Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan melalui
program pendidikan kesetaraan, (2) dampak pemberdayaan anak jalanan melalui program pendidikan
kesetaraan, (3) faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program
pendidikan kesetaraan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek
penelitian ini adalah pengelola, pendamping/tutor pendidikan kesetaraan, dan anak jalanan. Setting penelitian
ini adalah RSAM Yogyakarta. Teknik pengumpulan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode dan sumber data. Analisis data menggunakan model
Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan pemberdayaan anak jalanan
melalui program pendidikan kesetaraan melalui tiga tahap, yaitu: (a) tahap penyadaran dan pembentukan
perilaku dilakukan dengan pendampingan, need assessment, pemberian program kesetaraan, bimbingan dan
motivasi pentingnya pendidikan; (b) tahap transformasi kemampuan dilakukan dengan pemberian kemampuan
dasar berupa baca, tulis, dan berhitung; (c) tahap peningkatan kemampuan intelektual dilakukan dengan
pemberian pembelajaran secara rutin. (2) dampak pemberdayaan anak jalanan melalui program pendidikan
kesetaraan, yaitu: (a) anak jalanan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (power to) dan mampu
memenuhi kebutuhan dengan menggunakan keterampilan yang diperoleh untuk bekerja (power with); (b) anak
jalanan termotivasi untuk merubah pola hidupnya menjadi teratur dan mempunyai semangat untuk hidup
mandiri (power within) dan anak jalanan lepas dari kehidupan jalanan (power over). (3) faktor pendukung dan
penghambat: (a) faktor pendukungnya yaitu kerjasama dengan pemerintah, dukungan masyarakat dan bantuan
pemerintah, (b) faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran anak jalanan, orang tua tidak mendukung
pendidikan, biaya operasional terbatas, ruang kelas belum memadai dan terbatasnya tenaga operasional.
Abstract
This study aims to describe: (1) implementation of street children empowerment through equality
education program, (2) impact of street children empowerment through equality education program, (3)
supporting and inhibiting factors in street children empowerment through equality education program. This
research was a descriptive research with qualitative approach. The subjects of this research were manager,
counselor / teacher, and street children. This research was done in RSAM Yogyakarta. Collection techniques
used were observation, interviews, and documentation. Data validity test was done by triangulation of method
and data source, while the data analysis used was Miles and Huberman model. The results of this research
shows that: (1) implementation of street children empowerment through equality education program includes
three stages: (a) stage of behavior awareness and formation that is done by giving assistance, need assessment,
equality program, guidance and motivation of education; (b) the stage of capability transformation is
performed by providing basic capabilities in the form of reading, writing and counting; (c) the stage of
intellectual enhancement is accomplished by the provision of regular learning. (2) the impact of street children
empowerment through equality education programs are: (a) street children can continue higher education
(power to) and able to meet the needs by using acquired skills to work (power with); (b) street children are
motivated to change their lifestyle to be organized, having spirit to live independently (power within) and free
from street life (power over). (3) supporting and inhibiting factors, include: (a) the supporting factors are
government cooperation, citizen support and government help; (b) the inhibiting factors are the lack of
awareness of street children, no supporting of education from parents, limited operational cost, inadequate
classroom and limited operational power.
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan daerah perkotaan menjadi salah satu fenomena
perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya. sosial yang muncul dalam masyarakat. Oleh
Sedangkan pendidikan secara nonformal karena alasan tersebut, posisi pendidikan
adalah pendidikan yang terorganisasi di luar nonformal diharapkan menjadi alternatif dan
sistem sekolah, baik yang diselenggarakan solusi bagi pemerintah dalam mewujudkan
secara terpisah maupun terpadu untuk cita-cita pembangunan nasional.
kegiatan-kegiatan yang amat penting dalam Anak jalanan merupakan anak yang
rangka untuk melayani warga belajar. Salah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
satu pendidikan yang menjadi tumpuan dan melakukan kegiatan hidup sehari-hari di
harapan bagi terlaksananya tujuan luhur jalanan, baik untuk mencari nafkah atau
pendidikan nasional adalah pendidikan berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
nonformal atau pendidikan luar sekolah. umum lainnya (Departemen Sosial, 2005: 5).
Pendidikan nonformal menjadi faktor Anak adalah investasi masa depan bangsa.
penting dalam menjadi solusi banyaknya Majunya suatu negara salah satunya ditentukan
permasalahan yang terjadi di pendidikan oleh kualitas generasi mudanya, yang dapat
formal di Indonesia. Hal ini sangat beralasan dilihat dari kondisi anak-anak hari ini. Dengan
karena dalam praktiknya, pendidikan demikian, anak jalanan juga merupakan aset
persekolahan/formal belum mampu berharga negara yang seharusnya
menampung aspirasi dan tingkat partisipasi diberdayakan, dirawat, dan dididik agar nilai
masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang gunanya semakin tinggi. Hal tersebut juga
pendidikan yang lebih tinggi karena berbagai sejalan dengan UUD 1945 pasal 34 ayat 1 yang
keterbatasan dalam pelayanan. Pemenuhan hak menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak
atas pendidikan menjadi sangat sulit bahkan terlantar dipelihara oleh negara. Jadi, anak
cenderung tidak terlaksana dengan baik. jalanan mempunyai hak untuk dipelihara oleh
Berbagai jenis pendidikan yang ada cenderung negara. Tetapi pada kenyataannya, anak-anak
pendidikan formal, yang menggunakan jalanan terlantar dan tidak mendapatkan
seragam dengan jam belajar serta kurikulum haknya.
yang telah ditetapkan dan dipukul rata dalam Daerah Istimewa Yogyakarta
skala nasional. Selain itu, pendidikan formal merupakan salah satu wilayah yang memiliki
sangat mahal dan sulit dijangkau oleh peningkatan jumlah anak jalanan yang cukup
masyarakat perekonomian menengah ke signifikan. Berdasarkan data yang dilakukan
bawah. Dalam posisi lain, masih banyak oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta
fenomena yang belum terjamah oleh pada tahun 2015 jumlah anak jalanan sebanyak
pendidikan seperti halnya anak jalanan. 312 jiwa. Banyaknya anak jalanan ini
Maraknya anak jalanan yang muncul dari disebabkan karena semakin tingginya tingkat
perkembangan ekonomi yang tidak merata di kemiskinan warga yang merupakan efek dari
332 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018
himpitan ekonomi sehingga memaksa anak- tersebut ada yang ditimbulkan oleh hubungan
anak untuk turun ke jalan dan mencari nafkah anak dengan lingkungan fisik, hubungan anak
untuk keluarga (Laporan Hasil Pemuktahiran dengan lingkungan sosial, atau hubungan anak
Data PMKS Tahun 2015, Dinsos DIY). Kota dengan struktur atau aparatur.
Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar Di Yogyakarta telah ada regulasi yang
ini memiliki mobilitas sosial yang sangat jelas yang menjadi landasan hukum dalam
tinggi. Selain itu, Kota Yogyakarta juga menangani permasalahan anak jalanan di
dikenal sebagai kota wisata budaya yang Yogyakarta, yaitu Peraturan Daerah DIY
mendorong anak-anak untuk mengamen, Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perlindungan
menyemir sepatu, menjual koran, memulung, Anak yang Hidup di Jalan. Pemerintah
mengemis, mencuri, bahkan mencopet dan memegang peran yang dominan dan
terlibat perdagangan seks. dibutuhkan kerjasama dalam penanganan
Anak jalanan seperti anak pada permasalahan anak jalanan. Pemerintah perlu
umumnya juga perlu mendapatkan kesempatan melakukan kemitraan dengan pihak luar
luas untuk tumbuh dan berkembang secara dimana pemerintah berwenang untuk
optimal baik secara fisik, mental, maupun melakukan koordinasi dan mengembangkan
sosial. Seperti yang tertuang dalam UU RI kemitraan antar lembaga pemerintah maupun
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan dengan masyarakat dan pihak swasta. Dengan
anak Pasal 1 Ayat 2, menyebutkan bahwa adanya peraturan pemerintah ini, diharapkan
perlindungan anak adalah segala kegiatan tidak menimbulkan permasalahan sosial yang
untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- baru seperti persoalan ancaman kecelakaan,
haknya agar dapat hidup, tumbuh dan eksploitasi, penyakit, tindakan kekerasan,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal, perdagangan anak, bahkan pelecehan seksual
sesuai dengan harkat dan martabat mengingat keberadaan anak jalanan yang
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan cukup signifikan memberikan dampak yang
dari kekerasan dan diskriminasi. negatif pada diri anak jalanan itu sendiri
Keberadaan anak jalanan membawa maupun lingkungannya.
dampak buruk karena sangat rentan terhadap Namun, pada kenyataanya, pengaruh
tindak kriminalitas, korban eksploitasi, Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun 2011
penyalahgunaan narkoba, sampai pelecehan tentang Perlindungan Anak yang Hidup di
seksual. Penyebab munculnya anak jalanan Jalan tersebut terhadap penanganan anak
salah satunya adalah kemiskinan, tidak adanya jalanan belum optimal karena anak jalanan
keharmonisan di dalam keluarga, dan pengaruh memiliki pengalaman yang buruk terhadap
pergaulan atau lingkungan sosial. Di jalanan, Polisi Pamong Praja. Penanganan Pemerintah
anak-anak mengalami banyak permasalahan biasanya hanya bersifat sementara dan dengan
atau resiko yang sering mereka hadapi. Resiko tindak kekerasan sehingga menimbulkan
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 333
anak jalanan dalam mengatasi masalah- anak-anak jalanan untuk bermain (Muhsin
masalah dan menemukan alternatif untuk Kalida, 2005: 28).
pemenuhan kebutuhan. Dengan adanya rumah Segala kegiatan yang telah
singgah diharapkan anak jalanan bisa diprogramkan oleh rumah singgah merupakan
mendapatkan haknya, salah satunya dengan kegiatan yang bersifat memberdayakan anak
mengenyam pendidikan. Pendidikan yang jalanan baik dalam bidang pendidikan,
dilaksanakan dirumah singgah ini bersifat keterampilan, ataupun nilai moral yang
nonformal, tetapi tidak menutup kemungkinan mengacu pada pengenalan terhadap nilai-nilai
anak jalanan mendapatkan pendidikan formal sosial yang ada di masyarakat. Dengan
melalui beasiswa ataupun bekerja sama dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan anak
dinas dan sekolah terkait. Namun pada jalanan dapat mengembangkan diri dan mampu
dasarnya pendidikan di dalam rumah singgah menciptakan kondisi kehidupan yang lebih
ini tidak terikat oleh waktu, anak jalanan baik dari sebelumnya. Meskipun demikian,
mendapatkan pengetahuan, ilmu, serta pelaksanaan pendidikan dalam rumah singgah
keterampilan hidup yang diharapkan dapat masih mengalami kendala. Rumah singgah
membantu keberlangsungan hidupnya. Dengan bagi sebagian besar anak jalanan hanya
pengetahuan serta keterampilan yang didapat digunakan untuk melepas lelah, sedangkan
dari pendidikan di rumah singgah tersebut esensi rumah singgah bagi pendidikan anak
diharapkan dapat mengentaskan anak jalanan jalanan jauh dari harapan.
dari kehidupan jalanan yang keras dan Salah satu cara yang dipakai dalam
ekonomi rendah, sehingga jumlah anak jalanan rangka menangani anak-anak jalanan adalah
semakin berkurang. pemberdayaan anak jalanan dengan
Rumah singgah merupakan kebutuhan menyediakan rumah singgah bagi mereka
anak yang hidup di jalan. Selain sebagai seperti di Rumah Singgah Anak Mandiri di
tempat untuk bernaung, rumah singgah Bantul Yogyakarta yang dijadikan obyek yang
diharapkan dapat memberikan pelayanan akan dikaji oleh peneliti. Melalui rumah
kesehatan, pendidikan, pendampingan, maupun singgah ini, anak-anak yang masih berkeliaran
konseling bagi anak-anak jalanan. Rumah di jalan akan dijangkau untuk diberikan
singgah juga diharapkan dapat menjadi ruang pendidikan dan keterampilan sesuai dengan
komunikasi yang harmonis antara anak dan bakat dan keinginannya masing-masing.
pihak rumah singgah dengan menaruh Rumah Singgah Anak Mandiri adalah
perhatian pada kehidupan anak jalanan. salah satu rumah singgah yang ada di
Keberadaan rumah singgah untuk anak jalanan Yogyakarta. Rumah Singgah Anak Mandiri
sangat penting peranannya untuk melakukan berada di bawah naungan Yayasan Anak
pembinaan dengan menanamkan nilai-nilai Mandiri, yang didirikan untuk menangani
normatif serta memberikan kesempatan kepada anak-anak jalanan. Rumah Singgah Anak
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 335
330). Dalam penelitian ini, data yang telah hanya mengandalkan untuk mencari uang di
diperoleh dari key informan akan di teliti jalanan. Motivasi selalu diberikan untuk anak
kembali dengan mencari data yang sama jalanan dalam mengikuti suatu program,
kepada key informan yang lain. Dalam khususnya program pendidikan kesetaraan.
penelitian ini, data yang diperoleh melalui Motivasi ini dilakukan untuk meningkatkan
wawancara akan dicek kembali dengan semangat anak jalanan dalam mengikuti
observasi terhadap sumber dan dilihat kembali pembelajaran. Anak-anak jalanan diberikan
melalui dokumen-dokumen yang ada. pembelajaran yang bersifat tidak kaku agar
anak-anak tidak mudah bosan pada saat
HASIL PENELITIAN DAN mengikuti pembelajaran.
PEMBAHASAN Sulistyani (2004: 83-84) berpendapat
bahwa tahap penyadaran dan pembentukan
Pelaksanaan Pemberdayaan Anak Jalanan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli
melalui Program Pendidikan Kesetaraan di sehingga merasa membutuhkan peningkatan
Rumah Singgah Anak Mandiri kapasitas diri. Pada tahap ini, pemberdaya
a. Proses pada Tahap Penyadaran dan berusaha menitikberatkan pada kesadaran
Pembentukan Perilaku masyarakat akan perlunya memperbaiki
Kegiatan pemberdayaan anak jalanan kondisi agar tercipta masa depan yang lebih
melalui program pendidikan kesetaraan dapat baik. Pada program pendidikan kesetaraan
dilihat dari aktifitas anak jalanan. Berdasarkan diharapkan Rumah Singgah Anak Mandiri
hasil penelitian yang diperoleh bahwa kegiatan mampu memberdayakan anak jalanan agar
yang dilakukan oleh Rumah Singgah Anak mereka memanfaatkan kemampuan yang
Mandiri antara lain Program Kesejahteraan mereka miliki dengan efektif dan efisien.
Sosial Anak (PKSA), program bimbingan dan Nantinya, dengan mereka mengikuti
motivasi anak, program pelatihan keterampilan pembelajaran kesetaraan diharapkan dapat
untuk orangtua dan anak, program pendidikan hidup secara wajar dan mandiri di masyarakat,
keaksaraan, dan program pendidikan memiliki keahlian dan pekerjaan sesuai dengan
kesetaraan. Program Kesejahteraan Sosial yang mereka inginkan. Hasil penelitian
Anak (PKSA) selalu diberikan kepada anak tersebut menunjukkan kesesuaian dengan
jalanan setiap satu tahun sekali untuk pendapat dari Sulistyani, hal ini ditunjukkan
membantu biaya administrasi sekolah dan bahwa proses pemberdayaan anak jalanan
kehidupan sehari-hari anak jalanan. Program melalui program pendidikan kesetaraan sudah
pelatihan keterampilan dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada anak jalanan.
mengasah kemampuan orangtua dan anak Selanjutnya, jika dilihat dari hasil penelitian
jalanan sehingga mereka dapat membuat yang diperoleh menunjukkan bahwa Rumah
kerajinan yang dapat dipasarkan dan tidak Singgah Anak Mandiri melakukan bentuk
338 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018
anak-anak jalanan memiliki aktivitas untuk kesetaraan adalah evaluasi. Jika melihat hasil
selalu meningkatkan pengetahuan, semangat penelitian yang dibandingkan dengan pendapat
belajar, dan kemampuan agar mereka memiliki Arikunto tersebut maka proses pemberdayaan
masa depan yang lebih baik sehingga menjadi anak jalanan melalui program pendidikan
warga masyarakat yang produktif. kesetaraan pada tahap peningkatan
c. Proses pada Tahap Peningkatan kemampuan intelektual di Rumah Singgah
Kemampuan Intelektual Anak Mandiri sudah dilakukan evaluasi pada
Berdasarkan hasil penelitian diketahui proses pembelajaran dan setelah proses
bahwa proses pelaksanaan pemberdayaan pada pembelajaran. Selanjutnya, sesuai dengan
tahap peningkatan kemampuan intelektual pendapat dari Sulistyani (2004: 84) bahwa
dalam pemberdayaan anak jalanan melalui tahap peningkatan kemampuan intelektual,
program pendidikan kesetaraan dilakukan saat kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
pembelajaran dan tutor akan menyampaikan inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
bahan ajar terlebih dahulu untuk menentukan mengantarkan pada kemandirian.
sejauh mana kemampuan anak-anak jalanan Pemberdayaan anak jalanan merupakan salah
dalam menerima pembelajaran, dan tutor akan satu proses pemberian pelayanan,
memberikan progress sejauh mana perlindungan, pemulihan, dan taraf
kemampuan anak jalanan dalam mengikuti kesejahteraan sosial bagi anak jalanan agar
program pendidikan kesetaraan. memperoleh hak-hak dasarnya seperti
Faktor lingkungan menjadi faktor yang kelangsungan hidup, tumbuh kembang,
dominan dalam meningkatkan kemampuan partisipasi, dan perlindungan. Jika hasil
intelektual anak jalanan. Selain itu, pengelola penelitian dibandingkan dengan pendapat
dan pendamping guru/tutor sangat penting tersebut diperoleh hasil bahwa rendahnya
untuk keberlangsungan berjalannya peningkatan kemampuan intelektual anak
pemberdayaan anak jalanan melalui program jalanan karena belum ada kekompakkan antara
pendidikan kesetaraan karena selalu lingkungan anak jalanan dengan diri anak
memberikan pendampingan kepada anak jalanan maupun keluarganya, hal ini terlihat
jalanan dan pembelajaran secara rutin. dari rendahnya kerjasama antar sesama anak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jalanan pada saat pembelajaran kelompok.
belum ada kekompakkan antara lingkungan Rendahnya peningkatan kemampuan
anak jalanan dengan diri anak jalanan maupun intelektual pada anak jalanan dibuktikan oleh
keluarganya dan selain itu diketahui bahwa masih rendahnya hasil evaluasi belajar anak
hasil nilai pembelajaran anak jalanan masih jalanan, dan masih adanya anak jalanan yang
rendah. kembali turun ke kehidupan jalanan yang
Arikunto (2010: 3) berpendapat bahwa menandakan bahwa mereka belum mampu
salah satu langkah pembelajaran pendidikan bertransformasi dari kehidupan yang
340 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018
sebelumnya. Selain itu, hal ini menunjukkan Jika hasil penelitian dibandingkan
juga bahwa hasil dari proses pemberdayaan dengan indikator keberhasilan pemberdayaan
melalui pendidikan kesetaraan belum mampu yang dikemukakan oleh Suharto (2005: 63-65)
mengantarkan anak jalanan menjadi individu bahwa derajat keberdayaan suatu kelompok
yang mandiri dalam membantu pembangunan. atau individu dimulai dari yang paling tinggi
Tahap ini dikatakan tercapai jika sasaran yaitu dengan kesadaran atau kemauan dalam
pemberdayaan mampu secara mandiri meningkatkan kemampuan individu dalam
berkontribusi untuk pembangunan. perubahan serta kesempatan akses (power to)
dan meningkatnya solidaritas atau tindakan
Dampak Pemberdayaan Anak Jalanan melalui bersama dengan orang lain untuk menghadapi
program pendidikan kesetaraan di Rumah hambatan (power with) maka peningkatan
Singgah Anak Mandiri kemampuan anak jalanan melalui pendidikan
a. Peningkatan Kemampuan Anak Jalanan kesetaraan sudah diarahkan pada keduanya.
Keberhasilan pelaksanaan Hal ini dapat dilihat dari jenis kekuasaan
pemberdayaan anak jalanan dapat dilihat power to, pemberdayaan anak jalanan melalui
melalui bagaimana cara pengelola program pendidikan kesetaraan memberikan
mempersiapkan atau merencanaan sebuah peningkatan terhadap kemampuan anak jalanan
program. Berdasarkan hasil penelitian untuk menerima pembelajaran dengan baik.
diketahui bahwa kemampuan anak jalanan Selanjutnya, jika dilihat dari jenis kekuasaan
dalam mengikuti program pendidikan power with, anak jalanan memiliki solidaritas
kesetaraan mengalami peningkatan. Hal ini yang kuat saat pada saat proses pembelajaran
terbukti dari adanya perubahan pada anak kesetaraan, hal ini terlihat dari kemauan anak
jalanan yang tadinya belum bisa membaca dan jalanan untuk saling membantu. Peningkatan
menulis, sekarang sudah bisa. Selanjutnya, kemampuan anak jalanan juga dapat dilihat
pemberdayaan anak jalanan melalui program dari keterlibatan anak jalanan dalam mengikuti
pendidikan kesetaraan diadakan sebagai upaya pendidikan kesetaraan dan memberikan
memfasilitasi anak jalanan agar melanjutkan dampak yang positif dari segi sosial dan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pendidikan. Dari segi sosial yaitu anak jalanan
sehingga luaran Rumah Singgah Anak Mandiri memiliki pekerjaan sehingga mereka dapat
memberikan dampak positif di masyarakat. hidup secara mandiri, mampu berinteraksi
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam dengan baik antar anak jalanan yang lain dan
hal ini anak jalanan dapat dilihat dari dari segi pendidikan, yaitu anak jalanan dapat
keberdayaan mereka yang menyangkut melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses tinggi.
manfaat kesejahteraan, dan kemampuan
kultural politis.
Pemberdayaan Anak Jalanan…(Annisa Rizky) 341
adanya bantuan dari Pemerintah dalam bentuk Rumah Singgah Anak Mandiri belum
PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) sepenuhnya dilakukan karena personalia yang
yang merupakan bantuan rutin dalam bentuk ada di Rumah Singgah Anak Mandiri saat ini
dana tabungan untuk anak-anak jalanan. jumlahnya masih belum bertambah dan belum
Program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial ahli dalam bidangnya, hal tersebut dibuktikan
Anak) tersebut menunjukkan adanya komitmen dari dokumen hasil penelitian yang terlampir
dan keseriusan dari Rumah Singgah Anak pada lampiran 16. Selanjutnya, Rumah
Mandiri dalam melaksanakan pemberdayaan Singgah Anak Mandiri hanya memiliki satu
anak jalanan melalui program pendidikan ruang kelas untuk melaksanakan pembelajaran
kesetaraan. kesetaraan, serta penambahan fasilitaspun
b. Mengoptimalkan Faktor Pendukung hanya sebatas penambahan buku kesetaraan
dalam Pemberdayaan Anak Jalanan yang jumlahnya masih belum mencukupi
melalui Program Pendidikan Kesetaraan kebutuhan warga belajar di Rumah Singgah
Pemberdayaan anak jalanan melalui Anak Mandiri.
program pendidikan kesetaraan perlu c. Faktor Penghambat dalam
mengoptimalkan faktor pendukung. Pemberdayaan Anak Jalanan melalui
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data Program Pendidikan Kesetaraan
bahwa pengoptimalan faktor pendukung yaitu Proses pemberdayaan anak jalanan
dilakukan dengan bekerja keras dalam melalui program pendidikan kesetaraan di
memperbaiki mutu pendidikan dan menambah Rumah Singgah Anak Mandiri masih
SDM yang ahli dibidangnya untuk mendukung mengalami hambatan. Watson dalam Adi
pelaksanaan pendidikan kesetaraan sehingga (2008: 259-275), berpendapat bahwa faktor
anak jalanan dapat kembali ke kehidupan yang penghambat yang terjadi dalam pelaksanaan
wajar. Selain itu, dengan memperbaiki atau program pemberdayaan dapat berasal dari
menambah fasilitas-fasilitas yang masih kepribadian individu atau komunitas yaitu
kurang memadai sehingga pembelajaran dapat kebiasaan (habit), seleksi ingatan dan persepsi,
berlangsung dengan optimal. Hasil penelitian ketergantungan (dependence), super ego, dan
tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto rasa tidak percaya diri (self distrust) dan
(2010: 3) bahwa fasilitas dalam pendidikan berasal dari sistem sosial yaitu kesepakatan
kesetaraan meliputi tempat belajar dan terhadap norma tertentu (conforming to
administrasi. Teori tersebut sesuai dengan cara norms), kesatuan dan kepaduan sistem dan
untuk mengoptimalkan berlangsungnya budaya (system and cultural coherence),
kegiatan pembelajaran kesetaraan di Rumah kelompok kepentingan, hal yang bersifat sakral
Singgah Anak Mandiri. (the sacrosanct), dan penolakan terhadap orang
Dari beberapa cara yang dilakukan luar.
dalam mengoptimalkan faktor pendukung oleh
344 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018
Mandiri yaitu bila ada program yang ingin perwujudan potensi kemampuan yang dimiliki
dilaksanakan oleh Rumah Singgah Anak berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Mandiri, maka Rumah Singgah Anak Mandiri Theresia (2014: 93-94). Adapun pemberdayaan
akan mengirim proposal ke Kementerian masyarakat senantiasa menyangkut dua
Sosial RI agar pemerintah dapat memfasilitasi kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat
kebutuhan anak-anak jalanan tersebut. Apabila sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak
kegiatan disetujui maka kegiatan akan yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
dilaksanakan, bila tidak disetujui maka memberdayakan.
program tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya, Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
untuk mengatasi ruang kelas yang kurang Suharto (2005: 63-65) mengenai indikator
memadai Rumah Singgah Anak Mandiri keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat
melakukan upaya dengan cara menambah adalah meningkatnya solidaritas atau tindakan
jumlah ruang kelas untuk pembelajaran bersama orang lain untuk menghadapi
kesetaraan karena Rumah Singgah Anak hambatan yang ada (power with), dengan
Mandiri hanya memiliki satu ruang kelas yang demikian jika dibandingkan dengan situasi
digunakan secara bersamaan oleh peserta kejar yang ada di Rumah Singgah Anak Mandiri
paket A,B dan C. Kemudian, untuk mengatasi telah dilakukan tahap peningkatan solidaritas
faktor penghambat SDM (Sumber Daya dengan cara memberikan dukungan yang
Manusia) di Rumah Singgah Anak Mandiri penuh kepada anak jalanan melalui kerja sama
yang belum memadai, yaitu dilakukan dengan pihak terkait, memberikan motivasi
memperbaiki mutu pendidikan dan menambah dan bimbingan kepada orangtua, pengajuan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli proposal kegiatan untuk menunjang
dibidangnya untuk mendukung pelaksanaan pelaksanaan program di Rumah Singgah Anak
pendidikan kesetaraan sehingga anak jalanan Mandiri, dan menambah kelas serta tenaga
dapat kembali ke kehidupan yang wajar. pengajar, sehingga pada konteks ini
Namun, pada kondisi yang sebenarnya, Rumah menunjukkan upaya mengatasi hambatan yang
Singgah Anak Mandiri belum melakukan terjadi dalam proses pemberdayaan.
upaya untuk mengatasi faktor penghambat
kelas yang kurang memadai dan belum SIMPULAN DAN SARAN
menambah jumlah tenaga operasional untuk A. Simpulan
menunjang pelayanan pendidikan yang lebih Berdasarkan hasil penelitian dan
optimal. pembahasan yang telah peneliti uraikan pada
Dalam mengatasi faktor penghambat, Bab IV, serta mengacu pada rumusan masalah
peneliti berusaha menggarisbawahi pada penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengenai hasil penelitian sebagai berikut.
untuk memandirikan masyarakat lewat
346 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VII Nomor 3 Tahun 2018