Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam
berkembang pesat di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang ada di
Indonesia, mulai dari cafe, club, diskotik, dan tempat karouke. Tak dapat dipungkiri beberapa tempat
di Indonesia seperti Jakarta,Bandung, Bali, Yogyakarta dan beberpa tempat lainnya tak pernah sepi
dari kunjungan turis domestik dan mancaegara. Inilah yang membawa arus pembauran budaya Asing
di Indonesia, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi.

Bagi orang-orang yang telah terbawa arus budaya barat ini, Clubbing bukanlah suatu aktifitas yang
tabu bagi mereka. Bahkan hal ini telah menjadi suatu konsumsi diri. Orang-orang ini disebut sebagai
penikmat dunia malam. Dari dunia malam inilah muncul sebuah trend yang disebut dugem (dunia
gemerlap).

Keadaan ini menyiratkan ke-hedonis-an dan berhubungan dengan berubahnya gaya hidup. Apa
sebenarnya yang telah terjadi dan apa saja aktifitas yang mereka lakukan saat malam menjelang?
hingga malam pun serasa siang hari. Untuk itulah kami mencoba menggali informasi tentang gaya
hidup Clubbing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan budaya Clubbing sebagai gaya hidup?

2. Apa dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup tersebut?

3. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan gaya hidup tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan mengapa dunia malam bisa menjadi gaya hidup anak muda jaman sekarang

2. Menjelaskan dampak negative dan positif yang ditimbulkan dari gaya hidup tersebut

3. Menjelaskan cara mengatasi kebiasaan dari gaya hidup Clubbing tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Clubbing sebagai gaya hidup anak muda dan
pengaruhnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH CLUB MALAM (CLUBBING)

Awal munculnya hiburan malam dimulai dari manusia mengenal musik. Musik adalah beberapa nada
atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik
merupakan bagian dari kebudayaan yang terus berkembang sepanjang waktu. Tempat dugem pun
muncul ketika musik disko30. Diskotik menjadi salah satu lokasi pembaratan masyarakat lokal yang
diawali dengan proses pengenalan kata-kata atau uacapan bahasa asing serta musik dan lagu-lagu
barat. Adapun diskotik (discotheque – dalam bahasa Perancis) sebenarnya berasal dari kata disco
(disko) yang berarti gedung tempat menyimpan koleksi piringan hitam ; lembaga yang menyimpan
koleksi piringan hitam untuk tujuan ilimiah ; suatu tempat atau gedung yang dipakai untuk
mendengarkan musik disko yang diiringi tarian atau dansa oleh para pengunjungnya sedang booming
(sedang hangat-hangatnya). Sedangkan musik disko berasal dari irama Soul, serta perpaduan antara
irama Romawi, Rhythm dan Blues, yang kemudian dalam perkembangannya, disko berubah menjadi
musik bergaya meriah, yang merangsang penggemarnya untuk melakuakan gerakan-gerakan tari.

Makna diskotik sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar musik dan ajojing. Diskotik tidak hanya
sebagai gedung untuk berajojing (berdansa), tetapi juga ruang sosial yang memiliki beberapa fungsi.
Fungsi catharsis, menempatkan diskotik sebagai ruang pembebasan atau pelepasan ketegnagan dan
kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis
dimasa lalu yang semula dilakukan dengan cara menekankan emosi-emosi kedalam “ketidaksadaran”.
Sementara itu fungsi ekspresi diri bermakna bahwa diskotik merupakan sarana dari para
pengunjungnya untuk bebas mengungkapkan perasaan. Dengan bertambahnya kesibukan pekerjaan,
maka rasa penat, lelah, suntuk, stress dan jenuh selalu menjadi teman sejati. Untuk itu, tempat hiburan
sangatlah dibutuhkan untuk menghilangkan semua kejenuhan itu. Diskotik, club, atau cafe akan
dipenuhi oleh mereka yang mencari hiburan pada malam hari. Apalagi buat mereka yang sibuk dengan
pekerjaan dari pagi sampai malam, maka tempat hiburan seperti diskotik inilah yang akan dikunjungi
oleh mereka, karena hanya diskotik lah tempat yang dapat memberikan hiburan pada malam hari dan
sampai larut malam. Selain itu, banyak suasana berbeda yang diberikan diskotik, dan suasana seperti
ini tidak akan ditemui di tempat hiburan malam lain, misalnya saja DJ, bartender, dan penari sexy.
Pada umumnya yang gemar mengunjungi diskotik atau tempat-tempat semacam ini adalah kaum
lelaki, karena di tempat inilah mereka dapat merasa enjoy dengan musik, minuman dan banyak wanita
yang berpakaian sexy. Wanita-wanita yang datang ke diskotik biasanya akan mengenakan pakaian
yang sexy. Rok mini, baju ketat, baju tanpa lengan, dan sepatu high hills akan menjadi pemandangan
yang biasa didalam diskotik. Wanita-wanita yang ada ditempat itu juga sepertinya sudah terbiasa
dengan rokok dan minuman keras, karena mereka juga tidak merasa segan atau takut untuk merokok
dan minum. Keberadaan diskotik bukan lagi sebagai pengisi waktu luang, melainkan sudah menjadi
kebutuhan bahkan telah menjadikan diskotik bagian dari tempat bersosialisasi dalam
perkembangannya. Dua golongan manusia sama bersantai tapi berbeda dalam gaya. Jarak yang
memisahkan abang-abang becak dengan mahluk-makhluk cosmopolitan itu hanyalah beberapa ratus
meter. Tetapi jurang sosial, ekonomi, dan sejarah antara keduanya membuka lebar tak terjangkau.
Disatu pihak tampak tenaga kerja kasar dengan kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan turun temurun
dan di lain pihak suatu masyarakat yang sedang mempertontonkan gaya hidup barat. Tetapi kalau
dilihat lebih cermat maka semuanya adalah kesan-kesan luar dalam gaya hidup bersantai dan
berpakaian. Di dunia barat semuanya adalah produk sampingan dari industrilialisasi dan efisiensi,
kemajuan organisasi dan pemikiran sehat. Disinilah dunia disko justru bertentangan dengan gaya
hidup barat, dimana bersantai adalah produk dari kerja keras.

Kemajuan pesat diskotik dan musik disko dimulai sejak tahun 1970-an dengan munculnya berbagai
tempat berdisko di rumah-rumah dan diskotik-diskotik yang beroperasi di Jakarta yang kegiatannya
didominasi dimulai pada malam hari, antara pukul 20.00 WIB dan 24.00 WIB, tetapi ada pula juga
yang memulai pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB dan mengakhiri kegiatannya antara pukul 02.00
WIB dan 05.00 WIB. Kemajuan pesat tersebut diiringi dengan bergesernya gaya hidup kalangan
diskotik. Dahulu diskotik yang merupakan suatu tempat yang dianggap khas dan jauh dari jangkauan
anak muda maupun masyarakat, yakni para pengunjung diskotik lebih cenderung orang-orang dewasa
dan orang-orang yang berlatar belakang sosial maupun ekonomi tertentu saja. Kini remaja, bahkan
anak-anak pra remaja mulai dapat mengunjungi diskotik, bahkan diskotik kini identik dengan tempat
berkumpulnya para remaja. Dan kunjungan ke diskotik bukan lagi kunjungan akhir minggu, melainkan
cenderung dikunjungi setiap hari tanpa peduli hari libur atau bukan, bahkan budaya remaja berkunjung
ke diskotik bukan hanya milik budaya remaja di kota-kota besar, namun juga sudah menjadi gaya
hidup remaja di pinggir kota. Bahkan kini agaknya berkunjung ke diskotik bukan lagi sebagai pengisi
waktu luang melainkan sudah menjadi kebutuhan bagi remaja. Remaja pengunjung diskotik telah
menjadikan diskotik sebagian dari tempat sosialisasi dalam perkembangannya.

2.2 PENGERTIAN CLUBBING

Clubbing, sebuah kata kerja yang berasal dari kata Club, yang berarti pergi ke klub-klub pada akhir
pekan untuk mendengarkan musik (biasanya bukan musik hidup) di akhir pekan untuk melepaskan
kepenatan dan semua beban ritual sehari-hari. Sebutan untuk para pengunjung Diskotik dan di Cafe
house music atau orang-orang yang senang clubbing disebut dengan clubbers. Di Indonesia, clubbing
sering juga disebut dugem, dunia gemerlap, karena tidak lepas dari kilatan lampu disko yang gemerlap
dan dentuman music techno yang dimainkan oleh para DJ handal yang terkadang datang dari luar
negeri.

Clubbing merupakan istilah prokem khas anak muda yang berarti suatu dunia malam yang bernuansa
kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, hedonis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan
segala bentuk kegembiraan sasaat. Melalui clubbing khususnya anak muda merasa menemukan jati
diri, disana mereka bisa “berjingkrak-jingkrak” sebebasnya, meneguk alkohol dan narkoba, cekikikan
sampai pagi, lalu pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Melalui clubbing mereka bisa
menemukan komunitas bergaulnya.Singkatnya clubbing adalah “just having fun”, sekedar hura-hura
dan membutuhkan banyak uang.

Clubbing sudah sangat identik dengan kehidupan masyarakat metropolitan. Tidak hanya menjadi
bagian dari gaya hidup, tapi juga menjadi sarana bersosialisasi, bahkan melakukan lobi bisnis. Dulu
clubbing selalu diasosiasikan dengan musik menghentak yang dapat membuat orang larut dalam
suasana.Seiring perkembangan zaman, clubbing mengalami banyak pergeseran karena tidak semua
orang suka musik semacam itu.Pada hakikatnya suasana yang hingar bingar bukan lagi daya tarik
utama. Banyak tempat hiburan di Jakarta meninggalkan konsep diskotek dan beralih pada konsep
Resto and lounge yang ternyata lebih menarik konsumen usia 25-35 tahun. Kehadiran Resto and
lounge yang bertebaran di Jakarta tidak berarti gulung tikarnya beberapa tempat yang benar-benar
dirancang bagi yang hobi melantai diiringi musik seorang DJ atau Disc Jockey.

2.3 TUJUAN SESEORANG MELAKUKAN CLUBBING

Seseorang datang ke club malam memiliki tujuan tertentu seperti menghibur diri, berkumpul,
bersosialisasi, merayakan/Celebrating sesuatu (pesta), Dancing/Joget , minum (alkohol),
mendengarkan musik, dan melepas kepenatan. Faktor yang menyebabkan seseorang datang ke club
adalah

1. Alasan Gengsi

Perkembangan yang bisa dianggap menonjol dalam pergeseran gaya hidup yang melanda kalangan
remaja Indonesia adalah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung dipengaruhi oleh gaya
Barat, khususnya dari Amerika Serikat. Saat ini gaya hidup yang berasal dari budaya Barat umumnya
dianggap memiliki nilai lebih oleh sebagian dari masyarakat Indonesia. Golongan masyarakat yang
memiliki gaya hidup yang “kebarat-baratan” menganggap bahwa mereka adalah berasal dari kalangan
yang lebih baik dari golongan masyarakat yang masih memegang gaya hidup dan budaya Timur.
Istilah “gaul” berasal dari kata baku “bergaul” atau “pergaulan” yaitu sebuah sistem sosial yang
terbentuk melalui interaksi, komunikasi dan kontak sosial yang melibatkan lebih dari satu orang. Akan
tetapi dalam komunitas clubbing, istilah “gaul” bukan lagi menjadi “media sosialisasi” untuk
melengkapi fitrah kemanusiaannya, melainkan kebanyakan telah menjadi “ajang pelampiasan hawa
nafsu”. Kebanyakan bentuk “gaul” ini justru menjadi pintu gerbang bagi lahirnya generasi-generasi
penganut seks bebas, pecandu narkoba, hingga pelacuran dan penjahat sosial. Akibat seseorang ingin
menjadi gaul, maka muncullah rasa gengsi seseorang.

2. Ajakan Teman

Pertemanan merupakan salah satu faktor pendukung mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan.
Banyak orang yang ikut melakukan suatu kegiatan di karenakan temannya melakukan kegiatan
tersebut. Begitu juga halnya dengan beberapa clubbers yang melakukan dugem. Teman merupakan
salah satu faktor utama mengapa seorang clubber melakukan kegiatan dugem. Beberapa clubbers
mengatakan bahwa ia melakukan dugem karena semua temannya melakukan dugem.

3. Kejenuhan dan Hiburan

Setiap manusia pasti akan merasakan kejenuhan dalam hidupnya dan akan membutuhkan hiburan guna
menghilangkan kejenuhan tersebut. Hal ini juga terjadi pada clubers yang biasa melakukan dugem.
Salah satu alasan yang sering dikemukakan clubber tentang mengapa mereka dugem adalah untuk
menghilangkan stress dan menyelesaikan permasalahan. Para clubber umumnya beralasan bahwa
mereka melakukan dugem dikarenakan memerlukan hiburan setelah melakukan berbagai aktivitas
sehari penuh. Bagi para clubber melakukan dugem adalah salah satu cara menghilangkan kejenuhan
yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.4 CLUBBING SEBAGAI GAYA HIDUP

Dunia malam adalah aktifitas yang ada saat malam tiba. Hiburan malam, tempat hiburan, dan para
penikmatnya adalah satu paket pengisi dunia malam. Malam hari adalah milik mereka yang mencari
kesenangan duniawi. Waktunya untuk bersantai dan menikmati hidup. Misalnya saja bersuka ria di
berbagai club malam, kafe, diskotik, karaoke atau pusat hiburan lainnya.

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industry wisata dan hiburan malam
berkembang pesat di Jakarta. Jumlah tempat hiburan malam terus bertambah.Kejenuhan pasar
membuat tawaran konsep harus berbeda dengan yang telah beroperasi. HL adalah salah satu tempat
clubbing favorit clubbers di Jakarta, pada malam-malam clubbers khususnya ketika discotime dimulai
pada jam 11 malam tenpat ini selalu ramai. Para pebisnis entertaiment ini sangat pintar untuk menarik
perhatian para clubbers dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang beragam yang menjadi trend setter
bagi kalangan night society, misalnya dengan membebaskan para wanita biaya cover charge dan
membiarkan mereka clubbing sepenuhnya agar kaum wanita yang datang membludak dan kaum pria
akan terpancing untuk datang ketempat tersebut.

Tak dapat dipungkiri Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia tak pernah sepi dari kunjungan
turis domestic dan mancanegara. Inilah yang membawa arus pembauran budaya Asing di kota
Indonesia, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi.

Bagi orang-orang yang telah terbawa arus budaya barat ini, dunia malam bukanlah suatu aktifitas yang
tabu bagi mereka. Bahkan hal ini telah menjadi suatu konsumsi diri. Orang-orang ini disebut sebagai
penikmat dunia malam. Dari dunia malam inilah muncul sebuah trend yang disebut dugem (dunia
gemerlap).

Dugem adalah istilah gaul yang berasal dari singkatan dua kata: dunia gemerlap. Istilah ini menjadi
sangat terkenal di Indonesia seiring dengan kebutuhan para eksmud (eksekutif muda) untuk
menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas pekerjaan seminggu di kantor dan bisnis
yang dikelolanya sendiri.

Berdugem-ria dengan menikmati suasana diskotik, cafe, bar atau lounge yang menghadirkan musik
dengan bit yang kuat, cepat dengan volume yang keras yang merangsang badan ikut ‘shake n movin’
(berdisko) dan bergoyang semalaman bisa membuat orang merasa rileks dan bisa menghilangkan
kepenatan di otak. Hal inilah yang membuat para penikmatnya tak dapat terlepas dari dugem dan
menjadikannya sebagai gaya hidup mereka.

Gaya hidup memiliki bermacam-macam arti. Menurut Kotler gaya hidup seseorang adalah pola hidup
seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dikatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat (Opini)
yang bersangkutan. Sedangkan menurut Berkowitz dan Kerin gaya hidup seseorang adalah pola hidup
seseorang yang diidentifikasikan dari bagaimana penggunaaan waktu (aktivitas) , minat tentang
pentingnya lingkungannya , dan pendapat tentang dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya.

Dari dua pendapat di atas dapat di ambil pokok dari gaya hidup, yaitu pola kehidupan aktivitas, minat,
dan pendapat. Jadi dapat di simpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang bagaimana
orang menggunakan uang, waktu, dan minat serta pendapatnya terhadap hal-hal yang ada di
lingkungannya.

Tidak lah mengherankan jika Clubbing telah menjadi program rutin bagi penikmat dunia malam, maka
mereka rela mengalokasikan dana khusus untuk hal yang mereka sebut ‘memanjakan diri
menghilangkan penat itu. Hanya dengan modal Rp.100.000 –Rp.500.000 sudah dapat menikmati
kehidupan layaknya orang barat. Clubber adalah sebutan bagi para penikmat hiburan malam ini.

Adat dan tradisi masa lalu benar-benar tergeser dengan adanya perkembangan dunia yang semakin
pesat.Dengan kecanggihan pengetahuan dan teknologi industrialisme.Bangsa barat berhasil merangsak
bangsa-bangsa timur (terutama yang berbaris Islam) dengan produk-produknya yang ditumpangi oleh
warna-warna budaya barat yang sangat kontras dengan moralitas dan religiusitas bangsa
timur.Misalnya dengan adanya trend fashion yang pamer aurat, dentum musik yang merangsang
kelalaian hati terhadap Allah, ajang pergaulan bebas yang memanjakan syahwat setan hingga sarana-
sarana teknologis yang membutuhkan solidaritas sosial.Semua produk yang dipromosikan secara
massal tersebut sebenarnya merupakan bentuk baru penjajahan neo-kolonisme. Ironisnya, kebanyakan
dari kita terutama kaum clubbing sama sekali tidak menyadari ancaman-ancaman moralitas dan
martabat dari invasi tersebut, justru memantapkan diri sebagai bagian penyembah dan budak dari
penjajahan kapitalisme tersebut yang sesuai dengan ideologi mereka just having fun.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa clubbing merupakan suatu kegiatan untuk
datang dan menikmati suasana, suguhan hiburan, makanan dan minuman di tempat-tempat hiburan
malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, hedonis, konsumeristik dan
metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan sesaat.
2.5 CLUBBING DI MATA REMAJA

Masa remaja yang berlangsung antara 12-22 tahun merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan
manusia. Dalam proses ini berlangsung perubahan biologis dan psikologis yang dialami remaja itu
sendiri. Pada masa remaja, seseorang akan beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Maka
dari itu, masa ini juga disebut sebagai masa pencarian jati diri. Dalam masa pencarian jati diri, remaja
banyak sekali mengalami masalah-masalah. Tiap aspek dalam diri remaja menimbulkan suatu
permasalahan baru bagi remaja.

Dalam masa perkembangan sosialnya, berkembang sikap ‘conformity’ dalam diri remaja. Syamsyu
Yusuf (2005:198) menyebut conformity adalah kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini,
nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap
konformitas dalam diri remaja dapat memberikan dampak positif maupun negatif dalam dirinya.
Remaja akan megikuti apa yang kelompoknya lakukan dan katakana.

Dari uraian di atas maka tidaklah salah jika muncul istilah ‘Ababil’ (ABG Labil) dewasa ini. Sebutan
ini ditujukan bagi remaja yang labil. Mereka mengikuti arus perkembangan jaman dan sangat rentan
terhadap pengaruh lingkungan luar.

Dalam perkembangan jaman yang sangat pesat, kecanggihan teknologi berperan besar dalam
pegetahuan remaja saat ini. Trend yang berkembang saat ini adalah remaja berbondong-bondong
mengikuti gaya hidup kebarat-baratan, seperti banyak yang tergiyur iklan televisi, meniru gaya hidup
selebriti yang glamour, dan lain-lain. Apa saja akan mereka lakukan agar disebut anak gaul (tidak
dibilang ketinggalan jaman).

Banyak remaja yang menilai bahwa untuk menjadi gaul harus kenal dengan dugem, minimal pernah
mencoba. Kalau belum kenal dengan dugem maka dianggap gak gaul, cupu, dan jadul. Dengan kata
lain, remaja mendapat kebanggaan jika mereka sudah merasa gaul.

Dugem atau dunia gemerlap merupakan istilah popular untuk menunjukkan gaya hidup orang di kota
besar pada akhir pekan. Kegiatan dugem yang dikemas dengan suasana meriah dengan sorot lampu
dan suara music yang keras menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja yang menyebut dirinya sebagai
remaja gaul. Dugem sering dilakukan di Club malam, kafe, atau diskotik. Rokok, narkoba dan
minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari dugem itu sendiri, bahkan dugem juga sudah bertalian
erat dengan dengan seks bebas. Remaja sudah tentu akan mengeluarkan banyak uang ketika mereka
pergi dugem , karena dugem membuat para pengikutnya hidup berfoya-foya, menyia-nyiakan waktu,
dan membuat waktu tidur berkurang yang akan berakibat buruk pada kondisi psikis dan biologis
remaja itu sendiri.

2.6 PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP CLUBBING

Budaya clubbing dianggap dapat membuat penyimpangan terhadap norma-norma masyarakat. Banyak
kasus-kasus penyimpangan terhadap norma-norma yang seringkali dilakukan oleh para peminat
hiburan tersebut seperti free sex, mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan, hingga tindakan kriminal
seperti pencurian dan perampokan hingga pembunuhan akibat dari efek mabuk. Akibatnya,
masyarakat mengalami keresahan akibat dampak-dampak negatif yang ditimbulkan.

Budaya clubbing juga bukanlah budaya orang timur. Dan kebanyakan masyarakat masih memegang
teguh norma-norma yang dijalani di Indonesia yang bersifat ketimuran. Terlebih lagi, mayoritas
penduduk Indonesia adalah muslim dan sangat memperhatikan norma-norma agama.

Clubbing dapat merubah seseorang berprilaku hedon. Kita mengenal istilah hedonisme atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup. Sedangkan pandangan
hedonisme, tidak sesuai dengan pandangan masyarakat secara umum.

Clubbing juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap seseorang yang sering melakukan
clubbing. Mereka akan di anggap sebagai sesorang yang sudah mengalami pergaulan bebas. Dan
pergaulan bebas identik dengan sesuatu yang negatif. Walaupun seseorang sudah mengalami
perubahan tidak melakukan clubbing lagi, tapi padangan masyarakat tetaplah sama. Hanya saja
berbeda istilah seperti, “orang itu sudah taubat, tadinya dia suka ikut clubbing.”

Banyak pencegahan yang telah diupayakan oleh masyarakat untuk budaya clubbing tersebut. Seperti
mengingatkan kepada orang-orang yang suka ikut clubbing dengan cara peringatan secara halus,
memberi nasihat, dan mengajaknya untuk ikut kegiatan-kegiatan keagamaan. Masyarakat tetap
berupaya agar budaya clubbing tersebut dapat dihindari khususnya remaja-remaja.

2.7 PANDANGAN PEMERINTAH TERHADAP CLUBBING

Pada dasarnya pemerintah juga tidak begitu berperan dalam menangani masalah clubbing, karena
sesungguhnya itu merupakan kesadaran dari diri sendiri.

Pemerintah akan menghapus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap tempat hiburan malam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terdapat delapan jenis jasa kesenian dan hiburan
yang tidak kena PPN. Salah satu, di antaranya diskotik, karaoke, Club malam, dan sejenisnya.
Peraturan Menteri Keuangan tersebut telah diundangkan dan mulai berlaku pada 13 September 2015.
Sontak, PMK yang baru diundangkan ini menimbulkan kehebohan. Pasalnya, dunia hiburan terutama
dunia malam termasuk salah satu bisnis yang tumbuh berkembang di kota-kota besar dan ladang
mengeruk uang.

Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan Malam Adrian Maulite mengakui hal tersebut. Beberapa waktu
silam, dia mengatakan berbisnis di hiburan malam memang sangat menguntungkan. “Karena yang
datang rata-rata tamu mancanegara yang mayoritas mereka tinggal di Jakarta. Ini yang kami lihat
peluangnya,” ujarnya.
Pajak yang dihasilkan juga lumayan besar. Di Kabupaten Tuban, misalnya pada 2014, Pendapatan Asli
daerah (PAD) dari tempat hiburan malam mencapai Rp 211.175.000. Di Tuban terdapat 11 tempat
hiburan malam yang sudah memiliki izin. Sementara di Jakarta, realisasi penerimaan pajak hiburan
tahun 2012 sebesar Rp 368,72 miliar, sedangkan 2013 sebesar Rp 393,26 miliar.

Perlu diketahui, selama ini hasil pemajakan atas jasa kesenian dan hiburan dikelola oleh pemerintah
daerah sebagai PAD dengan tarif yang bervariasi, disesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah
masing-masing. Sebagai contoh di Jakarta. Untuk pajak hiburan berupa diskotik, karaoke, Club
malam, panti pijat, dan mandi uap dan spa, dikenakan tarif sebesar 20%. Sementara atas objek tersebut
di Surabaya dikenakan dengan tarif sebesar 35%, sedangkan di Pekanbaru mencapai 40%. Pengenaan
tarif pajak yang bervariasi tersebut dimungkinkan asalkan dipungut sesuai UU PDRD karena
penyelenggaraan hiburan dan kesenian dapat dikenakan pajak daerah dengan tarif sampai dengan
75%.

Pelaksana Harian Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Teguh Budiharto
menyebut, hiburan dunia malam tidak lagi dikenakan PPN, karena menghindari dua kali pemajakan
atas obyek yang sama (double taxation). “Maka atas jasa kesenian dan hiburan tidak dikenai PPN
sesuai Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan seringkali kawasan yang seharusnya menjadi


kawasan pengembangan disalahgunakan oleh masyarakat setempat.Oleh karenanya zonasi kawasan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah menjadi berkurang dan akhirnya ditetapkanlah Penambahan
Zonasi Pengembangan Kawasan.

Zonasi tempat hiburan malam sudah mendesak dan dirasakan perlu untuk segera direalisasikan. Zonasi
tempat hiburan malam perlu tapi harus disepakati bersama. Zonasi tempat hiburan malam dapat
dengan mudah mengawasi dan mengontrol dampak negatif yang ditimbulkan dari penyelenggaraan
tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, cafe, bar, Club malam, karaoke, musik hidup dan griya
pijat.Yang jelas dampak negatifnya tidak menular kemana-mana. Dengan zonasi, diharapkan
pengunjung yang datang benar-benar berkualitas dan dapat dicegah sedini mungkin terjadinya konflik
sosial dan tindak kriminalitas. Sementara pengurus Asosiasi Pengusaha Hiburan Indonesia Adrian M,
mendukung penuh zonasi tempat hiburan malam yang diwacanakan Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
”Mungkin kedengarannya zonasi sangat sensitif, tapi tidak ada salahnya untuk dipelajari positif dan
negatifnya,” terang Adrian. Zonasi tempat hiburan malam, ungkap Adrian, mungkin salah satu solusi
untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari bertebarannya tempat-tempat hiburan malam
dihampir seluruh pelosok dan bahkan sudah masuk ke wilayah pemukiman.

Pemerintah merupakan tonggak penerapan kebijakan. Kenapa para remaja dengan mudahnya keluar
masuk diskotik, club, tempat karaoke, dan sejenisnya, sepertinya perlu dipikirkan ulang. Pembatasan
umur untuk masuk tempat hiburan dan kurang ketatnya peraturan di tempat hiburan tersebut membuat
remaja gampang berlalu lalang. Razia aparat kepolisian pun serasa tidak pernah membuat mereka
kapok. Sehingga ada baiknya pemerintah mengkaji ulang akan masalah ini, agar anak muda generasi
bangsa bisa menjadi penerus bangsa yang berkompeten.Tetapi pemerintah berupa menanggulanginya
dengan cara mengeluarkan RUU pornografi dan pornoaksi.

Selain itu, pemerintah juga menanggulanginya dengan cara menutup tempat-tempat hiburan malam
pada saat bulan ramadhan agar bulan itu tidak ternoda dengan perbuatan maksiat. Dimulai dari hal itu,
diharapkan agar mulai berkurangnya niat-niat untuk datang ketempat itu.

2.8 DAMPAK CLUBBING

Setiap suatu perbuatan pastilah memiliki dampak yang ditimbulkan. Dan dampak tersebut dapat
berupa dampak positif dan dampak negatif. Dari budaya clubbing, banyak dampak-dampak yang di
timbulkan. Adapun dampak negatif dari budaya clubbing sebagai berikut:

1) Membuat seseorang masuk kedalam gaya Hedonisme

Hedonisme adalah sebuah gaya hidup dimana penganutnya berfikir kalau hidup adalah untuk
bersenang-senang. Secara sadar atau tidak, menjerumuskan penikmatnya ke gaya hidup satu ini.
Karena kegiatan ini dilakukan hanya untuk bersenang-senang, foya-foya dan hidup penuh keglamoran.

2) Menjerumuskan seseorang untuk berbuat dosa

Bisa menjerumuskan kita kedalam dosa, karena disana, banyak sekali barang-barang yang dilarang
oleh semua agama diseluruh dunia, seperti miras, narkoba dan perbuatan negatif. Kebanyakan, orang-
orang yang datang ke club pada awalnya menepis kalau mereka akan terjerumus. Awalnya mereka
hanya meminum miras oplosan seteguk atau dua teguk. Namun, ini adalah awal dari keterjerumuan
mereka. Dunia gemerlap selalu dikaitkan dengan narkoba dan perbuatan negatif. Mabuk adalah awal
yang cemerlang untuk mengkonsumsi barang haram lainnya, bahkan menuju ke dalam perzinaan. Hal
yang paling berbahaya adalah mereka akan melupakan Tuhan.

3) Hanya menghambur-hamburkan uang orang tua kita

Tentu saja untuk bisa pergi ke Club, seseorang memerlukan ongkos yang lumayan besar. Khususnya
para remaja, mereka akan menggunakan uang pemberian dari orang tua mereka. Jika kita melihat di
luar sana, jangankan untuk pergi ke diskotik, untuk makan saja, mereka harus bekerja keras. Orang tua
kita juga demikian, sangat tidak bijaksana jika kita menghambur-hamburkan uang orang tua kita untuk
kegiatan yang tidak bermanfaat.

4) Dapat mencoreng nama baik keluarga

Biasanya, mereka yang baru pulang dari Club pasti akan pulang pada waktu pagi hari kerumah dengan
keadaan teler (mabuk) akibat pengaruh alkohol berlebihan. Sadar atau tidak, ini bisa mencoreng nama
baik keluarga mereka. Bila tetangga mereka melihat kelakuan mereka, pasti mereka bakal dicap
sebagai orang yang katakanlah, berperilaku buruk. dan otomatis akan mencoreng dan membuat malu
keluarga mereka.

5) Merusak masa depan Anak Muda

Generasi muda harusnya menjadi asset berharga negeri ini sebagai penerus bangsa yang
membanggakan. Akan tetapi, pengaruh budaya barat dan gaya hidup metropolis membuat tak sedikit
kaum muda terjerumus ke dalam hingar-bingar dunia malam yang begitu menghanyutkan. Mereka
lupa waktu dan lupa tujuan. Masa produktif untuk belajar, berkreasi, dan mengeksplorasi bakat minat
mereka seakan sirna tergantikan oleh kegiatan malam yang begitu tak bermanfaat. Kuliah
terbengkalai, hidup tidak teratur dan kacau, dan mereka menjadi malas menuntut ilmu sebagai jalur
menuju masa depan mereka dikarenakan berbagai faktor seperti biaya hidup menipis, kondisi
kesehatan menurun, dan rasa kelelahan yang membuat mereka malas untuk mengikuti perkuliahan di
kampus.

6) Membuat penyimpangan norma-norma masyarakat

Banyak kasus-kasus penyimpangan terhadap norma-norma yang seringkali dilakukan oleh para
peminat hiburan tersebut seperti free sex, mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan,hingga tindakan
kriminal seperti pencurian yang dilakukan para pelakunya agar senantiasa bisa menikmati hiburan
tersebut.

7) Pengaruhya terhadap kesehatan tubuh

Kebiasaan yang biasanya dilakukan pada malam hari ini, tentu saja mengurangi waktu istirahat kita.
Makan enak tanpa memperhatikan nutrisi, konsumsi alkohol berlebihan hingga mabuk, atau merokok
tanpa kontrol ditambah berada di dalam ruangan dengan udara pengap, sirkulasi udara yang kurang
baik untuk waktu yang cukup lama, memberi dampak buruk pada kesehatan.

Resiko terkena kanker paru-paru pun terbilang besar. Padahal, paru-paru adalah organ tubuh yang
berperan penting dalam sistem pernapasan. Tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya 02) dan
tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh (banyak C02) sebelum ke jantung untuk
kembali diedarkan ke seluruh tubuh.

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan rutin, akan mengakibatkan gangguan fisik, emosional
dan masalah sosial. Alkohol menyebabkan ketergantungan, sehingga pikiran, perasaan dan kehendak
si peminum terikat pada alkohol. Seorang pecandu alkohol akan sulit untuk berhenti minum alkohol.
Pecandu akan tergantung secara fisik dan psikologis.

Sementara musik yang dimainkan di club biasanya memiliki tingkat kekerasan jauh di atas batas
normal kemampuan telinga. Besarnya pengaruh suara terhadap telinga memang banyak tergantung
pada intensitas dan jangka waktu mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-
masing, termasuk usia si pendengar. Gejala awal seringkali tidak dirasakan kecuali telinga
berdengung, kemudian di ikuti oleh menurunnya pendengaran. Maka, bila Anda terbiasa mendengar
musik dengan suara yang keras seperti di club, lambat-laun kepekaan telinga Anda menurun dan bisa
menjadi tuli.

Namun Clubbing pun dapat memiliki dampak positif. Tentunya dampak positif tidaklah sebanyak
dampak negatifnya. Adapun dampak positif dari Clubbing adalah:

1. Referensi pengamatan sosial

Yakni pengalaman yang kita rasakan ketika masuk ke bar atau diskotik bisa kita jadikan referensi
pengamatan sosial kita secara langsung yang nantinya bisa kita kemukakan dalam berbagai jenis karya
penulisan atau tugas-tugas essay bagi para mahasiswa yang mengambil prodi jurusan sosial.

2. Menambah teman dan jaringan

Adapun mahasiswa yang mengakui bahwa dengan mengikuti gaya hidup semacam ini mereka bisa
menambah teman dan jaringan.

3. Sebagai sumber penghasilan

Bahkan kenyataannya banyak juga sebagian dari mahasiswa yang menggantungkan hidup dari tempat-
tempat hiburan malam dengan bekerja secara part time sebagai disc jockey (DJ), dancer, musisi / band,
hingga waiters / pelayan.

Jadi, gaya hidup Clubbing yang seringkali mendapat respon negatif di kalangan masyarakat ternyata
juga memiliki manfaat positif selain sebagai media untuk melepas rasa kejenuhan. Bagi para
mahasiswa, alternatif hiburan dan tempat-tempat hiburan seperti ini bisa memberi dampak negatif dan
juga dampak positif. Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing. Jika kita mampu
memanfaatkannya secara bijak dan bertanggung jawab, maka banyak manfaat yang dapat kita ambil
sebagai referensi pengamatan hingga sebagai tempat untuk melakukan kerja part time selain sebagai
sarana hiburan. Namun, jika kita tidak bisa mengontrol gaya hidup tersebut, maka kita bisa terjerumus
kepada hal-hal yang bisa merugikan kita sendiri.

2.9 UPAYA DAN TINDAKAN MENGATASI DAMPAK NEGATIF DUNIA MALAM

Meskipun dunia malam tidak seutuhnya hanya berdampak positif tapi dalam kenyataannya banyak
sekali penikmatnya yang terjerumus ke hal negatiF. Untuk itu diperlukan upaya dan tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Tidak hanya anak muda itu sendiri, Peran orang tua dan masyarakat juga
ikut andil dalam masalah ini. Maka hal ini dapat dilakukan dengan :

1. Peran orang tua

Pertama, harus ada kemauan dari orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif dan nyaman. Kondisi yang tidak harmonis di keluarga akan
menyebabkan anak mencari tempat hiburan malam untuk menghilangkan kegalauan hatinya. Orang
tua sebaiknya memiliki kesantunan perkataan dan perbuatan. Santun dalam perkataan adalah
senantiasa mengucapkan hal-hal yang baik saja, lembut, merendahkan suaranya. Sedangkan santun
dalam perbuatan seperti suka menolong orang lain dan memberikan contoh yang baik. Kedua,
perhatian serta tanggung jawab sebagai orangtua mutlak diperlukan. Orangtua harus tau apa saja yang
dilakukan anaknya di luar dan bagaimana cara mengatasi persoalan anaknya yang notabene sudah
bukan anak-anak lagi. Cara mengatasi:

· Orang Tua Lebih Akrab Dengan Anak

Jika orang tua sudah bisa akrab dengan anak layak seorang sahabat secara tidak langsung anda akan
mengetahui kegiatan dan pergaulan anak anda sehari – hari.

Karena biasanya jika anak sudah dekat dengan orang tuanya jika anak tersebut ada masalah atau ada
hal baru pasti akan di ceritakan kepada orang tuanya.

Nah disinilah kesempatan orang tua untuk mengarahkan anak untuk menjadi anak yang baik, karena
jika anak anda sudah dirasa mau bersikap tidak benar berilah anak anda masukan – masukan yang
positif secara lembut, ini bertujuan agar si anak tidak menolak sugesti atau masukan positif yang anda
berikan.

Karena bagaimanapun juga anak yang masih remaja itu keingin tahuannya masih sangat besar, dan
semakin dilarang akan semakin berniat mencoba.

Jadi beri anak anda masukan secara santai dan tanpa di marahi.

Jadi mulai sekarang dekatkanlah diri anda dengan anak anda agar secara tidak langsung anda mampu
mengontrol tingkah laku anak anda.

· Membatasi Waktu Anak Keluar Rumah

Dengan membatasi waktu anak keluar rumah di harapkan kesempatan anak menemukan sesuatu hal
yang baru itu semakin sedikit, karena seperti kata saya pada tips no 4 jika di lingkungan atau
pergaulannya si anak lebih banyak mendapatkan sesuatu hal baru yang memberi pengaruh negatif
maka anak anda akan menjadi tidak baik.

Jadi lebih baik membatasik waktu anak keluar rumah daripada mengambil resiko yang patal nantinya.

· Mengatur Waktu dengan keluarga

Banyak dari orang tua yang berdalih jika pekerjaan mereka adalah untuk kebutuhan anak juga. Hal ini
memang dibenarkan namun ketika anak merasa diabaikan maka sebagai pelampiasannya, anak akan
dengan mudah bergaul dengan pergaulan yang salah. Solusi yang tepat untuk hal ini tentu dapat
dilakukan dengan cara membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk mengurusi serta
memperhatikan anak-anak dengan baik.
· Hindari lingkungan yang buruk

Lingkungan merupakan area bersosialisasi setelah keluarga. Ketika lingkungan yang digunakan untuk
bersosialisasi bukanlah lingkungan yang baik, maka perilaku menyimpang dapat saja terjadi. Menjadi
pekerjaan orang tualah untuk mendidik anaknya supaya dapat mengerti baik dan buruk suatu perilaku
sejak dini. Namun terkadang karena kesibukan dari orang tua maka anak yang tidak mendapat
pengawasan dengan baik dan akhirnya banyak dari mereka yang terjerumus pada pergaulan bebas.

· Tanamkan sikap positif

Menanamkan sifat positif harus dilakukan sejak dini. Perilaku yang baik tentu membuahkan hasil yang
baik pula. Bagi seorang anak yang sejak awal telah mengenal sifat positif tentu akan dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini tentu akan lebih mudah bagi mereka
untuk tidak terhindar dari pergaulan bebas. Tanamkan pada diri anak untuk melakukan banyak hal
positif yang berguna bagi masa depannya dan bukan malah sebaliknya. Membiarkan anak terlalu
bebas dengan waktu luangnya tanpa adanya bimbingan dapat membuat seorang anak menggunakan
waktu senggangnya untuk melakukan beragam hal yang berdampak buruk.

2. Peran anak muda itu sendiri

Anak muda adalah kunci utama dari semua dampak yang ada. Semua berasal dari diri sendiri. Apabila
mereka mampu mengendalikan diri untuk tidak terjerumus ke hal negative mereka tak akan
kehilangan masa depan cerahnya. Cara mengatasinya:

· Banyak belajar ilmu agama

Ilmu agama ternyata memiliki peran yang begitu penting dalam mendidik seseorang. Dengan ilmu
agama yang kuat mereka tidak akan salah dalam pergaulan hingga menyebabkan hal yang buruk
terjadi. Ketika agama yang dianut dipegang dengan kuat, tentu seseorang mampu membuat benteng
bagi dirinya untuk tidak melakukan hal buruk. Ilmu agama dapat dipupuk sedari kecil seperti belajar
pada TPA bagi yang beragama Islam.

· Mengisi Waktu Kosong Dengan Kegiatan Positif

Daripada kita yang masih remaja ini membuang waktu kalian dengan malas – malasan atau keluyuran
tidak jelas yang nantinya bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas lebih baik gunakan waktu kalian
dengan kegiatan positif seperti belajar, sembahyang, belajar ke agamaan atau membuat kegiatan sosial
lainnya yang berguna seperti mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam atau dari hal yang
sepele kamu bisa kumpulkan teman – teman kamu untuk diajak kerja bakti.Yang terpenting adalah
jangan buang waktu kita dengan percuma dan jangan sampai masuk ke pergaulan bebas akibat sering
keluyuran malam kesana-kemari.

· Cara Bergaul

Dengan bergaul atau punya banyak teman memang akan memberikan kemudahan bagi anda untuk
menjalani hidup, tapi jangan sampai kalian itu salah bergaul. Oleh karena itu sebelum anda
memutuskan berteman dengan orang cari tahu dulu apakah orang yang akan menjadi teman anda itu
akan membawa pengaruh atau dampak baik untuk hidup anda kedepannya.

Jika menurut anda baik untuk hidup anda kedepannya, silahkan berteman dengan orang tersebut.

· Hindari Pacaran

Jika kita yang masih belum cukup umur lebih baik jangan pacaran dulu, karena selain mengganggu
pelajaran kamu, nantinya kamu bisa terjerumus ke hal yang tidak – tidak seperti sex bebas yang
nantinya kalau sudah begitu kamu bisa kena virus HIV AIDS yang akan membuat umur kita menjadi
lebih singkat, karena sampai saat ini belum ada obatnya untuk penyakit ini.

· Jangan coba-coba

Rasa keingintahuan yang begitu besar membuat seseorang ingin mencoba hal-hal yang membuat
penasaran tersebut. Ada banyak sekali hal baru yang bisa ditemukan terutama dari lingkungan sekitar
seperti halnya rokok, minuman keras, clubbing terlebih seks bebas. Keempat hal tersebut merupakan
hal-hal buruk yang dapat membuat seseorang merasa kecanduan. Membentengi diri serta memahami
betul jika hal tersebut mampu membuat tubuh menjadi rusak dan berpenyakit merupakan hal yang
harus dipahami.Rokok dan minuman keras dapat membuat seseorang menjadi kecanduan sehingga
buruk bagi kesehatan orang tersebut. Bagi anda yang menemukan lingkungan anda terdapat banyak
sekali orang yang melakukan hal tersebut, lebih baik tidak ikut mencobanya dan malah sebaliknya,
ingatkan mereka untuk tidak melakukan hal buruk tersebut karena dapat merusak kesehatan. Untuk
menghindari seks bebas sendiri, dapat dilakukan dengan cara menghindari pacaran serta menonton
film-film dewasa.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan bertumbuh pesatnya industri


hiburan di Indonesia. Banyaknya pendatang dari berbagai penjuru dunia dan nusantara menyebabkan
budaya barat menjadi mudah membaur. Dunia malam adalah salah satu gaya hidup yang mengarah
pada budaya barat.

Berbagai dampak timbul akibat gaya hidup glamour ini, meski ada sekelumit sisi positif, tapi sisi
negatif lebih mendominasi. Diperlukan peran seluruh pihak untuk menangani dan mengatasi dampak
negatif yang timbul dari gaya hidup Clubbing. Pemerintah, lapisan masyarakat, keluarga, dan anak
muda itu sendiri secara signifikan harus kooperatif menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif
sehingga generasi muda bangsa ini dapat menjadi generasi yang bermanfaat bagi negara.

3.2 PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi kami selaku penyusun makalah.

Anda mungkin juga menyukai