memuat adanya ketentuan baik dari segi
diharapkan anak-anak jalanan dapat memiliki
tanggung jawab, hingga pada keterlibatan
kesempatan belajar literasi.
masyarakat dalam melakukan pengelolaan
pendidikan yang berdasarkan pada cita-cita Hal ini dikarenakan, melalui anak-anak
dasar negara Republik Indonesia (Sofyan & jalanan memperoleh pembelajaran membaca,
Tenripadang, 2017). mereka akan tetap dapat menyerap pengetahuan
dari luar yang mana dengan membaca, baik itu
Pemerintah dengan program-program yang
surat kabar, buku, atau yang lainnya. Begitu
telah ditentukan untuk anak jalanan seperti
pula dengan menulis dan menghitung. Hal
adanya sanggar, sudah baik. Namun, keterlibatan
tersebut dikarenakan ada kemungkinan banyak
anak-anak jalanan yang tidak mengetahui
alasan atau latar belakang anak-anak yang ada

82 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
di jalanan. Mereka mendapat stigma sebagai untuk pasar kaget. Dari uraian fungsi ruang
anak jalanan tetapi memiliki keinginan untuk terbuka di atas, terlihat bahwa ruang terbuka
dapat seperti anak-anak normal lainnya. Anak- tidak lagi berfungsi sebagai ruang publik namun
anak yang mengamen memiliki pandangan banyak yang telah berganti fungsi dan makna.
pendidikan yang utuh, seperti anak-anak pada Pergeseran fungsi dan makna ini terjadi karena
umumnya. Oleh karena itu, anak-anak jalanan adanya kebutuhan masyarakat sekitarnya.
juga tetap memiliki cita-cita dan keinginan
Pelaksana rumah singgah untuk belajar
untuk kembali belajar di sekolah. Keinginan
anak jalanan dapat diperankan oleh mahasiswa-
bekerja dianggap mereka sebagai kegiatan
mahasiswa di wilayah tersebut. Seperti
untuk dapat membeli sesuatu yang mereka
hasil penelitian yang dilakukan Kurniawan
inginkan saja (Wihyanti, 2017).
(2015), yaitu salah satu faktor pendukung
Keberadaan pengembangan ilmu pemberdayaan anak jalanan di rumah singgah
pengetahuan yang saat ini terus mengalami adalah adanya peran mahasiswa. Kegiatan
peningkatan, menjadi pekerjaan tersendiri bagi di rumah singgah dapat berupa penuntasan
anak-anak jalanan untuk memahaminya. Cara keaksaraan yang juga menjadi salah satu
mereka mampu memahami itu semua adalah kegiatan Kuliah Kerja Nyata–Pembelajaran dan
adanya tutor yang siap dengan ikhlas tanpa Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang
meminta imbalan untuk dapat membantunya dilakukan para mahasiswa dengan mendirikan
belajar. Budaya membaca yang seharusnya “Warung Pustaka” sebagai tempat belajar
mampu terbudidayakan dengan baik dikalangan warga sekaligus tempat berwirausaha. Program
anak-anak terutama masih memerlukan upaya keaksaraan dalam kegiatan KKN-PPM tersebut
sistematis untuk menumbuhkan kemampuan dilakukan di Desa Ngenep Kabupaten Malang
membaca dan memahami yang baik di kalangan (Wahyuni et al., 2017). Kegiatan lainnya,
anak jalanan. yaitu pemberdayaan anak jalanan di Rumah
Singgah Ahmad Dahlan. Rumah singgah ini
Alternatif kegiatan yang dapat dirasakan anak
memberdayakan anak jalanan dalam bentuk
jalanan adalah pengupa-yaan kegiatan belajar
kegiatan: konseling anak dan keluarga,
di ruang publik, seperti alun-alun kota sebagai
kesenian, pendidikan, pelatihan keterampilan,
rumah singgah anak jalanan untuk belajar.
program bimbingan agama islam serta program
Menurut Ahmad (2002) dalam Purwantiasning
pemagangan (Kurniawan, 2015).
(2010), ada beberapa fungsi adanya ruang
publik di kota. Menurutnya fungsi ruang publik Dengan demikian, karya tulis ini mengarah
dan ruang terbuka tersebut sangat tergantung kepada analisis pelibatan peran mahasiswa
dari latar budaya dan kebiasaan masyarakatnya. dalam pemanfaatan alun-alun kota untuk
Fungsi-fungsi yang dimaksudkan, yaitu: 1) mengembangkan potensi anak jalanan sesuai
Tempat bertemu, berinteraksi dan silaturrahmi dengan kajian literatur. Oleh karena itu, tujuan
antar warga; 2) Menjadi simbol tempat dan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peran
identitas kota; 3) Melindungi fungsi ekologis serta mahasiswa terkait kegiatan-kegiatan
kawasan, menyediakan cahaya dan sirkulasi pelatihan calistung dan langkah-langkah
udara ke bangunan sekitar; 4) Berfungsi efektif mewujudkan anak jalanan yang kreatif,
sebagai kawasan cadangan bagi pengembangan kompetitif melalui kegiatan pembelajaran
masa datang; 5) Dimanfaatkan sebagai tempat calistung.
berjualan pedagang kaki lima, atau digunakan

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 83
Metode yang digunakan, yaitu literatur dengan masalah yang ada. Analisis data,
review atau studi pustaka. Gaya penulisan, penulis menggunakan analisis interaktif Miles
yaitu jenis integrative literature review. Jenis dan Huberman. Analisis tersebut terdiri dari
ini memberikan lebih sedikit rincian studi, tiga komponen. Pertama, reduksi data yang
tetapi fokus pada ide dan hasil yang diekstraksi. mempertegas, memperpendek, membuat
Integrative literature review melakukan fokus, dan mengatur data yang didapatkan.
ringkasan topik secara kritis, memiliki struktur Kedua, penyajian data berupa deskripsi ke
topik dan sub-topik yang lebih kompleks, dan dalam bentuk narasi lengkap, sehingga dapat
opini peneliti dalam menganalisis dibahas lebih dilakukan penyimpulan. Tujuan langkah ini
dominan (Khoo et al., 2011). adalah agar informasi mudah dilihat dan dapat
lebih dimengerti. Ketiga, penarikan simpulan
Penulisan melalui Kajian Pustaka dan
dan verifikasi. Verifikasi dilakukan dengan
Studi Dokumentasi. Kajian pustaka merupakan
kegiatan lebih mengembangkan ketelitian.
pengumpulan data yang didapatkan dari buku-
(Miles & Huberman, 1984, dalam Sutopo,
buku atau sumber literatur yang memiliki
2006, 113-116).
keterkaitan dengan masalah yang ada di dalam
tulisan ini. Studi dokumentasi dilakukan dengan PEMBAHASAN
menghimpun serta menganalisis dokumen-
dokumen terkait, baik yang berbentuk tulisan, 1. Kondisi Anak Jalanan
gambar, maupun dokumen elektronik. Anak jalanan merupakan anak-anak
Dokumen-dokumen yang telah terkumpul, yang tidak memiliki tempat tinggal dan
selanjutnya dilakukan analisis-sintesis yang tidur di jalanan kota. Mereka cenderung
akhirnya membentuk kesatuan data yang memiliki kemungkinan kurang memiliki
sistematis, utuh, dan terpadu. Dokumen yang dukungan orang tua, emosional dan
digunakan, yaitu dokumen-dokumen resmi psikologis yang biasanya ditemukan dalam
pemerintah yang dapat bebas diakses melalui situasi pengasuhan anak (UNICEF, 2001).
internet. Kategori usia dari mereka mayoritas adalah
5 sampai dengan 18 tahun (Husna & Reliani,
Sumber data dan informasi dari jurnal- 2016).
jurnal ilmiah, buku, dan artikel digital berkaitan
Anak jalanan ada di banyak tempat,
dengan aspek peran mahasiswa di bidang sosial.
seperti di Bandar Lampung, Madiun, dan
Permasalahan anak jalanan, dan rumah singgah
Makasar. Kondisi anak jalanan di Kota
untuk anak jalanan terkumpul, selanjutnya
Bandar Lampung, baik perempuan maupun
penulis menggunakan metode pengolah data.
laki-laki banyak yang bekerja (Cendika,
Maksudnya, data yang didapatkan kemudian
2017). Namun, anak jalanan di Kota Madiun
uraikan serta dikelompokkan ke dalam bagian-
sudah dinyatakan berkurang. Kebanyakan
bagian sesuai dengan bahasan yang akan
dari mereka berada di perempatan jalan
diuraikan. Penguraian data ini tentu melalui
untuk mengamen. Selain itu, anak-anak
jalur penganalisisan yang mendalam, yang
tersebut juga masih memiliki keluarga dan
selanjutnya pembahasan hasil analisis dan
kembali ke rumah mereka masing-masing.
sintesis akan dijabarkan di bagian analisis
Keberadaan anak jalanan di Madiun
dan sintetis. Hal tersebut dilakukan dengan
sudah berkurang disebabkan penindakan
cara mempelajari, mengkaji, serta menelaah
oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja
isi dari setiap sumber bacaan pada referensi

84 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
setempat (Sumarmi & Sulistiyono, 2015). terhadap semua kondisi. Mereka menderita
Hal tersebut berbeda dengan kondisi anak tunawisma fisik sekaligus tunawiswa
jalanan di Kota Makassar. Berdasarkan psikologis; 3) Masalah kesehatan; 4)
data dinas sosial kota, jumlah anak Penyalahgunaan zat psikoaktif sebagai usaha
jalanan mengalami peningkatan dari 2009 penyelesaian masalah baik berupa tekanan
sampai dengan 2011, yaitu 2009 ada 870 yang bersifat luar biasa dari masa lalu yang
anak sampai dengan 2011 ada 918 anak. traumatis maupun masalah keseharian yang
Kebanyakan mereka berasal dari luar kota mereka temui di jalanan; 5) Perampasan
(Sakman, 2016). kebutuhan dan kekurangan sumber daya
dan peluang. Anak-anak tersebut tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang
mempunyai tempat tinggal yang permanen,
dilakukan Wihyanti (2017), dinyatakan
tidak mendapat fasilitas pendidikan, fasilitas
bahwa kondisi anak jalanan di Kabupaten
kebersihan, dan sebagainya; 6) Eksploitasi.
Banyumas masih sering dijumpai.
Faktor kemiskinan dan diskriminasi terhadap
Mereka dominan merupakan anak-anak
gender dianggap menjadi penyebab utama
usia sekolah dasar yang bekerja sebagai
krisis anak jalanan.
pengamen atau mengemis. Usia seperti
mereka seharusnya berada di sekolah dan Astri (2014) juga menyatakan bahwa
bahkan belum diperbolehkan bekerja. Hal keberadaan anak jalanan dilatarbelakangi
tersebut dikarenakan secara psikologis oleh kemiskinan, penyimpangan
perkembangan anak-anak jalanan usia kepribadian, dan faktor luar dari anak
sekolah dasar sejatinya sama dengan teman- jalanan tersebut. Faktanya sebagian besar
teman mereka yang bersekolah, tetapi anak jalanan memang berasal dari keluarga
mereka tidak sekolah. miskin. Hal inilah yang merupakan pemicu
utama anak melakukan kegiatan di jalanan.
Fenomena anak jalanan tentu memiliki
Kondisi tersebut terjadi akibat tidak
penyebab mengapa mereka bisa ada
terpenuhi kebutuhan hidupnya. Gambar 1
dalam lingkungan sosial. Banyak anak
dan Tabel 1 berikut ini merupakan penyebab
yang dibiarkan tanpa pengasuhan dan
menurut UNICEF (2001).
perlindungan yang memadai dan terpaksa
menjadi anak jalanan (Schubert et al., 2015, Berdasarkan Gambar 1, dapat dapar
11). Menurut Sumarmi dan Sulistiyono dijabarkan bahwa penyebab fenomena
(2015), keberadaan mereka ada di jalanan anak jalanan, di antaranya: 1) buruknya
sampai dengan disebut sebagai anak jalanan akses keamanan; 2) kondisi sumber daya
disebabkan faktor ekonomi, pendidikan keluarga yang tidak memadai; 3) keluarga
orang tua yang rendah, dan keluarga broken yang disfungsional; 4) lingkungan sosial
home. Menurut Pratibha et al. (2016), yang penuh dengan tekanan; 5) kemiskinan
permasalahan dan kekurangan yang dialami dan prioritas keluarga; 6) berubahnya
anak-anak jalanan menurut Pratibha et al. peran keluarga disebabkan kematian
(2016), di antaranya, yaitu: 1) Kurangnya atau perceraian; 7) terkena HIV/AIDS
nutrisi yang memadai. Kondisi tersebut sehingga dijauhi berbagai fasilitas hidup;
menyebabkan anak-anak mengalami 8) pengawasan orang tua kepada anak yang
anemia, kekurangan gizi, dan defisiensi tidak memadai; 9) pelaksanaan kebijakan
vitamin; 2) Tunawisma. Anak-anak rentan yang tidak merata, sehingga menimbulkan

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 85
Gambar 1. Causes of Street Children Phenomenon

Sumber: UNICEF (2001)

banyak ketimpangan sosial; dan 10) menghasilkan uang untuk keluarga. Alasan
distribusi lintas sektor yang tidak merata ini dapat menjadi alasan dasar bahwa faktor
dan geografi wilayah. Alasan-alasan pada kemiskinan menjadi hal dominan yang
Tabel 1 juga dapat dikaji melalui data visual dapat menyebabkan anak-anak tidak dapat
pada Gambar 1. merasakan fasilitas yang memadai minimal
haknya sebagai anak, seperti makanan,
Tabel 1. Alasan Menjadi Anak Jalanan Berdasar
Hasil Riset di Zimbabwe
tempat tinggal yang aman, kesehatan,
Alasan Persentase
pendidikan, dan lain-lain. Hal yang dapat
Tidak memiliki orang tua (yatim dilakukan salah satunya adalah membantu
30.7
dan atau piatu) orang tua dengan cara bekerja. Hal ini tentu
Diperlakukan oleh orang tua / wali dapat dianalisis kembali alasan mereka
18.3
/ pengasuh bekerja disebabkan perintah orang tua atau
Melakukan pelanggaran dan lari
6.4 inisiatif sendiri. Alasan terbanyak setelag
dari rumah
bekerja, yaitu tidak memiliki orang tua yang
Pekerjaan 7.3 disebabkan kematian. Hal ini menjadikan
Menghasilkan uang untuk keluarga 35.3 komponen terkuat perlindungan anak,
Sumber: UNICEF (2001) yaitu keluarga inti kandung menjadi tidak
berfungsi.
Berdasarkan Tabel 1, alasan paling
Selain gambaran alasan pada Gambar
banyak anak-anak menjadi anak jalanan
1 dan Tabel 1, berdasarkan hasil analisis
di Zimbabwe, yaitu bekerja atau
dari hasil penelitian, ada beberapa masalah

86 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
pendidikan anak jalanan yang dibagi ke banyak yang hanya sebatas mengetahui anak-
dalam lima kelompok. Pertama, kondisi anaknya dapat membaca saja sudah cukup
perekonomian keluarga. Kemiskinan dan tidak perlu sekolah hingga ke jenjang
merupakan penyebab utama kerentanan yang lebih tinggi. Mereka diarahkan untuk
anak di Indonesia. Kemiskinan menghalangi bekerja. Orang tua dirasa kurang mampu
pemenuhan kebutuhan dasar anak terhadap memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
kesehatan, nutrisi, dan pendidikan sehingga anak-anak yang seharusnya belajar
yang baik. Stres yang berkaitan dengan ikut menjadi penyokong kebutuhan rumah
kemiskinan, pengangguran, dan akses yang tangga. Anak-anak mereka cenderung
terbatas pada sumber daya menambah risiko diajak untuk ikut merasakan penderitaan
penelantaran anak (Schubert et al., 2015: 11; mereka sebagai suatu persepsi yang salah
Sumarmi & Sulistiyono, 2015). Keluarga saat ini, yaitu anak-anak juga hendaknya
anak jalanan, khususnya orang tua mereka ikut serta memperhatikan kondisi orang
terhambat dalam mendapatkan kesempatan tua mereka yang tidak mampu dengan ikut
kerja yang layak karena faktor pengalaman serta membantu dalam bekerja (Schubert et
pendidikan. Selain itu, mereka juga tinggal al, 2015, 12). Pekerja anak yaitu anak yang
di pinggiran kota yang juga mendapatkan melakukan segala jenis pekerjaan yang
kesempatan kecil dalam lingkungan sosial- memiliki sifat atau intensitas yang dapat
ekonomi, sehingga mendapat stigma sebagai mengganggu pendidikan, membahayakan
masyarakat berstrata di bawah (ÖZBAŞ, kesela- matan, kesehatan serta tumbuh
2015). kembangnya dapat digolongkan sebagai
pekerja anak (Cendika, 2017).
Kedua, kurangnya kesadaran orang
tua akan kewajiban mereka memberikan Riset yang dilakukan di Turki mengarah
hak pendidikan putra-putrinya. Sekolah kepada pemegang kewenangan tertinggi
juga mempunyai peran penting meskipun yaitu pemerintah. Kondisi anak jalanan
ada pula anak jalanan yang memang harus mendapat perlakukan timbal balik
dari awal tidak mengenyam bangku yang positif dari manajer administrasi
sekolah. Anak jalanan tidak mendapatkan pendidikan publik. Dianggap pihak tersebut
kesempatan dari fasilitas pendidikan. Hal harus tingkat pertama bertanggung jawab
tersebut dikarenakan akses dan kebutuhan untuk mencapai tujuan sekolah penuh
pendidikan mereka ke pendidikan wajib waktu dan mengimplementasikan tanggung
tidak memadai. Kondisi perekonomian jawab serta melakukan pengembangan audit
keluarga merupakan faktor dominan yang (ÖZBAŞ, 2015).
menjadikan alasan bagi orang tua untuk
Ketiga, rendahnya tingkat pengetahuan
tidak menyekolahkan anak-anak mereka
orang tua terutama pengetahuan agama.
hingga layak, bahkan tidak menyekolahkan
Pengetahuan orang tua terkait pentingnya
sama sekali (Schubert et al., 2015, hlm. 12).
pendidikan, terutama dalam hal agama
Kesadaran orang tua terkait pentingnya ternyata menjadi salah satu hal yang
pendidikan bagi anak, terutama pendidikan menjadikan banyaknya anak-anak Indonesia
dasar masih perlu ditingkatkan kembali. yang seharusnya berada di bangku sekolah
Apalagi, hal ini juga dipengaruhi pula oleh malahan menjadi anak jalanan, menjadi
tingkat pendidikan orang tua. Sehingga, peminta-minta, pemulung, dan sebagainya.

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 87
Hal ini terkait dengan norma, baik norma pengendali terhadap individu dari berbagai
agama, sosial, hukum, dan sebagainya. penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
Berkaitan dengan norma dalam hal ini di jalanan yang lebih cenderung ke arah
mempunyai pengertian bahwa, anak-anak delinquent (Riyadi, 2016).
jalanan cenderung mempunyai pergaulan
Kelima, pola pendidikan orang tua yang
yang negatif, baik dari segi tata bahasa,
salah. Banyak anak yang dibiarkan tanpa
tingkah laku, dan kepribadian. Perlu kiranya
pengasuhan dan perlindungan yang memadai
sebuah wadah yang dikhususkan bagi
dan terpaksa menjadi anak jalanan (Schubert
anak-anak jalanan untuk mengembangkan
et al., 2015, 12). Anak jalanan dianggap
potensinya sehingga dapat membantu dalam
kurang memiliki sosialisasi dan keluarga
merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
yang mampu mendukung pertumbuhan dan
Artinya tidak hanya peningkatan dalam hal
perkembangan yang sehat. Oleh karena itu,
intelektual, tetapi juga kepribadian, akhlak,
anak jalanan dianggap kelompok berisiko
dan ketrampilan.
yang berkembang (UNICEF, 2001). Selain
Keempat, pengaruh lingkungan atau itu, kehidupan jalanan yang tidak kondusif
teman sepermainan. Pengaruh lingkungan dan kurangnya pengawasan dari keluarga
dalam pergaulan anak-anak jalanan menjadikan anak jalanan sangat rentan
sangatlah mempunyai peran yang penting. terhadap berbagai bentuk tindak kekerasan
Keterlibatan anak-anak jalanan dalam pesta (Astri, 2014). Sedangkan menurut Schubert
minuman keras, kalimat-kalimat yang et.al. (2015, 12), anak jalanan terpapar pada
kasar atau bahkan melanggar norma sopan risiko yang meliputi masalah kesehatan,
santun, sering terdengar dari mereka yang eksploitasi dan kekerasan, putus sekolah,
masih berusia anak sekolah dasar. Pergaulan dan terlibat dalam aksi kejahatan.
yang salah, apalagi anak-anak jalanan
Pola pendidikan yang diterapkan oleh
terlihat lebih bebas dalam berinteraksi
orang tua menjadikan bukti adanya wujud
tidak terkecuali dengan orang yang sudah
implementasi dampak perilaku anak jalanan
lebih dewasa. Bahkan, hal yang paling
sehari-hari. Kecenderungan berani meminta
fatal dimungkinkan adanya pembelajaran
di lampu merah, sebagai contohnya. Anak-
negatif dari banyaknya kasus-kasus
anak yang dari kecil sudah diajak oleh
negatif yang mereka dapatkan selama ada
orang tuanya untuk meminta-minta di setiap
di jalanan, sehingga akan mempengaruhi
lampu merah menimbulkan dampak yang
pola perkembangan mereka ke depannya
negatif, tetapi berarti bagi anak tersebut
(Wihyanti, 2017). Berdasarkan hasil
ketika dewasa. Mereka mempunyai mental
temuan, ada korelasi negatif yang signifikan
yang tidak secara sadar telah tertanam tanpa
antara konsep diri dengan kenakalan anak
adanya rasa malu untuk meminta-minta
jalanan, khususnya di rumah Singgah Putra
kepada orang lain. Dalam permasalahan
Mandiri Semarang. Semakin positif konsep
anak jalanan, inti dari masalah sebenarnya
diri maka akan lahirlah pola perilaku yang
bukan hanya materi, tapi juga masalah pola
positif pula, dan apabila semakin negatif
pikir dan mental yang masih belum maju
konsep diri maka akan lahirlah pola
untuk dapat memikirkan visi ke depan
perilaku yang negatif. Dengan demikian,
yang lebih baik. Jadi, untuk menanggulangi
konsep diri dapatt dikatakan sebagai
masalah anak jalanan, diperlukan perubahan

88 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
pola pikir anak jalanan itu sendiri supaya potensi peduli, dan pembentukan karakter.
tidak hanya merasa puas dengan kemudahan Tujuan pendampingan adalah merawat
yang mungkin bagi mereka ada di jalanan dan memotivasi anak jalanan untuk
(Astri, 2014). memperoleh kesempatan hidup lebih
baik dan mau merubah hidupnya dengan
Solusi Alternatif pemikiran yang lebih konstruktif serta
Menurut Suryadi dan Zanah (2016), bisa dipertanggungjawabkan. Tujuan
faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pendampingan disini tidak lain adalah
program penanganan pemberdayaan untuk mengubah nasib anak jalanan untuk
anak jalanan di antaranya yaitu: rasa menjadi lebih baik dan lebih layak seperti
kekeluargaan, antusias anak jalanan, teman sebayanya. Pendampingan ini juga
bekerja sama dengan elemen masyarakat, untuk membantu mengurai masalah yang
dan fasilitas yang memadai. Berdasarkan sedang dihadapai anak jalanan untuk
permasalahan dan hasil analisis beberapa mencari alternatif pemecahannya (Nasofa
sumber pustaka Langkah-langkah yang et al., 2016).
dapat dilakukan sebagai upaya mengatasi
Mengenai pendampingan juga
masalah tersebut. Pertama, membangun
diutarakan oleh Suryadi dan Zanah (2016),
rumah singgah yang diharapkan dapat
yaitu mengenai model pemberdayaan
berguna untuk melaksanakan program-
dengan memetakan tujuan yaitu intervensi
program yang diatur secara sistematis.
mikro, mezzo dan makro. Metode mikro
Dampak dari rumah singgah bagi anak
intervensi individu dan keluarga adalah
jalanan terbilang positif. Hal tersebut
memberikan bantuan langsung kepada
dibuktikan dari hasil penelitian yang
anak-anak dan keluarga. Intervensi untuk
menyatakan bahwa setelah pemberdayaan
anak-anak adalah dengan bimbingan
di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, anak-
belajar, spiritual, bimbingan, dan bimbingan
anak jalanan memperoleh dampak-dampak
sosial dan juga tabungan. Intervensi kepada
berikut ini: 1) Dampak dari segi ekonomi
keluarga dengan memberikan konseling
anak jalanan mampu memenuhi kebutuhan
dan intervensi program. Metode intervensi
dengan menggunakan keterampilan yang
Mezzo berfokus pada komunitas dan
diperoleh untuk bekerja; 2) Dampak dalam
lingkungan sosial dengan meningkatkan
segi sosial anak dapat berbaur dengan
kesejahteraan masyarakat.
masyarakat melalui nilai dan norma
yang diterapkan oleh anak jalanan dalam Ketiga, melakukan penyadaran kepada
kehidupannya; 3) Dampak dalam segi pihak orang tua mengenai tanggung jawab
psikologis anak jalanan termotivasi untuk dalam hal memenuhi hak pendidikan anak-
merubah pola hidupnya menjadi teratur dan anak mereka. Berdasarkan hasil penelitian,
mempunyai semangat untuk hidup mandiri ada beberapa data yang menunjukkan
(Kurniawan, 2015). adanya peran serta orang tua untuk lebih
ditingkatkan kembali.
Kedua, pendampingan anak jalanan
dilakukan dengan cara merumahkan Ada 63 persen ibu-anak jalanan
mereka, mengupayakan munculnya mendukung anaknya untuk bekerja di jalan,
minat untuk hidup lebih kreatif, upaya dan hanya 13 persen yang tidak mendukung
bina usaha mandiri, upaya menggalang anaknya untuk bekerja di jalanan, biasanya

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 89
mereka awalnya tidak setuju tetapi kerena masyarakat dan elemen masyarakat dalam
anaknya menghasilkan pendapatan yang memberdayakan anak jalanan dengan
dirasa membantu keluarga maka ibu-anak memotivasi dan membangkitkan kesadaran
jalanan mendukung anaknya bekerja dijalan melalui program pemberdayaan secara
hal ini terlihat dari persentasi pendapat langsung berhubungan dengan anak dengan
ibu-anak jalanan tentang peraturan melibatkan semua pemangku kepentingan
pemerintah tentang penertiban anak di (Suryadi & Zanah, 2016). Hal tersebut
jalanan, persentasi tertinggi 38 persen dikarenakan peran serta keluarga, sekolah,
menjawab tidak setuju dengan aturan dan pemerintah terhadap anak jalanan masih
tersebut dan hanya 28 persen yang setuju, kurang. Keterlibatan orang tua, masyarakat,
sedangkan yang lainya absen. Dalam aspek guru, dan pemerintah terhadap masa
pemberdayaan ibu-anak jalanan sebenarnya depan anak jalanan merupakan hal yang
pemerintah dengan LSM mengadakan penting. Meningkatkan peran aktif tokoh
penyuluhan usaha bersama, tetapi 80 persen masyarakat, pemerintah, terutama instansi
ibu-anak jalanan tidak mengikuti kegiatan terkait seperti dinas pendidikan, dinas
tersebut dan hanya 14 persen yang pernah sosial dan lembaga berwenang lainnya. Hal
mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan tersebut dikarenakan untuk menanggulangi
sebagian besar 91 persen tidak pernah masalah anak jalanan diperlukan perubahan
mengikuti program usaha bersama, 8 persen menyeluruh agar mereka tidak kembali
pernah mengikuti dan 6 persen kadang hidup dan bekerja di jalanan lagi (Astri,
mengikuti program usaha bersama. Karena 2014).
hal inilah ibu-anak jalanan sebagian besar
Selain itu, anak jalanan adalah masalah
85 persen berpendapat usaha bersama tidak
umum, karena masalah ini muncul dari
dapat membantu perekonomian keluarga
sistem sosial yang tidak berjalan optimal,
dan hanya 6 persen yang menjawab kegiatan
rendahnya kesadaran masyarakat dan
tersebut membantu perekonomian keluarga
program pemerintah yang belum selesai
(Iryanti et al., 2007).
berjalan dengan baik (Suryadi & Zanah,
Keempat, meningkatkan pengetahuan 2016). Apabila dianalisis dampak anak
dan pemahaman orang tua tentang ilmu jalanan dan masalah yang berkaitan, maka
agama melalui ceramah, penyuluhan, dan semua itu merupakan masalah yang besar
lain sebagainya. Pemahaman orang tua tetapi jika dilihat dari sudut pandang
seperti yang telah dipaparkan di atas, perlu masyarakat masalah tersebut sulit diatasi
ditingkatkan kembail, terutama dalam hal (Pratibha et al., 2016). Anak jalanan memiliki
pengetahuan agama. Langkah-langkah tatanan hidup sendiri, dengan tindakan dan
atau kegiatan ini dapat dilakukan melalui perilaku sosial serta budaya tersendiri yang
ceramah, atau penyuluhan. digunakan untuk mempertahankan diri dan
mendapatkan pengakuan sehingga mereka
Kelima, peran serta berbagai pihak
menentang kultur dominan yang ada di
dalam upaya meningkatakan mutu anak-
masyarakat dan memperkuat solidaritas
anak jalanan hingga potensi yang mereka
mereka. Gaya hidup anak jalanan ini
miliki dapat ditumbuhkembangkan, juga
menjadi sebuah subkultur yang khas dari
tidak sekadar hanya bagi orang tua saja,
sebuah kehidupan jalanan (Astri, 2014).
namun berbagai pihak. Keterlibatan

90 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
Peran Mahasiswa dalam Rumah Singgah meningkatkan intelektual, namun juga
Calistung Anak Jalanan segi lain separti yang diungkapkan pada
Menurut Kementerian Sosial Republik Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Indonesia, rumah singgah adalah “tempat tentang Sisdiknas. Apabila intelektual
penampungan sementara anak jalanan itu dapat diukur melalui IQ (Intelectual
sebagai wahana pelayanan kesejahteraan Quotion), maka kepribadian yang nantinya
sosial”. Peran mahasiswa dalam rumah juga akan dilatih untuk menjadi lebih baik
singgah ini, diantaranya, yaitu: Pertama, diukur dengan sikap dan perilakunya.
sebagai fasilitator. Mahasiswa sebagai
Kedua, sebagai organisator. Organisator
fasilitator memiliki pengertian bahwa
di sini memiliki makna yang mengelola
dalam rumah singgah ini, mahasiswa
manajemen rumah singgah ini adalah
menjadi fasilitator menyampaikan ilmunya
mahasiswa yang tergabung itu. Sehingga
sesuai dengan perancangan yang telah
akan terbentuk suatu susunan kepengurusan
disusun. Mereka membagi ilmu tanpa
guna mengurusi kepentingan-kepentingan
adanya imbalan jasa. Kebutuhan anak akan
yang nantinya akan dihadapi. Ketiga,
pengetahuan melalui pertanyaan, akan
sebagai mediator. Mediator dalam Rumah
dibantu oleh mahasiswa sebagai tutor. Hal
Singgah Calistung tentunya diharapkan
ini menunjukkan, pelayanan yang tidak
mahasiswa juga mampu memediasikan
menimbulkan diskrimasi akan memicu
antar berbagai unsur sehingga akan terjalin
semangat belajar setiap peserta didik.
pemahaman yang sama tanpa menimbulkan
Pada dasarnya, setiap anak yang normal,
sikap atau perilaku diskriminasi. Baik
memiliki potensi untuk dapat memahami
diantara peserta dengan peserta, peserta
suatu ilmu yang telah disampaikan oleh
dengan tutor, maupun tutor dengan tutor.
guru. Perbedannya yaitu terletak pada waktu
pencapaian pemahaman tersebut. Keempat, sebagai motivator. Motivasi
merupakan hal yang diperlukan dalam dunia
Menurut Aedy (2009), ciri-ciri guru
pendidikan, terutama pendidikan anak-anak.
sebagai pendidik yang luhur, yaitu: 1) Guru
Hal-hal yang berupa penguatan diharapkan
yang memiliki kecerdasan yang cukup,
dapat menimbulkan rasa ingin maju dan
baik kecerdasan intelektual, spiritual,
berprestasi menjadikan suatu sumber
emosional; 2) Memiliki bakat pendidik;
motivasi internal. Sehingga, dalam rumah
3) Memiliki kepribadian yang menarik,
singgah ini juga diterapkan adanya rasa kasih
bersedia berkorban, memiliki sikap ikhlas
sayang dalam bentuk memotivasi. Menurut
dan tawakal serta jujur dan bijak sana dalam
Rifa’i dan Chatarina (2011), ada beberapa
melaksanakan tugas. Dengan demikian,
cara untuk meningkatkan motivasi intrinsik
mahasiswa sebagai kaum perubahan
yang dapat dilakukan oleh pendidik, yaitu:
melalui program ini dapat merealisasikan isi
membangkitkan minat belajar dengan
dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan
cara memberikan pilihan materi kepada
berperan dalam banyak aspek kehidupan di
peserta didik, mendorong rasa ingin tahu,
masyarakat.
menggunakan variasi metode pembelajaran
Maka dari itu, kesabaran dari seorang yang menarik, serta membantu peserta didik
tutor dalam pelatihan ini sangatlah penting. dalam merumuskan tujuan belajar. Kelima,
Soalnya, dalam pelatihan ini tidak hanya sebagai koordinator. Koordinator dalam

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 91
organisasi ini, lebih berwujud bagaimana adalah keterampilan membaca, menulis dan
cara mahasiswa dalam mengelola rumah menghitung, komponen atau unsur karakter
singgah dan peserta yang ada sehingga akan juga tetap diikutsertakan sebagai bekal
terus terwujud keselarasan dalam proses akhlak yang harus dipahami anak-anaka
pembelajaran. jalanan, sehingga, mereka tidak menjadi
anak-anak jalanan yang arogan dan tidak
Pelatihan Calistung di Alun-Alun tahu norma. Dengan demikian, diharapkan
Saat ini di beberapa daerah sudah gagasan tersebut juga dapat menjadi sarana
mulai mengadakan perkumpulan yang anak-anak jalanan mendapatkan pendidikan
memiliki peran melayani kebutuhan anak- dan dapat berperan dalam mewujudkan
anak jalanan untuk mendapatkan ilmu tujuan pendidikan.
pengetahuan secara gratis dan mudah.
Hal tersebut dikarenakan unsur-unsur
Salah satunya, yaitu Griya Edukasi Media
kegiatan dalam rumah singgah akan
Pendidikan Anak Raya (GEMPAR) Bidik
bermuatan tidak hanya aspek pengetahuan,
Misi. Program tersebut merupakan suatu
tetapi juga penguatan karakter. Konsep
usaha yang diharapkan dapat menghentikan
karakter menjadi hal yang sangat krusial
atau mengurangi pengaruh faktor
bagi anak-anak jalanan. Menurut Suyadi
kemiskinan. Program itu diusahakan oleh
(2013, 5-6), nilai penting aspek karakter
mahasiswa dan alumni penerima Bidik
bagi perkembangan hidup individu tanpa
Misi yang diinisiasikan oleh mahasiswa
terkecuali anak-anak jalanan dijabarkan
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
dalam definisi berikut.
Yogyakarta, yaitu Nur Lailatun Ni`mah,
Tri Sulistyo, dan Lailatul Isnaini (Antara Karakter adalah nilai-nilai universal
Kalbar, 2013). perilaku manusia yang meliputi seluruh
aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan
Pelatihan membaca, menulis dan
dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,
berhitung ini merupakan kemampuan
maupun dengan lingkuingan yang terwujud
dasar yang hendaknya dapat dipahami
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
oleh setiap anak. Hal ini disebabkan sangat
dan perbuatan berdasarkan norma-norma
berguna dalam kehidupan sehari-harinya,
agama, hukum, tata krama, budaya, dan
tidak terkecuali bagi anak-anak jalanan.
adat istiadat (Suyadi, 2013: 5-6).
Rumah singgah yang mempro-gramkan
adanya pelatihan calistung ini merupakan Rumah singgah ini dirasa sangat penting
suatu program yang dilaksanakan 1 kali keberadaanya, karena sebagai salah satu
dalam sepekan di alun-alun. Tutor-tutor penopang pergerakan generasi penerus
pelaksanaan pelatihan calistung sendiri bangsa kepada masa depan yang lebih baik
adalah kumpulan mahasiswa yang terstruktur yang dimulai dari dasar tanpa memberatkan
dalam organisasi peduli pendidikan, peduli mereka dalam hal biaya. Namun, di sisi lain,
sosial, dan peduli anak jalanan secara suka karena pelatihan ini merupakan pelatihan
rela. dasar dan dipandu oleh sosok-sosok calon
guru, tentunya pendidikan yang diadakan
Pendidikan yang diberikan kepada anak
belumlah dapat mendukung keberhasilan
jalanan adalah pendidikan tidak formal.
proses pembelajaran. Perlu adanya beberapa
Walaupun dalam hal ini yang dibelajarkan
hal yang harus disiapkan secara matang,

92 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
yaitu 1) materi harus disesuaikan dengan merupakan suatu analisis yang dilakukan
kemampuan daya tangkap anak, 2) metode pada suatu organisasi, baik internal maupun
belajar harus banyak unsur bermain, 3) eksternal yang bertujuan nantinya hasil
peningkatan kerja sama dengan organisasi analisis akan digunakan sebagai dasar untuk
dan perguruan tinggi lain non kependidikan menyusun strategi dan juga program kerja.
tetapi mempunyai keterkaitan dalam hal Apabila analisis internal terdiri dari penilaian
kepedulian sosial (Werdiastuti, 1998). terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
Seperti halnya yang diungkapkan Mulyana kelemahan (Weakness), maka analisis
(2008) bahwa pembelajaran dapat diartikan eksternal berkaitan dengan faktor peluang
sebagai upaya sistematis dan disengaja (Opportunity) dan tantangan (Threaths)
untuk menciptakan kondisi-kondisi agar (Direktorat Analisis dan Pengembangan
terjadi kegiatan belajar mengajar. Artinya, Statistik, BPS, n.d.).
pembelajaran atau pelatihan ini merupakan
Ketiga, menentukan subjek yang akan
suatu tindakan sukarela yang dilakukan
di jadikan peserta didik, yaitu anak jalanan.
baik oleh tutor maupun peserta didik atau
Artinya, ada kriteria-kriteria tertentu
anak jalanan sendiri.
dimana anak jalanan dapat mengikuti
Pelaksanaan Rumah Singgah Calistung program ini. Seperti melakukan pendaftaran
terlebih dahulu untuk mengisi administrasi,
Pelaksanaan program Rumah Singgah
sehingga mereka akan mempunyai tanda
Calistung yang ditujukan bagi anak-anak
pengenal sebagai peserta di Rumah Singgah
jalanan dan dimanajemen oleh pihak
Calistung. Keempat, sosialisasi kepada
mahasiswa ini mempunyai prosedur
berbagai pihak. Sosialisasi dalam hal ini
atau langkah-langkah dalam pelaksana-
yaitu mengenai apa itu Rumah Singgah
annya. Prosedur tersebut, yaitu: Pertama,
Calistung anak jalanan, bagaimana proses
perencanaan. Kegiatan perencanaan yaitu
kegiatannya, apa tujuannnya, dan apa
dengan menyusun apa saja yang dibutuhkan,
manfaatnya kepada berbagai komponen,
seperti pembuatan struktur organisasi
dengan harapan akan membawa kepada
pengurus, merencanakan rancangan kerja,
dukungan terhadap program tersebut
merekrut mahasiswa yang tidak anti sosial
semakin baik. Kelima, evaluasi. Evaluasi
dan memiliki kesamaan minat untuk
setiap saat ini berfungsi sebagai kontrol
membantu menjadi perantara mengubah
terhadap tindakan selanjutnya, sehingga
kondisi anak jalanan yang ada dalam hal
diharapkan dapat mengalami peningakatan
ini sasarannya adalah mahasiswa, dan
yang positif.
melakukan diskusi bersama pihak-pihak
terkait.
PENUTUP
Kedua, melakukan penjajakan ke Program Rumah Singgah Calistung
berbagai bidang. Misalnya lokasi alun- merupakan sebuah gagasan sebagai salah satu
alun kota, pengamatan terhadap anak-anak upaya meningkatkan potensi yang dimiliki
jalanan, atau mewawancarai mereka untuk anak-anak jalanan. Langkah-langkah yang perlu
mengetahui berapa besar keinginan untuk dilakukan untuk mencapai efektivitas dalam
belajar. Sehingga, dalam hal ini belaku program ini yaitu: 1) Adanya perencanaan
analisis SWOT (Strength, Weakness, yang matang. Perencanaan ini, yaitu menyusun
Opportunity, Threaths). Analisis SWOT

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 93
apa saja yang dibutuhkan, seperti pembuatan masalah sosial yang kompleks, sehingga
struktur organisasi pengurus, merencanakan keterlibatan pemerintah sangat penting baik
rancangan kerja, merekrut mahasiswa itu berupa perlindungan, kebijakan, maupun
yang memiliki minat untuk membantu, dan bantuan tata birokrasi. Ketiga, kalangan
melakukan diskusi bersama pihak-pihak terdidik diharapkan dapat berperan dalam hal
terkait; 2) Melakukan penjajakan ke berbagai dukungan jasa maupun fasilitas belajar, seperti
bidang yang perlu. Misalnya lokasi alun-alun buku-buku dan atau alat/ media pembelajaran.
kota, pengamatan terhadap anak-anak jalanan, Keempat, masyarakat berperan dalam hal
atau bahkan mewawancarai mereka untuk dukungan dan perhatian dalam pelaksanaan
mengetahui berapa besar keinginan untuk program. Kelima, pihak lain, seperti investor/
belajar. Sehingga, dalam hal ini belaku analisis pengusaha dan filantropi diharapkan dapar
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, berperan dalam hal dukungan materiil sehingga
dan Threats); 3) Menentukan subjek yang pelayanan pendidikan terhadap anak jalanan
akan di jadikan peserta didik; 4) Sosialisasi oleh para mahasiswa semakin profesional
kepada berbagai pihak; 5) Evaluasi setiap karena terpenuhinya kualitas sumber daya dan
saat. Evaluasi setiap saat ini berfungsi sebagai sarana serta prasarana rumah singgah. Keenam,
kontrol terhadap tindakan selanjutnya, sehingga meningkatkan jiwa peduli sosial diantara
diharapkan dapat mengalami peningka-tan individu tanpa membeda-bedakan serta tanpa
yang positif. melakukan tindakan diskriminatif.

Peran serta mahasiswa dalam hal ini adalah Rekomendasi penelitian ini terhadap
sebagai pendidik. Selain itu, mahasiswa dalam penelitian selanjutnya, yaitu pengkajian lebih
rumah singgah ini juga sebagai fasilitator, mendalam terhadap pelaksanaan kegiatan sosial
motivator, mediator dalam membantu yang melibatkan anak-anak jalanan baik secara
mengembangkan potensi mereka. Memfasilitasi kualitatif maupun kuantitatif.
pelayanan pembelajaran dengan baik, dengan
tidak adanya sikap diskriminasi serta suka DAFTAR PUSTAKA
rela dalam membagi ilmunya. Sehingga akan Aedy, H. (2009). Karya Agung Sang Guru
terbentuk anak jalanan yang terdidik, baik Sejati. Bandung: Alfabeta.
dari intelektual, kepribadian, keterampilan dan
akhlaknya. Antara Kalbar. (2013, April 10). Gempar
Bidikmisi Sebagai Usaha Memutus
Implikasi karya tulis ini, yaitu: Pertama, Rantai Kemiskinan. Antara Kalbar.
orang tua berperan dalam hal pola asuh anak Diakses dari https://kalbar.antara news.
jalanan, khususnya bagi anak-anak jalanan com/berita/311873/gempar-bidik-
yang masih pulang ke rumah. Pola asuh orang misi-sebagai-usaha-memutus-rantai-
tua akan membantu meningkatkan minat anak kemiskinan.
jalanan untuk belajar dan mengikuti program di
Rumah Singgah Calistung. Hal ini disebabkan Astri, H. (2014). “Kehidupan Anak Jalanan di
orang tua menjadi salah satu alasan banyaknya Indonesia: Faktor Penyebab, Tatanan
anak-anak menjadi anak jalanan. Kedua, Hidup dan Kerentanan Berperilaku
pemerintah berperan dalam hal kemudahan izin Menyimpang”. Aspirasi, 5 (2), 145-155.
dan bantuan penyelenggaraan program. Hal ini Cendika, H.W. (2017). Peran pemerintah dalam
dikarenakan masalah anak jalanan merupakan

94 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
mengatasi masalah anak jalanan yang Mulyana, E. (2008). Model Tukar Belajar
bekerja dalam perspektif ekonomi islam (Learning Exchange) dalam Perspektif
(Studi pada dinas pemerintah Kota Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Bandar Lampung) (Skripsi, Universitas Bandung: Alfa Beta.
Islam Negeri Raden Intan, Lampung,
Nasofa, A.; Effendy, M.; & Nurhadi, N. (2016).
Indonesia). Diakses dari http://
“Strategi pendampingan anak jalanan
repository. radenintan.ac.id/2334/.
(Studi kasus di jaringan kemanusiaan
Direktorat Analisis dan Pusat Statistik. (n.d..). Jawa Timur)”. Jurnal Pendidikan
Analisis SWOT. Diakses dari http://daps. Nonformal, 11 (1), 1-7. http://journal2.
bps.go.id/filearti kel/66/Analisis%20 um.ac.id/index.php/JPN/article/
SWOT.pdf. view/2949

Iryanti, M.; Feranie, S.; & Susanti, H. (2007). ÖZBAŞ, M. (2015). “Personal and Familial
Profil permasalahan dan usaha Properties of Street Children —
permberdayaan ibu anak-anak di Street Children: The Forgotten or
kota Bandung. Diakses dari http:// not Remembered Ones”. Journal of
penelitian.lppm.upi.edu/detil/482/ Education and Learning, 4 (1), 97-107.
profil-permasalahan-dan-usaha- doi:10.5539/jel.v4n1p97.
pemberdayaan-ibu-anak-anak-di-kota-
Pratibha, A., Mathur, & Ansu. (2016, Februari).
bandung.
“Difficulties and Problems of Street
Khoo, C. S.G.; Na, J.; & Jaidka, K. (2011). Children”. International Journal of
“Analysis of the Macro-Level Discourse Science and Research, 52), 1859-
Structure of Literature Reviews”. Online 1861. https://www.ijsr.net/archive/v5i2/
Information Review, 35 (2), 255-271. NOV161616.pdf
doi.org/10.1108/14684521111128032.
Purwantiasning, A.W. (2010). “Konsep Ruang
Kurniawan, A. (2015). Pemberdayaan anak Terbuka sebagai Elemen Arsitektur
jalanan usia sekolah di Rumah Singgah Kota”. NALARs, 9 (1), 1-15.
Ahmad Dahlan Yogyakarta (Skripsi,
Republik Indonesia. (t.t.). Glosarium. Jakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta,
Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Yogyakarta, Indonesia). Diakses
Diakses darhttp://www.kemsos.go.id/
dari https://core.ac.uk/download/
glosarium/rumahsinggah.
pdf/33516699.pdf
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang
Lestari, N.G.A.M.Y. (2013). Peningkatan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Kemampuan Baca-Tulis Permulaan
Pendidikan Nasional. Jakarta: Republik
melalui Penggunaan Media Wayang
Indonesia.
Abjad Kontekstual. Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 72), 201-220. https://media. Rifa’i Rc, A. & Anni, C.T. (2011). Psikologi
neliti.com/media/publications/117376- pendidikan. Semarang: Pusat
ID-peningkatan-kemampuan-baca- Pengembangan MKU &MKDK
tulis-permula.pdf. Universitas Negeri Semarang.

Peran Mahasiswa dalam Pemenuhan Hak Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, Retno Wihyanti 95
Riyadi, A. (2016). “Hubungan konsep diri Kualitatif. Surakarta: UNS Press
dengan kenakalan anak jalanan
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran
pada rumah singgah putra mandiri
Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda.
Semarang”. PSYMPATHIC: Jurnal
Ilmiah Psikologi, 3 (1), 23-34. doi: United Nations Children’s Fund. (2001). A
10.15575/psy.v3i1.1097. https://journal. Study on Street Children in Zimbabwe.
uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/ Diakses dari https://www.unicef.org/
viewFile/1097/789 evaldatabase/files/ZIM_01-805.pdf.
Sakman. (2016). “Studi tentang anak jalanan Wahyuni, S.; Machfudz, M.i; & Badrih,
(Tinjauan implementasi perda Kota M. (2017). “Pemberdayaan
Makassar Nomor 2 Tahun 2008 tentang Masyarakat Perempuan melalui
pembinaan anak jalanan, gelandangan, Pemberantasan ‘Buta Aksara’ Guna
pengemis, dan pengamen di Kota Menumbuhkembangkan Usaha Kreatif
Makassar)”. Jurnal Supremasi, XI (2), Berbasis Literasi dan Potensi Lokal”.
201-221. Jurnal inovasi pendidikan, 1 (2), 48-71.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/fkip/
Schubert, B.; Rusyidi, B.; Pratiwi, A.P.; &
article/download/835/945.
Halim, M.A. (2015). Penilaian Cepat
Program Kesejahteraan Sosial Anak Werdiastuti, M. (1998). Kebutuhan Pendidikan
(PKSA). Jakarta: Kementerian sosial Anak Jalanan (Studi Evaluasi Anak
RI dan Unicef. https://www.unicef.org/ Jalanan pada Yayasan Mitra Masyarakat
indonesia/id/PKSA2015.pdf Kota, Cipinang Kebembem, Jakarta
Timur (Tesis, Universitas Indonesia,
Sofyan, A.M. & Tenripadang, A. (2017).
Indonesia). Diakses dari http://lib.ui.ac.
“Ketentuan Hukum Perlindungan Hak
id/file?file=pdf/abstrak-78197.pdf.
Anak Jalanan Bidang Pendidikan”.
Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Wihyanti, R. (2017). “Menelaah Impresi
15 (2), 229 – 246. http://ejurnal. Pendidikan dan Pretensi Bekerja sebagai
stainparepare.ac.id/index.php/diktum/ Pengamen pada Kalangan Marjinal Usia
article/download/438/334/ Sekolah Dasar di Simpang Tanjung Kota
Purwokerto”. Jurnal PPKN, 51), 1032-
Sumarmi, M. & Sulistiyono. (2015).”
1041. Diakses dari http://ppkn.org/wp-
Pendidikan Etika untuk Anak Jalanan di
content/uploads/2012/11/Jurnal-PPKn-
Kota Madiun”. Jurnal Pendidikan, 16
Vol-5-No-1-Jan-2017.pdf.
(1), 29-46. http://jurnal.ut.ac.id/index.
php/JP/article/download/243/199/

Suryadi & Zanah, Y.M.. (2016). Pemberdayaan


Anak Jalanan Berbasis Komunitas.
1-15. https://www.syekhnurjati.
ac.id/jurnal/index.php/orasi/article/
download/1075/766

Sutopo. (2002). Metodologi Peneliatian

96 Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial

Anda mungkin juga menyukai