Anda di halaman 1dari 20

Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 329

PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN


KESETARAAN DI RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI YOGYAKARTA
EMPOWERMENT OF STREET CHILDREN THROUGH EQUALITY EDUCATION PROGRAM
IN RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI YOGYAKARTA

Oleh: Annisa Rizky Aulia, Universitas Negeri Yogyakarta annisa.rizky@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan melalui
program pendidikan kesetaraan, (2) dampak pemberdayaan anak jalanan melalui program pendidikan
kesetaraan, (3) faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program
pendidikan kesetaraan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek
penelitian ini adalah pengelola, pendamping/tutor pendidikan kesetaraan, dan anak jalanan. Setting penelitian
ini adalah RSAM Yogyakarta. Teknik pengumpulan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode dan sumber data. Analisis data menggunakan model
Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan
melalui program pendidikan kesetaraan melalui tiga tahap, yaitu: (a) tahap penyadaran dan pembentukan
perilaku dilakukan dengan pendampingan, need assessment, pemberian program kesetaraan, bimbingan dan
motivasi pentingnya pendidikan; (b) tahap transformasi kemampuan dilakukan dengan pemberian kemampuan
dasar berupa baca, tulis, dan berhitung; (c) tahap peningkatan kemampuan intelektual dilakukan dengan
pemberian pembelajaran secara rutin. (2) dampak pemberdayaan anak jalanan melalui program pendidikan
kesetaraan, yaitu: (a) anak jalanan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (power to) dan mampu
memenuhi kebutuhan dengan menggunakan keterampilan yang diperoleh untuk bekerja (power with); (b) anak
jalanan termotivasi untuk merubah pola hidupnya menjadi teratur dan mempunyai semangat untuk hidup
mandiri (power within) dan anak jalanan lepas dari kehidupan jalanan (power over). (3) faktor pendukung dan
penghambat: (a) faktor pendukungnya yaitu kerjasama dengan pemerintah, dukungan masyarakat dan bantuan
pemerintah, (b) faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran anak jalanan, orang tua tidak mendukung
pendidikan, biaya operasional terbatas, ruang kelas belum memadai dan terbatasnya tenaga operasional.

Kata Kunci : pemberdayaan anak jalanan, pendidikan kesetaraan, RSAM Yogyakarta

Abstract
This study aims to describe: (1) implementation of street children empowerment through equality
education program, (2) impact of street children empowerment through equality education program, (3)
supporting and inhibiting factors in street children empowerment through equality education program. This
research was a descriptive research with qualitative approach. The subjects of this research were manager,
counselor / teacher, and street children. This research was done in RSAM Yogyakarta. Collection techniques
used were observation, interviews, and documentation. Data validity test was done by triangulation of method
and data source, while the data analysis used was Miles and Huberman model. The results of this research
shows that: (1) implementation of street children empowerment through equality education program includes
three stages: (a) stage of behavior awareness and formation that is done by giving assistance, need assessment,
equality program, guidance and motivation of education; (b) the stage of capability transformation is
performed by providing basic capabilities in the form of reading, writing and counting; (c) the stage of
intellectual enhancement is accomplished by the provision of regular learning. (2) the impact of street children
empowerment through equality education programs are: (a) street children can continue higher education
(power to) and able to meet the needs by using acquired skills to work (power with); (b) street children are
motivated to change their lifestyle to be organized, having spirit to live independently (power within) and free
from street life (power over). (3) supporting and inhibiting factors, include: (a) the supporting factors are
government cooperation, citizen support and government help; (b) the inhibiting factors are the lack of
awareness of street children, no supporting of education from parents, limited operational cost, inadequate
classroom and limited operational power.

Keywords: street children empowerment, equality education, RSAM Yogyakarta


330 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

PENDAHULUAN sumber daya manusia untuk pembangunan.


Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Suatu pendidikan dapat dipandang bermutu
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan dan diukur dari kedudukannya untuk ikut
Nasional Pasal 1, disebutkan bahwa: mencerdaskan kehidupan bangsa dan
“Pendidikan merupakan usaha sadar memajukan kebudayaan nasional adalah
dan terencana untuk mewujudkan suasana pendidikan yang berhasil membentuk generasi
belajar dan proses pembelajaran agar peserta muda yang cerdas, berkarakter, bermoral, dan
didik secara aktif mengembangkan potensi berkepribadian, yang mampu menciptakan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, suasana dan proses pembelajaran yang
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, menyenangkan, merangsang, dan menantang
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan bagi peserta didik sehingga dapat
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, mengembangkan diri secara optimal sesuai
dan negara”. dengan bakat dan kemampuannya.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Pendidikan menjadi kunci dalam
Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa fungsi pembangunan, dengan pendidikan diharapkan
dari pendidikan nasional adalah dapat tercapai sumber daya yang berkualitas.
mengembangkan kemampuan dan membentuk Pengaturan hak atas pendidikan diatur dalam
watak serta peradaban bangsa yang pasal 31 UUD 1945. Dalam ayat (1) ditegaskan
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bahwa setiap orang berhak atas pendidikan.
kehidupan bangsa, bertujuan untuk Pasal ini bermakna bahwa negara
berkembangnya potensi peserta didik agar berkewajiban memenuhi hak atas pendidikan
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak tanpa membedakan suku, ras, agama, atau
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, bahkan keadaan sosial dan ekonominya.
dan menjadi warga negara yang demokratis Menurut Sistem Pendidikan Nasional
serta bertanggung jawab. Melalui pendidikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No
diharapkan dapat menghasilkan sumber daya 20 Tahun 2003 Bab VI pasal 13 ayat (1)
manusia yang unggul dalam membangun pendidikan digolongkan menjadi tiga bagian,
peradaban sebuah bangsa. yaitu pendidikan informal, pendidikan formal,
Menurut Sagala (2014: 3) pendidikan dan pendidikan nonformal. Pendidikan
dapat dimaknai sebagai proses mengubah informal adalah pendidikan yang berlangsung
tingkah laku anak didik menjadi manusia di lingkungan keluarga yang merupakan dasar
dewasa yang mampu hidup mandiri dan dari pendidikan selanjutnya, yaitu pendidikan
sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan
alam sekitar dimana individu itu berada. formal adalah kegiatan pendidikan yang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang,
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 331

dimulai dari sekolah dasar sampai dengan daerah perkotaan menjadi salah satu fenomena
perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya. sosial yang muncul dalam masyarakat. Oleh
Sedangkan pendidikan secara nonformal karena alasan tersebut, posisi pendidikan
adalah pendidikan yang terorganisasi di luar nonformal diharapkan menjadi alternatif dan
sistem sekolah, baik yang diselenggarakan solusi bagi pemerintah dalam mewujudkan
secara terpisah maupun terpadu untuk cita-cita pembangunan nasional.
kegiatan-kegiatan yang amat penting dalam Anak jalanan merupakan anak yang
rangka untuk melayani warga belajar. Salah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
satu pendidikan yang menjadi tumpuan dan melakukan kegiatan hidup sehari-hari di
harapan bagi terlaksananya tujuan luhur jalanan, baik untuk mencari nafkah atau
pendidikan nasional adalah pendidikan berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
nonformal atau pendidikan luar sekolah. umum lainnya (Departemen Sosial, 2005: 5).
Pendidikan nonformal menjadi faktor Anak adalah investasi masa depan bangsa.
penting dalam menjadi solusi banyaknya Majunya suatu negara salah satunya ditentukan
permasalahan yang terjadi di pendidikan oleh kualitas generasi mudanya, yang dapat
formal di Indonesia. Hal ini sangat beralasan dilihat dari kondisi anak-anak hari ini. Dengan
karena dalam praktiknya, pendidikan demikian, anak jalanan juga merupakan aset
persekolahan/formal belum mampu berharga negara yang seharusnya
menampung aspirasi dan tingkat partisipasi diberdayakan, dirawat, dan dididik agar nilai
masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang gunanya semakin tinggi. Hal tersebut juga
pendidikan yang lebih tinggi karena berbagai sejalan dengan UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang
keterbatasan dalam pelayanan. Pemenuhan hak menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak
atas pendidikan menjadi sangat sulit bahkan terlantar dipelihara oleh negara. Jadi, anak
cenderung tidak terlaksana dengan baik. jalanan mempunyai hak untuk dipelihara oleh
Berbagai jenis pendidikan yang ada cenderung negara. Tetapi pada kenyataannya, anak-anak
pendidikan formal, yang menggunakan jalanan terlantar dan tidak mendapatkan
seragam dengan jam belajar serta kurikulum haknya.
yang telah ditetapkan dan dipukul rata dalam Daerah Istimewa Yogyakarta
skala nasional. Selain itu, pendidikan formal merupakan salah satu wilayah yang memiliki
sangat mahal dan sulit dijangkau oleh peningkatan jumlah anak jalanan yang cukup
masyarakat perekonomian menengah ke signifikan. Berdasarkan data yang dilakukan
bawah. Dalam posisi lain, masih banyak oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta
fenomena yang belum terjamah oleh pada tahun 2015 jumlah anak jalanan sebanyak
pendidikan seperti halnya anak jalanan. 312 jiwa. Banyaknya anak jalanan ini
Maraknya anak jalanan yang muncul dari disebabkan karena semakin tingginya tingkat
perkembangan ekonomi yang tidak merata di kemiskinan warga yang merupakan efek dari
332 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

himpitan ekonomi sehingga memaksa anak- tersebut ada yang ditimbulkan oleh hubungan
anak untuk turun ke jalan dan mencari nafkah anak dengan lingkungan fisik, hubungan anak
untuk keluarga (Laporan Hasil Pemuktahiran dengan lingkungan sosial, atau hubungan anak
Data PMKS Tahun 2015, Dinsos DIY). Kota dengan struktur atau aparatur.
Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar Di Yogyakarta telah ada regulasi yang
ini memiliki mobilitas sosial yang sangat jelas yang menjadi landasan hukum dalam
tinggi. Selain itu, Kota Yogyakarta juga menangani permasalahan anak jalanan di
dikenal sebagai kota wisata budaya yang Yogyakarta, yaitu Peraturan Daerah DIY
mendorong anak-anak untuk mengamen, Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perlindungan
menyemir sepatu, menjual koran, memulung, Anak yang Hidup di Jalan. Pemerintah
mengemis, mencuri, bahkan mencopet dan memegang peran yang dominan dan
terlibat perdagangan seks. dibutuhkan kerjasama dalam penanganan
Anak jalanan seperti anak pada permasalahan anak jalanan. Pemerintah perlu
umumnya juga perlu mendapatkan kesempatan melakukan kemitraan dengan pihak luar
luas untuk tumbuh dan berkembang secara dimana pemerintah berwenang untuk
optimal baik secara fisik, mental, maupun melakukan koordinasi dan mengembangkan
sosial. Seperti yang tertuang dalam UU RI kemitraan antar lembaga pemerintah maupun
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan dengan masyarakat dan pihak swasta. Dengan
anak Pasal 1 Ayat 2, menyebutkan bahwa adanya peraturan pemerintah ini, diharapkan
perlindungan anak adalah segala kegiatan tidak menimbulkan permasalahan sosial yang
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- baru seperti persoalan ancaman kecelakaan,
haknya agar dapat hidup, tumbuh dan eksploitasi, penyakit, tindakan kekerasan,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal, perdagangan anak, bahkan pelecehan seksual
sesuai dengan harkat dan martabat mengingat keberadaan anak jalanan yang
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan cukup signifikan memberikan dampak yang
dari kekerasan dan diskriminasi. negatif pada diri anak jalanan itu sendiri
Keberadaan anak jalanan membawa maupun lingkungannya.
dampak buruk karena sangat rentan terhadap Namun, pada kenyataanya, pengaruh
tindak kriminalitas, korban eksploitasi, Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2011
penyalahgunaan narkoba, sampai pelecehan tentang Perlindungan Anak yang Hidup di
seksual. Penyebab munculnya anak jalanan Jalan tersebut terhadap penanganan anak
salah satunya adalah kemiskinan, tidak adanya jalanan belum optimal karena anak jalanan
keharmonisan di dalam keluarga, dan pengaruh memiliki pengalaman yang buruk terhadap
pergaulan atau lingkungan sosial. Di jalanan, Polisi Pamong Praja. Penanganan Pemerintah
anak-anak mengalami banyak permasalahan biasanya hanya bersifat sementara dan dengan
atau resiko yang sering mereka hadapi. Resiko tindak kekerasan sehingga menimbulkan
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 333

trauma kepada anak-anak jalanan. Kehidupan cenderung berpengaruh negatif bagi


anak jalanan tidak jauh dari berbagai macam perkembangan dan pembentukan
kekerasan dan kekerasan tersebut dilakukan kepribadiannya (Itsnaini, 2010).
oleh orang terdekat mereka sehingga hak anak Fenomena merebaknya anak jalanan
untuk hidup dalam keceriaan dilanggar setiap merupakan persoalan sosial yang kompleks.
hari oleh orang terdekat mereka sendiri Mereka tidak memperhitungkan pandangan
(Muhammad Taufikul Basari dalam Edi tentang norma yang berlaku di lingkungan
Suharto, 2011: 232). Dampak dari adanya sosialnya. Hidup menjadi anak jalanan
Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2011 memang bukan merupakan pilihan yang
tentang Perlindungan Anak yang Hidup di menyenangkan, karena mereka berada dalam
Jalan bahwa dalam penanganan anak jalanan kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan
terdapat beberapa permasalahan seperti adanya keberadaan mereka tidak jarang menjadi
tindak kekerasan terhadap anak jalanan oleh masalah bagi banyak pihak, keluarga,
polisi Pamong Praja yang menertibkan dan masyarakat, dan negara. Namun, perhatian
menangkap mereka dengan cara paksaan dan terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum
kekerasan dan terjadi diskriminasi terhadap begitu besar dan solutif. Hal tersebut berarti
anak jalanan karena pelabelan anak jalanan pemerintah berkewajiban menyediakan
yang negatif. pendidikan tidak terkecuali untuk anak jalanan.
Anak-anak jalanan membutuhkan Pendidikan bagi anak jalanan diberikan
perhatian yang besar dari masyarakat luas melalui pendidikan layanan khusus anak yang
bukan untuk dijauhkan atau dibuang begitu hidup di jalanan. Salah satu upaya pemerintah
saja tanpa dibekali sesuatu yang lebih dalam menyediakan pendidikan bagi anak
bermanfaat bagi hidup mereka. Masalah jalanan yakni melalui rumah singgah.
tersebut perlu mendapatkan perhatian yang Pelayanan sosial melalui rumah singgah ini
serius dari keluarga, masyarakat, atau dilakukan oleh yayasan atau Lembaga
pemerintah untuk memberikan pembinaan dan Swadaya Masyarakat (LSM), serta
pemberdayaan kepada anak jalanan. Sejauh ini, bekerjasama dengan pemerintah pusat dan
perhatian tersebut belum efektif karena upaya daerah.
pemerintah yang belum memberdayakan anak Menurut Depsos RI (2005: 5), rumah
jalanan. Hal tersebut dapat dilihat dari anak- singgah hanya sebagai perantara anak jalanan
anak yang masih berkeliaran di jalanan. Secara dengan pihak-pihak yang akan membantu
psikologis, mereka adalah anak-anak yang mereka sebagai proses informal yang
pada suatu taraf tertentu belum memiliki memberikan suasana pusat realisasi dan
bentukan mental emosional yang kokoh, sosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai
sementara pada saat yang sama mereka harus dan norma masyarakat. Secara umum tujuan
bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan dibentuknya rumah singgah adalah membantu
334 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

anak jalanan dalam mengatasi masalah- anak-anak jalanan untuk bermain (Muhsin
masalah dan menemukan alternatif untuk Kalida, 2005: 28).
pemenuhan kebutuhan. Dengan adanya rumah Segala kegiatan yang telah
singgah diharapkan anak jalanan bisa diprogramkan oleh rumah singgah merupakan
mendapatkan haknya, salah satunya dengan kegiatan yang bersifat memberdayakan anak
mengenyam pendidikan. Pendidikan yang jalanan baik dalam bidang pendidikan,
dilaksanakan dirumah singgah ini bersifat keterampilan, ataupun nilai moral yang
nonformal, tetapi tidak menutup kemungkinan mengacu pada pengenalan terhadap nilai-nilai
anak jalanan mendapatkan pendidikan formal sosial yang ada di masyarakat. Dengan
melalui beasiswa ataupun bekerja sama dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan anak
dinas dan sekolah terkait. Namun pada jalanan dapat mengembangkan diri dan mampu
dasarnya pendidikan di dalam rumah singgah menciptakan kondisi kehidupan yang lebih
ini tidak terikat oleh waktu, anak jalanan baik dari sebelumnya. Meskipun demikian,
mendapatkan pengetahuan, ilmu, serta pelaksanaan pendidikan dalam rumah singgah
keterampilan hidup yang diharapkan dapat masih mengalami kendala. Rumah singgah
membantu keberlangsungan hidupnya. Dengan bagi sebagian besar anak jalanan hanya
pengetahuan serta keterampilan yang didapat digunakan untuk melepas lelah, sedangkan
dari pendidikan di rumah singgah tersebut esensi rumah singgah bagi pendidikan anak
diharapkan dapat mengentaskan anak jalanan jalanan jauh dari harapan.
dari kehidupan jalanan yang keras dan Salah satu cara yang dipakai dalam
ekonomi rendah, sehingga jumlah anak jalanan rangka menangani anak-anak jalanan adalah
semakin berkurang. pemberdayaan anak jalanan dengan
Rumah singgah merupakan kebutuhan menyediakan rumah singgah bagi mereka
anak yang hidup di jalan. Selain sebagai seperti di Rumah Singgah Anak Mandiri di
tempat untuk bernaung, rumah singgah Bantul Yogyakarta yang dijadikan obyek yang
diharapkan dapat memberikan pelayanan akan dikaji oleh peneliti. Melalui rumah
kesehatan, pendidikan, pendampingan, maupun singgah ini, anak-anak yang masih berkeliaran
konseling bagi anak-anak jalanan. Rumah di jalan akan dijangkau untuk diberikan
singgah juga diharapkan dapat menjadi ruang pendidikan dan keterampilan sesuai dengan
komunikasi yang harmonis antara anak dan bakat dan keinginannya masing-masing.
pihak rumah singgah dengan menaruh Rumah Singgah Anak Mandiri adalah
perhatian pada kehidupan anak jalanan. salah satu rumah singgah yang ada di
Keberadaan rumah singgah untuk anak jalanan Yogyakarta. Rumah Singgah Anak Mandiri
sangat penting peranannya untuk melakukan berada di bawah naungan Yayasan Anak
pembinaan dengan menanamkan nilai-nilai Mandiri, yang didirikan untuk menangani
normatif serta memberikan kesempatan kepada anak-anak jalanan. Rumah Singgah Anak
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 335

Mandiri ini berkomitmen sebagai kawasan materi tentang kompleksitas permasalahan


bagi anak-anak jalanan menuju ke kehidupan anak jalanan seperti masalah sosial, psikologis,
secara normal. Anak jalanan yang terbiasa ekonomi keluarga, pendidikan dan
hidup di jalanan secara perlahan diarahkan keterampilan, pengangguran, putus sekolah,
untuk meninggalkan kehidupan jalanan, salah kriminalitas dan kekerasan, penyimpangan
satunya dengan memberikan pembelajaran seksual, eksploitasi, kekerasan, kesehatan, dan
ilmu pengetahuan dan keterampilan. masalah lain sebagai akibat hidup di jalanan,
Rumah Singgah Anak Mandiri akibatnya program pembelajaran kesetaraan
menampung anak jalanan yang tidak yang dicanangkan di Rumah Singgah Anak
mempunyai rumah atau yang berada jauh Mandiri hanya menjadi program yang kurang
dengan orang tua sehingga ditampung di merangsang minat belajar waga belajar. Selain
rumah singgah serta anak jalanan yang masih itu, dalam penyelenggaraan pembelajaran di
memiliki orang tua dan tempat tinggal. Anak- Rumah Singgah Anak Mandiri belum
anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah menjadikan anak jalanan sebagai subyek
Anak Mandiri didampingi dengan cara pembelajaran. Hal ini berdampak pada
memperlakukan anak seperti halnya hidup kurangnya keterlibatan warga belajar dalam
dalam suatu keluarga agar mereka mampu pengelolaan pembelajaran dan warga belajar
mengenal aturan, nilai, maupun norma yang hanya menjadi obyek pembelajaran yang
ada dalam masyarakat dan agar berkurangnya dipersiapkan untuk mengikuti dan mentaati
jumlah anak yang turun ke jalan bahkan lepas tanpa memahami manfaat dan tujuan dari
dari kehidupan anak jalanan. Pada pembelajaran itu sendiri.
kenyataannya, anak-anak belum mampu Dari latar belakang di atas, peneliti
sepenuhnya lepas dari kehidupan jalanan, menganggap penelitian ini penting untuk
beberapa masih ada anak jalanan yang turun ke dilaksanakan melihat pengentasan anak jalanan
jalanan meskipun sudah tidak bekerja kembali. yang belum sepenuhnya membaik. Melalui
Anak-anak jalanan yang berada di penelitian ini, penulis berharap mampu
Rumah Singgah Anak Mandiri mendapatkan menggali dan memahami program
pembelajaran, pendidikan, dan aktivitas pemberdayaan anak jalanan di Rumah Singgah
lainnya. Berdasarkan observasi pada Selasa, 5 Anak Mandiri sehingga mampu menarik minat
September 2017 diketahui bahwa proses anak jalanan untuk belajar dan membentuk
pembelajaran di Rumah Singgah Anak Mandiri anak jalanan menjadi masyarakat yang aktif
belum didasarkan pada kebutuhan belajar dari dan produktif melalui program dan kegiatan
pemberdayaan anak jalanan melalui program yang mendidik. Penelitian ini berjudul
pendidikan kesetaraan. Hal ini terlihat dari “Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program
program-program yang dipersiapkan di Rumah Pendidikan Kesetaraan di Rumah Singgah
Singgah Anak Mandiri hanya menyentuh Anak Mandiri Yogyakarta”.
336 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

METODE PENELITIAN jalanan binaan Rumah Singgah Anak Mandiri


Pendekatan Penelitian (RSAM) Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan
penelitian kulaitatif dengan metode deskriptif. Data
Sifat data yang dikumpulkan adalah berupa Dalam penelitian kualitatif ini yang
data kualitatif dan menggunakan jenis berperan menjadi instrumen penelitian adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut peneliti itu sendiri dibantu dengan adanya
Sugiyono (2015: 1) pendekatan penelitian pedoman observasi, pedoman wawancara serta
merupakan keseluruhan cara atau kegiatan pedoman dokumentasi untuk pengumpulan
yang dilakukan oleh peneliti dalam data Moleong (2010: 168). Teknik
melaksanakan penelitian mulai dari pengumpulan data yang digunakan dalam
merumuskan masalah sampai dengan penelitian kualitatif agar menangkap makna
penarikan kesimpulan. secara tepat, cermat, rinci, dan komprehensif,
Lokasi dan Waktu Penelitian maka dalam penelitian ini pengumpulan data
Dalam hal ini perlu dikemukakan dilakukan dengan menggunakan teknik
tempat di mana situasi sosial tersebut akan observasi/pengamatan partisipan, wawancara
diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah semi-terstruktur, dan dokumentasi.
Singgah Anak Mandiri (RSAM) Yogyakarta, Teknik Analisis Data
Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33B Proses analisis data cenderung
Umbulharjo. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan model analisis data dari Milles
selama tiga bulan, yaitu pada Januari-Maret dan Hubberman yang dikutip dari Sugiyono
2018. (2015: 337) yaitu pengumpulan data, reduksi
Subyek Penelitian data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
Penentuan subyek penelitian Keabsahan Data
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik
Pemilihan subyek penelitian dilakukan triangulasi dengan metode dan sumber data.
menggunakan teknik pengambilan sampel Triangulasi metode yaitu mengecek data yang
secara bertujuan (purposive sampling didapat ke lapangan menggunakan tiga metode
technique). Penentuan ini berdasarkan yang berbeda yaitu wawancara, observasi, dan
pernyataan Sugiyono (2015: 85) bahwa teknik dokumentasi. Data yang diperoleh dari
purposive sampling merupakan teknik wawancara kemudian dibandingkan dengan
penentuan sampel dengan pertimbangan data hasil observasi dan catatan hasil studi
tertentu. dokumen. Sedangkan triangulasi sumber data
Subyek dalam penelitian ini adalah 2 yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan
pengurus, 3 pendamping guru/tutor, dan 5 anak dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2015:
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 337

330). Dalam penelitian ini, data yang telah hanya mengandalkan untuk mencari uang di
diperoleh dari key informan akan di teliti jalanan. Motivasi selalu diberikan untuk anak
kembali dengan mencari data yang sama jalanan dalam mengikuti suatu program,
kepada key informan yang lain. Dalam khususnya program pendidikan kesetaraan.
penelitian ini, data yang diperoleh melalui Motivasi ini dilakukan untuk meningkatkan
wawancara akan dicek kembali dengan semangat anak jalanan dalam mengikuti
observasi terhadap sumber dan dilihat kembali pembelajaran. Anak-anak jalanan diberikan
melalui dokumen-dokumen yang ada. pembelajaran yang bersifat tidak kaku agar
anak-anak tidak mudah bosan pada saat
HASIL PENELITIAN DAN mengikuti pembelajaran.
PEMBAHASAN Sulistyani (2004: 83-84) berpendapat
bahwa tahap penyadaran dan pembentukan
Pelaksanaan Pemberdayaan Anak Jalanan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli
melalui Program Pendidikan Kesetaraan di sehingga merasa membutuhkan peningkatan
Rumah Singgah Anak Mandiri kapasitas diri. Pada tahap ini, pemberdaya
a. Proses pada Tahap Penyadaran dan berusaha menitikberatkan pada kesadaran
Pembentukan Perilaku masyarakat akan perlunya memperbaiki
Kegiatan pemberdayaan anak jalanan kondisi agar tercipta masa depan yang lebih
melalui program pendidikan kesetaraan dapat baik. Pada program pendidikan kesetaraan
dilihat dari aktifitas anak jalanan. Berdasarkan diharapkan Rumah Singgah Anak Mandiri
hasil penelitian yang diperoleh bahwa kegiatan mampu memberdayakan anak jalanan agar
yang dilakukan oleh Rumah Singgah Anak mereka memanfaatkan kemampuan yang
Mandiri antara lain Program Kesejahteraan mereka miliki dengan efektif dan efisien.
Sosial Anak (PKSA), program bimbingan dan Nantinya, dengan mereka mengikuti
motivasi anak, program pelatihan keterampilan pembelajaran kesetaraan diharapkan dapat
untuk orangtua dan anak, program pendidikan hidup secara wajar dan mandiri di masyarakat,
keaksaraan, dan program pendidikan memiliki keahlian dan pekerjaan sesuai dengan
kesetaraan. Program Kesejahteraan Sosial yang mereka inginkan. Hasil penelitian
Anak (PKSA) selalu diberikan kepada anak tersebut menunjukkan kesesuaian dengan
jalanan setiap satu tahun sekali untuk pendapat dari Sulistyani, hal ini ditunjukkan
membantu biaya administrasi sekolah dan bahwa proses pemberdayaan anak jalanan
kehidupan sehari-hari anak jalanan. Program melalui program pendidikan kesetaraan sudah
pelatihan keterampilan dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada anak jalanan.
mengasah kemampuan orangtua dan anak Selanjutnya, jika dilihat dari hasil penelitian
jalanan sehingga mereka dapat membuat yang diperoleh menunjukkan bahwa Rumah
kerajinan yang dapat dipasarkan dan tidak Singgah Anak Mandiri melakukan bentuk
338 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

pemberdayaan sosial-budaya, hal tersebut Hal tersebut sesuai dengan pendapat


dilihat dari upaya penyadaran yang dilakukan dari Arikunto (2010: 3) bahwa aktivitas
Rumah Singgah Anak Mandiri yang mengarah pembelajaran bukan hanya penyampaian dan
pada upaya menyadarkan anak jalanan akan penerimaan informasi tetapi juga memberikan
pentingnya pendidikan. Hal tersebut senada pengalaman belajar kepada peserta didik.
dengan pendapat dari Ndraha Taliziduhu Rumah Singgah Anak Mandiri memberikan
(2003: 132) bahwa pemberdayaan sosial- dorongan untuk mengubah tingkah laku anak
budaya bertujuan untuk meningkatkan jalanan agar menjadi lebih baik. Berdasarkan
kemampuan sumber daya melalui human hasil penelitian yang diperoleh tersebut, tahap
investment guna meningkatkan nilai manusia transformasi kemampuan yang dilakukan oleh
(human dignity), penggunaan (human Rumah Singgah Anak Mandiri sudah
utilization) dan perlakukan yang adil terhadap mengarah pada pemberian kemampuan dasar
manusia. kepada anak jalanan untuk dapat menjadi
b. Proses pada Tahap Transformasi individu yang siap hidup di masyarakat tanpa
Kemampuan harus kembali ke jalanan. Akan tetapi, untuk
Program pendidikan kesetaraan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
anak jalanan yang dilakukan oleh Rumah proses pembelajaran yang dilakukan di Rumah
Singgah Anak Mandiri dilakukan agar anak Singgah Anak Mandiri belum dapat terpenuhi
jalanan mendapatkan kehidupan yang lebih karena pembelajaran yang dilakukan hanya
baik di masa yang akan datang. Berdasarkan tiga hari sehingga transformasi kemampuan
hasil penelitian diperoleh data bahwa pihak tidak dapat optimal diimplementasikan. Oleh
Rumah Singgah Anak Mandiri juga melakukan karena itu, pembelajaran yang dilakukan perlu
proses transformasi atau mentransfer ilmu dikembangkan yang dilihat dari segi waktu
berupa wawasan pengetahuan terhadap anak- pertemuan dan jumlah mata pelajarannya.
anak jalanan yang benar-benar belum bisa Hal ini sesuai dengan pendapat dari
dalam hal intelektual maupun sikapnya. Maka Sulistyani (2004: 83-84) bahwa pada tahap
dari itu pihak Rumah Singgah Anak Mandiri transformasi kemampuan berupa wawasan
memberikan stimulan-stimulan kepada anak- pengetahuan, kecakapan keterampilan agar
anak jalanan yang belum bisa sama sekali terbuka wawasan dan memberikan
sampai menjadi bisa. Program pendidikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil
kesetaraan untuk anak jalanan dilakukan secara peran dalam pembangunan. Pada tahap ini
intens karena hal tersebut merupakan tuntutan masyarakat akan menjalani proses belajar yang
kebutuhan anak jalanan agar mendapatkan memiliki relevansi dengan apa yang menjadi
kehidupan yang lebih baik di masa yang akan tuntutan kebutuhan agar masyarakat memiliki
datang. wawasan pengetahuan yang luas. Program
pendidikan kesetaraan yang dilakukan agar
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 339

anak-anak jalanan memiliki aktivitas untuk kesetaraan adalah evaluasi. Jika melihat hasil
selalu meningkatkan pengetahuan, semangat penelitian yang dibandingkan dengan pendapat
belajar, dan kemampuan agar mereka memiliki Arikunto tersebut maka proses pemberdayaan
masa depan yang lebih baik sehingga menjadi anak jalanan melalui program pendidikan
warga masyarakat yang produktif. kesetaraan pada tahap peningkatan
c. Proses pada Tahap Peningkatan kemampuan intelektual di Rumah Singgah
Kemampuan Intelektual Anak Mandiri sudah dilakukan evaluasi pada
Berdasarkan hasil penelitian diketahui proses pembelajaran dan setelah proses
bahwa proses pelaksanaan pemberdayaan pada pembelajaran. Selanjutnya, sesuai dengan
tahap peningkatan kemampuan intelektual pendapat dari Sulistyani (2004: 84) bahwa
dalam pemberdayaan anak jalanan melalui tahap peningkatan kemampuan intelektual,
program pendidikan kesetaraan dilakukan saat kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
pembelajaran dan tutor akan menyampaikan inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
bahan ajar terlebih dahulu untuk menentukan mengantarkan pada kemandirian.
sejauh mana kemampuan anak-anak jalanan Pemberdayaan anak jalanan merupakan salah
dalam menerima pembelajaran, dan tutor akan satu proses pemberian pelayanan,
memberikan progress sejauh mana perlindungan, pemulihan, dan taraf
kemampuan anak jalanan dalam mengikuti kesejahteraan sosial bagi anak jalanan agar
program pendidikan kesetaraan. memperoleh hak-hak dasarnya seperti
Faktor lingkungan menjadi faktor yang kelangsungan hidup, tumbuh kembang,
dominan dalam meningkatkan kemampuan partisipasi, dan perlindungan. Jika hasil
intelektual anak jalanan. Selain itu, pengelola penelitian dibandingkan dengan pendapat
dan pendamping guru/tutor sangat penting tersebut diperoleh hasil bahwa rendahnya
untuk keberlangsungan berjalannya peningkatan kemampuan intelektual anak
pemberdayaan anak jalanan melalui program jalanan karena belum ada kekompakkan antara
pendidikan kesetaraan karena selalu lingkungan anak jalanan dengan diri anak
memberikan pendampingan kepada anak jalanan maupun keluarganya, hal ini terlihat
jalanan dan pembelajaran secara rutin. dari rendahnya kerjasama antar sesama anak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jalanan pada saat pembelajaran kelompok.
belum ada kekompakkan antara lingkungan Rendahnya peningkatan kemampuan
anak jalanan dengan diri anak jalanan maupun intelektual pada anak jalanan dibuktikan oleh
keluarganya dan selain itu diketahui bahwa masih rendahnya hasil evaluasi belajar anak
hasil nilai pembelajaran anak jalanan masih jalanan, dan masih adanya anak jalanan yang
rendah. kembali turun ke kehidupan jalanan yang
Arikunto (2010: 3) berpendapat bahwa menandakan bahwa mereka belum mampu
salah satu langkah pembelajaran pendidikan bertransformasi dari kehidupan yang
340 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

sebelumnya. Selain itu, hal ini menunjukkan Jika hasil penelitian dibandingkan
juga bahwa hasil dari proses pemberdayaan dengan indikator keberhasilan pemberdayaan
melalui pendidikan kesetaraan belum mampu yang dikemukakan oleh Suharto (2005: 63-65)
mengantarkan anak jalanan menjadi individu bahwa derajat keberdayaan suatu kelompok
yang mandiri dalam membantu pembangunan. atau individu dimulai dari yang paling tinggi
Tahap ini dikatakan tercapai jika sasaran yaitu dengan kesadaran atau kemauan dalam
pemberdayaan mampu secara mandiri meningkatkan kemampuan individu dalam
berkontribusi untuk pembangunan. perubahan serta kesempatan akses (power to)
dan meningkatnya solidaritas atau tindakan
Dampak Pemberdayaan Anak Jalanan melalui bersama dengan orang lain untuk menghadapi
program pendidikan kesetaraan di Rumah hambatan (power with) maka peningkatan
Singgah Anak Mandiri kemampuan anak jalanan melalui pendidikan
a. Peningkatan Kemampuan Anak Jalanan kesetaraan sudah diarahkan pada keduanya.
Keberhasilan pelaksanaan Hal ini dapat dilihat dari jenis kekuasaan
pemberdayaan anak jalanan dapat dilihat power to, pemberdayaan anak jalanan melalui
melalui bagaimana cara pengelola program pendidikan kesetaraan memberikan
mempersiapkan atau merencanaan sebuah peningkatan terhadap kemampuan anak jalanan
program. Berdasarkan hasil penelitian untuk menerima pembelajaran dengan baik.
diketahui bahwa kemampuan anak jalanan Selanjutnya, jika dilihat dari jenis kekuasaan
dalam mengikuti program pendidikan power with, anak jalanan memiliki solidaritas
kesetaraan mengalami peningkatan. Hal ini yang kuat saat pada saat proses pembelajaran
terbukti dari adanya perubahan pada anak kesetaraan, hal ini terlihat dari kemauan anak
jalanan yang tadinya belum bisa membaca dan jalanan untuk saling membantu. Peningkatan
menulis, sekarang sudah bisa. Selanjutnya, kemampuan anak jalanan juga dapat dilihat
pemberdayaan anak jalanan melalui program dari keterlibatan anak jalanan dalam mengikuti
pendidikan kesetaraan diadakan sebagai upaya pendidikan kesetaraan dan memberikan
memfasilitasi anak jalanan agar melanjutkan dampak yang positif dari segi sosial dan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pendidikan. Dari segi sosial yaitu anak jalanan
sehingga luaran Rumah Singgah Anak Mandiri memiliki pekerjaan sehingga mereka dapat
memberikan dampak positif di masyarakat. hidup secara mandiri, mampu berinteraksi
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam dengan baik antar anak jalanan yang lain dan
hal ini anak jalanan dapat dilihat dari dari segi pendidikan, yaitu anak jalanan dapat
keberdayaan mereka yang menyangkut melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses tinggi.
manfaat kesejahteraan, dan kemampuan
kultural politis.
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 341

b. Peningkatan Kesadaran Pengetahuan Anak penguasaan pengetahuan, keterampilan


Jalanan fungsional, mengembangkan sikap, serta
Pendidikan kesetaraan dikatakan kepribadian peserta didik.
berhasil jika terjadi perubahan pada anak Selain itu, Suharto (2005: 63-65)
jalanan yang awalnya belum dapat menerima berpendapat bahwa adanya kesadaran maka
pembelajaran dengan baik, menjadi dapat diharapkan suatu kelompok dapat
menerima pembelajaran dengan baik dan meningkatkan kesadaran dan keinginan untuk
keaktifan anak jalanan dalam kegiatan berubah (power within) dan adanya perubahan
pendidikan kesetaraan semakin meningkat. serta tindakan untuk mengatasi hambatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data (power over). Jika dilihat dari hasil penelitian
bahwa keberhasilan program pemberdayaan maka aspek power within ditunjukkan dengan
anak jalanan melalui program pendidikan anak jalanan mampu melakukan perubahan
kesetaraan dapat ditunjukkan dari banyaknya pola pikir yaitu menyadari bahwa dengan
perubahan sikap dan perilaku pada anak mengikuti pendidikan kesetaraan adalah hal
jalanan, semangat untuk sekolah, saling yang positif, kemudian anak jalanan memiliki
memotivasi serta berbagi pengalaman. keseriusan dalam mengikuti pendidikan
Peningkatan kesadaran dalam pengetahuan kesetaraan. Kemudian, aspek power over
yang dihasilkan dapat meningkatkan kesadaran ditunjukkan dengan anak jalanan mampu
pendidikan pada anak jalanan serta membantu menghadapi hambatan dalam proses
anak jalanan untuk mengurangi anak kembali pembelajaran kesetaraan sehingga anak jalanan
pada kehidupan jalanan. Dengan demikian, mampu meningkatkan kesadaran pengetahuan
pendidikan kesetaraan yang dilakukan oleh mereka.
Rumah Singgah Anak Mandiri sudah
memberikan dampak positif pada kesadaran Faktor Pendukung dan Penghambat
pengetahuan yang terlihat dari adanya Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program
perubahan sikap dan perilaku pada anak Pendidikan Kesetaraan di Rumah Singgah
jalanan, semangat untuk sekolah, saling Anak Mandiri
memotivasi serta berbagi pengalaman. a. Faktor Pendukung
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti Faktor pendukung pemberdayaan anak
berusaha menggarisbawahi pendapat dari jalanan melalui program pendidikan kesetaraan
Mustofa Kamil (2011: 96) bahwa pendidikan di Rumah Singgah Anak Mandiri sudah
kesetaraan merupakan program yang sangat memenuhi seluruh unsur faktor pendukung
vital dalam menjawab permasalahan mutu keberhasilan pemberdayaan. Sebagaimana
sumber daya manusia, terutama dalam masalah hasil penelitian diketahui bahwa faktor
pendidikan. Pendidikan kesetaraan sangat pendukung pelaksanan pemberdayaan anak
dibutuhkan masyarakat terutama pada jalanan melalui program pendidikan kesetaraan
342 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

di Rumah Singgah Anak Mandiri yaitu: Pemerintah dalam bentuk Program


tersedianya fasilitas yang cukup memadai Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang
untuk menunjang pelaksanaan progam merupakan bantuan rutin dari Pemerintah
pendidikan kesetaraan, adanya kerjasama dalam bentuk dana tabungan. Dengan bantuan
dengan lembaga-lembaga terkait seperti dana tabungan tersebut dapat menunjang
Kementerian Sosial RI; Dinas Pendidikan Kota kehidupan anak-anak jalanan. Selain itu, dalam
Yogyakarta; dan Dinas Kesehatan, adanya pengelolaannya Rumah Singgah Anak Mandiri
dukungan dari masyarakat seperti menjadi sudah memiliki struktur tetap dalam
volunteer; sumbangan dana; sumbangan buku membidangi pemberdayaan anak jalanan.
dan barang-barang lainnya, serta adanya Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
bantuan dari Pemerintah dalam bentuk teori dari Edward III, G. C (2007; 96),
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). menyatakan bahwa ada empat faktor yang
Meskipun semua faktor pendukung sudah mendukung keberhasilan program
terpenuhi, akan tetapi Rumah Singgah Anak pemberdayaan masyarakat (dalam hal ini
Mandiri masih perlu tambahan dana pemberdayaan anak jalanan), yaitu komunikasi
operasional untuk administrasi rumah singgah, (communication), sumber daya (resources),
hal ini dikarenakan bantuan PKSA yang disposisi (disposition), dan struktur organisasi
selama ini diterima hanya mampu meng-cover (beureacratic structure). Faktor komunikasi
kebutuhan pokok anak jalanan saja. dan struktur organisasi dalam mendukung
Kekurangan dana operasional administrasi ini pemberdayaan anak jalanan melalui program
menyebabkan pengembangan program pendidikan kesetaraan, yaitu adanya kerjasama
pemberdayaan anak jalanan terhambat. dengan lembaga seperti Kementerian Sosial,
Lebih lanjut diuraikan faktor Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan.
pendukung pemberdayaan anak jalanan Kedua faktor tersebut telah menunjukkan
melalui program pendidikan kesetaraan di bahwa Rumah Singgah Anak Mandiri telah
Rumah Singgah Anak Mandiri yang pertama mendorong untuk menyelesaikan
adanya kerjasama dengan lembaga-lembaga permasalahan sosial anak jalanan. Faktor
terkait seperti Kementerian Sosial, Dinas sumber daya dalam mendukung pemberdayaan
Pendidikan, dan Dinas Kesehatan. Faktor anak jalanan dapat dilihat dari adanya
pendukung yang kedua adanya dukungan dari dukungan dari masyarakat dalam berbagai
masyarakat seperti bantuan menjadi volunteer, bentuk seperti bantuan menjadi volunteer,
sumbangan dana, sumbangan buku. Dukungan sumbangan dana, sumbangan buku dan barang-
dari masyarakat memudahkan Rumah Singgah barang lainnya. Dengan demikian, Rumah
Anak Mandiri untuk memberikan pelayanan Singgah Anak Mandiri telah memberikan
yang terbaik untuk anak-anak jalanan. Faktor pelayanan terbaik untuk anak-anak jalanan.
pendukung yang ketiga yaitu bantuan dari Kemudian, faktor disposisi dapat dilihat dari
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 343

adanya bantuan dari Pemerintah dalam bentuk Rumah Singgah Anak Mandiri belum
PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) sepenuhnya dilakukan karena personalia yang
yang merupakan bantuan rutin dalam bentuk ada di Rumah Singgah Anak Mandiri saat ini
dana tabungan untuk anak-anak jalanan. jumlahnya masih belum bertambah dan belum
Program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial ahli dalam bidangnya, hal tersebut dibuktikan
Anak) tersebut menunjukkan adanya komitmen dari dokumen hasil penelitian yang terlampir
dan keseriusan dari Rumah Singgah Anak pada lampiran 16. Selanjutnya, Rumah
Mandiri dalam melaksanakan pemberdayaan Singgah Anak Mandiri hanya memiliki satu
anak jalanan melalui program pendidikan ruang kelas untuk melaksanakan pembelajaran
kesetaraan. kesetaraan, serta penambahan fasilitaspun
b. Mengoptimalkan Faktor Pendukung hanya sebatas penambahan buku kesetaraan
dalam Pemberdayaan Anak Jalanan yang jumlahnya masih belum mencukupi
melalui Program Pendidikan Kesetaraan kebutuhan warga belajar di Rumah Singgah
Pemberdayaan anak jalanan melalui Anak Mandiri.
program pendidikan kesetaraan perlu c. Faktor Penghambat dalam
mengoptimalkan faktor pendukung. Pemberdayaan Anak Jalanan melalui
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data Program Pendidikan Kesetaraan
bahwa pengoptimalan faktor pendukung yaitu Proses pemberdayaan anak jalanan
dilakukan dengan bekerja keras dalam melalui program pendidikan kesetaraan di
memperbaiki mutu pendidikan dan menambah Rumah Singgah Anak Mandiri masih
SDM yang ahli dibidangnya untuk mendukung mengalami hambatan. Watson dalam Adi
pelaksanaan pendidikan kesetaraan sehingga (2008: 259-275), berpendapat bahwa faktor
anak jalanan dapat kembali ke kehidupan yang penghambat yang terjadi dalam pelaksanaan
wajar. Selain itu, dengan memperbaiki atau program pemberdayaan dapat berasal dari
menambah fasilitas-fasilitas yang masih kepribadian individu atau komunitas yaitu
kurang memadai sehingga pembelajaran dapat kebiasaan (habit), seleksi ingatan dan persepsi,
berlangsung dengan optimal. Hasil penelitian ketergantungan (dependence), super ego, dan
tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto rasa tidak percaya diri (self distrust) dan
(2010: 3) bahwa fasilitas dalam pendidikan berasal dari sistem sosial yaitu kesepakatan
kesetaraan meliputi tempat belajar dan terhadap norma tertentu (conforming to
administrasi. Teori tersebut sesuai dengan cara norms), kesatuan dan kepaduan sistem dan
untuk mengoptimalkan berlangsungnya budaya (system and cultural coherence),
kegiatan pembelajaran kesetaraan di Rumah kelompok kepentingan, hal yang bersifat sakral
Singgah Anak Mandiri. (the sacrosanct), dan penolakan terhadap orang
Dari beberapa cara yang dilakukan luar.
dalam mengoptimalkan faktor pendukung oleh
344 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

Berdasarkan data hasil penelitian penelitian diketahui bahwa upaya untuk


diketahui bahwa faktor penghambat mengatasi hambatan pemberdayaan anak
pemberdayaan anak jalanan melalui program jalanan melalui program pendidikan kesetaraan
pendidikan kesetaraan berupa kurangnya di Rumah Singgah Anak Mandiri yaitu dengan
kesadaran pada anak jalanan untuk mengikuti melakukan kerjasama dengan pihak terkait,
pendidikan kesetaraan di Rumah Singgah memberikan motivasi dan bimbingan kepada
Anak Mandiri, tidak adanya dukungan dari orangtua dan anak jalanan, menambah jumlah
orangtua anak jalanan untuk mengenyam ruang kelas, dan menambah jumlah tenaga
pendidikan kesetaraan karena bagi orangtua, operasional.
anak-anak tidak perlu sekolah sehingga harus Dari hasil penelitian tersebut dapat
membantu mencari uang untuk memenuhi dilihat bahwa Rumah Singgah Anak Mandiri
kebutuhan hidup sehari-hari, keterbatasan sudah melakukan kerjasama untuk
biaya operasional dan administrasi Rumah meningkatkan pendidikan untuk anak jalanan.
Singgah Anak Mandiri sehingga untuk Namun, pada kondisi yang sebenarnya,
sekarang ini tidak banyak kegiatan-kegiatan beberapa anak-anak jalanan masih malas untuk
yang berlangsung di Rumah Singgah Anak mengikuti kegiatan pendidikan kesetaraan di
Mandiri Yogyakarta, fasilitas kelas yang Rumah Singgah Anak Mandiri, mereka lebih
kurang memadai untuk kegiatan pembelajaran memilih untuk mengamen atau sekedar
sehingga mereka membutuhkan kelas yang berkumpul dengan teman-temannya di jalan.
lebih luas, kurangnya SDM (Sumber Daya Hal ini membuktikan bahwa anak jalanan
Manusia) di Rumah Singgah Anak Mandiri masih labil dalam mengambil keputusan.
untuk pembelajaran kesetaraan. Selain itu Rumah Singgah Anak Mandiri sudah
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan melakukan upaya dalam mengatasi kurangnya
oleh Watson dapat diketahui bahwa faktor kesadaran orangtua sehingga anak jalanan
penghambat pemberdayaan anak jalanan tidak diperbolehkan untuk sekolah di Rumah
melalui program pendidikan kesetaraan di Singgah Anak Mandiri yaitu dengan
Rumah Singgah Anak Mandiri berasal dari memberikan bimbingan dan motivasi kepada
faktor individu dan faktor sistem sosial. orangtua agar anak-anak jalanan diperbolehkan
d. Upaya dalam Mengatasi Faktor mengenyam pendidikan kesetaraan.
Penghambat dalam Pemberdayaan Anak Diberikannya motivasi atau bimbingan untuk
Jalanan melalui Program Pendidikan orangtua agar pengetahuan orangtua semakin
Kesetaraan meningkat sehingga mereka mengerti
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pentingnya pendidikan bagi anak.
sudah ada upaya dari Rumah Singgah Anak Dalam hal pendanaan, upaya untuk
Mandiri dalam menghadapi hambatan yang mengatasi terbatasnya biaya operasional untuk
ada. Sebagaimana diperoleh dari hasil pelaksanaan program di Rumah Singgah Anak
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 345

Mandiri yaitu bila ada program yang ingin perwujudan potensi kemampuan yang dimiliki
dilaksanakan oleh Rumah Singgah Anak berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Mandiri, maka Rumah Singgah Anak Mandiri Theresia (2014: 93-94). Adapun pemberdayaan
akan mengirim proposal ke Kementerian masyarakat senantiasa menyangkut dua
Sosial RI agar pemerintah dapat memfasilitasi kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat
kebutuhan anak-anak jalanan tersebut. Apabila sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak
kegiatan disetujui maka kegiatan akan yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
dilaksanakan, bila tidak disetujui maka memberdayakan.
program tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya, Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
untuk mengatasi ruang kelas yang kurang Suharto (2005: 63-65) mengenai indikator
memadai Rumah Singgah Anak Mandiri keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat
melakukan upaya dengan cara menambah adalah meningkatnya solidaritas atau tindakan
jumlah ruang kelas untuk pembelajaran bersama orang lain untuk menghadapi
kesetaraan karena Rumah Singgah Anak hambatan yang ada (power with), dengan
Mandiri hanya memiliki satu ruang kelas yang demikian jika dibandingkan dengan situasi
digunakan secara bersamaan oleh peserta kejar yang ada di Rumah Singgah Anak Mandiri
paket A,B dan C. Kemudian, untuk mengatasi telah dilakukan tahap peningkatan solidaritas
faktor penghambat SDM (Sumber Daya dengan cara memberikan dukungan yang
Manusia) di Rumah Singgah Anak Mandiri penuh kepada anak jalanan melalui kerja sama
yang belum memadai, yaitu dilakukan dengan pihak terkait, memberikan motivasi
memperbaiki mutu pendidikan dan menambah dan bimbingan kepada orangtua, pengajuan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli proposal kegiatan untuk menunjang
dibidangnya untuk mendukung pelaksanaan pelaksanaan program di Rumah Singgah Anak
pendidikan kesetaraan sehingga anak jalanan Mandiri, dan menambah kelas serta tenaga
dapat kembali ke kehidupan yang wajar. pengajar, sehingga pada konteks ini
Namun, pada kondisi yang sebenarnya, Rumah menunjukkan upaya mengatasi hambatan yang
Singgah Anak Mandiri belum melakukan terjadi dalam proses pemberdayaan.
upaya untuk mengatasi faktor penghambat
kelas yang kurang memadai dan belum SIMPULAN DAN SARAN
menambah jumlah tenaga operasional untuk A. Simpulan
menunjang pelayanan pendidikan yang lebih Berdasarkan hasil penelitian dan
optimal. pembahasan yang telah peneliti uraikan pada
Dalam mengatasi faktor penghambat, Bab IV, serta mengacu pada rumusan masalah
peneliti berusaha menggarisbawahi pada penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengenai hasil penelitian sebagai berikut.
untuk memandirikan masyarakat lewat
346 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

1. Pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan 2. Dampak pemberdayaan anak jalanan


melalui program pendidikan kesetaraan di melalui program pendidikan kesetaraan di
Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta Rumah Singgah Anak Mandiri
a. Pada tahap penyadaran dan a. Peningkatan kemampuan anak jalanan
pembentukan perilaku menuju perilaku dapat dilihat dari aspek kekuasaan
sadar dilakukan dengan cara pemberian untuk (power to) yaitu pemberdayaan
pendampingan, need assessment, anak jalanan melalui program
pemberian program kesetaraan, pendidikan kesetaraan memberikan
bimbingan dan motivasi pentingnya peningkatan terhadap kemampuan anak
pendidikan. Proses pada tahap ini jalanan untuk menerima pembelajaran
memberikan kesadaran kepada anak dengan baik serta mampu melanjutkan
jalanan. Bentuk pemberdayaan yang pendidikan yang lebih tinggi, dan aspek
digunakan yaitu sosial-budaya. kekuasaan dengan (power with) yaitu
b. Pada tahap transformasi kemampuan anak jalanan mampu memenuhi
dilakukan dengan cara pemberian kebutuhan dengan menggunakan
kemampuan dasar berupa baca, tulis, keterampilan yang diperoleh untuk
dan berhitung yang bertujuan untuk bekerja. Pada tahap ini, memberikan
meningkatkan pengetahuan, semangat dampak yang positif dari segi sosial
belajar, dan kemampuan pada anak dan pendidikan.
jalanan. Pada tahap ini pada akhirnya b. Peningkatan kesadaran anak jalanan
mengarah pada pemberian kemampuan dapat dilihat dari aspek kekuasaan di
dasar kepada anak jalanan untuk dalam (power within) ditunjukkan
menjadi individu yang siap hidup di dengan anak anak jalanan termotivasi
masyarakat. untuk merubah pola hidupnya menjadi
c. Proses pada tahap peningkatan teratur dan mempunyai semangat untuk
kemampuan intelektual dilakukan hidup mandiri, kemudian anak jalanan
dengan pemberian pembelajaran secara memiliki keseriusan dalam mengikuti
rutin saat pembelajaran, kemudian tutor pendidikan kesetaraan dan aspek
akan memberikan progress sejauh kekuasaan atas (power over)
mana kemampuan anak jalanan dalam ditunjukkan dengan anak jalanan lepas
mengikuti program pendidikan dari kehidupan jalanan.
kesetaraan. Hal pada tahap ini belum 3. Faktor pendukung dan penghambat
mengantarkan anak jalanan menjadi pemberdayaan anak jalanan melalui
individu yang mandiri dalam program pendidikan kesetaraan di Rumah
membantu pembangunan. Singgah Anak Mandiri
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 347

a. Faktor pendukung terlaksananya dalam melaksanakan program pendidikan


pemberdayaan anak jalanan melalui kesetaraan yang dijalankan.
program pendidikan kesetaraan di 3. Pendamping dan tutor perlu terus berupaya
Rumah Singgah Anak Mandiri memberikan motivasi dan dorongan kepada
Yogyakarta, yaitu: 1) adanya kerjasama anak jalanan agar mampu meningkatkan
dengan pemerintah, 2) dukungan kualitas hidupnya melalui pendidikan
masyarakat, dan 3) bantuan dari kesetaraan.
pemerintah. 4. Perlunya menambah jumlah tenaga
b. Faktor Penghambat pemberdayaan operasional di Rumah Singgah Anak
anak jalanan melalui program Mandiri (RSAM) Yogyakarta.
pendidikan kesetaraan di Rumah
DAFTAR PUSTAKA
Singgah Anak Mandiri, yaitu: 1)
kurangnya kesadaran anak jalanan, 2) Adi, I.R. (2008). Intervensi Komunitas
Pengembangan Masyarakat Sebagai
orangtua tidak mendukung kegiatan Upaya Pemberdayaan Masyarakat.
pembelajaran kesetaraan, 3) Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.
keterbatasan biaya operasional, 4) Arikunto, S. (2010). Evaluasi Program
ruang kelas belum memadai, dan 5) Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
terbatasnya tenaga operasional untuk Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi
mengajar pendidikan kesetaraan di Sosial, Direktorat Bina Pelayanan
Sosial Anak. (2005). Petunjuk Teknis
Rumah Singgah Anak Mandiri. Pelayanan Sosial Anak Jalanan.
Jakarta: Departemen Sosial Republik
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil Edward III, G C. (2007). Jurnal Administrasi
Negara. LAN. Jakarta
penelitian mengenai pemberdayaan anak
jalanan melalui program pendidikan kesetaraan Kalida, M. (2005). Sahabatku Anak Jalanan.
Yogyakarta: Alif Press.
di Rumah Singgah Anak Mandiri yang telah
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan Kamil, M. (2011). Pendidikan Non Formal
(PKBM) di Indonesia (sebuah
beberapa saran dari hasil penelitian yang Pembelajaran dari Komitmen Jepang).
diperoleh sebagai berikut. Bandung: Alfabeta.
1. Perlu penambahan ruang kelas untuk Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian
pembelajaran kesetaraan sehingga Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif. Peraturan Pemerintah Indonesia No 73 Tahun
1991 Pasal 5 tentang Pendidikan Luar
2. Perlu meningkatkan mitra kerja dengan Sekolah.
lembaga baik pemerintah maupun swasta
Perda Kota Yogyakarta. (2002) tentang
Pengentasan Anak Jalanan dan
348 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018

Permasalahan Sosial. Dinas Sosial


Pemerintah Kota Yogyakarta.

Perda Kota Yogyakarta. (2011) tentang


Perlindungan Anak yang Hidup di
Jalan. Dinas Sosial Pemerintah Kota
Yogyakarta.

Safri, M.S. (2014). Pemberdayaan Masyarakat


Miskin melalui Proses Pendidikan Non
Formal, Upaya Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial di Kabupaten
Halmahera Barat.
http://journal.uny.ac.id/indekx.php/jpp
m/article/view/2360/1959. Diakses
pada tanggal 2 September 2017, Pukul:
15.30 WIB.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat


Memberdayakan Masyarakat.
Bandung: PT Refika Aditama.

Sulistyani, A.T. (2004). Kemitraan dan Model-


Model Pemberdayaan. Yogyakarta:
Gava Media

Theresia, A. (2014). Pembangunan Berbasis


Masyarakat (acuan Bagi Praktisi,
Akademisi, dan Pemerhati
Pengembangan Masyarakat). Bandung:
Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai