Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Generasi muda merupakan aset negara yang akan membawa masa depan negara dimasa
depan. Baik buruknya negara bisa dilihat dari kualitas pemudanya. Bahkan Ir. Soekarno berkata
"Beri aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia" betapa dasyatnya pemuda dapat membawa
perubahan bagi negara kita. Dimana sejarah menuliskan bahwa banyaknya pejuang dijaman
dulu berasal dari kalangan pemuda. Pemuda adalah kekuatan dari negara itu sendiri.
Pemudalah yang meneruskan tongkat estapet perjuangan bangsa. Oleh karna itu, mengingat
pentingnya pemuda bagi masa depan bangsa. Maka sudah seharusnya kita memberi perhatian
lebih kepada pemuda. Dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya,
karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda
akan menguasai masa depan. Upaya mencapai cita-cita nasional saat ini tidak luput dari
berbagai tantangan. Oleh sebab itu yang menjadi permasalahan bagi pemuda sebagai
komponen bangsa, bagaimana memantapkan wawasan kebangsaan dengan proses pendidikan
politik dalam memperkokoh ketahanan nasional guna memulihkan harkat dan martabat
bangsa. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya
perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Kita
harus memperhatikan kualitas pendidikan dan penerapan nilai-nilai luhur pada hati mereka.

Pembahasan

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan, sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional


merupakan mata ajaran wajib bagi seluruh peserta didik di semua jalur dan jenjang pendidikan
formal. Sedangkan pendidikan kewarganegaraan sebagai civis education juga seyogyanya
diberikan kepada setiap warga negara Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan
membentuk peserta didik menjadi warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara yang
dapat diandalkan oleh pribadinya, keluarganya, lingkungannya, masyarakatnya, bangsanya, dan
negaranya dalam mencapai cita-cita bersama. Materi ajar pendidikan kewarganegaraan selalu
disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan zaman, yang mempengaruhi konsep bela
negara. Tetapi bagaimanapun kondisinya negara membutuhkan bela negara dari seluruh
bangsanya. . Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di institusi pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk mempelajari berbagai hal mengenai pemerintahan, lembaga-lembaga
demokrasi, konstitusi, rule of law, hak dan kewajiban warga negara, serta demokrasi, dalam
rangka membangun karakter bangsa sesuai dengan perkembangan zaman yang dinamis.
Pendidikan Kewarganegaraan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan ajaran
matakuliah pendidikan kewarganegaraan. Secara yuridis, keberadaan Pendidikan
Kewarganegaraan sangat diperlukan untuk menunjang pengetahuan generasi bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan termasuk pelajaran wajib yang ada ditiap jenjang pembelajaran.
Hal itu tampak jelas dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sesuai dengan tuntutan dan perubahan masyarakat di era Reformasi,
dalam matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, telah dilakukan perubahan
paradigma menuju paradigma humanistik yang didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa
adalah manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Indikasi ke arah
itu tampak dari substansi kajian, strategi, dan evaluasi matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang ditawarkan kepada mahasiswa. Hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic
education) sangat penting, artinya bagi penumbuhan budaya demokrasi di Indonesia. Untuk
mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan seperti hal tersebut, sangat dibutuhkan model
dan strategi pembelajaran yang humanistik yang mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa
adalah manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Materi disusun
berdasarkan kebutuhan dasar siswa ataupun mahasiswa, bersifat fleksibel, dinamis, dan
fenomenologis sehingga materi tersebut bersifat kontekstual dan relevan dengan tuntutan dan
perubahan masyarakat lokal, nasional, dan global. Diharapkan dengan demikian, mahasiswa—
sebagai pemuda harapan masa depan bangsa—dapat mengembangkan negara dan bangsa
dengan ide-ide yang berlandaskan ilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-
nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Pembelajaran kewarganegaraan DALAM MEMBENTUK GENERASI MUDA

Belajar ialah sesuatu proses yang berlangsung di dalam diri seorang yang hendak membawa
pergantian pada tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, berlagak ataupun berbuat
( Gulo dalam Pebriyenni, 2002: 23). Pada dasarnya belajar ialah tahapan pergantian perilaku
yang relatif positif serta mantap selaku hasil interaksi dengan area yang mengaitkan proses
kognitif( Syah, 2003). Pergantian sikap itu pula tercantum dari belajar tentang Pembelajaran
Pancasila serta Kewarganegaraan. Pembelajaran kewarganegaraan pada dasarnya merupakan
belajar tentang keindonesiaan. Belajar untuk jadi manusia yang berkepribadian Indonesia,
membangun rasa kebangsaan, serta mencintai tanah air Indonesia. Sebab itu, seseorang
sarjana ataupun handal selaku bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik butuh
menguasai tentang Indonesia, mempunyai karakter Indonesia, mempunyai rasa kebangsaan
Indonesia, serta menyayangi tanah air Indonesia. Masyarakat negeri inilah yang diucap
masyarakat negeri yang baik serta terdidik( smart and good citizen) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa serta bernegara yang demokratis. Perihal itu berarti Pembelajaran
kewarganegaraan bertabiat penting dalam pengembangan keahlian utuh sarjana ataupun
handal. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2012 tentang Pembelajaran
Besar tercantum kalau program sarjana ialah jenjang pembelajaran akademik untuk lulusan
pembelajaran menengah atau sederajat sehingga sanggup mengamalkan ilmu pengetahuan
serta teknologi lewat penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan hendak jadi
intelektual serta/ ataupun ilmuwan yang berbudaya, sanggup merambah serta/ ataupun
menghasilkan lapangan kerja, dan mampu meningkatkan diri jadi handal. Tetapi, supaya
mendapatkan input( mahasiswa) yang mencukupi untuk akademi besar, butuh pula proses
pendidikan yang maksimal pada tingkat pembelajaran menengah ataupun sederajat. Buat itu
dibutuhkan pendidikan yang bermakna. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
interaksi antara partisipan didik dengan area, sehingga terjalin pergantian sikap ke arah yang
lebih baik. Tugas guru/ dosen adalah mengkoordinasikan area belajar supaya mendukung
terbentuknya pergantian sikap bagi siswa/ mahasiswa. Secara universal, area sekolah yang baik
bisa tingkatkan karakter siswa( Dupper, 2010: 18; Wuryandani, Fathurrohan& Ambarwati,
2016: 213). Sebab itu, iklim sekolah yang positif butuh diciptakan dengan mencermati

:( 1) kondisi raga sekolah yang menarik,

( 2) sekolah mempunyai upaya buat membangun serta memelihara ikatan yang hirau, silih
menghormati, menunjang serta kerja sama antara anggota staf sekolah, siswa serta keluarga,

( 3) siswa berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

,( 4) siswa menyangka ketentuan sekolah selaku perihal yang jelas, adil serta tidak sangat keras,

( 5) sekolah nyaman untuk siswa, keluarga dan guru

( 6) ada layanan belajar

(7) sekolah mempunyai tingkatan akademik serta sikap yang besar, serta membagikan
sokongan buat menggapai tujuan,

( 8) mempunyai upaya untuk meningkatkan keahlian sosial serta emosional seluruh siswa,

(9) guru selaku model dalam memelihara perilaku

( 10) memandang orangtua serta anggota warga selaku sumber daya yang berharga serta
mereka didorong buat ikut serta aktif di sekolah Pendidikan pula dapat diartikan selaku usaha
sadar pendidik buat menolong partisipan didik supaya mereka bisa belajar

cocok dengan kebutuhan serta minatnya. Di mari pendidik berfungsi selaku fasilitator yang
sediakan sarana serta menghasilkan suasana yang menunjang kenaikan keahlian belajar
partisipan didik. Pendidikan selaku sistem terdiri dari beberapa komponen yang terorganisir,
antara lain: tujuan pendidikan, modul pendidikan, strategi serta tata cara pendidikan, media
pendidikan/ perlengkapan peraga, pengorganisasian kelas, penilaian pendidikan, serta tindak
lanjut pendidikan( remedial serta pengayaan). Pendidikan selaku proses ialah rangkaian
aktivitas guru/ dosen dalam rangka membuat siswa/ mahasiswa belajar yang meliputi:
persiapan, merancang program pengajaran, penataan persiapan mengajar( lesson plan) serta
penyiapan fitur kelengkapannya antara lain perlengkapan peraga.

Membangun Smart and Good Citizen di Era Digital Melalui Pendidikan Kewaraganegaraan

Generasi Smart and Good Citizenship memiliki arti warga Negara yang cerdas dan baik.
Tentunya untuk mencapai pada tujuan tersebut kita harus terlebih dahulu tahu apa arti dari
Generasi Smart and Good Citizenship. Muncul pertanyaan Apa Itu Smart and Good Citizen?
Smart and Good Citizen sendiri adalah konsep yang membawa kita pada poret warga negara
yang tidak hanya cerdas dalam memanfaatkan teknologi digital, tetapi juga memiliki karakter
yang baik dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Tentunya karakter ini melekat kepada
warga yang paham betul mengenai hak dan kewajibannya. Akses informasi begitu mudah
melalui perangkat digital ataupun gawai pribadi, menjadi Smart and Good Citizen lebih dari
sekadar memiliki pengetahuan teknologi. Ini juga perihal kesadaran sosial, moral, dan
kewarganegaraan yang kuat. Seorang dapat dikatakan Smart and Good Citizen ketika individu
mampu dan piawai dalam menggunakan teknologi digital dengan bijak dan bertanggung jawab
atas sesuatu yg telah ia kerjakan. Kemudian sadar akan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara. Mempunyai kemampuan berpikir kritis logis dan menganalisis informasi.
Selain itu yang terpenting adalah generasi yang memiliki empati dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masyarakat. Dimana semakin tajamnya kesadaran manusia akan hak dan
kewajibannya maka semakin baik tutur caranya prilakunya kepada sekitar. Setelah rasa peduli
itu muncul, secara tidak langsung timbulah sikap rela berkorban melalui kontribusi
pembangunan masyarakat dan negara. Kita harus memahami dengan pemahaman yang luas
apa yang sebenarnya kita lihat adalah hal yang benar-benar berpengaruh pada masa depan
bangsa. Generasi yang akan datang memiliki hak untuk memperoleh fasilitas sekolah yang lebih
memadai. Mengingat pastinya cepat atau lambat yang akan melanjutkan perjuangan para kader
negara serta para pejuang terdahulu adalah generasi yang akan datang. Oleh karna itu, kita
harus mempersiapkan calon-calon generasi penerus bangsa ini dengan baik. Mengingat betapa
pentingnya akal budi yang baik beriringan dengan kecerdasan yang luar biasa. Indonesia tidak
kekurangan orang-orang cerdas, namun Indonesia butuh orang yang mampu menggunakan
kecerdasannya dengan tingkah laku yang baik. Tentunya setiap orang yang berilmu harus
semakin mengembangkan diri kepada tujuan yang lebih baik membiarkan kesempatan menjadi
generasi yang cerdas namun tetap baik. Baik adalah salah satu budi pekerti yang mengarah
kepada rasa simpatik yang luar biasa dimana tentunya menjadi nilai lebih untuk kita. Menurut
dewi dinie dan aggreni dalam artikel mereka menyebutkan generasi bangsa yang cerdas dan
memiliki akhlak baik serta berkepribadian baik dapat diwujudkan melalui pendidikan karakter.
Dimana kita harus memberibperhatian extra pada genesasi muda. Memberikan pendidikan
karakter dari usia sedini mungkin, melalui lingkungan rumah maupun sekolah. Suatu bangsa
agar mempunyai karakter, pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan sangat dibutuhkan
khususnya anak usia dasar untuk menumbuhkan sikap warga negara yang diharapkan bangsa
dan bertujuan untuk membentuk karakter siswa untuk bersikap, bertindak, berfikir,
berinteraksi, dan berkembang, berpartisipasi aktif, serta mempunyai tanggung jawab diri dan
lingkungannya, masyarakat, juga dalam berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter dengan
tujuan untuk menanamkan karakter sebagai warga negara yang baik dan berakhlak mulia.
Dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan, terdapat suatu target utama yakni sebagai
bekal pengetahuan, membina sikap dan perilaku, serta latihan keterampilan menjadi warga
negara yang demokratis, taat asas, dan taat hukum dalam kehidupan lingkungan masyarakat.
Warga negara muda merupakan calon pemimpin masa depan, maka dari itu penanaman
karakter perlu dibekali sejak dini hal ini sangat penting dan menjadi suatu kewajiban untuk
terus menerus dilakukan oleh keseluruhan warga negara untuk harapan dan masa depan
bangsa Indonesia. Warga negara yang mempunyai keterampilan dan sikap akan menjadikan
dirinya sebagai warga negara yang berkomitmen. Maka dari itu, pentingnya pembelajaran
Pendidikan kewarganegaraan untuk membangun genarasi muda smart and goodcitizen. Sejalan
dengan artikel tadi, dapat kita simpulkan bahwa sebagai warna negara sekaligus generasi yang
akan datang kita harus mempersiapkan diri sebaik baiknya. Kita harus memaknai nilai-nilai
kewarga negaraan dengan baik. Menurut penelitian deskriptif kualitatif jurnal Educatio FKIP
UNMA. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah cara manusia
dalam menjalani kehidupan sepenuhnya. Transisi dari Revolusi Industri ke Era Society 5.0
menandakan bahwa perkembangan dunia terus bergerak maju, sehingga masing-masing
individu harus dapat diandalkan dan mampu hidup dalam konteks global yang modern. Era
Society 5.0 akan berfokus pada penggunaan teknologi dalam membantu pengelolaan sumber
daya manusia yang lebih baik. Supaya generasi muda tidak mudah terombang-ambing dalam
perkembangan teknologi ini diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat memperkuat karakter
kebangsaan dari masing-masing individu. Pendidikan karakter sangat penting dalam rangka
mewujudkan suatu bangsa dan negara yang berakhlak mulia dan masyarakat yang adil.
Pendidikan karakter ini bisa dicapai dengan adanya pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Dapat disimpulkan bahwa dalam implementasinya Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki tiga kompetensi yang harus dikuasai tiap individu supaya dapat
menghadapi era Society 5.0 dengan baik. Kompetensi yang dimaksud adalah civic knowledge
(pengetahuan), civic skills (keterampilan), dan civic dispositions (sikap). Upaya perubahan yang
harus dilakukan dalam konteks pembelajaran kewarganegaraan adalah menyiapkan warga
negara untuk menjalankan perannya dalam melakukan partisipasi sehingga menjadi ‘good and
smart digital citizens’ dan melahirkan civic virtue bagi negara. Generasi milenial adalah generasi
yang unik dengan karakteristik tertentu, yang merupakan kelompok potensial dalam
memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan bangsa. Generasi ini disebut juga sebagai digital
natives karena mereka terlahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
telekomunikasi. Generasi milenial yang terekspos penggunaan teknologi digital secara intens
dalam semua aspek kehidupan telah melahirkan karakteristik tertentu. Hal ini berdampak pada
cara pandang generasi milenial dalam melakukan aktivitas, termasuk dalam menjalankan
perannya sebagai warga negara.

PENUTUP

Untuk mmbangun Smart and Good Citizen di Era Digital Melalui Pendidikan Kewaraganegaraan
tentunya kita harus memberi perhatian lebih kepada pendidikan yang diperoleh generasi muda.
Melakukan perubahan kualitas yang memadai serta memperi jaminan penddikan dengan mutu
tinggi yang harapannya dapat membentuk karakter pada tiap diri anak bangsa yang akan
membawa masa depan negara dikemudian hari. Kita sebagai pemuda diharapkan dapat dengan
giat dan bersungguh sungguh dalam belajar sehingga meningkatkan kualitas diri kita karna pada
bahu kitalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Mari tanamkan kesadaran mengenai tanggung
jawab kita. Cintai indonesia dengan sebesar besarnya cinta. Dimasa depan kitalah yang
melanjutkan tongkat estapet perjuangan bangsa. Jangan tanya apa yang telah negara beri
kepada kita. Tapi tanyakan pada diri kita, apa yang telah kifa beri kepada negara kita.

Daftar pustaka

Rahayu, M. (2007). Pendidikan kewarganegaraan. Grasindo.

Kirani, A. P., & Najicha, F. U. (2022). Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pedoman
dalam Menghadapi Era Society 5.0 Mendatang. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 8(2), 767-773.

Roza, P. (2020). Digital citizenship: menyiapkan generasi milenial menjadi warga negara
demokratis di abad digital. Jurnal Sosioteknologi, 19(2), 190-202.

Widiatmaka, P., & Kurniawan, I. D. (2023). Peningkatan Civic Literasi dengan Memanfaatkan
Literasi Digital Melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jurnal Pekommas,
8(1).

Hariyadi, S. (2022). Membangun Kecakapan Literasi Digital Citizenship Melalui Model


Information Comunication Technology (ICT) Learning. JPK (Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan), 7(2), 07-14.

Subadi, T. (2007). Pendidikan kewarganegaraan. Bp-Fkip Ums.

Adha, M., & Perdana, D. R. (2020). Pendidikan kewarganegaraan.

Budimansyah, D. 2012. Dimensi-dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara.


Dupper, D.R. 2010. A New Model of School Discipline Engaging Students and Preventing
Behavior Problems. New York: Oxford University Press.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Jones, Keith. 2004. Planning for Mathematics Learning. New York: Routledge.

Kavaliauskiene, Galane. 2011. “Life Long Learning Strategis: Socialiniu Mokslu Studi.jos.”

Societal Studie, Vol 3(4), p. 1253-1267. Lickona, T. 1994. Educating for Character. New

York: Routledge.

Roziqin, Muhammad Zainur. 2007. Moral Pendidikan di Era Global: Pergeseran Pola Interaksi

GuruMurid di Era Global. Malang: Averroes Press.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja pers.

Rosdakarya. The Qualification and Curriculum Authority. 2001. Planning for Learning in the

Fondation Stage. London: QCA.

Uliana, Pipit dan Naniek Setyawati. 2013. “Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kultur

Sekolah pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri I Gedang Sidoarjo.” Kajian Moral dan

Kewarganegaraan, No. 1 (1) hlm 165-179.

Winataputra, Udin S. 2014. “Memantapkan Paradigma Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn ) sebagai Wahana Pendidikan Kebangsaan.” Prosiding AP3KnI,

Prodi PPPKn FIS Universitas Manado, ISBN 978-602-71575-0-7.

Wuryandani, Wuri, Fathurrohan dan Unik Ambarwati. 2016. “Implementasi Pendidikan

Karakter Kemandirian di Muhammadiyah Boarding School.” Jurnal Cakrawala

Pendidikan, No. 2 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai